Penjualan BlackBerry Kini hanya Tiga Persen dari Total Penjualan Smartphone di Indonesia

Tiga tahun lalu BlackBerry adalah device yang wajib dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian IDC pada tahun 2011, 43%smartphone yang terjual di Indonesia adalah BlackBerry. Sayangnya hal itu tidak abadi. BlackBerry hanya mampu memiliki share 3% dari total smartphone yang terjual selama enam bulan pertama 2014.

Seperti yang disampaikan The Globe and Mail, peruntungan BlackBerry yang memudar di Indonesia disebabkan oleh kesalahan langkah strategi, persaingan ketat, dan gesekan dengan kantor pusat di Waterloo. Walaupun perangkat BlackBerry lama dengan tombol QWERTY masih terlihat umum digunakan serta politisi dan pebisnis masih terlihat menggunakan perangkat terbaru, daya tarik terhadap brand BlackBerry itu sendiri sudah menurun. Saat ini pangsa pasar BlackBerry sudah berada di bawah merek global seperti Samsung dan bahkan berada di bawah merk lokal, seperti Advan, Evercoss, dan Smartfren.

Dalam wawancara yang dilakukan oleh The Globe and Mail dengan mantan pimpinan BlackBerry di Indonesia Andy Cobham, BlackBerry mempunyai teknologi yang fantastis dan dapat menumbuhkan bisnisnya di sini sampai pada level yang mengagumkan sebelum semuanya hancur berantakan. Dia mengatakan ada beberapa kesalahan langkah karena keputusan kantor pusat di Waterloo. Contoh nyatanya adalah saat promosi dengan potongan harga sebesar 50% untuk 1000 pelanggan pertama saat peluncuran perangkat BlackBerry baru. Meski ditentang oleh pimpinan di Indonesia, toh hal tersebut tetap dijalankan oleh manajemen pusat. Hasilnya, seperti yang kita tahu, menimbulkan kekisruhan.

Blunder lain adalah bagaimana BlackBerry terang-terangan menghindari risiko dan legalitas ketika mereka mencoba memperluas pasar. Eksekutif perusahaan juga meremehkan operator lokal yang sukses, menurut Andy. “Kata arogansi tidak pantas. Kami mencoba memberitahu mereka bagaimana menjalankan bisnis,” ujarnya.

Telkomsel yang memiliki 130 juta pelanggan pun mengasingkan mereka.

Meskipun demikian, tak hanya pihak BlackBerry yang menyebabkan kehancuran pasar di Indonesia. Pemerintah Indonesia dianggap juga turut andil dalam hal ini. Pemerintah yang melarang konten pornografi meminta pihak BlackBerry untuk memyaring sekitar 400.000 situs yang dianggap menyebarkan konten tersebut, Pemerintah juga menuntut akses ke data BlackBerry yang aman, tapi BlackBerry menolak.

Keputusan BlackBerry untuk membangun pabrik di Malaysia, meskipun pemerintah Indonesia menginginkan pembangunannya di sini, menyebabkan hubungan keduanya semakin memburuk.

Ketersediaan BlackBerry Messenger (BBM) yang populer di platform lain, termasuk Android, jelas berimplikasi terhadap penurunan pengguna BlackBerry. Konsumen masih bisa menggunakan BBM, meski tak lagi dari perangkat BlackBerry.

Saat ini BlackBerry sudah meluncurkan aplikasi dompet lokal yang di sebut BBM Money dan meluncurkan BlackBerry Z3 “Jakarta Edition”. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah mereka masih dapat bertahan hanya dengan produk-produk itu, dengan perkembangan pasar yang kini sudah jauh meninggalkan mereka?

[Ilustrasi: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada.

Smartfren dan Bakrie Telecom Resmi Kolaborasi Penyelenggaraan Jaringan

Dua layanan seluler CDMA yang tersisa, Bakrie Telecom (BTEL) dan Smartfren, resmi bekerja sama untuk penyelenggaraan jaringan. Keduanya bersepakat mendorong peralihan teknologi CDMA menuju layanan 4G berbasis FDD-LTE. Dalam kemitraan ini, jaringan BTEL akan digabungkan dengan jaringan Smartfren sehingga pelanggan Esia akan menikmati layanan melalui jaringan Smartfren dengan konsep sewa.

