Inilah Hasil Pembagian Grup PMPL ID Season 4 Regular Season

Turnamen PUBG Mobile terbesar di Indonesia yakni PUBG Mobile Pro League (PMPL) ID Season 4 akan segera bergulir. Turnamen yang diikuti oleh 20 tim PUBG Mobile terbaik dari seluruh Indonesia tersebut dibagi menjadi 5 grup dengan masing-masing 4 tim. Hasil pengundian grup PMPL ID Season 4 juga sudah diumukan pada 21 Agustus 2021 kemarin.

Berikut ini hasil pembagian grup PMPL ID Season 4:

Image Credit: PUBG Mobile Esports Indonesia

Grup A
• Bigetron Red Aliens
• RRQ Ryu
• Supply Bang
• Zone Esports

Grup B
• LIVESCAPE
• Voin Victory88
• Maruszama Echo
• Takae Esports

Grup C
• Aura Esports
• Bonafide Esports
• Nero Team
• Eagle 365 Esports

Grup D
• BOOM Espors
• Onic Esports
• NFT Esports
• Dewa United

Grup E
• Genesis Dogma Gids
• Victim Sovers
• Skylightz Gaming
• Alter Ego LIMAX

Pembagian grup di PMPL ID Season 4 ini dapat dibilang terbagi rata. Tim-tim unggulan yang tampil bagus di PMPL ID Season 3 kemarin seperti LIVESCAPE, Bigetron Red Aliens, Aura Esports, BOOM Esports, dan Genesis Dogma Gids berada pada grup yang berbeda. Sementara tim-tim promosi dari PMNC ID 2021 kemarin juga terbagi rata.

Pada PMPL ID Season 4 Regular Season ini nantinya tim peserta akan bertarung selama 3 pekan dengan total 10 round tiap minggunya. 16 tim teratas tiap minggu akan masuk ke dalam super weekend untuk memperebutkan poin di klasemen akhir. 16 tim teratas dari klasemen akhir di PMPL ID Season 4 Regular Season akan melaju ke babak Country Finals.

LIVESCAPE yang dahulunya bernama Geek Fam merupakan juara bertahan dari turnamen PMPL Indonesia. Tim tersebut berhasil menjuarai PMPL ID Season 3 yang diselenggarakan pada bulan April 2021 kemarin. Total hadiah yang diperebutkan dalam PMPL ID Season 3 kemarin sekitar Rp1,9 miliar.

PMPL ID Season 4 sendiri akan berlangsung pada 24 Agustus hingga 12 September 2021 mendatang. Turnamen ini nantinya akan memperebutkan total hadiah sebesar US$150.000 atau sekitar Rp2,1 miliar. Selain itu pemenang dari PMPL ID Season 4 Regular Season juga akan lolos langsung ke tingkat Asia Tenggara yang bertajuk PUBG Mobile SEA League Season 4 2021.

BOOM Esports Finis di Posisi 5 Besar PCS Summer 2021

Kiprah BOOM Esports dalam mengarungi turnamen League of Legends bertajuk PCS Summer 2021 akhirnya harus terhenti. BOOM Esports kalah di babak playoff lower bracket round 2 atas tim Taiwan, Machi Esports dengan skor 3-2. Dengan kekalahan ini, BOOM Esports hanya mampu menempati posisi 5 besar klasemen akhir PCS Summer 2021.

Sebelumnya BOOM Esports datang sebagai tim Asia Tenggara dalam pagelaran PCS Summer 2021 ini. Tim ini diisi oleh pemain-pemain yang berbeda negara seperti Roccky dari Thailand, Holo dari Hongkong, Wako dari Taiwan, serta Ruby dan Pop dari Korea Selatan.

Sayangnya kehadiran pemain-pemain dari banyak negara tersebut tidak mampu mengangkat performa BOOM Esports. Pada babak group stage kemarin, BOOM Esports juga hanya mampu finis di urutan ke 4 klasemen akhir PCS Summer 2021 di bawah tim-tim Taiwan. Dengan hasil ini, maka BOOM Esports hanya mampu membawa pulang hadiah sebesar US$4.500 atau sekitar Rp65 juta.

PCS Summer 2021 saat ini sudah memasuki 3 besar babak playoff. Tim-tim yang tersisa yakni PSG Talon, Beyond Gaming, dan J Team. Ketiga tim tersebut merupakan tim dari Taiwan. Dominasi dari tim Taiwan memang sudah terjadi dari kemarin. Pada PCS Spring 2021 kemarin 4 tim teratas juga ditempati oleh tim Taiwan. PSG Talon yang jadi juara di PCS Spring 2021 kemarin.

Musim ini merupakan kali kedua BOOM Esports tampil dalam ajang Pacific Championship Series. Ajang ini merupakan liga League of Legends yang diselenggarakan oleh Riot Games untuk kawasan Asia Tenggara, Taiwan, dan Hongkong. Pada PCS Spring 2021 kemarin, BOOM Esports juga hanya mampu finis 7 besar dari 10 tim peserta.

PCS Summer 2021 sendiri dimulai pada 9 Juli kemarin hingga 29 Agustustus 2021 mendatang. Turnamen ini mempertemukan 10 tim League of Legends terbaik dari kawasan Asia Tenggara, Taiwan, dan Hongkong. PCS Summer 2021 memperebutkan total hadiah sebesar US$80.000 atau sekitar Rp1,1 miliar. Selain itu turnamen ini juga memperebutkan 2 slot menuju LoL World Championship. Ajang tersebut merupakan kompetisi League of Legends terbesar yang mempertemukan tim-tim terbaik dari seluruh dunia.

Roblox Akuisisi Guilded, Pemasukan Netmarble Pada Q2 2021 Turun 16% dari Tahun Lalu

Minggu lalu, Roblox mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi platform group chat, Guilded. Selain itu, Netmarble juga baru saja merilis laporan keuangan mereka untuk Q2 2021. Sementara itu, startup asal Singapura, Storms, membuat tim pengembangan mobile game yang dinamai Storms Studio.

Q2 2021, Pemasukan Netmarble Turun 16% dari Tahun Lalu

Netmarble, perusahaan mobile asal Korea Selatan, telah merilis laporan keuangannya untuk Q2 2021. Untuk kuartal yang berakhir pada 30 Juni 2021, total pemasukan Netmarble mencapai US$492 juta, naik 1,2% dari pemasukan Netmarble pada Q1, tapi turun 15,8% jika dibandingkan dengan pemasukan pada Q2 2020. Marvel: Contest of Champions masih menjadi game dengan kontribusi terbesar pada pemasukan Netmarble. Dari total pemasukan Netmarble, game tersebut memberikan kontribusi sebesar 13%, lapor GamesIndustry

Sementara itu, laba bersih yang didapat oleh Netmarble mencapai US$43,1 juta, turun 43% dari periode yang sama pada tahun lalu. CEO Netmarble, Seungwon Lee mengatakan, salah satu hal yang membuat keuntungan Netmarble turun pada Q2 2021 adalah besarnya biaya marketing untuk Ni no Kuni: Cross Worlds.

Perusahaan Mobile Singapura Buat Tim Pengembangan Game

Storms, startup mobile game asal Singapura, telah membuat studio game internal. Dinamai Storms Studio, tim pengembangan game tersebut telah membuat sebuah game hypercasual berjudul AZ Run. Storms mengklaim, game ball runner tersebut telah diunduh sebanyak tiga juta kali pada bulan pertama ia diluncurkan. Selain itu, game AZ Run juga berhasil menduduki peringkat pertama di 30 negara.

