Automattic Luncurkan Rangkaian Tool Baru untuk Bisnis, Happy Tools

Automattic, perusahaan induk yang menaungi platform blog paling populer WordPress.com mempunyai beberapa tool yang dipergunakan oleh internal mereka. Tetapi dikarenakan kemudian banyak bermunculan perusahaan yang juga mengerapkan metode remote, Automattic merasa perlu ada alat yang menunjang kegiatan tersebut, sehingga perusahaan yang bermarkas di San Fransisco tersebut memutuskan merilis paket piranti lunak bernama Happy Tools untuk perusahaan dengan tenaga kerja yang jauh atau terdistribusi secara global.

Produk Happy Tools pertama adalah Happy Schedule, aplikasi manajemen waktu berbasis web yang dirancang untuk membantu mengatur jadwal karyawan dan menangani pertanyaan dari seluruh organisasi. Apakah perusahaan menerapkan konsep jam kerja 9-ke-5, atau menjadwalkan dukungan pelanggan secara global selama 24 jam, semua jenis perusahaan dapat memakai Happy Schedule untuk mengarahkan capaian perusahaan dan mengelola jadwal kerja.

Happy Schedule diklaim memberikan tidak hanya cara kerja yang mengakomodasi kebutuhan perusahaan tetapi juga mudah dipergunakan. Pengguna dapat mengoperasikan tool hanya dengan menarik dan menggunakan mouse, tanpa menginput jam mulai dan jam pulang.

Dalam hal harga, Automattic mematok harga $5 per pengguna per bulan dengan minimum pengeluaran bulanan sebesar $60.

Happy Schedule barulah permulaan, Automattic berencana untuk menelurkan lebih banyak produk yang juga untuk mendukung produktivitas organisasi bisnis. Yang menarik, Automattic menawarkan Happy Schedule sebagai  salah satu bagian dalam Happy Tools, di mana nantinya akan ada beberapa produk yang tergabung di dalamnya. Jadi, pelanggan cukup berlangganan Happy Tools untuk mendapatkan akses ke berbagai tools yang ditawarkan.

Sumber berita Techcrunch.

Dua Belum Cukup, Spotify Kembali Akuisisi Perusahaan Podcast

Ketika mengumumkan keberhasilannya meraup laba untuk pertama kali, Spotify mengatakan secara terang-terangan bakal lebih serius menggarap sektor podcast yang notabene masih berhubungan dengan hiburan telinga. Keseriusan mereka ditandai dengan akuisisi dua startup podcast dalam waktu yang berdekatan, Gimlet Media dan Anchor Februari lalu. Dengan ekspansi berani ini, tak mengherankan jika kemudian Spotify dianggap sebagai salah satu pemain podcast yang harus diperhitungkan terutama jika berkaca pada ekosistem mereka yang sudah solid di ranah hiburan suara.

Tapi “jajahan” Spotify belum usai. Setelah menjadi pemilik baru dari Gimlet Media dan Anchor, Spotify kembali mengumumkan geliat strategisnya dengan membeli startup podcast ketiga, Parcast bahkan belum lewat dua bulan sejak akuisisi terakhir.

Berbeda dari dua podcast yang diakuisisi sebelumnya, Parcast bergerak di ceruk konten yang berbau horor, misteri, fiksi ilmiah dan kejahatan. Dikutip dari Billboard, beberapa judul yang sangat dikenal oleh pendengar, antara lain Cults, Serial Killers, Hostage, Conspiracy Theories, Haunted Places, Historical Figures, Mythology, Survival, Crimes Of Passion, Extraterrestrial, Unsolved Murders, Unexplained Mysteries, Conspiracy Stories, dan Great Women Of Business.

Pihak Parcast mengatakan, akuisisi ini memberi mereka kesempatan dan sumber daya untuk berkembang, menjangkau lebih banyak pengguna dan membuka kemungkinan lain yang lebih lebar.

Sementara bagi Spotify, dukungan konten-konten baru dari Parcast akan membantu perusahaan mencapai tujuannya untuk “menjadi platform audio terkemuka dunia.”

