CBN Siapkan Solusi Perlindungan Jaringan Internet dari Serangan DDoS

PT Cyberindo Aditama (CBN Internet), penyedia internet service provider (ISP) lokal, menyediakan CBN Internet Clean Pipe sebagai solusi melindungi internet dari aktivitas berbahaya dan serangan DDoS (Distributed Denial of Service) yang kerap terjadi pada jaringan perusahaan. Solusi tersebut dinilai sangat dibutuhkan oleh berbagai industri yang berbasis dan mengutamakan jaringan internet sebagai servisnya misalnya, perbankan, e-commerce, hospitality, content providers, dan lainnya.

Marcelus Ardiwinata, Chief Operational Officer CBN Internet, menjelaskan inisitif dasar mengembangkan pelayanan ini adalah semakin mengkhawatirkannya serangan DDoS seiring berkembangnya internet dari waktu ke waktu. Secara global, serangan DDoS termasuk peringkat 10 besar ancaman di dunia cyber.

Untuk itu, sambungnya, setiap bidang usaha yang berbasis internet sangat rentan, hingga pada akhirnya dapat merugikan perusahaan itu sendiri, mulai dari downtime, biaya bandwith jauh lebih besar, kehilangan pelanggan, merusak Citra perusahaan, berkurangnya ketersediaan layanan dan pencurian data viral, apalagi bila berkaitan dengan proses pembayaran.

“Kami yakin CBN Internet Clean Pipe dapat melindungi jaringan internet perusahaan, dengan memblokir lalu lintas berbahaya (malicious traffic) dan hanya memperbolehkan traffic yang aman untuk proses lebih lanjut,” ujar Marcel dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Senin (1/8).

Cara kerja Internet Clean Pipe, menurutnya, adalah mendeteksi aktivitas DDoS sejak awal dan menghentikan serangan sebelum mencapai jaringan, mulai dari serangan yang membanjiri jaringan (volumeric attack) ataupun online application intrusion (application-layer attack). Solusi Clean Pipe jamak digunakan berbagai layanan penyedia internet secara global untuk mengurangi potensi serangan menggunakan metode DDoS.

Tim None Developers Raih Posisi Runner-Up di Ajang Final Microsoft Imagine Cup 2016

None Developers, tim pengembang asal Universitas Trunojoyo, Indonesia berhasil meraih posisi runner-up dalam ajang Imagine Cup 2016 tingkat dunia untuk kategori Games dengan karya Froggy and the Pesticide.

Tim None Developers yang terdiri dari empat orang anggota tersebut mendapatkan hadiah sebesar $10 ribu. Dalam perjalanan di ajang Imagine Cup 2016, mereka mendapat bimbingan dari senior kampusnya bernama Asadullohi Ghalib, anggota tim Solite Studio.

Perlu diketahui, sebelumnya Solite Studio pada 2013 juga berhasil menyabet posisi runner up untuk kategori yang sama di Rusia.

Ajang tingkat dunia ini diikuti sebanyak 35 tim pelajar global yang bersaing untuk mendapatkan uang tunai lebih dari $200 ribu dan sesi mentoring 1:1 dengan Satya Nadella, CEO Microsoft.

Pemenang utama Imagine Cup untuk kategori Games diraih oleh PH21 asal Thailand, untuk kategori Innovation diraih oleh ENTy asal Romania, dan kategori World Citizenship diraih Amanda asal Yunani.

Steven Guggenherimer, Corporate VP, Developer Experience & Evangelism and Chief Evangelist Microsoft, mengatakan pihaknya percaya atas kekuatan yang menghubungkan anak-anak muda dengan teknologi.

“Kami ingin membantu mereka untuk dapat terus bermimpi, membangun kreativitas, dan merealisasikan ide menjadi kenyataan. Melalui program Microsoft Imagine Cup, pelajar berkesempatan untuk mendapatkan akses gratis serta pengalaman unik dari tools development dan cloud kelas dunia secara gratis, sehingga mereka dapat mulai membangun masa depan mulai dari sekarang,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Jumat (29/7).

Sejak diadakan pada 2003 silam, ajang ini telah menjadi kompetisi tingkat global yang dikenal oleh para pelajar sebagai “olimpiade kompetisi teknologi pelajar.” Seluruh tim yang bergabung sebagai perwakilan dari negara masing-masing melakukan petualangannya di ajang ini sejak Agustus 2015.

Permainan Froggy and the Pesticide menceritakan tentang Froggy sebagai spesies yang bukan target dari penggunaan pestisida, akan tetapi anehnya pestisida tetap menyemprotkan cairan beracunnya ke arah dia. Froggy pun berusaha keras untuk mengganti pestisida dengan biopestisida.

Froggy and Pesticide, hasil karya tim None Developers yang memenangi ajang Imagine Cup 2016
Froggy and Pesticide, hasil karya tim None Developers yang memenangi ajang Imagine Cup 2016

Untuk itu, Froggy harus mencari lokasi pestisida dan mengumpulkan biopestisida. Permainan memberi pesan pentingnya penggunaan biopestisida dan bahayanya dampak dari pestisida.

MVNO Malaysia XOX Siap Ekspansi ke Indonesia dalam Kurun Waktu 3 Tahun Mendatang

XOX Berhad, perusahaan telekomunikasi mobile virtual network operator (MVNO) asal Malaysia, berencana untuk melebarkan sayap bisnisnya ke sejumlah negara kawasan Asia Tenggara, di antaranya Indonesia, Filipina, dan Thailand dalam kurun waktu tiga tahun mendatang dengan memasarkan aplikasi VoIP berbasis nomor virtual Voopee.

