Doom Eternal Siap Sajikan 1000FPS Jika PC Anda Mampu Menanganinya

Seperti ketika id Software meluncurkan game pertamanya 27 tahun silam, Doom Eternal mungkin akan kembali menuai kontroversi karena tingginya tingkat kekerasan yang ditampilkan permainan. Namun bagi saya, Doom merupakan salah satu seri game paling religius yang pernah dibuat: kapan lagi Anda diberi kesempatan untuk menumpas iblis dalam beragam rupa serta ukuran dengan ‘cara-cara kreatif’ dan menyelamatkan manusia?

Doom Eternal adalah sekuel reboot yang developer luncurkan di tahun 2016. Selama masa promosi, video permainan telah banyak bertebaran di internet. Mereka semua memperlihakan gameplay bertempo cepat, dengan manuver-manuver mulus dan visual memukau. Hal tersebut tercapai berkat penggunaan engine id Tech 7. Selain lebih canggih, id Tech 7 juga lebih efisien sehingga memungkinkan Doom Eternal menghidangkan berbagai macam terobosan di sisi grafis.

Berbicara pada IGN, lead engine programmer id Software Billy Khan menyampaikan bahwa Doom Eternal versi PC siap menyajikan 1.000-frame per detik dengan syarat sistem Anda sanggup menanganinya. Sebagai perbandingan, Doom (2016) berbasis id Tech 6 mampu menampilkan maksimal 250FPS. Berkat kemampuan ini, Doom Eternal mendukung semua monitor gaming high-end dengan frekuensi refresh ratusan Hertz, serta memastikan game ‘tak cepat lekang oleh waktu’ karena kemampuannya mengerahkan kemampuan hardware-hardware anyar.

Dibanding engine sebelumnya, id Tech 7 mendapatkan upgrade besar-besaran di sisi kapabilitas pengolahan partikel. Dengannya, GPU dapat memproses lebih banyak partikel, sehingga permainan mampu menampilkan ledakan lebih besar, serta efek atmosfer dan pencahayaan secara lebih baik. Doom Eternal juga mampu menjawab pertanyaan konsumen ketika sebuah hardware top-end diumumkan: apakah sebenarnya kita membutuhkan semua fitur baru dan performa setinggi itu?

Lompatan lain yang disuguhkan oleh id Tech 7 ialah, engine ini mendukung area permainan dua kali lebih luas dari id Tech 6 dan high dynamic range; serta adanya penyempurnaan pada efek post-processing, anti-aliasing (berfungsi membuat bagian ujung objek terlihat mulus, tidak jaggy) dan motion blur (walaupun sebagian gamer pemilik PC high-end kadang menonaktifkan opsi ini).

IMG_02032020_130654_(1000_x_650_pixel)

Khan turut menjelaskan keunggulan engine baru tersebut di aspek fleksibilitas. Selain kesiapan menopang hardware super-canggih, game berbasis id Tech 7 bisa lebih mudah disesuaikan dengan sistem tempat ia disajikan. Itu alasannya Doom Eternal tetap dapat dijalankan di Nintendo Switch. Tingginya ‘skalabilitas’ id Tech 7 mempersilakan developer secara leluasa mem-porting permainan.

Doom Enternal merupakan permainan pertama yang dibangun dengan id Tech 7. Saya pribadi berharap agar id Software memperkenankan developer third-party untuk turut memanfaatkannya. Sejauh ini, engine id Tech hanya dipakai buat mengembangkan sejumput game Bethesda saja (atau lebih tepatnya ZeniMax Media) sebagai perusahaan induk id Software.

IMG_02032020_130638_(1000_x_650_pixel)

Doom Eternal dijadwalkan untuk meluncur di PC, Stadia, PS4 dan Xbox One pada tanggal 20 Maret 2020. Versi Nintendo Switch akan menyusul beberapa bulan lagi. 

Via PCGamer.

Gandeng Logitech G, Herman Miller Siap Ciptakan Kursi Gaming Premium

Meledaknya industri esports berhasil melahirkan sejumlah kategori produk baru di ranah gaming. Dua yang paling aneh menurut saya adalah sepatu gaming dan kursi gaming, tapi mungkin itu karena saya yang terlalu tua untuk memahami kebutuhan para atlet esports profesional.

Kalau Anda berpikiran serupa, mungkin sudah waktunya kita membuka mata lebih lebar. Kursi gaming eksis dan akan terus berevolusi ke depannya. Kalau tidak, mustahil nama sebesar Herman Miller memutuskan terjun ke bidang ini. Mereka pun tidak sendirian, ada Logitech yang mendampinginya.

Buat yang tidak tahu, Herman Miller merupakan produsen furnitur kantor kenamaan asal Amerika Serikat. Perusahaan ini sudah berdiri selama satu abad lebih, dan deretan cubicle yang tiap hari Anda jumpai di kantor itu ada karena merekalah yang pertama kali menciptakannya di tahun 1968.