Storms Studio sudah berhasil membuat AZ Run. | Sumber: YouTube

Sebelum membuat game, Storms fokus pada layanan mobile, seperti menerbitkan mobile game, pengelolaan pemasukan untuk mobile game, dan membuat platform game instan, yang memiliki lebih dari tiga juta pengguna aktif bulanan. Sekarang, Storms bekerja sama dengan publisher hypercasual game, Voodoo, untuk merilis AZ Run di iOS dan Android, menurut laporan GamesIndustry.

Roblox Akuisisi Guilded

Minggu lalu, Roblox mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi platform group chat Guilded. Roblox menyebutkan, setelah akuisisi ini, Guilded akan tetap beroperasi secara mandiri. Sementara Guilded percaya, akuisisi ini akan membantu mereka untuk memberikan layanan yang lebih baik pada komunitas.

“Dalam jangka panjang, akuisisi ini akan membantu kami untuk memberikan layanan yang lebih baik dan kami akan bisa mengambil proyek yang lebih besar dari sebelumnya,” kata CEO dan pendiri Guilded, Eli Brown, seperti dikutip dari GamesIndustry. “Ke depan, kami akan membuat proyek yang ambisius karena kami memang punya misi yang ambisius, yaitu membangun platform komunikasi terbaik untuk komunitas Anda.”

Epic Games Store Uji Coba Sistem Self-Publishing Game

Epic Games Store meluncurkan sistem yang membantu developer untuk merilis game mereka sendiri. Namun, saat ini, sistem tersebut masih dalam tahap closed beta. Anda bisa mendaftarkan diri untuk menguji sistem self-publishing itu di sini. Walau tidak sebanyak Steam, jumlah pengguna bulanan EGS telah mencapai 58 juta orang. Selain itu, Epic Games juga membebani developer dengan potongan yang lebih kecil dari Steam, hanya 12% dari pemasukan game yang dirilis di platform mereka. Sementara itu, rata-rata potongan yang Steam ambil adalah 30% dari total pemasukan sebuah game, lapor VentureBeat.

Epic Games Store uji self-publishing system.

Dengan adanya sistem self-publishing ini, EGS percaya, jumlah game yang tersedia di platform mereka akan bertambah dengan cepat. Sekarang, tanpa sistem self-publishing, jika Anda ingin game Anda diluncurkan di EGS, Anda harus menunggu persetujuan dari Epic Games.

Seperti yang disebutkan oleh PC Gamer, sistem self-publishing di EGS ini mirip dengan Steam Direct, yang memungkinkan developer untuk meluncurkan game mereka di Steam secara langsung tanpa perlu menunggu persetujuan Valve. Dan memang, keberadaan Steam Direct membuat jumlah game yang tersedia di Steam bertambah dengan cepat. Namun, keberadaan Steam Direct juga menuai kritik. Alasannya, Valve tidak lagi perlu memeriksa game yang akan diluncurkan di Steam. Alhasil, ada banyak game porting dari platform lain yang diluncurkan di Steam tanpa penyesuaian sama sekali.

Riot Games Jalin Kerjasama dengan ESL, Siap Gelar Wild Rift SEA Championship 2021

Riot Games bekerja sama dengan salah satu event organizer terbesar dunia, ESL, untuk menyelenggarakan League of Legends: Wild Rift Southeast Asia (SEA) Championship 2021. Turnamen ini akan mempertemukan tim-tim Wild Rift terbaik di kawasan Asia Tenggara, Taiwan, Hongkong, dan Oseania.

Wild Rift SEA Championship 2021 nantinya akan digelar pada 14 September hingga 3 Oktober 2021 mendatang. Sebanyak 21 tim peserta akan mengikuti turnamen ini. 21 tim tersebut nantinya akan dibagi menjadi 2 bagian, dengan 9 tim akan lolos ke babak group stage langsung dan 12 tim lainnya akan berjuang terlebih dahulu dari babak play-in.

Image Credit: ESL

9 tim yang lolos ke babak group stage tersebut nantinya diambil dari juara 9 regional yang ada di Wild Rift SEA Championship 2021 yakni Vietnam, Thailand, Taiwan, Hongkong, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Oseania. Sementara 12 tim lainnya yang masuk ke babak play-in merupakan 8 runner-up dari turnamen regional ditambah slot tambahan untuk regional Vietnam, Thailand, dan Taiwan.

Ketiga region tersebut mendapatkan slot tambahan berkat penampilan apik tim mereka pada gelaran Wild Rift SEA Icon Series 2021: Summer Super Cup kemarin. EVOS Esports TH yang berhasil menjuarai Wild Rift SEA Icon Series 2021: Summer Super Cup juga akan mendapatkan slot otomatis setidaknya ke babak play-in.

Image Credit: EVOS Esports TH

Wild Rift SEA Icon Series 2021: Summer Super Cup kemarin sukses digelar sebagai turnamen Wild Rift tingkat Asia Tenggara pertama. Turnamen yang berlangsung bulan Juni 2021 kemarin diikuti oleh 16 tim Wild Rift dan memperebutkan total hadiah sebesar US$150.000 atau sekitar Rp2,1 miliar.

Saat ini, 9 kawasan yang ada di SEA Championship 2021 sedang menyelenggarakan turnamen Wild Rift SEA Icon Series 2021: Fall Season. Di Indonesia sendiri saat ini masih berlangsung babak group stage SEA Icon Series 2021: Fall – Indonesia. 8 tim yang bertanding yakni ION Esports, BOOM Esports, MBR Esports, Echo Esports, Eagle365 Esports, as a team, Joker Squad, dan Team Oke akan memperebutkan 2 slot wakil Indonesia.

Wild Rift SEA Championship 2021 akan memperebutkan total hadiah sebesar US$200.000 atau sekitar Rp2,8 miliar. Selain itu turnamen ini nantinya juga akan memperebutkan slot menuju turnamen Wild Rift World Championship 2021 yang akan digelar akhir tahun 2021 mendatang. Turnamen ini akan mempertemukan tim-tim Wild Rift terbaik dari seluruh dunia.

Seberapa Penting Reputasi Brand di Industri Game dan Esports?

Tahukah Anda, biaya produksi iPhone 11 Pro Max hanyalah US$490,5. Padahal, smartphone itu dijual dengan harga sekitar US$1.099 sampai US$1.449. Memang, Apple juga memberikan berbagai layanan untuk para pengguna iPhone. Meskipun begitu, tak bisa dipungkiri, keuntungan yang Apple dapatkan dari iPhone cukup besar.

Pada 2019, Apple hanya menguasai 14,5% pangsa pasar smartphone. Perusahaan asal Amerika Serikat itu masih kalah jika dibandingkan dengan Samsung, yang menguasai 21,8% pangsa pasar dan Huawei, dengan pangsa pasar 17,6%. Meskipun begitu, dari segi laba, Apple menguasai 66% total keuntungan industri smartphone.

Lalu, apa yang membuat iPhone menjadi lebih berharga di mata para pengguna dari smartphone lainnya? Seperti yang disebutkan oleh Investopedia, salah satu alasan kenapa konsumen mau membeli produk Apple adalah karena barang elektronik dengan logo apel tersebut memang punya reputasi sebagai barang mewah. Hal ini menjadi bukti bahwa reputasi sebuah brand bisa membuat konsumen rela membayar harga lebih mahal.

Dalam artikel kali ini, saya akan membahas tentang pengaruh reputasi merek pada perusahaan. Dan bagaimana reputasi akan memengaruhi perusahaan game atau entitas esports.

Brand Equity: Definisi dan Keuntungan yang Diberikan ke Perusahaan

Secara harfiah, brand equity berarti nilai atau valuasi dari sebuah brand. Cara untuk mengetahui apakah sebuah brand punya nilai atau tidak cukup mudah. Jika sebuah brand menawarkan sebuah produk dengan harga yang lebih mahal dari produk serupa di pasar dan konsumen tetap mau membeli produk dari merek itu, maka merek tersebut punya nilai. Buktinya, konsumen rela mengeluarkan uang lebih demi mendapatkan produk dari merek tersebut.