Presiden Direktur BTEL Jastiro Abi dalam rilis persnya mengatakan, “Kerja sama ini adalah respon cepat kami, operator CDMA, terhadap arahan pemerintah untuk mendorong ‘broadband society’ dan ‘broadband economy’ di seluruh Indonesia. Kerja sama strategis ini sekaligus membuka kemungkinan untuk mengatasi perkembangan lebih lanjut dari teknologi CDMA yang kami gunakan selama ini. Setelah ini, pelanggan BTEL dan Smartfren bukan hanya mendapatkan layanan yang berkualitas tapi di masa mendatang dapat berkesempatan menikmati layanan 4G berbasis LTE FDD.”

Secara teknis, jaringan BTEL akan digabungkan dengan jaringan milik Smartfren. Selanjutnya BTEL akan menyewa jaringan dari Smartfren untuk melayani pelanggan Esia, sehingga pelanggan Esia dapat terlayani dengan jangkauan yang lebih baik.

Sebelumnya dua operator CDMA lainnya, Telkom Flexi dan Indosat StarOne, telah menghentikan layanannya dan memigrasikan pelanggannya ke layanan “saudaranya” di ranah GSM.

“Kerja sama ini membuka peluang bisnis yang jauh lebih besar bagi BTEL dan juga Smartfren sebagai operator yang sudah diijinkan untuk menggunakan teknologi netral pada frekuensi 800 MHz. Sehingga pemegang saham dan seluruh stakeholders mempunyai kesempatan lebih terbuka lagi untuk mengembangkan usahanya karena kami telah menemukan solusinya lewat kerja sama strategis ini,” menurut Abi.

Senada dengan Abi, Presiden Direktur Smartfren Rodolfo Pantoja juga mengatakan bahwa Smartfren sangat yakin program penyehatan industri CDMA ini akan benar-benar berhasil dengan kolaborasi usaha antara BTEL dan Smartfren ini.

Lebih lanjut, BTEL dan Smartfren akan segera menjajaki kemungkinan pengembangan jaringan menuju layanan 4G berbasis LTE FDD guna meningkatkan kualitas dan layanan bagi para pelanggannya.

Abi dan Rodolfo secara bersama menyatakan, “Kami berdua mendapat kesempatan berkontribusi positif dalam pengembangan telekomunikasi di Indonesia sehingga masyarakat Indonesia dapat merasakan layanan telekomunikasi seperti layaknya negara maju lainnya.”

[Ilustrasi: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

Oppo Bangun Pabrik di Indonesia Berkapasitas Produksi 500 Ribu Perangkat Per Bulan

Menyusul pemberitaan telah dibangunnya pabrik smartphone ZTE pada bulan lalu, Oppo dikabarkan tengah membangun pabrik smartphone mereka yang akan mulai beroperasi sekitar bulan Maret tahun depan. Targetnya pabrik ini bakal menghasilkan 500 ribu perangkat smartphone per bulan, yang hanya ditujukan untuk pasar Indonesia.

Keputusan Oppo membangun pabrik ponsel di sini menambah panjang daftar vendor smartphone yang melakukan ekspansinya dengan membangun pabrik guna mendongkrak penjualan di ranah lokal. Sebelumnya, Samsung, Haier, dan Evercoss telah lebih dulu melakukan hal serupa.

Berdasarkan laporan Kompas hari ini (30/10), CEO PT Indonesia Oppo Electronic Jet Lee menyebutkan pembangunan pabrik mereka telah berjalan di Tangerang dan akan siap mengoperasikan perancangan 500 ribu perangkat setiap bulannya mulai Maret 2015.

“Kapasitas pabrik itu akan mencapai 500.000 perangkat per bulan. Pabrik ini dibuat untuk memenuhi pasar Indonesia saja,” ujar Jet Lee mengutip pemberitaan dari Kompas.

Keputusan ini bukanlah semata-mata demi mengikuti tren membangun pabrik di Indonesia. Faktanya penetrasi Oppo di Indonesia sejak tahun 2012 menuai respon positif di tengah masyarakat. Berdasarkan informasi internal, Oppo berhasil meraup 6% pasar Indonesia dengan total 200 ribu unit per bulan, meskipun tidak menjabarkan lebih detil tipe perangkat Oppo mana yang mendominasi penjualan.

Ini merupakan salah satu dampak positif pemerintahan baru setelah bulan April lalu pihak Oppo mengabarkan niat untuk membangun pabrik di tanah air dan menunggu kepastian dari regulator di Indonesia.

Untuk merealisasikan proyek ini Oppo rela merogoh kocek yang cukup dalam. Tidak tanggung-tanggung, sebesar $30 Juta atau senilai Rp 364 Miliar siap dikucurkan sebagai bentuk komitmen mereka terhadap pasar Indonesia yang menjanjikan.