Singkat cerita, Herman Miller merupakan salah satu merek kursi kantor paling bergengsi di dunia, dan tidak lama lagi mereka juga akan membuat kursi gaming-nya sendiri dengan bermitra bersama Logitech G. Mengapa kemitraan seperti ini penting? Karena ini salah satu cara bagi Herman Miller untuk mendengarkan langsung masukan dari tim-tim esports profesional yang disponsori oleh Logitech G.

Aeron, salah satu kursi kantor terpopuler buatan Herman Miller / Herman Miller
Aeron, salah satu kursi kantor terpopuler buatan Herman Miller / Herman Miller

Bukan rahasia apabila produsen periferal (termasuk Logitech sendiri) bekerja sama dengan atlet esports selama mengembangkan produknya, dan Herman Miller pun ingin mengambil jalur yang sama. Lebih lanjut, Herman Miller selama ini juga memang sudah terbiasa melakukan banyak riset selama merancang deretan furniturnya.

Menurut mereka, sebagian besar kursi gaming yang ada di pasaran sekarang hanya mengedepankan aspek estetika saja. Padahal, yang berdampak langsung pada performa (konsentrasi) pemain justru adalah aspek kenyamanan, dan itulah yang bakal menjadi fokus utama Herman Miller dan Logitech.

Rencananya, kursi gaming pertama Herman Miller akan diluncurkan dalam waktu dekat (musim semi 2020). Juga menarik adalah bagaimana kursi gaming ini disebut sebagai “produk pertama dari kemitraannya”, mengindikasikan kalau ke depannya mereka juga akan merambah kategori lain. Gaming desk mungkin?

Sumber: Herman Miller via VentureBeat.

Gameplay Dipamerkan, Baldur’s Gate III Siap Puaskan Dahaga Pecinta RPG D&D

Sesuai agenda, Larian Studios resmi memamerkan gameplay Baldur’s Gate III secara perdana di hari pertama Pax East 2020 Boston kemarin. Baldur’s Gate III adalah sekuel permainan role-playing PC legendaris yang meluncur hampir dua dekade silam. Eksistensinya diungkap di E3 tahun lalu, merupakan kabar gembira bagi mereka yang kecewa atas dibatalkannya pengerjaan proyek The Black Hound oleh Black Isle Studios.

Demonstrasi dipadu oleh founder sekaligus CEO Larian Studios, Swen Vincke. Permainan dibuka dengan intro sinematik, mengisahkan upaya seorang illithid (disebut pula mind flayer) menculik penduduk kota menggunakan ‘kapal terbang’ nautiloid. Terlahir sebagai larva, illithid membutuhkan makhluk lain untuk jadi inkubator dan tumbuh dewasa. Kabar baik, Anda merupakan salah satu korbannya. Setelah sosok misterius ini memasukkan larva di tubuh Anda, game segera menampilkan bagian kreasi karakter.

Seperti mayoritas RPG berbasis Dungeons & Dragons yang ada sebelumnya, Baldur’s Gate III menyuguhkan beragam opsi ras dan kelas familier. Di versi demo ini, tersedia 15 pilihan ras serta 8 kelas, dan Larian berniat untuk menambah lagi jumlahnya. Kustomisasi lebih lanjut bisa Anda lakukan, seperti menentukan gender, mengubah penampilan karakter, serta mentapkan skill dan latar belakang. Aspek terunik di sana adalah, kita juga dapat bermain sebagai tokoh kreasi Larian dengan kisahnya masing-masing.

Petualangan Anda dimulai setelah kapal nautiloid karam karena diserang penunggang naga. Game dapat dinikmati lewat dua cara: melalui tampilan third-person atau isometrik ala CRPG klasik. Anda bisa mengantinya kapan pun, dan keleluasaan ini berkaitan dengan cara dunia permainan disuguhkan. Tempat ini sangat luas, menyimpan banyak rahasia, jalan pintas, serta peluang-peluang tersembunyi; dan fleksibilitas dalam mengubah perspektif akan sangat membantu eksplorasi.

IMG_28022020_144242_(1000_x_650_pixel)

Satu hal yang segera saya tangkap di sesi demo ini ialah adanya begitu banyak elemen Divinity: Original Sin II yang Larian bubuhkan di Baldur’s Gate III. Pertama, sistem pertempuran turn-based hadir menggantikan pause-based. Itu berarti, pemain diberikan lebih banyak peluang strategis dalam menaklukkan lawan. Mode turn-based dapat pula digunakan saat Anda berjelajah. Ia akan sangat berguna buat menghindari jebakan serta menyelinap di area berbahaya.

Kedua, Baldur’s Gate III juga menyajikan level interaksi yang tinggi. Pemain dapat memanipulasi beragam objek: membuat tangga dari susunan boks kayu atau menutup lubang pembuangan minyak menggunakan vas. Genangan air (atau darah) efektif dalam menghantarkan listrik, bisa Anda manfaatkan untuk menyetrum musuh yang berdiri di atasnya. Seperti di Original Sin II, solusi dari sebuah hambatan dapat Anda temukan dengan berpikir kreatif.