Keputusan tersebut diambil, pasca masuknya pemegang saham utama di internal perusahaan yakni Bank Macquarie asal Australia lewat perjanjian bersyarat yang dilakukan oleh kedua belah pihak pada 27 Juli 2016.

Dalam perjanjian itu, Bank Macquire membeli sebanyak 400 lembar juta saham XOX. Perusahaan berharap masuknya pemegang saham baru tersebut dapat meningkatkan pendapatan dan XOX akan menggunakan tambahan dana tersebut untuk perluasan Voopee di tingkat regional.

Pada tahap awal, negara yang akan disasar adalah Indonesia, Thailand, dan Filipina. Disusul negara lainnya di kawasan Asia Tenggara sesuai dengan ketersediaan dana.

“Saat ini, perusahaan tengah melakukan diskusi dengan sejumlah operator telekomunikasi dari tiga negara tersebut. Banyak tahapan yang perlu ditempuh sebelum finalisasi, mulai dari mempelajari persyaratan hukum, penilaian dari segi finansial, dan kerja sama dari segi viabilitasnya dengan operator jaringan mobile sebagai mitra global Voopee,” terang manajemen XOX seperti dikutip dari Telecompaper.

Seperti diketahui, Voopee adalah aplikasi smarphone yang memungkinkan pengguna smartphone untuk memiliki tambahan nomor lokal tanpa perlu kartu SIM tambahan. Mereka dapat berkolaborasi dengan jaringan selular lokal di berbagai negara.

Di Indonesia, sebelumnya sudah ada solusi serupa dari Smartfen. Aplikasi mobile voice over internet protocol (VoIP) prabayarnya, yang dinamai SmartCall, menggunakan teknologi yang dikembangkan One Horizon dan bisa digunakan di platform Android.

Pengguna SmartCall bisa menggunakan nomor virtual Smartfren untuk menerima dan melakukan panggilan telepon dan berkirim pesan di seluruh dunia melalui jaringan internet. Menariknya, karena bentuknya nomor virtual, kita tidak harus menjadi pelanggan yang menggunakan kartu SIM fisik Smartfren.

Tips Merekrut Calon Karyawan Startup yang Tepat

Membangun startup butuh tim yang tangguh bak bajak laut, karena ada pertempuran yang tidak “biasa” di luar sana. Anda sebagai pendiri menjadi posisi terpenting di dalam tim, karena setiap keputusan yang akan diambil ditentukan oleh Anda sendiri.

Tim bajak laut yang kuat terdiri dari sekumpulan orang yang sangat terampil, cakap dalam berbagai hal, dan cerdas. Mereka harus mampu berlayar meski di tengah badai besar. Hal tersebut menjadi gambaran untuk startup, kondisi up and down sangat lumrah terjadi.

Mencari tim tersebut tidak mudah. Pendiri harus paham sosok pekerja seperti apa yang mereka butuhkan. Hal inilah yang menyebabkan mengapa proses perekrutan pun menjadi sangat krusial dalam startup, bahkan bisa dikatakan sebagai proses berjualan.

Eric Rafat dan Depesh Mandalia masing-masing memberikan tips bagaimana cara merekrut calon pekerja yang tepat. Secara umum ada delapan tips yang perlu dilakukan:

Menaksir kemampuan dan budget

Rafat memberi tips, sebelum merekrut sebaiknya anda cari tahu seperti apa job desc yang akan dilakukan oleh calon pegawai yang direkrut. Seorang pendiri startup harus paham hal tersebut.

Sebaiknya mencari orang yang bisa menambahkan kemampuan Anda, bukan mencari orang yang sama persis kemampuannya dengan Anda. Kemudian, saat berurusan dengan budget, pikirkan status kerja calon rekrutan Anda berdasarkan area job desc-nya.

Lebih cocok part-time, full-time, atau freelance? Mempekerjakan seseorang dengan status full-time butuh komitmen yang serius dan budget yang cukup.

Job-fit dan culture-fit dibutuhkan demi kesuksesan merekrut

Rafat sangat menyarankan kepada anda untuk menemukan job-fit dan culture-fit yang ada di dalam diri calon rekrut. Bila tidak ada salah satunya, tidak akan ketemu titik temu.

Saat berbicara mengenai job-fit dalam startup, artinya anda membutuhkan rekrutan yang sangat terampil. Ada dua alasan, pertama karena Anda tidak memiliki kemampuan tertentu, kedua karena tidak ada waktu mengadakan pelatihan untuk pekerja yang sudah ada.

Mengenai culture-fit, carilah calon rekrutan yang memiliki nilai budaya dan karakteristik yang selaras dengan perusahaan.

Fokuskan ke portofolio dan proyek sampingan, bukan ke resume

Bagi startup, memperhatikan resume saat melakukan proses perekrutan akan sia-sia sebab resume bukanlah tolak ukur yang tepat. Anda perlu telusuri lebih jauh dari portofolio, proyek, dan kemampuan dasar.

Ambil contoh, bila Anda hendak mempekerjakan seseorang untuk menjadi developer, lihat laman situs yang pernah dikerjakan. Hal itu akan memperlihatkan bagaimana mereka menunjukkan diri di dunia maya.

Cari karakterististik yang mencerminkan startup

Pekerja di startup biasanya memiliki ciri khas dan nilai jual tertentu yang tidak dimiliki pekerja di perusahaan lainnya. Untuk itu perlu perhatikan beberapa karakteristik seperti: punya visi luas, tertantang, dapat mengambil alih suatu proyek, dapat merepresentasikan produk perusahaan, dan berjiwa kompetitif.