Saat ini mereka telah mempekerjakan sekurangnya 5000 karyawan lokal dan jumlah tersebut akan melonjak ketika pabrik mereka selesai dibangun. Menyediakan lapangan kerja yang besar merupakan salah satu tujuan Oppo membangun pabriknya di Indonesia.

Setelah Oppo, kemungkinan besar skema pendirian pabrik akan diikuti oleh vendor-vendor smartphone lain. Berdasarkan survey GfK, pertumbuhan dari penjualan smartphone dan phablet di wilayah Asia Tenggara, terutama di Indonesia menunjukkan statistik yang sangat baik. Untuk menjangkau pasar di kawasan ini, pembuatan pabrik akan mengurangi biaya produksi secara jangka panjang.

[Ilustrasi: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Michael Erlangga. 

Smartfren Targetkan Rencana Konsolidasi Jaringan Dengan Bakrie Telecom Rampung Akhir Tahun

Smartfren Telecom (Smartfren) dan Bakrie Telecom (BTEL) terus maksimalkan target rencana konsolidasi jaringan dalam rangka memaksimalkan frekuensi alokasi frekuensi 850 MHz yang dimiliki keduanya. Target yang rencananya akan terealisasi pada akhir tahun ini dikabarkan tidak akan terganggu soal isu terkait utang BTEL yang mencapai angka puluhan triliun. Pihak Smartfren sendiri meyakini kongsi bisnisnya dengan BTEL akan bisa beres tanpa perlu menunggu mediasi dari pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Kabar penggabungan usaha antara Smartfren dan BTEL sendiri sudah tercium sejak September lalu, tak ayal, langkah ini tentu menimbulkan beberapa anggapan yang menyebutkan penggabungan usaha ini akan berbentuk merger. Namun hal itu tampaknya tak akan terjadi, seperti yang dikabarkan oleh situs TribunNews (28/10), Djoko Tata Ibrahim selaku Deputy Chief Executive Officer Smartfren Telecom mengatakan, persoalan hutang piutang tak akan menjadi beban bagi Smartfren, dikarenakan bentuk penggabungan usahanya ini bukan merger seperti yang mungkin dikira oleh banyak pihak belakangan.

“Utang itu urusan masing-masing perusahaan. Di sini pembahasan hanya dibatasi persoalan berbagi jaringan atau network sharing untuk mengoptimalkan frekuensi,” tampik Djoko dikutip dari sumber yang sama.

Pernyataan Djoko sontak memastikan konsolidasi antar keduanya bukan bersifat merger. Utang BTEL sendiri pada semester I-2014 mencapai Rp 10,2 triliun. Sebagai gambaran, Smartfren pun memiliki catatan utang serupa di periode yang sama yakni sebesar Rp 13,55 triliun. Hal yang sama juga diutarakan oleh Gandhi Sulistyanto, Managing Director Sinar Mas Grup yang menyatakan, pihaknya tidak memiliki niatan untuk melakukan merger dengan perusahaan pemilik merek dagang Esia tersebut.

“Kami tidak pernah mengarah ke aksi merger dengan Bakrie Telecom. Kajiannya adalah rencana kerja sama spectrum dan menunggu regulasi dari pemerintah,” kata Gandhi yang dikutip dari situs IndoTelko.

Perlu diketahui, kelanjutan kisah utang BTEL sempat berlabuh hingga tuntutan pengadilan di negara bagian New York Amerika Serikat pada 22 September lalu. Tuntutan tersebut dilayangkan oleh sejumlah investor yang menuntut pihak BTEL telah melanggar kontrak obligasi. Tuntutan ini terakhir dibawa ke Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) oleh PT Netwave Multi Media, pada tanggal 23 Oktober kemarin. Netwave Multi Media adalah vendor yang menyediakan infrastruktur telekomunikasi bagi pemilik merek Esia itu sejak tahun 2009. Saat ini tunggakan kewajiban Bakrie Telecom kepada Netwave Multi Media bernilai Rp 4,737 miliar yang sudah tertunggak selama hampir dua tahun

Untuk memuluskan langkah konsolidasi, pihak Smartfren saat ini dikabarkan tengah membentuk tim khusus yang menangani proses negosiasi, dikarenakan nantinya kemungkinan akan ada banyak hal terkait kongsi dua perusahaan tersebut terkait persoalan teknis, seperti penanganan pelanggan, dan implementasi jaringan.