IMG_28022020_144254_(1000_x_650_pixel)

Keunikan lain Baldur’s Gate III yang membuatnya berbeda dari permainan sebelumnya ialah kita dibebaskan untuk memecah grup. Karakter rogue bisa Anda perintahkan menyusup ke makam kuno dan mengambil artefak penting, sementara tokoh lain Anda kirim ke kota buat berbelanja. Metode ‘memisah party‘ ini membuka banyak kesempatan dalam pertempuran, memudahkan kita menyusun serangan atau menyergap lawan.

Berbicara soal pertempuran, tiap konfrontasi di Baldur’s Gate III terbilang menantang. Pemain dituntut mengesekusi langkah dengan cermat karena satu kesalahan kecil dapat berakibat fatal bagi para karakter yang Anda kendalikan. Baldur’s Gate III bahkan terbukti cukup sulit bagi Sven Vincke selaku game director. Hanya karena kurang beruntung, karakter-karakter yang ia kendalikan disapu bersih oleh musuh, memaksanya mengulang dari awal.

IMG_28022020_144223_(1000_x_650_pixel)

Segala aksi pemain – seperti serangan ke lawan atau upaya persuasi atau intimidasi – didasari oleh ‘lemparan dadu’ virtual 20 sisi khas D&D. Karena hasilnya acak, tak semua rencana Anda akan berjalan sesuai keinginan. Meski demikian, kegagalan kadang malah memunculkan efek menarik dan pilihan-pilihan baru.

Dari aspek visual hingga nilai produksi, Baldur’s Gate III tentu jauh lebih baik dibanding Divinity: Original Sin II. Desain karakternya dibuat begitu realistis dan disertai pula segala macam detail krusial – pada mimik wajah, pakaian, hingga gerakan tubuh. Adegan dialog Baldur’s Gate III mengedepankan elemen sinematik, punya kemiripan dengan game-game BioWare di era keemasannya serta The Witcher 3. Dan entah mengapa, aspek estetikanya juga mengingatkan saya pada Neverwinter Nights 2.

Demo Baldur’s Gate III diakhiri oleh bug. Sepertinya ada glitch yang memicu sesi pertempuran tanpa kehadiran musuh, secara berulang-ulang. Sebagai orang yang sangat menanti perilisan permainan ini, saya sendiri tidak terlalu mencemaskan bug. Walaupun game terlihat sudah bisa dimainkan, dan rencananya akan memasuki tahap early access di tahun ini, peluncuran resmi Baldur’s Gate III kemungkinan masih lama.

Buat sekarang, Baldur’s Gate III baru dikonfirmasi untuk hadir di Windows (lewat Steam dan GOG) serta layanan cloud gaming Google Stadia. Tapi melihat kebiasaan Larian sebelumnya, ada peluang permainan turut di-port ke console.

[Guide] Phantom Assassin Dota 2: Item Build, Skill Build, dan Talent Build

Apabila Anda senang bermain MMR seorang diri di Dota 2. Anda membutuhkan hero yang bisa menggendong seluruh tim. Phantom Assassin Dota 2 adalah hero yang tepat untuk kebutuhan tersebut. Berikan dia waktu untuk farming, maka Phantom Assassin bisa menghabisi semua musuh di mid game. Berikut akan saya berikan panduan untuk memainkan Phantom Asssassin di Dota 2.

Hero Skill Build

pa

Phantom Assassin merupakan hero yang tergolong lemah di early game. Ia tidak memiliki escape ability yang bisa diandalkan dan damage early game-nya sangat rendah. Dengan demikian, Anda harus memanfaatkan Stifling Dagger-nya untuk bermain offensive guna mengusir musuh di laning phase. Pastikan Anda memaksimalkan level Stifling Dagger terlebih dahulu. Dengan Stifling Dagger, Anda bisa memberikan damage cukup besar dan juga efek slow terhadap musuh. Anda bisa bekerja sama dengan support untuk mendapatkan kill di early game. Stifling juga bisa diandalkan di mid game sampai late game. Pasalnya, damage dari Stifling Dagger merupakan persentase dari jumlah attack damage Phantom Assassin. Sehingga, damage dari Stifling Dagger akan scaling seiring bertambahnya attack damage Anda.

Phantom Strike adalah skill kedua yang harus Anda naikkan level-nya. Dengan bonus attack speed sebesar 100 di level 1, skill ini sangat berguna untuk bermain aggressive di awal gameStifling Dagger dan Phantom Strike adalah kekuatan utama Phantom Assassin di laning phase. 

Sebisa mungkin bermainlah agresif di laning phase karena Phantom Assassin harus mengusir lawannya di lane agar mendapatkan farming yang maksimal. Apabila Anda tidak mengusir lawan, Phantom Assassin akan terus menerus menerima harassment dari musuh. Phantom Assassin bukan hero yang memiliki sustainability yang bagus.