Dari segi produksi, podcast akan membantu Spotify meningkatkan marjin laba karena biaya produksinya yang relatif terjangkau. Artinya, Spotify makin leluasa mengatur berapa keuntungan optimal yang bisa mereka terapkan dan memberi ruang gerak yang lebih bebas untuk mendorong bisnis di sektor yang lain, salah satunya membantu Spotify untuk lepas dari ketergantungan pada hak lisensi lagu yang tidak bisa dibilang murah. Sayang berapa mahar yang harus dirogoh oleh Spotify tidak disebutkan.

Parcast sendiri didirikan pada tahun 2016 dan sekarang memiliki dua studio dan 20 karyawan. Sejak dibentuk, Parcast secara konsisten fokus pada konten-konten bertemakan kejahatan dan misteri. Studio podcast mengatakan bahwa tujuh judul keluarannya pernah menghuni posisi tiga teratas di tangga lagu podcast kepunyaan Apple.

Secara keseluruhan, dalam jangka pendek memang bisnis dari Podcast masih belum bisa disebut sebagai bisnis yang mendatangkan banyak uang seperti halnya streaming musik. Di Amerika Serikat, iklan di sektor podcast hanya menghasilkan uang sebesar $314 juta di tahun 2017. Tetapi angka ini diproyeksikan bakal naik menjadi $1,6 miliar di tahun 2022. Jadi, ini adalah momentum yang tepat bagi Spotify dan mungkin bagi perusahaan streaming lainnya untuk mulai menyiapkan lahan. Sebelum lebih banyak pemain yang masuk dan pasar menjadi lebih kompetitif.

Sumber berita Techcrunch.

Demi Tetap Eksis, HTC Disebut Menawarkan Lisensinya untuk Sejumlah Pabrikan di India

HTC sedang berada di dalam satu siklus yang disebut dengan “sekarat”. Fase yang juga pernah dilalui oleh beberapa brand ternama, sebut saja Nokia dan Blackbery atau jika boleh disebutkan nama Microsoft pun termasuk dalam daftar perusahaan yang gagal bersaing di industri mobile. Bedanya, nama terakhir ini punya kesehatan finansial yang super fit.

Kebalikannya, HTC tidak hanya gagal bersaing di industri mobile tetapi juga berada dalam kondisi finansial yang sangat memprihatinkan sebagai satu keutuhan perusahaan. Jika tak segera diselamatkan, HTC berpotensi besar menyusul Gionee yang angkat koper lebih dulu.

Tetapi HTC tampaknya masih menolak untuk menyerah tanpa perlawanan. Pabrikan asal Taiwan ini dikabarkan sedang mencoba peruntungan yang mungkin saja menjadi kesempatan terakhir bagi mereka untuk terus bertahan hidup. Dikutip dari Brand Equity via PhoneArena, bahwa HTC sedang terlibat pembicaraan untuk melisensikan brand miliknya ke Micromax, Lava, dan Karbonn di pasar India. Tiga “eksekutif industri senior” mengatakan bahwa HTC akan memperoleh royalti sebagai imbalan atas penggunaan brand-nya.

Dua perusahaan, Lava dan Karbonn bahkan disebut sudah memberikan sinyal positif dan siap untuk mengajukan penawaran kepada pihak HTC.

Dikatakan lebih lanjut, lisensi yang ditawarkan oleh HTC mencakup hampir sebagian besar kategori produk di divisi mobile, mulai dari smartphone, tablet hingga aksesori. Dukungan dan ketersediaan lisensi serta inovasi dari HTC diyakini akan membantu pabrikan lokal untuk bersaing dengan Xiaomi, Vivo, OPPO dan bahkan Samsung. Ketatnya kompetisi di ceruk pasar yang digarap oleh banyak nama saat ini tidak hanya menuntut spesifikasi yang cakap tapi juga inovasi. Sesuatu yang tidak dipunyai oleh brand-brand lokal.

HTC sendiri belum buka suara soal rumor ini. Tetapi jika terbukti benar, maka akan ada kemungkinan mereka akan memperluas strateginya keluar India, ke Asia Tenggara misalnya sebagaimana strategi yang diambil oleh BlackBerry.