Mari kita ambil Louis Vuitton sebagai contoh. Ketika mereka bekerja sama dengan Riot Games untuk membuat koleksi pakaian LVxLOL, mereka membanderol kaos dengan gambar Qiyana seharga US$670 atau sekitar Rp9,4 juta. Dari semua koleksi tersebut, jaket kulit menjadi produk yang paling mahal, dengan harga US$5.650 atau sekitar Rp79 juta. Padahal, biaya produksi untuk membuat sebuah kaos bergambar atau jaket kulit jelas tidak semahal itu. Namun, harga yang jauh lebih mahal dari biaya produksi tidak menghentikan orang-orang untuk membeli koleksi LVxLOL — atau produk Louis Vuitton lainnya. Hal ini menjadi bukti bahwa merek Louis Vuitton punya nilai tersendiri di mata konsumen. Dan memang, nilai brand Louis Vuitton mencapai US$14,86 miliar pada 2021, menurut data dari Statista.

Nilai merek Louis Vuitton dari 2016 ke 2021. | Sumber: Statista

Ada beberapa keuntungan yang didapat perusahaan ketika merek mereka punya reputasi yang bagus. Menurut Investopedia, reputasi merek yang baik bisa berdampak langsung pada keuntungan perusahaan. Pasalnya, perusahaan bisa memasang harga yang lebih mahal dari pesaing ketika mereka menjual produk mereka, walau produk itu tidak jauh berbeda dari produk milik pesaing. Hal itu berarti, perusahaan bisa mendapatkan margin untung yang lebih besar. Dalam kasus Louis Vuitton — atau merek luxury fashion lainnya — mereka tentu punya margin untung yang jauh lebih besar daripada penjual kaos di pasar.

Tak hanya margin laba, brand equity juga bisa memengaruhi volume penjualan produk. Semakin baik reputasi perusahaan, semakin banyak pula orang yang mau membeli produk dari perusahaan itu. Pada akhirnya, hal ini juga akan meningkatkan keuntungan yang didapat perusahaan. Meskipun margin laba yang perusahaan dapatkan dari sebuah produk kecil, tapi jika mereka bisa menjual produk itu dalam jumlah banyak, maka keuntungan yang mereka dapat pun tetap akan menjadi besar.

Terakhir, keuntungan yang perusahaan dapat dari reputasi yang baik adalah kesetiaan pelanggan. Ketika seorang konsumen sudah setia dengan satu brand, biasanya dia akan selalu membeli produk dari merek tersebut. Ketika membeli makanan, saya cenderung memilih restoran yang mereknya sudah saya kenal. Selain menjadi repeat customer, pelanggan yang sudah menjadi fans setia dari sebuah merek juga biasanya akan membeli lebih dari satu produk dari merek tersebut. Sebagai contoh, pengguna iPhone biasanya juga menggunakan iMac. Bagi perusahaan, pelanggan yang setia berarti mereka bisa menghemat ongkos marketing. Karena, biaya untuk retensi konsumen cenderung lebih murah daripada mengakuisisi konsumen baru.

Biaya untuk mempertahankan konsumen biasanya tidak semahal mendapatkan konsumen baru. | Sumber: Deposit Photos

Lalu, bagaimana cara untuk menghitung brand equity?

Secara garis besar, ada tiga mteode yang bisa digunakan untuk menghitung nilai dari sebuah brand. Pertama, cost-based brand valuation. Sesuai namanya, metode ini menentukan nilai dari sebuah brand dengan menghitung total biaya yang dikeluarkan untuk membangun merek itu, mulai dari biaya promosi, biaya iklan, sampai biaya untuk mendaftarkan lisensei dan trademarks. Semua biaya tersebut harus dihitung sejak merek didirikan. Jadi, metode ini cocok digunkaan untuk menghitung valuasi brand yang masih baru, seperti yang disebutkan oleh The Balance.

Market-based brand valuation merupakan cara lain untuk menghitung nilai dari sebuah brand. Metode ini menentukan nilai brand dengan membandingkan merek tersebut dengan merek pesaing, khususnya ketika merek pesaing baru saja dijual. Dalam market-based brand valuation, nilai saham dari perusahaan pesaing juga bisa menjadi tolok ukur untuk menentukan nilai merek sebuah perusahaan.

Metode terakhir untuk menghitung nilai brand adalah income approach. Di metode ini, Anda menghitung nilai sebuah brand dengan memperkirakan pemasukan yang bisa didapatkan perusahaan dari brand tersebut. Selain potensi pemasukan yang bisa didapatkan perusahaan, hal lain yang harus diperhitungkan dalam metode ini adalah besar penghematan biaya yang bisa perusahaan lakukan. Contohnya, penghematan biaya marketing karena konsumen yang sudah loyal.

Pentingnya Reputasi Merek di Dunia Game dan Esports

Menurut data dari World Federation of Advertisers, hampir 40% konsumen tidak percaya dengan iklan tradisional. Namun, sebagian besar konsumen justru akan mempercayai komentar dari teman mereka atau review online. Hal ini menunjukkan, saat ini, reputasi merek semakin penting. Reputasi merek tidak hanya penting bagi perusahaan yang menjual barang, tapi juga entitas yang menyediakan layanan jasa, termasuk perusahaan game dan pelaku esports.

Bagi developer game, membangun reputasi sama artinya dengan membangun komunitas. Dan hal ini akan membantu mereka untuk menjual game mereka di masa depan. Topik akan pentingnya membangun komunitas bagi developer dibahas oleh Shahid Ahmad, mantan Director of Strategic Content, PlayStation, pada Casual Connect Europe pada 2016. Jason Della Rocca, mantan Executive Director dari International Game Developers Association, Cabang Montreal, juga mengungkapkan hal yang sama.

Jason Della Rocca. | Sumber: Wikipedia

Della Rocca mengakui, developer game biasanya lebih memilih untuk fokus pada proses pembuatan game dan menyerahkan tugas membangun komunitas pada publisher. Namun, dia menyebutkan, hal ini justru bisa merugikan developer. Alasannya, developer tidak selalu bekerja sama dengan publisher yang sama ketika meluncurkan game.

“Anda bisa saja bekerja sama dengan Publisher X untuk menerbitkan game pertama Anda dan menggandeng Publisher Y untuk game Anda berikutnya,” kata Della Rocca, seperti dikutip dari GamesIndustry. “Keberadaan komunitas dan kemampuan Anda untuk berkomunikasi dengan fans secara langsung merupakan aset penting bagi developer. Bagi indie developer, komunitas adalah hal yang sangat krusial.”

Tanpa fanbase, developer akan kesulitan untuk menggunakan berbagai marketing tools yang ada secara maksimal. Della Rocca menjadikan Kickstarter sebagai contoh. Melalui Kickstarter, developer bisa mendapatkan uang yang diperlukan untuk mengembangkan game mereka. Namun, jika developer mengadakan kampanye Kickstarter tanpa membangun fanbase terlebih dulu, kemungkinan besar, kampanye mereka tidak akan berhasil atau tidak maksimal. “Kickstarter adalah alat untuk membangun komunitas. Ia bisa digunakan sebagai bagian dari proses marketing game,” ujar Della Rocca.

Sementara itu, Ahmad menjelaskan, membangun fanbase bisa membantu developer untuk membuat game-nya tampil menonjol dari game-game lain. Dia memperkirakan, setiap harinya, ada lebih dari 100 game yang diluncurkan di iOS. Ditambah dengan game-game yang diluncurkan di platform lain, maka setiap harinya, ada ratusan game baru yang diluncurkan. Membuat game yang bisa tampil menonjol dari ratusan atau bahkan ribuan game lain bukanlah perkara mudah. Sementara sebagai gamer, Ahmad menceritakan pengalaman pribadinya, dia justru sering merasa kesulitan untuk memilih game baru untuk dimainkan karena ada terlalu banyak opsi.