Blur adalah skill yang Anda butuhkan di saat laning phase sudah selesai. Karena itu saya menyarankan Anda tidak menaikkan level dari Blur terlebih dahulu. Blur memberikan evasion yang besar terhadap Phantom Assassin. Tetapi, Blur lebih berguna untuk melancarkan farming Anda. Selepas laning phase, kemungkinan musuh melakukan ganking sangatlah besar. Mereka pasti mengincar Phantom Assassin yang sedang melakukan farming. Musuh akan memasang offensive ward di hutan Anda. Dengan mengaktifkan Blur, Anda tidak akan terlihat di mini map ataupun di kamera musuh sehingga Anda akan aman melakukan farming di hutan atau di lane. 

Item Build – Early Game

early

Early game item lebih berfokus untuk membuat farming Phantom Assassin lebih mudah. Quelling Blade adalah item yang wajib Anda beli. Sebelum menyelesaikan Phase Boots, Anda lebih baik untuk menyelesaikan dua Wraith Band untuk sustainability dan damage. Karena Wraith Band akan menambah armor dan attack damage Anda dari agility yang diberikan. Apabila lawan Anda di laning phase lebih mengandalkan skill yang mereka keluarkan, lebih baik melewatkan dua Wraith Band dan langsung membuat Magic Wand. Phase Boots juga item wajib bagi Phantom Assassin. Dengan armor tambahan dari Wraith Band dan Phase Boots, Anda akan memiliki sustainability yang sangat baik ketika melakukan farming. Ada trik Phase Boots yang saya pelajari dari permainan pro player yaitu jangan memakai Phase Boots sebelum efek slow dari Stifling Dagger menghilang. Trik ini akan membantu Anda untuk membantu Anda untuk mengejar musuh guna memastikan kill yang diinginkan.

Item Build – Final

final

Desolator adalah item yang tergolong murah dan cepat untuk diselesaikan bagi Phantom Assassin. Saya menyarankan untuk menyelesaikan Desolator terlebih dahulu sebelum item lain. Dengan Desolator, Phantom Assassin bisa memberikan damage besar terhadap musuh dan membantunya menghancurkan tower lebih cepat di pertengahan game. Dengan demikian, Phantom Assassin bisa membantu rekan timnya lebih awal untuk mendapatkan objektif.

Pembuatan item selanjutnya tergantung permasalahan yang Anda hadapi di dalam game. Ada dua keadaan yang biasa dihadapi oleh Phantom Assassin, yaitu musuh dengan crowd control yang banyak atau Phantom Assassin menerima damage yang terlalu besar dari musuh. Apabila crowd control adalah permasalahannya. Anda harus menyelesaikan Black King Bar secepatnya. Guna membebaskan pergerakan Anda ketika peperangan. Apabila musuh memiliki hero dengan damage yang besar. Abyssal Blade adalah jawaban yang tepat. Anda harus menghentikan musuh tersebut dengan Abyssal Blade dan membunuhnya dengan cepat.

Pemilihan item selanjutnya juga bergantung pada kebutuhan Anda. Anda harus bisa menganalisa keadaan yang Anda alami di peperangan. Ada dua keadaan, yaitu apakah Anda membutuhkan sustainability atau damage. Apabila Anda membutuhkan sustainability, Satanic adalah jawaban yang tepat untuk keadaan ini. Lifesteal dan strength yang diberikan cukup untuk menjaga Phantom Assassin tetap bertahan di peperangan. Apabila Anda merasa kekurangan damage, Monkey King Bar bisa membantu Anda untuk mendapatkan damage dan attack speed tambahan. Monkey King Bar juga akan membuat carry lawan berpikir untuk membeli item dengan efek evasion seperti Butterfly.

Nullifier juga bisa menjadi pilihan apabila Anda ingin menghilangkan satu musuh dengan cepat. Nullifier sangat efektif untuk berhadapan dengan core hero musuh yang menggunakan Black King Bar. Dengan begitu, rekan tim Anda bisa melancarkan skill tanpa takut musuh menggunakan Black King Bar-nya. Anda merasa masih kekurangan damage? Divine Rapier adalah pilihan terakhir Anda untuk permasalahan ini. Tetapi saya menyarankan untuk menganalisa terlebih dahulu keadaan yang Anda alami di peperangan. Apakah Anda mudah untuk terbunuh? Kalau iya, Anda tidak disarankan untuk membuat Divine Rapier.