Di akhir 2018 HTC melaporkan pendapatan sebesar $770 juta dolar AS, turun 62 persen dari tahun 2017 dan merupakan catatan terburuk karena untuk pertama kalinya HTC memperoleh pemasukan kurang dari $1 miliar selama setahun sebagai perusahaan publik.

Strategi ini tidak akan menyelamatkan HTC dari kebangkrutan, tetapi langkah ini diyakini akan membantu mereka bernafas lebih lama.

Sederet Startup dan Pelaku Kreatif yang Terpilih Mewakili Indonesia di Ajang SXSW dan GCA 2019

Sejumlah startup dan pelaku industri kreatif terpilih sebagai delegasi Indonesia dalam ajang Archipelageek 2019 di Amerika. Mereka siap menembus pasar global melalui Festival South by Southwest (SXSW) 2019 yang akan dilaksanakan di Austin, Texas pada 10-17 Maret dan Game Connection America (GCA) 2019 di San Francisco, California pada 18-21 Maret mendatang.

Setelah melalui tahap kurasi, sederet startup yang diberangkatkan Bekraf dalam SXSW 2019 untuk mewakili Indonesia sebagai berikut. Mulai dari MTarget, sebuah marketing automation software yang memiliki fitur membuat website tanpa coding, termasuk email marketing, dan manajemen media sosial. Kemudian Dicoding, platform yang menjembatani para developer tahah air dengan peluang pasar global melalui tiga pilar yakni academy, challenge, dan event.

Lalu, ada Nodeflux – platform analisis video cerdas pertama milik Indonesia yang menggunakan teknologi pengenalan wajah (face recognition) yang dipasang di CCTV. Noore Sport Hijab, kerudung untuk olah raga asli dari Indonesia yang didedikasikan untuk individu yang menginginkan baju olahraga muslim tapi tidak membatasi gerakan dan ekspresi.

Kemudian TeleCTG, perusahaan inovasi kesehatan yang menggunakan peralatan dan alat (IoT) berbasis teknologi. Lalu, Ars. yang menyediakan platform global untuk arsitektur interior dan produk rumahan, serta media untuk para kreatof kreatif untuk membuat konten virtual reality.

Lalu, Knok Percussion, sebuah perusahaan yang memproduksi Cajon sebagai solusi dari permasalahan modernisasi. Serta, program Hello Dangdut dan musisi Dhira Bongs.

sederet-startup-dan-pelaku-kreatif-yang-terpilih-mewakili-indonesia-di-ajang-sxsw-dan-gca-2019

Selain itu, Bekraf juga akan memberangkatkan beberapa pelaku kreatif dari sub-sektor aplikasi & game developer ke ajang GCA 2019 bekerja sama dengan Asosiasi Game Indonesia (AGI). GCA sendiri adalah konvensi tahunan bagi para pelaku industri game dari berbagai penjuru dunia untuk memperluas jaringan bisnisnya, di mana lebih dari 2700 pengembang, penerbit, distribusi, dan penyedia jasa berkumpul untuk mendapatkan rekan bisnis baru.

GCA pun menjadi sarana pengembangan bisnis paling efektif bagi industri game, bersama dengan Bekraf, AGI telah menyeleksi beberapa pelaku industri game untuk menjadi bagian dari delegasi Indonesia. Agate, Wisageni, GameLevelOne, Masshive, Megaxus, CIAYO Games, Arsanesia, Gamechanger, SEMISOFT, dan Everidea telah terpilih mewakili Indonesia di GCA 2019.

Transformasi Samsung Gift Indonesia Merambah Distribusi Konten Digital

Fokus pada pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari berbagai macam sudut pandang. Inovasi yang terus digenjot dengan beragam product testing adalah contohnya. Sedangkan di hadapan konsumen, menjaga keberlangsungan pertumbuhan perusahaan dapat dilakukan dengan loyalty program. Loyalty program dapat memberi pelanggan akses untuk mendapatkan produk maupun terobosan baru. Samsung Gift Indonesia sebagai aplikasi deals dan platform hadiah yang ditujukan untuk memberikan nilai tambah bagi pengguna khusus yang berada di Indonesia, kali ini mulai merambah distribusi konten digital.