Menjunjung tinggi nilai perusahaan

Anda harus membuat pekerja percaya atas setiap misi yang diberikan harus dilakukan sepenuh hati, jiwa, dan raga. Sebagai seorang entrepreneur, Anda harus mencari tahu nilai apa yang harus dijunjung tinggi di perusahaan dan perhatikan apakah pekerja juga memiliki nilai tersebut? Hal apa yang paling anda junjung tinggi di perusahaan? Integritas atau kerja sama tim?

Komunikasikan nilai preposisi perusahaan

Dengan mengomunikasikan nilai preposisi yang Anda tawarkan ke pekerja, berarti Anda menawarkan sesuatu yang tidak ditawarkan oleh perusahaan lain. Contohnya, menawarkan jadwal kerja yang fleksibel, hak pekerja, atau pengalaman dengan melibatkan pekerja dalam semua aspek bisnis.

Mempertahankan pekerja

Mempertahankan pekerja baru itu sama pentingnya saat melakukan proses perekrutan. Beberapa startup biasanya melatih karyawannya seminggu pertama saat baru bergabung. Cara tersebut berguna agar karyawan jadi lebih mengerti kondisi sesungguhnya di lapangan dan cara menghadapinya.

Terus adakan perekrutan

Tidak selamanya pekerja berada di bawah kepemimpinan anda. Bisa jadi mereka resign sebelum anda menyadarinya, karena pikiran manusia tidak bisa ditebak. Untuk itu Anda harus selalu siap dengan kondisi tersebut dan selalu adakan perekrutan, sembari memberikan hal terbaik yang bisa Anda lakukan demi kenyamanan pekerja.

Memahami visi bekerja

Mandalia mengarahkan Anda sebagai pendiri untuk mengarahkan calon rekrutan memikirkan visi jangka panjang dari bekerja untuk suatu spesifikasi bisa mengarahkan ke arah jenjang karir. Karier itu tidak bisa dijual dan tidak bisa didapat dari hari pertama bekerja. Setidaknya dibutuhkan waktu setahun setelah bekerja.

Karier itu seiring dengan bertumbuhnya kepuasan pribadi seseorang atas pencapaian yang telah didapat, oleh karena itu karier bukan mengenai hal yang bisa dijual perusahaan. Anda harus pahami hal ini agar kemudian dengan sendirinya bisa menjual karier lebih mudah saat bertemu calon rekrutan.

Kumpulkan seluruh aset

Menurut Mandalia, kekuatan produk dan bagaimana pengaruhnya terhadap perubahan hidup konsumen adalah kunci untuk setiap penjualan. Sama halnya seperi menjual es ke orang eskimo; jika es sudah dibentuk menjadi batu bata sebagai bahan utama membangun rumah igloo, berarti anda sudah membantu orang eskimo.

Berharganya waktu orang eskimo yang tidak terbuang, menunjukkan bahwa anda sudah menciptakan nilai jual. Aset perusahaan bisa terdiri dari visi, budaya, tim, tunjangan, dan benefit lainnya.

Pahami konsumen

Mungkin Anda masih melihat konsumen seperti merekrut kandidat pekerja. Namun, menurut Mandalia, proses perekrutan itu mirip dengan proses penjualan.

Dia mencontohkan, produk pertama yang ia jual adalah buku cerita bergambar untuk anak-anak. Berdasarkan riset dari tim pemasarannya, perempuan punya kecenderungan untuk membeli daripada pria. Namun, orang dengan kepentingan tertentu lebih mungkin untuk membeli.

Karena sudah tahu target market-nya, dengan mudah timnya bisa menjalankan strateginya. Hal ini bisa diterapkan saat melakukan perekrutan, menyesuaikan pesan yang hendak disampaikan sesuai target.

Contohnya dengan memeriksa akun media sosial calon rekrutan untuk mencari informasi tentang mereka. Hal ini untuk melihat calon rekrutan secara lebih manusiawi. Bagian tersebut sering dilupakan oleh perusahaan

Buat rekrutan merasa penting

Komunikasi memegang kunci penting dalam setiap penjualan. Saat proses perekrutan berlangsung, Anda perlu secara rutin memberi tahu informasi terbaru. Tentu saja, hal ini akan berdampak besar. Menurut Mandalia, memberikan informasi berapa lama proses perekrutan berjalan dapat mengindikasikan bahwa anda menghargai waktu mereka. Diharapkan ada timbal balik yang ditunjukkan oleh rekrutan.

Buat proses perekrutan yang fleksibel

Perusahaan skala besar umumnya memiliki tim HRD dengan struktur perekrutan yang rinci. Semakin cair dan alami suatu proses wawancara, maka akan semakin baik respon yang diberikan oleh calon rekrutan. Teruslah Anda menggali respon mereka sampai Anda puas dengan jawaban yang diberikan.

Anda bisa mendapatkan jawaban yang dibutuhkan bila dilakukan dengan cara yang fleksibel. Memang butuh pengalaman, tapi bila sudah menemukan seninya akan sangat menyenangkan.

Menyikapi Jurang antara Kebutuhan dan Penyediaan Sumberdaya Manusia di Bidang Teknologi

Geliat pertumbuhan bisnis startup di Indonesia mulai menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Kendati demikian, ada hal yang miris diungkapkan Reuters soal minimnya sumber daya manusia (SDM) sesuai dengan kebutuhan industri. Setiap tahun padahal ratusan universitas rutin mencetak wisudawan dan wisudawati di jurusan teknologi. Benarkah ini semata soal institusi pendidikan yang tidak bisa keep up dengan sektor industri atau apakah ada faktor lain?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, DailySocial mengumpulkan pendapat dari penggiat startup, orang yang pernah berkecimpung di institusi pendidikan, dan investor. Responsnya dan strateginya untuk mengatasi permasalahan tersebut cukup bervariasi.