Talent Build

Sumber: Dotafire
Sumber: Dotafire

Talent +15 damage dan +15% lifesteal adalah yang paling tepat untuk Phantom Assassin. Menurut saya, tidak ada keadaan yang memaksa Anda untuk memilih talent lain di level 10 dan 15. Pada level 20, ada dua keadaan yang harus Anda pertimbangkan untuk memilih talent. Apakah mayoritas musuh memiliki physical damage yang besar? Apabila iya, Anda saya sarankan untuk mengambil talent +30% Blur evasion. Apabila musuh tidak memiliki physical damage yang besar, Anda dapat mengambil talent -4 armor corruption. Sehingga Anda memiliki total -11 armor corruption ditambah dari Desolator yang sudah Anda buat sebelumnya. Untuk talent level 25, triple strike Stifling Dagger adalah pilihan yang lebih baik dibanding +10% Coup de Grace. Anda bisa memberikan area crowd control dengan damage yang besar dari tiga Stifling Dagger yang dilemparkan.

Best Support Allies

Ogre Magi

Sumber: Dota 2 Wiki
Sumber: Dota 2 Wiki

Hero berkepala dua ini sangat berguna bagi Phantom Assassin dari awal sampai akhir game. Ogre Magi bisa membantu Phantom Assassin untuk mengusir siapapun yang ada di saat laning phase. Dengan skill Ignite-nya, Ogre Magi melakukan harassment terhadap musuh. Efek stun dari Fireblast-nya bisa membantu Phantom Assassin mendapatkan kill di awal game. Bloodlust dari Ogre Magi memberikan tambahan attack speed bagi Phantom Assassin. Dengan jumlah strength yang besar, Ogre Magi bisa menahan banyak damage di awal game guna membantu Phantom Assassin dalam mendapatkan kill di laning phase. 

Magnus

Sumber: Dota 2 Wiki
Sumber: Dota 2 Wiki

Magnus adalah hero yang berguna untuk setiap melee carry hero yang ada di Dota 2. Empower dari Magnus sangat membantu untuk mempercepat Phantom Assassin dalam menghabiskan jungle camp atau creep wave. Sehingga Phantom Assassin bisa melakukan farming dengan cepat.

Perencanaan segala hal di Dota 2 adalah berupa antisipasi dan adaptasi mengenai keadaan yang Anda hadapi sehingga tidak ada hal yang pasti di Dota 2. Semuanya harus sesuai dengan keadaan yang sedang berjalan. Dengan demikian, dalam guide Phantom Assassin ini saya memberikan pilihan untuk beberapa keadaan yang mungkin terjadi.

Borderlands 3 Segera Tersedia di Steam

Enam bulan setelah menjadi dagangan eksklusif Epic Games Store, Borderlands 3 akhirnya bakal hadir di Steam tepat tanggal 13 Maret 2020 nanti. Belum diketahui harganya berapa, tapi saya cukup yakin versi Steam-nya lebih terjangkau sehabis penyesuaian – meski sekarang Borderlands 3 juga sedang didiskon besar-besaran di EGS.

Terlepas dari itu, ini merupakan penantian yang cukup panjang bagi para penggemar seri Borderlands yang selama ini menunda memainkan game keempatnya ini (saya salah satunya). Meski demikian, setidaknya saya tidak harus menikmatinya dengan performa yang payah seperti yang dialami rekan saya, Yabes, di awal-awal peluncurannya.

Borderlands 3

Seperti di EGS, Borderlands 3 nantinya bakal dijajakan dalam beberapa edisi di Steam. Edisi termahalnya, Super Deluxe Edition, mencakup sederet konten ekstra, termasuk halnya 4 DLC yang berisikan konten campaign. DLC pertamanya, Moxxi’s Heist of the Handsome Jackpot, sudah dirilis Desember lalu, sedangkan DLC keduanya akan diluncurkan pada 26 Maret mendatang.

DLC keduanya ini berjudul Guns, Love, and Tentacles: The Marriage of Wainwright & Hammerlock. Lagi-lagi ada satu karakter lawas yang kembali dihadirkan, yakni Gaige si Mechromancer, meski bukan lagi sebagai karakter yang playable. DLC ini juga bakal mengajak pemain ke planet baru yang bernama Xylourgos.

Gearbox juga memberikan teaser mengenai DLC ketiganya yang bertemakan “outlaws and dinosaurs“, namun jadwal rilisnya belum diketahui. Untuk DLC keempat dan terakhirnya nanti, Gearbox bilang keputusan mereka belum final, namun salah satu yang mereka pertimbangkan adalah cerita seputar ‘isi kepala’ seorang karakter Psycho favorit.

Semoga saja yang mereka maksud adalah Krieg, salah satu Vault Hunter yang bisa dimainkan di Borderlands 2 (dan salah satu karakter favorit saya selama memainkannya). Apapun jadinya DLC ketiga dan keempat ini, saya rasa Super Deluxe Edition adalah pilihan yang tepat untuk dibeli nanti.

Terkait mode multiplayer, pemain yang sudah terlanjur membelinya di EGS tetap dapat berjumpa dan bermain bersama mereka yang akan membelinya dari Steam. Ke depannya, Gearbox berniat menambahkan sejumlah fitur antar platform, termasuk salah satunya kemudahan bagi para pemain untuk saling bertukar senjata.