Banyaknya pilihan game terkadang justru membuat seseorang bingung. | Sumber: Deposit Photos

“Kadang saya memeriksa iPhone saya untuk mencari game baru. Saya mengunduh game baru, tapi hanya memainkannya selama sekitar 20 detik. Setelah itu, saya akan membuka Steam, yang menampilkan daftar game yang sudah dikurasi sesuai preferensi saya,” cerita Ahmad. Namun, pada akhirnya, dia justru memainkan Call of Duty. Alasannya karena dia tidak menemukan game dari indie developer yang menarik perhatiannya.

“Jadi, apa yang harus developer lakukan untuk mengatasi masalah itu? Mereka harus membangun reputasi,” ujar Ahmad. “Membangun reputasi menjadi salah satu keharusan bagi developer. Sekarang, punya reputasi yang baik sama pentingnya — atau justru lebih penting — dari membuat game yang berkualitas.” Dia menambahkan, tanpa reputasi dan tanpa komunitas, developer harus bisa membuat game yang benar-benar stand out di mata gamers.

“Padahal, sekarang, semua game terlihat sangat bagus. Karena, semua developer bisa mengakses berbagai tool hebat. Selain itu, ada banyak cara untuk meluncurkan game Anda, ada begitu banyak platform yang bisa Anda pilih,” kata Ahmad. “Jika Anda tidak berusaha untuk membangun reputasi Anda, jika Anda tidak mendekatkan diri dengan komunitas Anda, menunjukkan visi dan misi Anda di hadapan audiens Anda, Anda akan mengalami masalah.”

Blizzard dikenal dengan berbagai game mereka yang populer. | Sumber: Twitter

Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Di industri game, perusahaan besar sekalipun bisa terkena skandal. Contohnya, Blizzard. Pada akhir Juli 2021, Blizzard dituntut oleh Departemen Ketenagakerjaan California karena mereka dianggap membiarkan budaya diskriminasi dan pelecehan seksual terjadi di perusahaan. Begitu skandal ini menyebar di media, Blizzard mendapatkan reaksi negatif dari berbagai pihak, mulai dari karyawan, mantan karyawan, pemain, sampai sponsor dari liga esports yang mereka adakan.

Menanggapi kasus ini, karyawan Blizzard mengadakan aksi mogok. Selain itu, mereka juga membentuk koalisi pekerja bernama “Aliansi Pekerja ABK”. Sementara itu, beberapa sponsor dari Overwatch League memutuskan untuk mundur. Salah satu sponsor yang mengundurkan diri adalah T-Mobile, perusahaan telekomunikasi raksasa asal AS. Tak hanya itu, Kellog — perusahaan yang membawah merek Cheez-It dan Pringles — juga tidak lagi menjadi sponsor dari OWL. Sementara Coca-Cola dan State Farm mengungkap bahwa mereka akan mempertimbangkan kembali status mereka sebagai sponsor OWL.

Jumlah pemain aktif bulanan (MAU) Blizzard dari kuartal ke kuartal. | Sumber: Statista

Skandal Blizzard ini juga memengaruhi jumlah pemain game-game mereka. Pada Q2 2021, jumlah pemain aktif bulanan Blizzard hanya mencapai 26 juta orang, turun dari 46 juta orang pada Q2 2017. Menurut laporan GameRant, tren penurunan jumlah pemain Blizzard memang sebenarnya sudah terjadi sebelum muncul skandal akan diskriminasi dan pelecehan seksual, seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di atas. Alasan para pemain Blizzard berhenti bermain beragam. Sebagian memutuskan untuk berhenti bermain karena mereka kecewa dengan game dari Blizzard. Sementara sebagian yang lain berhenti bermain karena Blizzard dianggap tidak memberikan dukungan yang memadai untuk game yang mereka mainkan, seperti pada Overwatch.

Walau jumlah pemain Blizzard cenderung turun, pemasukan perusahaan tetap menembus US$1 miliar. Seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di bawah, pemasukan Blizzard pada 2018 naik menjadi US$2,3 miliar dari US$2,1 miliar pada 2017. Memang, pendapatan mereka sempat turun drastis ke US$1,7 miliar pada 2019. Namun, angka itu kembali naik ke US$1,9 miliar pada 2020.

Pemasukan Blizzard dari 2007 sampai 2020. | Sumber: Statista

Ramainya pemberitaan tentang budaya diskriminasi dan pelecehan seksual di Blizzard juga sempat membuat nilai saham perusahaan itu turun. Nilai saham Blizzard turun menjadi US$84,05 pada 27 Juli 2021 dari US$91,5 pada 23 Juli 2021. Meskipun begitu, pada 11 Agustus 2021, saham Blizzard sudah kembali naik, menjadi US$85 per lembar. Dan sayangnya, dampak skandal ini pada pemasukan Blizzard masih belum bisa dilihat. Jadi, belum diketahui apakah tuntutan yang diajukan pada Blizzard akan mendorong perusahaan itu untuk berubah atau mereka akan membiarkan budaya perusahaan yang tidak sehat terus berlanjut.

Blizzard bukan perusahaan game pertama yang terkena skandal. Sebelum ini, Riot Games dan Ubisoft pun pernah mendapatkan pemberitaan negatif karena budaya perusahaan yang kurang baik. Keduanya memang melakukan sejumlah perubahan. Meskipun begitu, sampai saat ini, dua perusahaan itu masih tetap menjalankan bisnis.

Pentingnya Reputasi Merek di Indonesia

Indofood Group adalah salah satu perusahaan asal Indonesia yang sukses bahkan hingga ke pasar internasional. Sebagai perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG), Indofood punya beberapa merek, seperti Indomie, Indomilk, Sarimi, Bimoli, dan Indofood. Dari semua merek tersebut, Indomie merupakan merek dengan nilai paling tinggi, mencapai US$440 juta. Sementara merek terpopuler kedua adalah Indomilk, yang bernilai US$335 juta. Untuk lebih lengkapnya, Anda bisa melihat gambar di bawah.

 

Nilai merek di bawah Indofood Group. | Sumber: SWA

Perhitungan nilai merek di atas dilakukan oleh SWA Brand Finance. SWA menjelaskan, ada beberapa faktor yang mereka jadikan tolok ukur untuk menghitung nilai dari masing-masing merek di bawah Indofood Group. Faktor pertama adalah Brand Strength, yang melibatkan kinjera keuangan perusahaan, sustainability, dan hubungan emosional brand dengan konsumen. Faktor-faktor lainnya adalah Royalty Range, Royalty Rate, pemasukan dari brand, proyeksi pendapatan dari merek, biaya royalti, dan proyeksi royalti.

Lalu, seberapa penting reputasi brand untuk organisasi esports? Andrian Pauline, CEO RRQ menyebutkan, reputasi itu sangat penting bagi organisasi esports. Tidak heran, mengingat sebagian besar pemasukan organisasi esports datang dari sponsorship. Dan seperti yang terlihat dari kasus Blizzard, sponsor akan mundur begitu pihak yang mereka sponsori terlibat skandal.

Untuk menentukan baik atau buruknya reputasi RRQ, AP menceritakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi tolok ukur. Salah satunya adalah perbandingan antara jumlah pemberitaan positif dengan pemberitaan negatif. Untuk meminimalisir pemberitaan negatif, AP mengungkap, pihak RRQ biasanya memang tidak mau berbicara tentang topik-topik tertentu. Dan ketika memberikan jawaban, mereka cenderung memberikan jawaban normatif.