Samsung dalam hal ini akan menggandeng DailySocial.id, perusahaan media, riset dan konsultan di bidang teknologi, menjalin kerja sama strategis dalam ranah konten media digital. Kerja sama ini bertujuan untuk mewujudkan pendekatan menyeluruh yang dilakukan media kepada masyarakat; tak hanya dengan distribusi pemberitaan, namun juga melalui kolaborasi dengan pembaca, industri, dan komunitas teknologi di Indonesia.

Nantinya DailySocial.id akan bekerja sama juga dengan MRA group untuk memperkaya cakupan konten berita di Samsung Gift Indonesia. Dari kerja sama ini, seluruh pemberitaan DailySocial.id akan masuk dan tayang di laman aplikasi Samsung Gift Indonesia.

Samsung sejak lama dikenal sebagai salah satu perusahaan yang selalu menghadirkan inovasi yang sesuai kebutuhan dan gaya hidup konsumennya. “Samsung Indonesia senang dengan kolaborasi dengan DailySocial.id untuk mengembangkan loyalty program. Loyalty program ini merupakan apresiasi Samsung untuk para pelanggan setia yang atas kepercayaan mereka menggunakan produk kami,” kata Dolly Surya, Content & Service Manager Samsung Electronics Indonesia. “Kini, pengguna Samsung yang sudah mengaktifkan SGI tidak hanya mendapatkan ratusan voucher belanja melalui Samsung Gift Indonesia, namun sekarang juga akan ter-update dengan info-info terkini dalam satu platform,” tambah Dolly.

Sebagai media online dan platform inovasi, DailySocial.id adalah portal berita Indonesia pertama yang fokus pada ranah bisnis teknologi startup dan gaya hidup digital dengan tiga pilar utamanya yakni media, research, dan consulting. Berawal dari sebuah tech blog pada tahun 2008, DailySocial.id kini telah menjadi sumber informasi dan opini terkait dunia inovasi teknologi bagi ekosistem developer, inovator IT, startup Tanah Air, penggemar gaya hidup digital dan teknologi, maupun korporasi, regulator dan investor. DailySocial.id sebagai perusahaan media yang menjadi penyedia konten teknologi dari aspek bisnis dan gaya hidup digital ini ingin melebarkan sayap ke seluruh masyarakat Indonesia yang terus bertumbuh cepat, demi mewujudkan moto DailySocial.id yakni “Teknologi untuk Semua.”

Kolaborasi strategis sebelumnya juga pernah terjalin antara DailySocial.id dan MRA Group. Sebagai sebuah grup bisnis yang dikenal selalu menghadirkan alternatif bagi gaya hidup cerdas bagi masyarakat kontemporer, dari mulai bisnis media, ritel, lifestyle & entertainment, food & beverages, otomotif, dan hotel. MRA Group terhubung dengan pemain bisnis kelas dunia untuk pasar dengan potensi raksasa: Indonesia. Dengan kesamaan visi dalam melebarkan sayap di kancah global, MRA Group berkolaborasi dengan DailySocial.id, yang dikenal telah menjalankan rangkaian komitmen pengembangan ekosistem digital bersama pihak pemerintah serta korporasi dalam negeri dan mancanegara.

“MRA Media sangat mendukung kerjasama ini. Kami percaya kita ada di era dimana kolaborasi adalah salah satu kunci keberhasilan yang saling menguntungkan. Kolaborasi Samsung dan Dailysocial ini jelas membantu MRA Media semakin berkembang di sektor digital, dimana hal tersebut adalah termasuk dalam rencana dan fokus kami saat ini.” ujar CEO MRA Group Maulana Indraguna Sutowo

Dengan berjalannya kerja sama strategis ini, DailySocial.id dan Samsung Gift Indonesia berharap di masa yang akan datang dapat memperkuat integrasi sektor media digital dengan keberlangsungan hidup dari komunitas, melalui seluruh sumber daya yang dimiliki kedua belah pihak.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Samsung Gift Indonesia

Bantu Perkembangan Cashless Society, Pestadiskon Lahir Sebagai Solusi Informasi Diskon E-payment di Indonesia

Perkembangan teknologi digital saat ini sudah sangat pesat. Setiap sektor industri kini mau tidak mau harus beradaptasi dan menerima teknologi digital sebagai bagian dari setiap aktivitasnya. Tidak terkecuali pada industri perbankan yang saat ini semakin dituntut untuk bisa mengikuti perkembangan masyarakat yang semakin digital. Perbankan pun disebut akan tergeser dengan ​financial technology (fintech) yang akan mendorong Indonesia menjadi ​cashless society​.