Sumber: Polygon dan Gearbox.

HyperX Cloud Flight S Lebih Praktis dari Headset Gaming Lain Berkat Wireless Charging

Headset wireless tentu lebih praktis ketimbang headset biasa. Namun terkadang yang terasa menyebalkan adalah ketika baterainya sudah hampir habis, terutama pada headset yang tidak bisa digunakan selagi sedang di-charge.

Supaya terhindar dari skenario menyebalkan itu, pengguna harus terus ingat untuk mengisi ulang headset wireless dari waktu ke waktu. Andai saja ada cara charging yang lebih praktis. Well, di sinilah wireless charging jadi terasa sangat berguna, dan ini juga yang menjadi salah satu nilai jual utama headset gaming terbaru HyperX.

HyperX Cloud Flight S

Ya, kelebihan headset bernama Cloud Flight S ini adalah dukungan Qi wireless charging. Jadi setiap kali selesai bermain, cukup letakkan headset ini di atas wireless charger, maka baterainya akan selalu dalam kondisi terisi penuh setiap kali Anda menggunakannya kembali.

Daya tahan baterainya pun jempolan; Cloud Flight S mampu beroperasi sampai 30 jam nonstop dalam sekali pengisian. Keunikan lain dari Cloud Flight S adalah empat tombol pengoperasian yang terintegrasi pada salah satu sisi luar earcup-nya, dan fungsi tiap-tiap tombolnya ini dapat diprogram sesuai kebutuhan masing-masing.

HyperX Cloud Flight S

Kompatibel dengan PC atau PS4, Cloud Flight S mengandalkan sepasang driver neodymium berdiameter 50 mm, dengan respon frekuensi 10 – 22.000 Hz. Mikrofonnya dapat dilepas-pasang, dan HyperX tak lupa menyertakan indikator LED yang menunjukkan apakah mic-nya sedang dalam posisi mute atau tidak.

Di Amerika Serikat, HyperX Cloud Flight S saat ini telah dipasarkan seharga $160. Sayang banderol tersebut rupanya belum mencakup wireless charger-nya, tapi konsumen tentu dapat memakai miliknya sendiri selama charger tersebut sesuai dengan standar Qi.

Sumber: Business Wire.

Remake Total Half-Life Pertama, Black Mesa, Resmi Dirilis 5 Maret 2020

Setelah lebih dari satu dekade, akhirnya ada game Half-Life baru. 24 Maret nanti, Valve bakal merilis Half-Life: Alyx secara resmi, dan itu berarti kita masih punya waktu sekitar empat minggu untuk menikmati seri shooter legendaris ini secara cuma-cuma.

Di bulan yang sama, kita juga bakal bisa memainkan Black Mesa, remake total dari game Half-Life pertama yang sudah dikerjakan selama 14 tahun. Ya, Black Mesa awalnya hanya sebatas mod untuk Half-Life, namun seiring waktu pengerjaannya jadi semakin ambisius hingga akhirnya mendapat restu dari Valve langsung.

Black Mesa bukan sebatas Half-Life dengan kualitas grafis yang lebih bagus. Tim pengembangnya, Crowbar Collective, juga menyelipkan sejumlah konten baru hasil pemikiran mereka sendiri, khususnya di porsi akhir game yang mengambil tempat di planet alien bernama Xen.

Black Mesa

Xen pada Black Mesa sangatlah berbeda dari di game aslinya. Dalam sebuah wawancara di tahun 2017, Crowbar Collective menyampaikan bahwa mereka harus mengandalkan imajinasinya sendiri dalam mendesain area demi area di Xen. Xen pada Half-Life terkesan tidak utuh dan dibuat secara tergesa-gesa, dan di sinilah ide-ide orisinal Crowbar Collective akhirnya direalisasikan.

Black Mesa sendiri sebenarnya sudah tersedia di Steam Early Access sejak 2015. Lima tahun terakhir ini pada dasarnya dihabiskan pengembangnya untuk menggarap Xen dari nol. Tidak lama lagi, tepatnya pada 5 Maret 2020, versi final Black Mesa akhirnya akan diluncurkan secara resmi.

Selagi menunggu beberapa hari, tidak ada salahnya kita menamatkan dulu Half-Life pertama (mumpung gratis) sehingga kita nantinya dapat lebih menikmati remake signifikannya di Black Mesa.

Sumber: Polygon.

Plants vs. Zombies 3 Pelan-Pelan Siap Meluncur

Melakukan debutnya di Windows dan Mac pada tahun 2009, keunikan gameplay serta tema Plants vs. Zombies membuatnya jadi favorit gamer dalam waktu singkat. Kesuksesan permainan tower defense ini menyemangati PopCap untuk menghadirkannya ke lebih banyak platform, dan di bawah arahan Electronic Arts, lahirlah deretan sekuel serta spin-off seperti game third-person shooter Garden Warfare dan collectible card PvZ Heroes di Android dan iOS.