“Kita semua di RRQ setuju bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa di-share ke media. Mengumbar hal-hal jelek demi konten, it’s just not us,” ujar AP ketika dihubungi melalui telepon. Selain pemberitaan media, hal lain yang menjadi tolok ukur reputasi RRQ adalah penghargaan yang mereka menangkan. AP menjelaskan, penghargaan yang dia maksud di sini bukanlah kompetisi esports yang RRQ menangkan, tapi penghargaan yang didasarkan pada pemungutan suara penonton atau metode lainnya.

Salah satu “penghargaan” yang RRQ pernah menangkan adalah gelar sebagai tim Mobile Legends paling populer di Asia Tenggara. Hal lain yang juga bisa menunjukkan baik-buruknya reputasi organisasi esports adalah brand yang menjadi rekan mereka. “Kalau kita mengadakan kolaborasi, tidak mungkin dengan brand atau perusahaan yang reputasinya kurang baik,” kata AP.

Tim Mobile Legends terpopuler di Asia Tenggara. | Sumber: Esports Charts

AP mengaku bersyukur karena semua orang di bawah RRQ — baik atlet esports maupun pihak manajemen — sepakat bahwa reputasi organisasi adalah sesuatu yang harus dijaga bersama. Dia menambahkan, bahkan setelah seseorang keluar dari RRQ, dia biasanya tidak akan membocorkan masalah internal organisasi ke pihak lain. “RRQ itu paling menjaga hal-hal yang bersifat internal. Segala sesuatu yang berhubungan dengan nama baik organisasi, kita coba selesaikan secara internal,” ujar AP. “Bukan berarti kita lebih bersih dari organisasi esports lain. Hanya saja, kita coba menyelesaikan masalah yang bisa diselesaikan secara internal.” Harapannya, pemberitaan buruk terkait masalah internal RRQ bisa diminimalisir.

Namun, RRQ bukanlah organisasi esports kecil. Mereka membawahi lebih dari 40 atlet esports. Tentunya, mereka juga mempekerjakan sejumlah orang untuk mengisi posisi manajemen. Sebagai CEO, mengawasi semua orang yang bekerja untuk RRQ memang mustahil. AP menyadari hal itu. Tapi, dia tetap percaya, semua orang di bawah RRQ mau menjaga nama baik organisasi. Menurutnya, hal ini bisa terjadi karena budaya perusahaan di RRQ.

“Saya beruntung punya kolega kerja, pemain, manajer, dan pelatih yang memang tahu peraturan di RRQ,” ujar AP. “Yang saya lihat, mereka bukannya takut pada RRQ sebagai organisasi atau fans kami, tapi karena kebiasaan perusahaan, mulai dari hal-hal kecil, yang akhirnya membentuk individu yang bisa mengikuti peraturan. Kami juga memberikan contoh dari atas ke bawah. Mulai dari dulu, waktu kita hanya 4-5 orang saja, akhirnya sampai sebesar sekarang. Sampai saat ini, tidak ada yang menceritakan aib hanya demi buat konten seru-seruan. Sebisa mungkin kita bereskan secara internal.”

Organisasi esports bukan satu-satunya elemen dalam ekosistem esports. Ada berbagai entitas lain yang juga punya peran penting dalam mengembangkan ekosistem esports, mulai dari publisher sampai penyelenggara turnamen.  Sayangnya, walau organisasi esports bisa menjaga nama baik mereka, terkadang, pihak lain dari ekosistem esports yang justru terkena skandal. Bisa jadi, yang tersangkut kasus justru sang publisher, seperti yang terjadi pada Blizzard. Ketika ditanya apa yang RRQ lakukan ketika publisher terkena masalah, AP menjawab bahwa RRQ akan mengambil sikap pragmatis.

Mobile Legends adalah salah satu game esports yang tumbuh pesat di Indonesia.

“Contoh, Moonton terkena kasus di Tiongkok, dituntut oleh Tencent. Di Indonesia, apa impact-nya? Apakah orang-orang yang main bakal masuk penjara? Apa EO yang membuat event untuk Moonton bakal dituntut oleh pengacara dari Tiongkok? Jika tidak ada, ya kita tidak usah ikut campur. Masalah itu akan menjadi masalah antara tim legal Moonton dan Tencent di Tiongkok,” jelas AP panjang lebar.

AP menyebutkan, RRQ juga tetap akan berusaha untuk menyuarakan kepentingan komunitas esports. Namun, mereka juga sadar bahwa pada akhirnya, RRQ hanyalah organisasi esports. “Mau sebanyak apapun fans Persija, mereka cuma klub sepak bola. Masih ada otoritas yang lebih tinggi dari mereka,” kata AP, memberikan analogi. Dan di ekosistem esports, publisher merupakan pemegang kekuasaan tertinggi. “Kita tidak bisa pungkiri, ekosistem esports muncul berkat publisher. Dan tim esports, fans, EO, dan media merupakan bagian penting dari ekosistem esports. Kita tidak bisa jalan sendiri-sendiri,” ujarnya. Satu hal yang pasti, AP menekankan, RRQ akan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dalam sebuah ekosistem esports.

Bagi orang-orang yang ingin menjadi atlet esports, AP memberikan sejumlah saran tentang cara menjaga reputasi dan mengembangkan karir. Salah satunya adalah fokus pada latihan. Menurutnya, saat ini, kebanyakan orang ingin menjadi pemain esports demi popularitas. Memang, biasanya, setelah pensiun, pemain esports akan menjadi streamer. Namun, dia menyebutkan, fokus utama dari pemain esports tetaplah memberikan performa yang baik dan membawa tim ke kemenangan.

“Atlet esports seharusnya bukan ingin bisa populer. Seharusnya, dia memasang target agar bisa jago dan membawa tim menang,” ungkap AP. Dia menyebutkan, ketika seseorang memberikan performa yang baik dan membawa timnya juara, popularitas akan datang dengan sendirinya.

Saran kedua dari AP adalah untuk tidak terlalu menyibukkan diri dengan membuat banyak konten. Alasannya, ketika seorang atlet esports justru fokus untuk membuat konten, maka dia tidak bisa berlatih dengan maksimal. Dan pada akhirnya, hal ini justru bisa menghambat karir sang atlet itu sendiri. “Peluang di esports itu kan sedikit dan tidak lama. Kalau dapat kesempatan, sebaiknya Anda berlatih keras. Dan juga bersosialisasi, perbanyak teman,” ujarnya. “Membangun chemistry dengan teman satu tim itu juga penting, tidak sekadar push rank.”

Bagi atlet esports, kemampuan untuk bisa membawa diri juga menjadi penting karena kebanyakan game esports dimainkan bersama-sama dengan tim dan tidak perseorangan. AP mengatakan, tidak peduli seberapa jago seorang atlet, jika dia tidak bisa rukun dengan teman satu timnya serta pelatihanya, karirnya tidak akan bertahan lama.

Sementara saran yang AP berikan untuk pemilik organisasi esports adalah untuk mencintai esports. “Temukan passion-nya,” ujarnya. “Kalau orientasinya lagi-lagi uang, jangan deh. Dia harus fall in love with esports. Bukan berarti dia harus main 12 jam sehari juga. Tapi, dia harus punya antusiasme akan esports. Kalau dia sendiri nggak enjoy, begitu pemain ada yang ngambek, ya jadi capek sendiri.” Dia juga menyebutkan, membangun tim esports bukan sesuatu yang instan. “Di dua tahun pertama pasti bleeding, entah waktu, tenaga, atau uang.”

Penutup

Seiring dengan bertambahnya jumlah penonton esports, semakin banyak pula pihak yang tertarik untuk menjadi sponsor dari pelaku esports. Bahkan merek non-endemik sekalipun mulai menjajaki dunia esports dalam beberapa tahun belakangan. Sebagian dari mereka bahkan membeli naming rights dari organisasi esports.