Cara bertransaksi masyarakat Indonesia sudah mulai berubah. Peralihan transaksi ini tidak lain merupakan campur tangan aturan Bank Indonesia mengenai uang elektronik di tahun 2009 silam. Untuk mendorong transaksi uang elektronik tersebut, lima tahun kemudian yakni di tahun 2014, Bank Indonesia telah mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT).

Pencanangan tersebut bertujuan untuk mendorong warga Indonesia jadi ​cashless society​, yang dalam transaksi ekonominya tak lagi memakai uang kartal, melainkan uang elektronik. Gerakan ini bisa Anda rasakan dari kebijakan implementasi pembayaran bus Transjakarta, KRL, jalan tol, maupun pembayaran online lainnya.

Salah satu bentuk dari transformasi digital di industri keuangan adalah hadirnya e-payment atau uang elektronik yang kini sudah mulai banyak digemari oleh masyarakat, terutama mereka yang berada di kota-kota besar. Saat ini sedang berkembang ​digital payment yang dikembangkan oleh ​startup financial technology (fintech) dan perbankan, layanan sistem pembayaran tersebut menggunakan teknologi scan QR (​Quick Response Code​) atau QR ​payment​. Misalnya bagaimana layanan mobile payment digunakan untuk melakukan pembelian pulsa melalui verifikasi berbasis OTP, bagaimana layanan digunakan untuk melakukan pembelian di merchant melalui NFC yang dihubungkan dengan sistem EDC, atau bagaimana transaksi antar pengguna bisa dilakukan secara cepat dengan membidik QR Code yang di-generate oleh aplikasi.

Selain memudahkan, alasan lainnya banyak orang beralih ke ​e-payment adalah banyaknya promo yang diberikan oleh perusahaan dompet digital. Beberapa provider e-payment menyediakan pembayaran non tunai dengan berbagai macam kemudahan dan promo, sebut saja OVO, Dana, dan lain-lain. Oleh karena itu, sebagai bentuk kontribusi terhadap perkembangan ​cashless society ​di Indonesia. Pestadiskon ​kini hadir sebagai pusat informasi promo dan diskon ​e-payment ​di Indonesia, hal ini bertujuan untuk memudahkan para pengguna e-payment di Indonesia melihat informasi diskon ​e-payment ​yang mereka sukai. Selain memberikan informasi diskon e-payment, Pestadiskon juga membantu mengembangkan konsep cashless society dengan menyediakan fitur costumer aqcuisition bagi para provider di Indonesia untuk menambah pengguna e-payment hingga meningkatkan transaksi pada provider tersebut.

Tren ​cashless society ini sebenarnya tidak hanya ada di Indonesia. Bahkan sistem ini sudah lama dilakukan oleh negara lain, terutama di negara-negara maju sana. Di tahun 2014 Belgia yang paling juara dalam penerapan transaksi non tunai diikuti oleh Perancis, Kanada, Inggris, dan Swedia. Sedangkan di benua Asia, Tiongkok menjadi juaranya. Menurut laporan yang ditulis Vice.com, Tiongkok diprediksi menjadi negara pertama yang sepenuhnya meninggalkan uang tunai. Hal ini disinyalir berkat pengontrolan internet yang ketat oleh negara. Data ​Statista​, pada 2017 yang lalu, menyebut total nilai transaksi pembayaran digital di Indonesia adalah $18,6 miliar. Sementara nilai transaksi pembayaran digital atau digital payment di seluruh dunia sudah mencapai $786,11 miliar. Artinya, Indonesia baru menyumbang sekitar 2 persen dari nilai transaksi pembayaran digital global.

Meski masih kecil di tingkat global, namun tren penggunaan uang elektronik di Indonesia memang terus meningkat. Dari data Bank Indonesia (BI), pada 2011, nilai transaksi uang elektronik mencapai lebih dari Rp981 triliun. Meroket tajam pada 2016 menjadi Rp7.063 triliun.