Kabar mengenai judul Plants vs. Zombies terbaru sempat terdengar di pertengahan 2019, kurang lebih enam tahun sesudah PvZ 2 dirilis. Namun saat itu PopCap Games hanya mengungkap sedikit detail dan melepas versi pre-alpha secara terbatas dengan maksud melakukan pengujian sebelum permainan tersedia lebih luas. Dan setelah penantian yang cukup panjang, developer akhirnya resmi ‘meluncurkan’ Plants vs. Zombies 3 di penghujung bulan Februari ini.

PvZ 3 kembali menyuguhkan formula tower defense lane-based dan menghadirkan lagi karakter-karakter familier. Anda ditugaskan untuk bertahan dari serangan zombie dengan menempatkan tanaman-tanaman defensif secara strategis. Tentu saja ada banyak aspek di permainan yang PopCap perbarui, salah satunya bisa segera Anda lihat dari trailer-nya: penggunan grafis dan aset 3D. Executive producer Bruce Maclean menjelaskan, desain baru ini memastikan game jadi lebih fleksibel dan memungkinkan developer menampilkan detail visual lebih baik.

Ada cukup banyak pula modifikasi yang tim implementasikan pada gameplay. Misalnya, bunga matahari (Sunflower) tak lagi diperlukan untuk menghasilkan tenaga, lalu mesin pemotong rumput (berfungsi sebagai pertahanan darurat) turut dihilangkan. PvZ 3 kabarnya mengusung tempo yang lebih cepat dan lebih menuntut keputusan taktis. Selain itu, developer juga memasukkan elemen ‘social play‘ di sana. Dari sisi estetika, perubahan terbesar terletak pada penyajian permainan secara portrait – tak lagi landscape.

PopCap menyampaikan, transisi dari landscape ke portrait dimaksudkan agar game lebih nyaman dinikmati dari smartphone. Orang biasanya menggunakan perangkat tersebut untuk berbagai keperluan serta menjalankan beberapa aplikasi secara berbarengan. Menurut developer, akan lebih praktis jika pemain tak perlu mengubah orientasi smartphone saat beralih dari satu app ke app lainnya.

Developer rencananya akan melepas Plants vs. Zombies 3 secara bertahap via metode soft launch. Setelah meluncur terbatas di Amerika Serikat, soft launch akan dimulai di Filipina. Di periode ini, sejumlah konten masih dikembangkan dan belum dapat diakses. PvZ 3 disajikan sebagai permainan free-to-play dengan  microtransaction. Buat sekarang, PopCap masih enggan menginformasikan kapan game siap dirilis global.

Menariknya, developer juga berjanji untuk terus mendukung dan melepas konten-konten baru buat PvZ 2 meski Plants vs. Zombies 3 sudah tersedia nanti.

Sumber: EA.

Monitor Esports AOC Agon Baru Sajikan Refresh Rate 240Hz, HDR dan Waktu Respons 0,5ms

Telah memproduksi monitor PC sejak era 80-an, AOC mulai memfokuskan perhatiannya pada gaming melalui peluncuran lini Agon di tahun 2016. Dalam waktu singkat, Agon menjadi brand favorit gamer pro karena produk menawarkan refresh rate tinggi. AOC merupakan salah satu perusahaan pertama yang menawarkan display dengan 240Hz dan waktu respons satu-milidetik.

Meneruskan tradisi itu, sang perusahaan asal Taiwan memperkenalkan monitor gaming anyar untuk memecahkan rekor ‘tercepat’. AOC menamainya Agon AG273QZ, dan di sana produsen mencoba mencantumkan segala teknologi canggih yang bisa mereka temukan. Menurut AOC, Agon AG273QZ siap memenuhi kebutuhan dua tipe konsumen: atlet esports serta gamer hardcore. Kedua jenis user ini biasanya menginginkan perangkat berperforma tinggi.

IMG_26022020_161631_(1000_x_650_pixel)

Agon AG273QZ adalah monitor dengan panel datar seluas 27-inci berbasis TN (twisted nematic), menyuguhkan resolusi 2560x1440p serta level kecerahan maksimal 400-nit, refresh rate 240-Hertz dan waktu respons super-cepat di 0,5-milidetik. Monitor turut dibekali teknologi AMD FreeSync yang berguna meminimalkan efek blur dan stuttering. Fitur lain yang jadi andalan AOC di sana ialah high dynamic range serta Shadow Control.

Sering ditemukan di televisi kelas menengah hingga high-end, high dynamic range memungkinkan panel menampilkan detail gambar secara optimal baik di area terang maupun gelap secara bersamaan. Shadow Control sendiri memperkenankan kita mengatur tingkat kecerahan di zona tertentu, misalnya membuat area gelap jadi lebih terang atau meredupkan bagian yang dirasa terlalu terang. Berkatnya, level kontras dapat diutak-atik tanpa memengaruhi kualitas output.