Ketika sebuah brand menjadi sponsor dari pelaku esports, maka mau tidak mau, reputasi dan image dari brand juga akan melekat pada pihak yang disponsori. Karena itu, perusahaan biasanya memilih pihak yang mereka sponsori dengan hati-hati. Dan jika pihak yang disponsori tersandung skandal, pihak sponsor biasanya tidak ragu untuk membatalkan kontrak sponsorship mereka. Mengingat sebagian besar pemasukan industri esports masih berasal dari sponsorship, maka semua pelaku industri esports — mulai dari atlet, organisasi esports, penyelenggara turnamen, sampai publisher — harus dapat menjaga reputasi mereka.

Jadi Turnamen Pemanasan Sebelum TI10, ESL One Fall 2021 akan Diikuti 12 Tim Dota 2 Terbaik

Turnamen Dota 2 ESL One Fall 2021 akan digelar pada 21 hingga 29 Agustus 2021. Turnamen ini nantinya akan menjadi turnamen bergengsi sebelum dimulainya The International 10 pada bulan Oktober 2021 mendatang. Sebanyak 12 tim Dota 2 terbaik dunia mengikuti turnamen ini. 10 tim merupakan tim undangan sedangkan 2 tim lainnya berhasil lolos dari babak kualifikasi.

12 tim peserta ESL One Fall 2021 adalah Alliance, Team Liquid, Team Spirit, T1, Thunder Predator, PSG.LGD, beastcoast, Virtus.pro, Tundra Esports. SG Esports, Team Empire, dan Creepwave. Uniknya turnamen ini diikuti oleh 8 tim yang nantinya akan mengikuti The International 10.

Nantinya 12 tim peserta ESL One Fall 2021 akan dibagi menjadi 2 grup dengan masing-masing 6 tim. 2 tim terbaik setiap grup akan lolos ke babak upper bracket playoff. Kemudian peringkat 3 dan 4 klasemen akan lolos ke babak lower bracket playoff. Sementara 2 tim terbawah setiap grup akan tereliminasi.

Babak group stage akan menggunakan format round robin best of 2. Sementara babak playoff akan menggunakan format double elimination dengan sistem pertandingan best of 3 dan best of 5 untuk partai grand final.

ESL One Fall 2021 sendiri merupakan turnamen tier 1 yang diselenggarakan oleh ESL dan bukan termasuk turnamen DPC. ESL One Fall 2021 akan memperebutkan total hadiah sebesar US$400.000 atau sekitar Rp5,8 miliar. Turnamen ini akan diselenggarakan online karena pandemi COVID-19 yang belum mereda. Namun sebagian tim sudah berada di Romania untuk mempersiapkan diri menjelang The International 10.

ESL One Fall 2021 dapat dikatakan sebagai turnamen pemanasan sebelum dimulainya The International 10. Hal ini karena jarak turnamen yang berdekatan, tim-tim kuat yang mengikuti turnamen, dan besarnya hadiah yang diperebutkan dalam ESL One Fall 2021 ini. Selain itu tim-tim peserta juga dapat mencoba dan beradaptasi terhadap patch 7.30 yang baru saja dirilis oleh Valve.

Kita lihat saja siapakah nantinya yang akan menjuarai ESL One Fall 2021 dan membawa pulang uang sebesar US$175.000 atau sekitar Rp2,5 miliar sebagai juara pertama. Tim-tim yang juga akan berlaga dalam The International 10 seperti T1, Alliance, dan PSG.LGD dapat mencoba strategi baru mereka ataupun mengasah strategi yang ada sebelum pertempuran sesungguhnya di The International 10 berlangsung.

EVOS Lynx Resmi Lepas 2 Rosternya, Earl dan Funi

Salah satu tim Mobile Legends perempuan terbaik di Indonesia yakni EVOS Lynx mengumumkan resmi melepas 2 rosternya. Tim yang berhasil menjuarai Woman Star League selama 2 musim berturut-turut (season 1 dan 2) tersebut memutuskan untuk melepas Fanny “Funi” Cynthia dan Winda “Earl” Lunardi. Kabar tersebut diberitakan langsung oleh EVOS Esports melalui akun media sosial resminya.

Baik Funi maupun Earl sudah bergabung bersama tim berjuluk macan putih ini selama 2 tahun terakhir. Kedua pemain tersebut turut membawa EVOS Lynx menjadi tim Mobile Legends terbaik di Indonesia dan menjuarai beberapa turnamen bergengsi termasuk WSL. Tentunya kepergian 2 punggawanya yang sudah lama berada di tim menjadi momen sedih bagi tim ataupun fansnya.

Meski sebelumnya berjaya, pada pagelaran WSL Season 3 yang digelar pertengahan tahun 2021 lalu, EVOS Lynx harus mengakhiri dominasinya. EVOS Lynx harus puas berada di posisi 3 setelah dikalahkan oleh RRQ Mika pada final lower bracket. Sementara tim yang menjuarai WSL Season 3 dan menjadi jagoan baru Mobile Legends di Indonesia adalah Belletron ERA.

Image Credit: WSL

Kepergian 2 roster EVOS Lynx ini menimbulkan tanda tanya besar. Teka-teki ke tim manakah keduanya akan berlabuh semakin mencuat. Banyak rumor yang beredar bahwa Fanny “Funi” Cynthia dan Winda “Earl” Lunardi sebelumnya telah mengikuti trial dengan GPX atau Geng Kapak bersama beberapa pemain profesional Mobile Legends lainnya seperti Momobami dari Morph Akasha dan Lalanyx dari Lord of Heist.

GPX merupakan tim baru Mobile Legends buatan mantan pemain profesional  Yurino “Donkey” Putra yang saat ini berlaga dalam MDL ID Season 4. Mereka juga berencana akan membuat tim Mobile Legends perempuan. Ditambah lagi, ada rumor juga bahwa Moonton sedang berencana menggelar turnamen MPL khusus tim-tim Mobile Legends perempuan.

Namun demikian, keduanya dikabarkan memilih untuk rehat dari ajang kompetitif Mobile Legends. Funi sendiri sering dicadangkan oleh EVOS Lynx pada WSL Season 3 kemarin. Selain itu baik Funi dan juga Earl sepertinya lebih memilih untuk berfokus pada live streaming saja.

Pembalap Indonesia Avila Bahar Berhasil Juarai LOR Online League Series 2021

Pembalap virtual asal Indonesia, Avila Bahar, baru saja menjuarai Legion of Racers (LOR) Online League Season 2021 Presented by Tarmac Works. Avilia Bahar yang berada di tim JMX Phantom menjuarai turnamen tersebut setelah memenangi seri round 5 pada 18 Agustus 2021 kemarin.

Sebelumnya, Avilia Bahar sudah unggul selisih 11 poin dengan pesaing terdekatnya yakni Fadhli Rachmat. Avilia Bahar hanya butuh finis di belakang Fadhli Rachmat untuk memenangi gelaran Legion of Racers Online League Season 2021.

Avilia Bahar memulai balapan di sirkuit Suzuka ini di posisi kedua di belakang Fadhli Rachmat. Namun setelah bendera start dikibarkan, Fadhli Rachmat tidak mampu mempertahankan posisi pertama setelah harus bersenggolan dengan Arwin Taruna dan harus keluar lintasan di lap pertama. Selanjutnya Avilia Bahar berhasil mempertahankan posisi terdepan selama 30 menit balapan sekaligus mengunci kemenangannya di balapan terakhir.