Tujuan utama dari konsolidasi ini sendiri sebenarnya adalah untuk menyelamatkan pelanggan dengan memperkenalkan teknologi terbaru di 850 MHz yakni FDD LTE. Smartfren saat ini telah memiliki 12 juta pelanggan, dengan total pelanggan data sebanyak enam juta. Rencananya, Smartfren akan menggunakan teknologi Frequency Division Duplex Long Term Evolution (FDD LTE), pun operator CDMA itu juga akan mengembangkan teknologi Time Division Duplex Long Term Evolution (TDD LTE) pada frekuensi 2,3 GHz.

Penataan frekuensi ini sendiri telah “dianjurkan” oleh pemerintah yang telah mengeluarkan aturan agar Smartfren memindahkan frekuensinya saat ini di 1,9 GHz ke frekuensi  2,3GHz. Untuk aturan itu, Smartfren diberi tenggat waktu oleh pemerintah selama dua tahun terhitung mulai tahun ini.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Hesti Pratiwi. 

Resmi Sudah, Nokia Lumia Berubah Jadi Microsoft Lumia

Hari ini kabar terkait perubahan nama Nokia dari brand Lumia menjadi kenyataan, lewat sebuah ringkasan percakapan singkat bersama Senior Vice President of Marketing for Phones Microsoft, Tuula Rytilä dipastikan Nokia Lumia berubah menjadi Microsoft Lumia.

Continue reading Resmi Sudah, Nokia Lumia Berubah Jadi Microsoft Lumia

Tokopedia Dapatkan Investasi Rp 1,2 Triliun Dari Softbank dan Sequoia Capital

Startup marketplace Tokopedia tanggal 22 Oktober 2014 resmi mengumumkan pendanaan terbarunya yang mencapai angka fantastis, $ 100 juta atau sekitar Rp 1.2 triliun. Ya, anda tidak salah membaca dan kami tidak salah mengalikan, Rp. 1,2 triliun. Pendanaan ini dengan mudah menjadikan Tokopedia sebagai startup e-commerce dengan investasi terbesar di Indonesia.

Melalui investasi ini, Softbank Internet & Media Inc (SIMI) dan Sequoia Capital akan menduduki kursi direksi di startup yang didirikan William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison ini. Langkah ini juga merupakan jejak pertama dari Sequoia Capital pertama di pasar Indonesia.

William Tanuwijaya, CEO Tokopedia berkata, “Saya sangat bersemangat dan menyambut baik kehadiran SIMI & Sequoia Capital sebagai partner baru Tokopedia. Melalui investasi ini, Tokopedia akan memiliki sumber daya yang cukup untuk membangun tim yang semakin baik, mengembangkan teknologi kelas dunia untuk membantu para merchants Tokopedia serta memberikan pengalaman terbaik untuk pengguna setia kami. Pengguna kami adalah prioritas utama kami. Kami akan fokus agar merchants kami semakin sukses. Ini adalah prinsip terpenting dari bisnis model kami.”

Shailendra Singh, Managing Director, Sequoia Capital India Advisors menambahkan, “Kami sangat terkesan dengan visi William untuk Tokopedia, perusahaan ini menghubungkan penjual dan pembeli di dalam sebuah marketplace, dengan proses transaksi yang terpercaya. Kami senang menjadi bagian dari tim Tokopedia dan juga investor, dan tidak sabar untuk bekerjasama membangun perusahaan internet ternama di masa yang akan datang.”

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Rama Mamuaya. 

Waktunya Semakin Dekat, Nama Nokia Akan Hilang dari Perangkat Lumia

Berita tentang tidak lagi digunakannya merek Nokia dalam perangkat Windows Phone sudah beredar sejak beberapa waktu lalu. Dan rencana itu sepertinya akan semakin dekat.

Continue reading Waktunya Semakin Dekat, Nama Nokia Akan Hilang dari Perangkat Lumia

Semangat Baidu Kampanyekan MoboMarket Demi Mendongkrak Developer Lokal

Mewadahi aplikasi rancangan para pengembang lokal yang penuh talenta agar produknya lebih dikenal seantero nusantara merupakan insiatif positif dari Baidu. Setali tiga uang, untuk memperkenalkan marketplace aplikasi mereka, Baidu menggalakan kompetisi pencarian aplikasi Android terbaik di Indonesia.

Continue reading Semangat Baidu Kampanyekan MoboMarket Demi Mendongkrak Developer Lokal