Demi memenuhi standar desain gaming gear modern, AOC membubuhkan LED RGB bundar di sisi belakang. Namun secara keseluruhan, penampilan Agon AG273QZ lebih simpel dan elegan dibanding mayoritas monitor gaming. Perangkat ini mempunyai bezel tipis dan gantungan headset. Bagian display tersambung ke stand dengan tiga kaki, dan kita dipersilakan mengubah ketinggian dan sudut kemiringannya.

IMG_26022020_161353_(1000_x_650_pixel)

Untuk memanfaatkan fitur refresh rate 240Hz-nya secara maksimal, tentu saja dibutuhkan PC berperforma tinggi. Perlu dicatat bahwa panel TN biasanya memiliki viewing angle dan tingkat akurasi warna yang lebih rendah dibanding IPS serta VA. Meski begitu, Agon AG273QZ menjanjikan kemampuan reproduksi warna 93,7 persen AdobeRGB.

Terkait refresh rate, memang ada beberapa monitor yang mempunyai frekuensi lebih tinggi dari Agon AG273QZ. Asus sudah mulai memasarkan TUF Gaming VG279QM 280Hz di Indonesia, dan di CES 2020 perusahaan juga sempat menyingkap monitor ROG Swift 360Hz. Tetapi mereka masih menyajikan resolusi 1080p (FHD), sedangkan Agon AG273QZ mengusung QHD. Produk kabarnya akan mulai tersedia di akhir minggu ini, dibanderol di harga premium – kurang lebih US$ 850.

IMG_26022020_161435_(1000_x_650_pixel)

Via PC Gamer.

Gamer Tak Perlu Membayar Dua Kali untuk Memainkan Cyberpunk 2077 di Xbox One dan Xbox Series X

Tidak bisa dipungkiri, highlight utama dari spesifikasi Xbox Series X adalah GPU bertenaga 12 teraflop. Di atas kertas, ini berarti kinerja GPU-nya bahkan lebih cepat ketimbang GeForce RTX 2080 Super, salah satu GPU high-end besutan Nvidia.

Namun yang tidak kalah menarik sebenarnya adalah fitur Smart Delivery. Fitur ini pada dasarnya memungkinkan konsumen untuk menghemat pengeluaran; seandainya suatu game yang sudah mereka beli nantinya juga akan dirilis untuk Xbox Series X, mereka tidak perlu membelinya lagi di platform next-gen tersebut.

Mengapa Smart Delivery ini penting? Merujuk kembali ke kinerja GPU Xbox Series X tadi, kualitas grafis yang ditawarkannya sudah pasti jauh lebih memukau ketimbang Xbox One, dan itu berarti mayoritas game yang sudah dirilis atau bakal hadir dalam waktu dekat ini harus dibuatkan dua versi; versi Xbox One dan versi Series X.

Publisher bisa saja menjual dua versi tersebut secara terpisah jika mereka ingin meraup untung lebih banyak. Opsi lainnya adalah memanfaatkan fitur Smart Delivery ini, yang pastinya bakal jauh lebih dihargai oleh konsumen, sebab mereka tidak perlu menunda membeli game Xbox Series X yang sudah lebih dulu tersedia di Xbox One.

Cyberpunk 2077

Dari pihak Microsoft sendiri, Smart Delivery akan diterapkan pada semua judul yang digarap atau dipublikasikan oleh Xbox Game Studios. Di luar lingkup Microsoft, ada CD Projekt Red yang mengumumkan bahwa mereka juga akan mengadopsi teknologi Smart Delivery untuk game terbarunya nanti, Cyberpunk 2077.

Gamer tidak seharusnya dipaksa membeli game yang sama sebanyak dua kali atau membayar untuk sejumlah pembaruan. Pemilik Cyberpunk 2077 versi Xbox One bakal menerima versi Xbox Series X-nya secara cuma-cuma ketika tersedia.” Demikian pengumuman menohok yang disampaikan CD Projekt Red melalui akun Twitter Cyberpunk 2077.

Jadi seandainya Anda langsung membeli Cyberpunk 2077 pada tanggal 17 September mendatang dan langsung memainkannya di Xbox One, ke depannya Anda tidak perlu keluar uang lagi jika hendak memainkannya di Xbox Series X. Smart Delivery bakal memastikan Anda memainkan versi yang tepat untuk tiap hardware.

Semoga saja ada banyak developer dan publisher yang mengikuti jejak CD Projekt Red, memanfaatkan fitur Smart Delivery demi meningkatkan kepuasan konsumen ketimbang memprioritaskan laba di atas segalanya. Developer asal Polandia itu belum lama ini juga membuktikan bahwa game yang digarap dengan sungguh-sungguh pada akhirnya bisa berbuah pada kesuksesan finansial tanpa harus mengandalkan DRM untuk mencegah pembajakan, dan tanpa mencari untung ekstra lewat konten DLC.

Sumber: Polygon.