Dengan metode cashless, cukup membawa kartu maka transaksi bisa dilakukan. Hal ini karena memiliki banyak manfaat yang bisa didapatkan dibandingkan dengan membawa uang tunai dalam jumlah yang banyak.

Dengan kemudahan ​e-payment kita tidak perlu lagi membawa uang banyak di dompet dan menghabiskan waktu yang banyak hanya untuk menunggu kembalian. Hanya dengan membawa 1 kartu atau pakai ​e-payment tidak butuh waktu lama bisa dapatkan apa yang kita butuhkan. Hal ini juga dapat membantu negara dalam mewujudkan budaya ​cashless society ​di Indonesia.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Pestadiskon.com

Untuk Pertama Kalinya, Spotify Sukses Catatkan Laba Operasional

Kuartal keempat tahun 2018 tampaknya menjadi kuartal terbaik bagi Spotify. Pasalnya, dalam laporan resmi yang dipublikasikan baru-baru ini, layanan streaming musik asal Swedia itu akhirnya berhasil membukukan laba operasional untuk pertama kalinya setelah 13 tahun berkiprah. Prestasi ini dibarengi dengan tambahan 9 juta pelanggan premium selama empat bulan terakhir, 16 juta tambahan pengguna aktif dan perluasan pasar ke 13 negara baru yang menempatkan dirinya sebagai penguasa industri streaming musik.

Dalam laporan tersebut Spotify mengumumkan pencapaian 207 juta pengguna aktif di mana 96 juta di antaranya merogoh kocek untuk menjadi pelanggan berbayar. Peningkatan 9 juta pelanggan premium ini turut menentukan neraca laba operasional perusahaan yang akhirnya menunjukkan angka positif sebesar €94 juta ($107 juta). Tentu saja pergerakan saham menjadi salah satu faktor yang cukup berperan dalam pencapaian menggembirakan ini.

Spotify_EarningsReport_1920x1080_DataGraph-1100x1238

Pertumbuhan positif pengguna Spotify sebesar 8% dari 191 juta di kuartal ketiga juga terbantu oleh naiknya tingkat retensi dan meluasnya ekspansi layanan ke wilayah Amerika Latin dan negara-negara berkembang lainnya. Jumlah pengguna berbayar Spotify sendiri naik sebesar 11% dari 87 juta pengguna di kuartal sebelumnya. Kini, dengan 78 negara yang berhasil dijangkau, Spotify tengah menjejaki jalan mulus dan masa depan yang cerah.

Secara keseluruhan, pencapaian Spotify di kuartal keempat 2018 adalah yang terbaik yang pernah mereka bukukan. Semua indikator menunjukkan pergerakan positif. Selain jumlah pengguna aktif dan berbayar, Spotify juga meraup pundi-pundi uang dari iklan yang mencapai $199 juta, naik 34% dibandingkan kuartal ketiga lalu. Iklan format audio dan video tumbuh lebih dari 40 persen pada Q4 setelah adanya perubahan kebijakan harga yang mereka terapkan.

Statistik lain yang juga cukup menarik adalah jumlah artis dan kreator yang tergabung dalam Spotify for Artist telah menyentuh angka 300 ribu yang diyakini akan terus bertambah. Spotify for Artist adalah platform baru yang memudahkan artis mengelola dan memantau analitik pendengar dan lagu kreasi mereka. Masih berlabel beta, Spotify for Artist akan menjadi salah satu prioritas perusahaan di tahun 2019 ini.

Tapi ada hal lain yang tak kalah menarik di sela-sela laporan di atas. Spotify menunjukkan keseriusannya menggarap industri podcast dengan mengumumkan akuisisi baru terhadap dua startup podcast, Gimlet dan Achor dengan nilai $400 dan $500 juta.

Ke depan, Spotify diproyeksikan bakal memperoleh 100 juta pelanggan berbayar pada kuartal Maret dan menyentuh angka 127 juta hingga penghujung tahun 2019.

Sumber berita Spotify.