Bernardus Sumartok, CEO Tripvisto, mengakui industri startup di Indonesia sangat membutuhkan sumberdaya bertalenta tinggi untuk bekerja di perusahaan. Namun, ketersediannya masih sangat minim. Padahal, lanjut dia, saat melakukan tes kerja pihaknya memberikan tugas calon kandidat tergolong dasar.

Ambil contoh, untuk kandidat Engineer, mereka diharuskan menunjukkan keahliannya dalam database design yang penting untuk membangun platform dengan skala dan arsitektur yang bagus.

Sumartok melanjutkan, kandidat yang berkualitas dan bisa langsung bergabung sangat sedikit sekali dibandingkan jumlah lulusan fresh graduate jurusan teknologi di Indonesia.

Menurutnya, hal ini disebabkan mayoritas lulusan pada akhirnya memilih bekerja di startup yang lebih well funded dan well established.

“Alasan itu semua bisa dimengerti, akan tetapi selagi masih muda sebaiknya banyak belajar di startup yang baru berdiri sebab banyak hal yang bisa dipelajari di sana,” ujarnya.

Pernyataan Sumartok didukung oleh Willson Cuaca, Managing Partner East Ventures. Menurutnya, terjadi mismatch antara supply dan demand. Lebih banyak demand daripada supply. Mahasiswa lulusan teknologi informasi (TI) sangat banyak. Namun, mencari yang pintar, berdedikasi tinggi, dan jujur tidak banyak.

Dia berpendapat solusinya tergantung dari mahasiswa itu sendiri, sebab mereka sendirilah yang mengerti bagaimana posisinya di kampus dan di industri.

Willson mengatakan, “Mahasiswa perlu agresif mencari cara bagaimana mendapatkan capacity building yang mumpuni sebelum lulus kuliah, biasanya dengan belajar dari luar kampus. Namun mahasiswa yang cenderung pasrah hanya menerima ilmu dari kampus saja, biasanya di tempat kerja juga kurang bagus prestasinya.”

Masalah multidimensi

Romi Satria Wahono, CEO PT Brainmatics Cipta Informatika, mengakui fakta SDM bertalenta tinggi masih sulit ditemui di Indonesia. Menurutnya, kurangnya SDM untuk memenuhi kebutuhan industri termasuk ke dalam masalah multidimensi.

Pertama, universitas yang sering terlambat merespon untuk melakukan pembaruan dari segi kurikulum hingga kualitas pendidik. Kedua, dosen sebagai aktor utama pendidikan dan pembimbing mahasiswa tidak memiliki kreativitas untuk memperbaiki materi ajar dan mengupdate buku teks yang digunakan.

Terakhir, mahasiswa Indonesia yang cenderung pasif, tidak kreatif, dan tidak kritis hanya mendengar dan menaati apa yang dikatakan dosen.

“Padahal sudah fatsun dalam pendidikan jangan pernah menjadikan dosen sebagai sumber utama referensi,” ujarnya.

Oleh karena itu, sambungnya, seorang pendidik diharapkan melakukan updating materi ajar dengan standar internasional, kemudian memberi kesempatan magang kepada mahasiswanya mengerjakan proyek riil di industri. Hal ini untuk melatih kemampuannya dan mempraktikkan secara langsung apa yang disampaikan di dalam kelas.

“Mahasiwa juga perlu banyak bergaul, bergerak, kreatif, dan berani mencoba berbagai hal. Selain itu, jadikan technopreneur sebagai satu-satunya karier hidup,” terang Romi.

Karena ini adalah masalah multidimensi, maka industri harus lebih sabar berhubungan dengan lingkungan akademik. Lingkungan akademik pun harus bisa lebih cepat merespons kebutuhan industri. Dua sinergi antar kedua belah pihak itu dibutuhkan meski keduanya mengejar key performance indicator (KPI) yang berbeda.

Akademisi mengejar kontribusi pengetahuan baru dalam bentuk publikasi karya ilmiah, sementara industri mengejar kontribusi untuk masyarakat berbentuk produk yang bermanfaat.

Menciptakan solusi

Ketimbang menyalahkan universitas, dosen, atau mahasiswa, Gibran Huzaifah, CEO eFishery, punya solusi sendiri menghadapi minimnya sumberdaya dengan mencari referensi talenta baru dari tim yang sudah direkrut. Menurutnya, jalur tersebut lebih berpotensi mendapatkan talenta yang sesuai keinginan sebab berada dalam ruang lingkup yang sama.

“Kemudian, kami menjual value dan visi dari perusahaan kepada calon pekerja, enggak hanya menjual dari segi business as usual,” terangnya.

Adrian Li, Managing Partner Convergence Ventures, menambahkan untuk mengatasi ketimpangan ada baiknya mempertimbangkan untuk memperkerjakan talenta yang pernah bekerja di startup luar negeri. Secara jangka pendek solusi tersebut cukup membantu perusahaan untuk mengisi kekosongan talenta. Pasalnya, kebanyakan dari mereka sudah multitalenta.

Sementara itu, untuk jangka panjang, perusahaan startup perlu melakukan investasi ke kampus demi menciptakan talenta yang sesuai kebutuhan industri sekaligus mempersingkat gap antara supply dan demand.

Di sisi lain, menurut Romi, untuk menciptakan solusi di lingkungan akademis pihaknya mendorong agar dosen dapat lebih fokus pada metode pembelajaran yang lebih fundamental dan belajar cepat tanpa banyak teori. Caranya bisa dengan mengadakan seminar dengan narasumber yang sesuai.