Dikategori AM (amatir), persaingan terjadi cukup ketat. Gugun Wiranto dari Javasim merebut gelar juara dengan hanya terpaut 10 poin disusul oleh Fikri Azka dan Gerald Lim dari Singapura. Gugun Wiranto tidak menjalani balapan dengan mudah karena sempat mendapatkan insiden di lap 1. Namun dia bisa bangkit dan finis di urutan 7. Sementara pesaing terberatnya yakni Fikri Azka hanya mampu finis di urutan 6.

Penampilan gemilang pembalap-pembalap Tanah Air tadi membuat Indonesia berhasil memenangkan penghargaan Nations Cup di Legion of Racers Online League Season 2021. Hal ini sekaligus menandakan bahwa Indonesia mempunyai banyak talenta-talenta berbakat di Simulation Racing.

Avila Bahar dari JMX Phantom berhak membawa pulang hadiah uang tunai sebesar SGD800 atau sekitar Rp8,5 juta dan hadiah dari Logitech. Ia mengatakan, “Adalah sebuah perjalanan yang luar biasa untuk berkompetisi di Legion of Racers Online League Races dan kami sangat bangga memenangkan National Cup. Liga ini menunjukkan persaingan yang hebat dari banyak negara dan hal itu membuat saya lebih termotivasi untuk tampil lebih konsisten. Bagi saya kompetisi yang hebat, rival yang hebat, mentalitas, dan sikap sportif akan membuat kita menjadi pembalap yang lebih baik.”

Sementara itu Melvin Moh, co-founder dari Legion of Racers mengatakan, “Sangat menyenangkan melihat begitu banyak pembalap di Legion of Racers dari berbagai negara dan saya ingin berterima kasih kepada mereka semua atas partisipasinya. Dari tahun ke tahun, kualitas para pesaing dan balapan semakin bagus. Legion of Racers telah menyatukan banyak pembalap top di seluruh wilayah dan kami sudah tidak sabar untuk musim depan! Saya juga ingin menggunakan kesempatan ini untuk berterima kasih kepada semua sponsor dan mitra yang telah mendukung jalannya turnamen, karena kami tidak dapat melakukannya tanpa mereka.”

Legion of Racers Online League Season 2021 merupakan gelaran seri yang kelima setelah pertama kali diselenggarakan pada tahun 2018 silam. Turnamen ini diikuti oleh 24 pembalap SIM racing dari berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Hongkong, Filipina, Inggris Raya, Brunei, dan India di kategori PRO. Legion of Racer juga merencanakan turnamen baru lagi ke depannya yang akan digelar pada bulan Oktober 2021 mendatang.

Esports Will Be Officially Contested as an Exhibition in PON XX Papua 2021

A new chapter is being written in the history of Indonesian esports, as esports will be included as an exhibition at the forthcoming PON (National Games) XX Papua 2021.

Esports is one of ten sports that will be competed at the PON XX Papua 2021 Exhibition. This commitment was acquired after the official establishment of the Indonesian Esports Executive Board (PBESI) as a member of the Indonesian National Sports Committee (KONI).

Ascertainment of esports as an exhibition sport of XX Papua PON 2021 along with nine other sports was based on Central KONI Decree No. 67 of 2021. The aim, according to PBESI Secretary-General Frengky Ong, is to have three games participate in the PON XX Papua 2021 Exhibition. eFootball PES 2021, Mobile Legends, and Free Fire are the three games.

“Three esports genres of three different titles will be fought during the exhibition, including battle royale, MOBA, and football,” Frengky said at a virtual press conference on Wednesday (18/8/2021).

Photo via JPNN

PBESI intends to use the 2021 PON XX Papua Exhibition to evaluate athletes who would subsequently represent Indonesia in international events or competitions. The top-performing esports players at the 2021 PON XX Papua esports exhibition will be invited to attend a training camp at the National Training Center and will be trained directly by PBESI.

“They will be prepared to compete in international esports competitions and will represent Indonesia in multi-event championships such as the SEA Games, Asian Games, and others,” Frengky said.

From 26 August to 5 September 2021, the qualifying round will be conducted. It will be split into six categories specifically for eFootball PES 2021. This provincial qualifying round is open to the public and will be conducted virtually. This round will determine the top individual or team in each category.

“Later on, the qualification process for each esports title will be held in each province. The challenge is to identify the finest one. As a result, we’ll eventually have 34 team representatives from each game title.”On Wednesday (18/8/2021), he said in a press release.

PBESI Secretary-General Frengky Ong also commented that potential participants must register on the Garudaku platform for the registration stage. Registration will begin on August 18, 2021. Participants must represent their respective areas on the KTP or KIA in accordance with their domicile area.

Cover photo courtesy of Bolaskor.

Be Careful! These are Common Injuries in Gaming and Esports

Injuries are always devastating in any kind of sports, even in esports, and they can single-handedly end a pro’s career. In the CS:GO scene, for instance, Olofmeister and Shox have experienced injuries that pushed them out of the pro scene for several years. Some may say that it is even a miracle that both of them are able to play today and perform up to their standards even after going through rehabs and surgeries. Olofmeister kept his injury matters more private, so it was initially not really known what was wrong with him. Many speculated that it was a wrist or arm injury since these areas are more prone to harm in a CS:GO pro. However, in a later interview by Fragbite, he revealed that a nerve around his shoulder-breast area was “clogged”. As for Shox, he suffered from a wrist problem that can only be solved through proper surgery.

Unfortunately, other pro players like Fear from Dota 2 were forced to end their careers early as their injuries constantly take a toll on their health and performance. Fear was prevented to compete in The International 4 due to his (at that time) mysterious arm/elbow injury. Although he came back in 2015 to win it all in The International 5, he finally retired a year later from professional Dota 2 in the hopes of improving his health. 

With regards to the local superstars in Indonesia, we all know about the infamous injury experienced by the Mobile Legend pro, TuturuHis injury prevented him from being able to play for long durations and eventually sidelined him from the RRQ roster. Although Tuturu has not officially stated that he will be retiring from the pro scene, it is difficult to say what the future holds for him if he were to return. He even stated on his stream that he won’t be coming back to the pro scene due to the limitations of his ailment.

Tuturu’s pro career was sidelined to his injury | Source: Indosport

You might think that only pro players are prone to these injuries since they are the ones who play for 8+ hours a day. However, casual players might also experience these injuries if we are not careful, which is why it is imperative to have a basic understanding of the potential dangers of gaming and how to avoid them.

Before we delve deeper into this topic, we need to establish several warnings. Firstly, I am not in any way a qualified physician or doctor. If you want a more detailed explanation or are currently experiencing any injuries related to gaming, please visit a proper physician yourself. Secondly, I will try to explain everything in layman terms or use abstractions that will make the topic easier to grasp for the general readers. It might not be the most accurate representation of all the physiology that is under your body, but I don’t expect all of you who are reading now to be a professional physician that understands cryptic biology terms. For those of you who might not be satisfied with my explanations or want to read more about the topic, I highly suggest visiting this website for more information. With that out of the way, let’s move on.

The Basics of Gaming Injuries

There are three general types or categories of injuries that usually plague the esports and gaming world. The first type is called overuse injuries. As the name suggests, this type of ailment occurs when a muscle, tendon, or any part of your body is overused. The second type of ailment is called nerve impingement.

Olofmeister is speculated to be affected by this type of injury. When nerves are clogged, you will start to experience pain or limited movements as your brain cannot properly control the muscles connected to the impinged nerve. The last type of injury is called postural injury. These injuries occur mostly due to bad posture and usually affect the spine that runs through your back and neck.

Of course, there are other ailments that do not fit these three categories. Eye strain, for instance, is an injury that many of us can experience due to focusing on our screens for too long. Gamers also often experience migraines or headaches, which are ailments that do not fit any of the three categories we just mentioned. These ailments are usually fitted into the fourth category on their own, others.