Google Tebus Teknologi Smartwatch dari Fossil dengan Mahar $40 Juta

Fossil, perusahaan perakit jam tangan pintar dan aksesoris yang juga menaungi brand Misfit dan Kate Spade disebut telah menerima pinangan Google untuk teknologi jam tangan pintar dengan mahar sebesar $40 juta. Sebagai bagian dari kesepakatan itu, sejumlah tim penelitian dan pengembangan di balik kekayaan intelektual milik Fossil akan bergabung dengan Google.

Manuver ini memunculkan spekulasi bahwa Google tengah mempersiapkan perangkat smartwatch baru di bawah brandnya sendiri, diawali dengan membentuk tim yang terdiri dari sekelompok talent yang bekerja untuk memanfaatkan platform WearOS dan juga teknologi milik Fossil.

“Perangkat wearable dibangun untuk kesehatan, kesederhanaan, personalisasi dan bantuan, memiliki kesempatan untuk meningkatkan kehidupan dengan memberikan informasi dan wawasan yang dibutuhkan pengguna dengan cepat. Bergabungnya teknologi dan tim Fossil Group ke Google menunjukkan komitmen kami terhadap industri perangkat wearable dengan mengaktifkan portofolio beragam jam tangan pintar dan mendukung kebutuhan yang terus berkembang.” Kata Stacey Burr, presiden manajemen produk platform WearOS Google.

Sementara itu berdasarkan laporan Wareable, teknologi yang dibeli oleh Google merupakan inovasi produk baru yang belum ada di pasaran. Tetapi sayang belum ada informasi yang bisa dipercaya yang dapat menjelaskan inovasi apa yang dimaksudkan. Beberapa orang mengaitkan teknologi itu dengan akuisisi Fossil terhadap Misfit empat tahun lalu, hampir bersamaan dengan peluncuran Apple Watch.

Fossil sendiri dekat dengan pengembangan teknologi yang fokus pada kesehatan dan kebugaran. Rekam jejak mereka bersama Google melalui platform WearOS menegaskan konsistensi di ceruk itu. Kedua perusahaan pertama kali bermitra pada tahun 2014 dalam pengembangan teknologi smartwatch.

Pasca pengumuman ini, dikutip dari CNBC saham Fossil melonjak cukup signifikan sebagai pertanda optimisme investor akan manuver perusahaan. Pada perdagangan hari Kamis (17/1) saham Fossil ditutup $18 per saham, naik 53 sen per saham, atau 3,3%.

Sumber berita Techcrunch.

Seriusi Teknologi AI, Mobil Otonom dan Robotik, Qualcomm Siapkan Investasi Sebesar $100 Juta

Qualcomm Inc melalui sebuah inisiasi baru bernama Qualcomm Ventures telah menyiapkan dana sebesar $100 juta yang akan diinvestasikan ke perusahaan rintisan atau startup yang bergerak di bidang teknologi kecerdasan buatan, mobil otonom dan robotik.

Keseriusan Qualcomm dalam menemukan teknologi terapan yang tepat di ranah AI tidak sebatas pada pencitraan belaka. Sebagai langkah awal, Qualcomm Ventures menggelontorkan sejumlah dana dalam putaran pendanaan Seria A untuk Anyvision, sebuah startup asal Israel yang mengembangkan teknologi pengenalan objek, wajah dan tubuh.

Melalui inisiasi baru ini, Qualcomm menegaskan diri bersiap untuk menjadi salah satu perusahaan teknologi yang fokus pada teknologi otonom, robotik dan mesin pembelajaran. Arah ini agak berbeda dengan sejumlah perusahaan yang lebih tertuju pada pengembangan teknologi cloud.

“Melalui AI Fund, kami akan terus mencari startup yang fokus pada mobil otonom, robotik, computer vision dan IoT. Yang mengembangkan aplikasi AI baru, dan teknologi pembelajaran mesin canggih,” papar Quinn Li, wakil presiden senior Qualcomm Ventures.

Dengan langkah ini, Qualcomm menempatkan diri sebagai salah satu calon pemain dalam tiga industri yang terhubung oleh teknologi 5G yang semakin mendekati kenyataan. Kemampuan dan sumber daya yang tergabung dalam ekosistemnya memungkinkan Qualcomm untuk terlibat lebih banyak dan tentu saja menjual perangkat berbasis AI yang mencakup ranah mobil otonom sampai ke Internet of Things. Dengan kemampuan dan sumber daya di bidang chip yang dipunyai, Qualcomm punya jawaban untuk kebutuhan prosesor hemat daya yang dibutuhkan oleh hampir seluruh sektor di atas.