Romi melanjutkan, kampus harus didorong untuk merangkul perusahaan startup dalam internship dengan program yang terstruktur dan banyak melibatkan mahasiswa ke dalam real life project demi mengasah problem solving skill, bukan sekedar mengerjakan pekerjaan administrasi yang dianggap low value.


Yenny Yusra dan Amir Karimuddin berkontribusi dalam pembuatan artikel ini.

DOKU dan DyCodeEdu Berikan Penghargaan kepada Pemenang Kompetisi Indonesia IoT Challenge 2016

Kompetisi Indonesia Internet of Things (IoT) Challenge 2016 hasil kerja sama antara DOKU, layanan payment enabler, dan DyCodeEdu telah resmi berakhir pada 28 Juni 2016. Pemenang pun telah diumumkan. Sebanyak empat kelompok peserta dari 57 kelompok yang mendaftarkan diri berhasil memboyong sejumlah hadiah dari pihak sponsor.

Pemenang pertama diraih oleh tim X-Igent yang dipimpin Yudha Maulana dengan proyek IoT dinamai TopPay. Pemenang kedua diraih oleh tim The-EX yang dipimpin Rafi Fajar Hidayat dengan proyek PEDER (Smart Pet Feeder).

Pemenang ketiga diraih oleh tim TaniBox yang dipimpin oleh Asep Bagja Priandana dengan proyek The Kyuri Planner. Terakhir, pemenang favorit berhasil diraih oleh VATRIOT yang dipimpin oleh Budi Pamungkas dengan proyek DYRECS (Dinamics Control System).

Keempat pemenang tersebut akan mendapatkan benefit dari DOKU berupa kontrak kerja sama langsung dengan merchant, feedback support dari sisi teknologi, dan benefit lainnya.

“Kami akan berikan kepada pemenang dari apa yang kami miliki, yakni kontrak kerja sama dengan merchant yang sudah menjadi mitra Doku. Kami memang tidak memberikan kontrak ekslusif karena tidak ingin membatasi ruang lingkup para pemenang,” terang Ricky Richmond Aldien, VP Consumer Products DOKU, Rabu (27/7).

Pihaknya berharap pasca kompetisi berakhir para pemenang dapat dilirik oleh calon investor, entah itu dari perusahaan atau pribadi untuk mendapatkan pendanaan baru. Hal ini dimaksudkan agar semakin banyak produk berkonsep IoT lahir di Indonesia.

Bila para investor sudah mulai melirik potensi produk IoT, diharapkan juga memberi dampak kepada para talent untuk semakin inovatif.

“Kami juga berharap kompetisi Indonesia Internet of Things (IoT) Challenge dapat menjadi trigger, baik itu dari talent untuk semakin inovatif dan investor yang dapat melirik potensi itu,” ujarnya.

Untuk lebih jauh mendalami proyek-proyek yang berhasil memenangkan kompetisi ini, berikut penjelasannya:

TopPay by X-Igent

DSC02524-min

TopPay merupakan sebuah device yang dapat digunakan untuk transaksi cashless dengan menggunakan bluetooth versi 4.0. Pengembangan TopPay akan diarahkan menjadi tapless, swipeless, go green, dan less print.

Yudha Maulana, pemimpin tim X-Igent, menjelaskan sistem TopPay dibagi menjadi dua bagian: device untuk pengguna (user device) dan device untuk merchant (merchant device). Untuk pengguna, device-nya berbentuk gantungan kunci, sehingga memudahkan saat melakukan pembayaran dan meminimalisir potensi kehilangan.

Dia menerangkan untuk bukti pembayaran atau invoice akan dikirimkan melalui email sekaligus mengurangi penggunaan kertas. Adapun contoh penggunaannya bisa dilakukan untuk membayar tiket parkir gedung dan jalan, atau minimarket.

“Dalam prototype ini, kami menggunakan sistem pembayaran yang telah terintegrasi dengan API DOKU yang disediakan pada mode development,” ujarnya.

Saat ini timnya masih melakukan proses pengembangan dan penelitian mengenai stabilitas radius jarak yang dibutuhkan antara pengguna dan merchant. Dia berharap, saat TopPay sudah bisa dipasarkan, harganya dapat terjangkau sehingga menarik perhatian pengguna dan merchant, mengingat penggunaan TopPay hanya memerlukan bluetooth.

PEDER (Smart Pet Feeder) by The-EX

DSC02519-min

Inisiatif dasar tim The-EX dipimpin Rafi Fajar Hidayat adalah ingin menjawab kegelisahan para pemelihara hewan saat hendak keluar rumah mengenai keberadaan hewan peliharaannya. Rafi menjelaskan PEDER bertugas untuk monitoring serta memberikan makanan untuk binatang peliharaan secara jarak jauh.

PEDER terdiri dari dua bagian smart device, yaitu tempat makan dan wearable hewan peliharaan. Tempat makan versi PEDER mampu memberi makan secara otomatis, baik sesuai jadwal maupun dengan kondisi sensor. Sementara wearable device berupa kalung yang dapat digunakan hewan memiliki fungsi untuk memberikan data terkait kondisi suhu tubuh hewan.

Rafi melanjutkan, PEDER juga terintegrasi dengan aplikasi berbasis Android dengan fitur full monitoring news, misalnya menginformasikan suhu tubuh, jadwal makan, status wearable, nafsu makan berkala, setting yang mengatur jadwal makan, jumlah makan, dan pembelian makan hewan secara online.