Now that we have a basic understanding of the types of injuries that can occur, we can identify the common specific injuries that occur in gaming and esports.

Carpal Tunnel Syndrome

The Median Nerve clogged in Carpal Tunnel Syndrome | Source: esportshealthcare.com

Carpal Tunnel Syndrome, or CTS for short, is probably the most infamous nerve impingement injury, and it affects the median nerve. The carpal in carpal tunnel syndrome refers to the bones in the base of your hand. The connective tissues or ligaments (these are the “rubber bands” and “glues” that keep your hand in place) then form the tunnel. The median nerve runs through the middle of the carpal tunnel, which allows you to control your hand muscles. You can get a better visualization from the image above.

It also helps us sense touch in certain parts of our hands. If this nerve is clogged in some way, you sort of getting the idea of what is going to happen to your hand. Your fingers might feel numb and weak, especially on your thumb. You might feel tingling sensations on your fingertips. Another sign of CTS is the decrease in mass muscle in the base of your thumb. In other words, your thumb sizes might not be proportional in both hands; one is much thinner than the other.

Unergonomic mouse grips are perhaps the primary cause of CTS or other similar nerve impingement ailments. If your grip makes you feel uncomfortable, change it immediately even if it might change your performance in-game. You can maybe even follow the grips the pro players frequently use like the palm gripclaw griptip grip, and even the other crazy ones like the scorpion grip. If you think that the grip from the image below is comfortable, then use it.

The awkward-looking mouse grip of current Valorant pro, Brax | Source: Reddit

Remember, as long as you feel that the grip is suitable and, more importantly, not causing pain, then use it. If you can’t find a good grip, consider changing your mouse since that might be the cause of your problem. I once bought a mouse to replace my old scrappy double-clicking mouse, but I immediately felt cramped after using it for 30 minutes. Instead of forcing myself to get used to the mouse, I went back to the old broken mouse and prevented the injury from a mile away. Only use a mouse that you are comfortable with. This tip might just save you from a ton of physical and financial pain (from hospital bills) in the future.

Too much stress placed on the hands can also cause CTS. When you play or practice for too long, the tissues or ligaments in the carpal tunnel might actually densify (or get thicken) to combat the stress. Sooner or later, this change can eventually cause an impingement of the median nerve. Thus, consider taking breaks, relax, and stretch your hands once in a while.

In reality, Carpal Tunnel Syndrome is just one form of nerve impingement ailments. Cubital Tunnel Syndrome is a similar injury that affects more the pinky side of your hand. As I mentioned previously, Olofmeister is also rumored to have a nerve-impingement-related injury, but he is affected in the shoulder-chest region. From Olof, we can see that nerve clogs can occur all throughout your body and will, eventually, deter your health and gaming performance. However, all similar nerve impingement injuries can be prevented with similar strategies: ergonomics, frequent stretching, avoiding prolonged uncomfortable positions in your hand or body in general.

Gamer’s Thumb

The anatomy of the human hand | Source: keengamer.com

Gamer’s Thumb is an overuse ailment that is caused by repetitive and prolonged stress on the thumb. This is the ailment that Tuturu is speculated to experience. To reiterate, overuse ailments usually affect the muscle or, in this case, tendons. Tendons are what connect your muscle to your bones to allow it to move.

Take the example of lifting a barbel in the gym. If your bicep muscle contracts, it will “shrink” and the tendons will pull the bones in your arm, which allows you to lift the barbel. Tendons are usually lubricated or protected with tendon sheaths since they frequently experience a lot of force and friction. However, excessive usage of our muscles and tendons can eventually cause inflammation to the tendon sheaths, which is what occurs in Gamer’s Thumb.

You can already probably guess that this injury is more prone to happen to console and mobile gamers. Since console and mobile users mostly control their in-game actions using their thumbs, they have a higher chance of overusing and overwhelming their tendon sheaths.

Again, prolonged usage of the thumbs is the primary cause of Gamer’s Thumb. However, unergonomic hand positions can also contribute to this injury. It is important to keep your wrists straight and avoid bending them either to the pinky-side or thumb-side too much. Furthermore, poor blood flow also plays a factor in Gamer’s Thumb since it highly affects the lubrication of the tendon sheaths. Warmups and exercises are recommended to prevent overuse ailments like Gamer’s thumb since it increases blood flow and reduces frictions.

Finkelstein’s test | Source: doctorsgates.blogspot.com

One way you can exercise or test Gamer’s Thumb is the Finkelstein’s test. You simply grip your thumb between your other fingers, then bend your wrist to your pinky side like the image above. This movement puts pressure on the tendon sheaths and will allow you to sense pain in your wrists if there are any. In other cases, you can also use this motion for stretching.

Like CTS, it is important to note that Gamer’s Thumb is just one form of many overuse ailments that plague the gaming and esports community. For all of you PC gamers, mouse elbow or tennis elbow is a very dangerous overuse ailment that targets the entirety of your arms and hands. Fear is initially suspected to be affected by this injury, although he was later diagnosed with a different ailment.

Back & Neck Pain

Back pain and Neck Pain | Source: njnbi.com

Unlike the aforementioned injuries, back pains and neck pains can be caused by a wide variety of factors. But more often than not, joint fixations are the primary culprit behind these ailments.

In your back, you have your spine that stretches from your lower back to your neck. The spine is made up of joints which allows the spine to move and flex in different ways. Unfortunately, when we play games, we mostly sit still, and our spine is fixed in a static position. If we have a bad posture, these joints will experience a lot of pressure from our body weight and eventually get locked together. Slowly but surely, your spine discs (the glue-like liquid that is in-between your spine bones) will degenerate or rot away. The thing is, you will most likely not feel anything if a joint fixation occurs until it’s too late. Once the discs get thinner, you will start to feel the pain and experience limited movement due to a lack of lubrication from the discs.

The degeneration of spine discs, also often called Arthritis | Source: spineuniverse.com

Posture is the key when it comes to back or neck injuries. A good posture will distribute the weight of our body equally on our spine. Bad postures, on the other hand, adds unnecessary pressure that causes the shrinkage of the discs. In reality, there is no one-size-fits-all gaming posture. However, there are some tips you can take that might significantly improve your posture and decrease the likelihood of you getting back or neck pains.

Firstly, use a headrest if possible and always rest your head against it. Of course, you will also have to place your monitor at head level. If your monitor height can’t be adjusted manually, you can always use the “traditional” method and utilize your books to raise your monitor height. Next, always sit upright and stick your back against the chair. No matter how uncomfortable it may seem at first, do not slouch! Slouching induces immense pressure that shrinks your spinal discs. If you want to read more about how to improve your posture, which I highly recommend you to do so, you can visit the following link.

Perhaps the easiest way to prevent back and neck pain is just to not sit down. Our body and spine are simply not evolved enough to sit down and handle our body weight for most of the day. When you just finished a game, stand up and stretch while you queue for your next game. Walk around your room or house, do your chores, or conduct any physical activity that requires you to move.

Conclusion

Gaming may not be a physically demanding sport or activity. However, this does not mean that it is free from devastating injuries that can potentially be threatening to your health. Fortunately, as esports continues to develop, more and more individuals in the industry begin to realize these career-ending ailments that pro players can experience if left unchecked. Many established esports organizations today, such as Counter Logic Gaming, have hired professional physicians to take care of their players and maintain the longevity of their rosters.

As for the rest of us, the casual gamers, knowing a thing or two about the common ailments in the gaming community might also be helpful in the future. If you have experienced any physical pain or problems when you play, you use some tips that you have learned from this article. Start by changing your posture, your mouse, or your mouse grip depending on the problems you might have. Any injury, whether coming from a pro or a casual, is never fun.

Featured Image: Liquipedia