Pasalnya, Anyvision bukanlah yang pertama. Sebelumnya, Qualcomm sudah membeli dua startup yang juga bergerak di kisaran teknologi AI, yaitu SenseTime dan Cruise.

Pasca pengumuman ini, saham Qualcomm bergerak positif dengan peningkatan sebesar 0,6% hanya beberapa setelah kabarnya merebak di dunia maya.

Sumber berita Techcrunch.

Lenovo Transformation 2.0 Bekerjasama dengan NetApp

Dimulai dari tahun 2017 lalu, Lenovo mulai menawarkan solusi-solusi untuk melakukan transformasi digital guna meningkatkan kinerja sebuah perusahaan. Kembali di tahun 2018, Lenovo menawarkan transformasi versi kedua yang bekerja sama dengan NetApp. Pengumuman kerjasama ini dilaksanakan pada Ballroom hotel Mulia Senayan pada tanggal 16 November 2018.

Lenovo Transformation 2.0 - Launch

Selain media, para pengunjung yang hadir bisa mencari solusi untuk melakukan transformasi sehingga bisa mendapatkan informasi yang mereka inginkan. Acara yang menggunakan setengah dari ballroom hotel Mulia Senayan tersebut terlihat cukup diminati pengunjung.

Lenovo dan Netapp bekerjasama secara global dan juga membuat Indonesia menjadi sebuah pasar penting. Hal ini dikarenakan ada tiga hal yang mendasari: besarnya populasi di Indonesia, adopsi teknologi yang pesat serta inovasinya yang sangat baik, serta jumlah data dan informasi yang tersedia sangat besar.

Lenovo Transformation 2.0 - Think System DM

Beberapa Mitra dari Lenovo pun membuka booth pada acara ini. Kami menemukan beberapa booth dari produsen kenamaan seperti Intel, NetApp, dan lain sebagainya. Lenovo pun juga memamerkan server solusi mereka pada acara tersebut.

“Lenovo berkomitmen untuk mendorong IT baru, atau Intelligent Transformation, melalui penawaran data center yang berpusat pada pelanggan,” kata Sumir Bhatia, President, Data Center Group, Lenovo Asia Pacific. “Lenovo berkomitmen pada pertumbuhan yang organik dan non-organik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, dan menjaga kerjasama global terkuat di industri data center.”

Lenovo Transformation 2.0 - ThinkAgile

“Di perekonomian global saat ini, pelanggan menuntut pendekatan baru pada infrastruktur TI yang mendukung transformasi digital mereka; melalui kerjasama ini, Lenovo dan NetApp akan menawarkan portfolio yang komprehensif berisi produk, solusi, dan layanan yang tidak tertandingi,” kata George Kurian, Chief Executive Officer, NetApp. “Menggabungkan kekuatan kami dalam hal inovasi yang berpusat pada pelanggan, Lenovo dan NetApp akan menentukan standar baru untuk mengakselerasi keberhasilan pelanggan.”

Lenovo Transformation 2.0 - Lenovo Service

Saat pertama membuat program Lenovo Transformation, sekitar 18 bulan yang lalu, Lenovo menjadi sebuah unit bisnis yang independen. Keberhasilan selama rentang waktu tersebut membuat Lenovo memiliki banyak mitra memiliki visi sama, yaitu mengubah masa depan. Perusahaan bisa langsung datang ke Lenovo dan memilih mitra yang diinginkan mereka sendiri atau meminta Lenovo untuk memilih solusinya.

Lenovo Transformation 2.0 - Nutanix

Lenovo mengatakan bahwa transformasi data ini bisa masuk ke semua sektor bisnis. Saat ini, Lenovo banyak masuk ke sektor misalnya finansial, manufaktur, serta retail.

Lenovo menawarkan dua produknya untuk transformasi saat ini, yaitu dengan server Think System seri DM dan DE. Walaupun bekerjasama dengan Netapp, Lenovo tidak serta merta mengharuskan pelanggannya untuk menggunakan Netapp.