“Nah, untuk pembelian makan secara online merupakan salah satu cara saat pengguna sedang berada di luar rumah dalam kurun waktu yang cukup lama. Pengguna pun tidak perlu khawatir kehabisan makanan, sebab sistem pembelian online melibatkan DOKU WALLET,” ujarnya.

Ke depannya, Rafi dan tim ingin mengembangkan PEDER menjadi lebih canggih lagi. Rencananya pihaknya ingin mengakomodasi fitur pengecekan kesehatan dan lokasi hewan.

The Kyuri Planter by TaniBox

DSC02494-min

Asep dan istrinya mengembangkan The Kyuri Planter atas inisiatif ingin melakukan inovasi atas bisnisnya berjualan pot dan produk tanaman hidroponik. Pada dasarnya, alat penanam sayuran tanpa tanah (hidroponik) cocok untuk bertanam sayuran yang memiliki buah seperti kyuri (timun jepang), terong, cabai, hingga melon.

Alat ini menggunakan teknik drip irrigation system dengan air diteteskan langsung ke akar tanah. Di dalam planter Tanibox terdapat sensor suhu dan kelembapan untuk memantau suhu ideal di sekitar tanaman, untuk memastikan apakah kipas pendingin dan humidifier untuk menambah jumlah uap air di udara perlu dinyalakan atau tidak, guna menjaga suhu tetap optimal. Diharapkan hasil panen terbaik bisa didapat.

Asep melanjutkan, di sisi bawah planter terdapat tombol pembelian cepat, bertugas memesan benih dan nutrisi tanaman yang sebelumnya sudah didefinisikan terlebih dahulu di web dashboard agar bisa diintegrasikan dengan DOKU.

Menurutnya Tanibox tidak hanya bisa diaplikasikan untuk satu pot tanaman saja tetapi bisa untuk seluruh tanaman yang ada di dalam green house dengan radius sekitar 4 meter. Sasaran pasar Tanibox adalah rumah tangga yang memiliki lahan cocok tanam.

“Sasaran konsumen kami adalah rumah tangga dan industri, terutama yang memiliki green house. Sekarang kan sedang tren modern farming, jadi kami menyasar konsumen seperti itu.”

DYRECS (Dynamic Residential Control System) by VATRIOT

DSC02526-min

DYRECS adalah aplikasi yang dapat mengendalikan peralatan rumah dari perumahan-perumahan dalam satu aplikasi dengan data yang dinamis. Aplikasi yang dikembangkan oleh Budi Pamungkas beserta tiga temannya tersebut memiliki fitur kontrol lampu, real time CCTV monitoring, kipas, alarm pintu, monitoring suhu, kelembaban, terminal, autofeeder dan scheduler, serta pengisian air otomatis.

DYRECS memiliki sistem yang dinamis, sehingga dengan mudah dapat melakukan pembaharuan data barang elektronik baru. Sementara ini, menurut Budi, maksimal 22 peralatan elektronik yang bisa tersambung dengan menggunakan DYRECS. Jumlah tersebut dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan.

Aplikasi tersebut bisa dikontrol via smartphone dan laptop lewat situs, namun sementara ini belum menyediakan versi aplikasinya. Untuk integrasi pembayaran listrik, pengguna bisa menggunakan aplikasi DOKU.


Disclosure: DailySocial adalah media partner kompetisi Indonesia IoT Challenge 2016

7 Penyebab Umum Yang Mematikan Startup

Richard Reis di halaman Medium-nya merangkum data CB Insights tentang hal-hal umum yang membuat startup gulung tikar. Ingin tahu hal apa saja itu supaya bisa dipersiapkan oleh para pendiri startup? Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab “kematian” sebuah startup:

Tidak punya produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar (produk-market fit)

Kejadian ini terjadi ketika pendiri tidak bisa membuat suatu produk dan tidak menemukan pengguna yang ingin mencobanya. Sangat penting untuk memegang motto, “Buatlah produk yang disukai masyarakat.”

Pendiri Netscape Marc Andressen, yang kini menjadi investor ternama di firma a16z, mengatakan menciptakan produk (yang diinginkan konsumen) adalah satu-satunya hal yang perlu dilakukan sebuah startup baru.

Pendiri yang “salah”

Pendiri bisa jadi penyebab utama di balik gagalnya suatu startup. Entah apakah mereka terlalu dini menyerah, terlalu tinggi memasang target, atau tidak menyadari sulitnya mendirikan startup. Penyebab lainnya bisa jadi pendiri kurang memiliki pengalaman dalam menjalankan suatu bisnis.

Hal seperti ini bisa membuat founder dan co-founder memilih untuk berpisah. Untuk itu, seperti disarankan inkubator kenamaan Y Combinator, sangat disarankan untuk memilih co-founder yang telah dikenal lama, sebelum memulai bisnis bersama.

Tidak punya dana

Uang itu raja. Memang keji, namun itulah kenyataannya. Ada kisah menarik yang pernah dilakukan pendiri Airbnb saat situs tersebut masih baru berdiri yakni menjual sereal Obama O’s demi menutupi pengeluaran perusahaan. Hal ini bisa jadi bukti bahwa seorang entrepreneur sejati punya segala cara menyelesaikan masalah, termasuk masalah finansial.

Salah strategi

Ada banyak contoh kesalahan kecil yang bisa menyebabkan suatu startup gagal. Misalnya, lebih memilih mengembangkan aplikasi untuk ponsel atau bergantung pada satu platform saja.

Kejadian ini pernah menimpa Zynga pada 2012. Kala itu, Zynga merasa sudah berpuas diri menjadi game online yang paling banyak dimainkan Facebook di ranah desktop dan tidak ingin berekspansi dengan mulai bergesernya tren masyarakat memainkan media sosial tersebut di ponsel. Tidak ingin beradaptasi terbukti membawa dampak besar.

Masalah legal

Terjerat urusan legal bisa mengakibatkan startup akhirnya bangkut karena banyak biaya dan denda yang harus dibayarkan. Hal ini dialami oleh Napster pada tahun 2000 silam, hingga akhirnya situs musik online tersebut mengumumkan gulung tikar dan menjual bisnisnya ke investor baru.

Kompetisi

Sangat kecil kemungkinan startup gagal hanya karena kalah berkompetisi. Oleh karena itu startup sebaiknya jangan terlalu fokus berkompetisi demi menandingi kompetitor. Tentu saja, sebuah startup harus tahu diri dan tidak mati konyol karena berani berkompetisi melawan perusahaan sekelas Uber, Facebook, dan Google.

Salah merekrut karyawan

Meski secara persentase sangat kecil, namun perlu diperhatikan bahwa salah merekrut orang dapat menjadi penyebab kegagalan sebuah startup.

Kiat Office Sukamart Gaet Segmen Korporasi

Setelah resmi menutup dua lini bisnis pada 27 Juni 2016 dan berganti kepemilikan mayoritas, layanan e-commerce asal Jepang Sukamart kini hanya fokus menjalani Office Sukamart dengan target konsumen korporasi dan menjual peralatan kantor dan industri. Bagaimana kiat Sukamart untuk mendorong bisnisnya dan bersaing dengan kompetisi di segmen yang sama mengingat sudah ada setidaknya 3 layanan yang masuk ke sektor e-commerce B2B?

Christopher Campbell, General Manager Sukamart, menjelaskan pasca beralihnya kepemilikan saham utama Sumitomo Corporation ke MonotaRO ada beberapa perubahan yang terjadi di internal perusahaan. Salah satunya, makin banyaknya variasi produk untuk industri yang bisa ditawarkan.

MonotaRo termasuk salah satu pemain e-commerce terbesar di Jepang dengan spesialisasi menjual barang pemeliharaan, perbaikan, dan operasi (MRO materials). Menurutnya, setelah proses peralihan kepemilikan saham selesai dilakukan, paling lambat bulan Agustus mendatang, Office Sukamart sudah bisa berjualan barang MRO tersebut.

“Sekitar Juli atau Agustus 2016, Sukamart akan mulai berjualan barang MRO guna menjaring lebih banyak nasabah korporat untuk menjadi pelanggan kami karena makin banyak variasi produk yang bisa ditawarkan,” terangnya kepada DailySocial.

Pihaknya yakin, dengan berada di bawah naungan MonotaRO, Sukamart dapat lebih agresif dari sebelumnya. Beberapa waktu lalu, MonotaRo telah melebarkan bisnisnya ke Korea Selatan dan akan siap menyasar negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.

Atas keyakinan tersebut, Sukamart akhirnya memilih untuk menutup lini bisnis segmen individual/ritel dan Brand Sukamart. Lagipula, menurut Campbell, ke depannya akan semakin banyak pemain grocery e-commerce hadir di Tanah Air.

Di sisi lain, masih belum banyak layanan e-commerce yang mengkhususkan diri melayani konsumen korporasi. Jumlahnya pun masih bisa dihitung dengan jari seperti Mbiz, Bizzy, dan Bhinneka Bisnis.

Pengambilalihan Sukamart, sambungnya, merupakan langkah strategis bagi MonotaRO untuk memasuki pasar Indonesia. Sukamart telah memiliki platform dari segi operasional bisnis dan database konsumen yang telah dibangun sejak 2012. Hal itu sekaligus bisa menjadi kekuatan Sukamart dalam mengakselerasi bisnis perusahaan.

“Kami telah menjalankan bisnis e-commerce di Indonesia selama 3,5 tahun. Dalam masa itu, banyak poin penting yang bisa kami pelajari untuk kemajuan misalnya dari operasi harian dan konsumen kami, dan bagaimana menjalankan siklus plan-do-check-adjust (PDCA) dengan benar. Tentu saja hal ini akan mempengaruhi salah satu faktor penting untuk pertumbuhan dalam jangka panjang.”

Bisa Menerima Kegagalan Penting dalam Kesuksesan Bisnis Startup

Kegagalan bisa menjadi suatu hal yang destruktif bila tidak bisa disikapi dengan benar, tapi di sisi lain tiada kesuksesan tanpa kegagalan. Akan tetapi, pernahkan Anda membayangkan bagaimana perlakuan yang diberikan lingkungan sosial masyarakat di suatu negara atas kegagalan bisnis suatu perusahaan startup?

Rupanya tidak semua negara bisa mentolerir hal tersebut dengan baik. Tulisan Mark Suster, yang dimuat oleh Both Sides of the Table, mengungkapkan tingkat tolerasi atas kegagalan startup lebih tinggi di Amerika ketimbang di Eropa, Jepang, dan Korea Selatan.

Suster mengungkapkan masyarakat Amerika sangat menyukai cerita sejarah. Pasalnya, banyak cerita sejarah yang penuh inspirasi mengenai orang-orang yang dulunya adalah “underdog” menjalani hidup penuh lika-liku kegagalan dan berhasil bangkit dari keterpurukan tersebut.

Contohnya, presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln dan pemimpin perusahaan teknologi ternama Steve Jobs. Hingga kini kedua kisah tokoh tersebut menjadi inspirasi seluruh orang di dunia.

Silicon Valley didirikan berkat trial dan error yang terus menerus terjadi dan kemudian terus memperbaiki diri. Suster percaya, pendekatan ilmiah trial dan error, menjadi salah satu kekuatan utama Silicon Valley.

Sementara itu, di London, misalnya, Suster menyaksikan sendiri momen saat pendiri startup gagal menjalani bisnis, dia akan diasingkan oleh media dan ke depannya akan sulit untuk mendapatkan pendanaan baru.

Prancis, lebih parah lagi perlakuannya. Saat pendiri mengalami kegagalan, tidak ada perlindungan hukum yang menjadi landasan terakhir. Malah dia sendiri yang akan menanggung seluruh tanggung jawab.

Ditambah lagi, ketika mempekerjakan seseorang terlalu cepat namun bisnis tidak bisa berjalan seperti yang diharapkan, Anda tidak bisa dengan mudah memecatnya. Hal-hal tersebut dikhawatirkan akan membunuh semangat entrepreneurship di Prancis.

Masyarakat Korea Selatan sangat memikirkan prestise dengan bekerja di perusahaan skala besar. Hal yang sama terjadi juga di Jepang. Masyarakat di sana memberikan tekanan yang berat kepada orang yang bekerja atau mendirikan perusahaan startup.

Beda halnya dengan perlakukan orang Korea yang tinggal di Los Angeles yang sebagian besar adalah seorang entrepreneur.

Perbedaan tingkat toleransi masyarakat di beberapa negara menimbulkan pertanyaan, jika pemerintah ingin mendorong lebih banyak wirausahawan, lebih baik mencari solusi bagaimana membuat masyarakat lebih menerima saat melihat kegagalan di startup.

Pemerintah, lanjut Suster, juga perlu menetapkan perlindungan hukum bagi startup agar dapat lebih agresif dan berani mengambil risiko mengingat adanya hukum probabilitas di antara 100 kali percobaan hanya dua keberhasilan besar yang diciptakan. Dua keberhasilan tersebut mampu mengubah industri dan masyarakat, serta menciptakan lapangan pekerjaan.

Di akhir tulisannya Suster menerangkan dirinya tidak yakin cara mana yang tepat demi mengubah pandangan masyarakat menjadi lebih toleran terhadap kegagalan di startup. Meskipun demikian, toleransi terhadap kegagalan sekecil apapun oleh masyarakat diharapkan bisa membawa pengaruh terhadap kegagalan besar lainnya.

Strategi Reebonz Tarik Perhatian Para Fashionista Indonesia

Pertumbuhan orang kaya di Indonesia terus naik membuat perusahaan e-commerce fesyen asal Singapura, Reebonz, terus melakukan strategi pendekatan agar semakin dilirik, terutama oleh kalangan fashionista. Salah satunya, pelayanan dengan mengusung konsep lokalisasi.

Daniel Lim, co-founder Reebonz, menjelaskan konsep lokalisasi dibuat dengan tujuan pengguna dapat dimudahkan saat hendak melakukan transaksi. Bentuk konsep tersebut tercermin dengan dihadirkannya mata uang lokal, pembayaran dengan bank transfer, dan penggunaan bahasa Indonesia.

“Dengan melakukan pendekatan berkonsep lokal, pengguna tidak akan merasa awam karena interface-nya sesuai dengan budaya lokal Indonesia. Kami hanya menyediakan pembayaran dengan bank transfer hanya di Indonesia. Di negara lain umumnya lebih fasih bertransaksi memakai kartu kredit,” terangnya di Jakarta, Jumat (22/7).

Menurutnya, pasar Indonesia sangatlah unik sehingga tidak bisa sembarang strategi bisa diterapkan, apalagi mendekati kalangan orang kaya. Hal tersebut sekaligus menjadi tantangan karena perlu adanya jaminan keamanan mengingat barang yang dijual tidak sembarang.

Lim menyebutkan pihaknya membangun kepercayaan mulai dari situs, pelayanan, kemasan, hingga pengiriman.

Secara jumlah, anggota Reebonz yang terdaftar di Indonesia mencapai 550 ribu orang dari total anggota dari seluruh kawasan Asia Pasifik sebesar 4,9 juta orang. Adapun dari skala umurnya antara 25 tahun hingga 40 tahun.

Dari skala bisnis, lanjutnya, transaksi pengguna Reebonz di Indonesia diklaim tumbuh rata-rata dua kali lipat per kuartalnya sejak pertama kali diluncurkan pada lima tahun lalu. Kendati demikian Lim enggan membeberkan nilai target transaksi yang ingin dicapai tahun ini.

Untuk urusan barang dagangan, produk yang mayoritas dibeli orang kaya Indonesia secara berurutan adalah tas, sepatu, jam tangan, dan perhiasan. Sementara dari segi merk, Michael Kors, Balenciaga, dan Prada adalah merk-merk yang populer.

Barang preloved

Selain menjual barang premium, kini perusahaan menghadirkan pelayanan baru yakni menjadi fasilitator barang preloved antara pembeli dan penjual. Lim menjelaskan, barang-barang yang hendak dijual sebelumnya harus mendapat otentifikasi dari seorang atelier yang datang mengecek keaslian barang.

Hal itu dimaksudkan agar pembeli tidak ditipu oleh barang palsu sekaligus menjaga nama baik Reebonz itu sendiri. Setelah itu, penjual baru bisa menjual barangnya lewat menu yang khusus dihadirkan, yakni Closets.

Atelier itu sendiri disediakan khusus untuk masing-masing negara tempat Reebonz berada, seperti Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Indonesia.

Lim membeberkan negara selanjutnya yang akan disasar adalah Tiongkok dan Timur Tengah. “Kami masih pelajari struktur demografinya, belum bisa dipastikan kapan waktu yang tepat untuk menyasar tersebut,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here