Nokia G20 Dijual Seharga 2,5 Juta, Unggulkan Daya Tahan Baterai Hingga 3 Hari

HMD Global memperkenalkan smartphone baru untuk pasar tanah air, yakni Nokia G20. Kalau Anda melihat poninya dan menebak ponsel ini ditujukan untuk segmen entry-level, maka tebakan Anda tepat. Ponsel ini dihargai Rp2.499.000.

Spesifikasinya mencakup chipset MediaTek Helio G35, RAM 4 GB, penyimpanan internal sebesar 64 GB (plus slot kartu microSD), dan baterai berkapasitas 5.050 mAh. Layarnya menggunakan panel IPS 6,52 inci dengan resolusi 1600 x 720 pixel. Sensor sidik jarinya diposisikan di samping, dan ponsel ini sudah dibekali NFC. Semua itu dikemas dalam bodi setebal 9,2 mm dan seberat 197 gram.

Beralih ke kamera, Nokia G20 mengusung kamera depan 8 megapixel dan empat kamera belakang dengan konfigurasi sebagai berikut: kamera utama 48 megapixel f/1.79, kamera ultra-wide 5 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan kamera depth 2 megapixel. Fitur-fitur pendukung seperti Night Mode dan OZO Audio untuk merekam audio dengan efek surround juga tersedia.

Kalau melihat spesifikasinya, sebagian konsumen mungkin bakal merasa ponsel ini terlalu mahal. Namun seperti biasa, HMD percaya spesifikasi belum menceritakan semuanya. Komitmen mereka untuk menjunjung tinggi aspek privasi dan keamanan data juga menjadi salah satu faktor krusial. Anda bisa baca penjelasan dari perwakilan HMD di artikel ini.

Juga sudah menjadi ciri khas Nokia adalah janji pembaruan sistem operasi sampai dua tahun dan security update rutin setiap bulan selama tiga tahun. Secara default, Nokia G20 masih menjalankan Android 11, tapi HMD memastikan bahwa update ke Android 12 dan selanjutnya bakal tersedia.

Salah satu hal yang paling dibanggakan HMD dari Nokia G20 adalah daya tahan baterainya, yang diklaim bisa mencapai 3 hari pemakaian. Tentunya ini sangat bergantung terhadap skenario penggunaan masing-masing, tapi kalau melihat perpaduan chipset, resolusi layar, dan kapasitas baterainya, semestinya klaim ini cukup bisa dipertanggungjawabkan.

Bagi yang berminat, Nokia G20 saat ini sudah dijual secara online di Nokia.com, Tokopedia dan Eraspace dengan harga Rp2.499.000 dan pilihan warna Night atau Glacier. Untuk 100 pembeli pertama, ada bonus speaker Google Nest Mini.

Realme Perkenalkan MagDart, Teknologi Pengisian Daya Nirkabel Magnetik dengan Kinerja yang Amat Kencang

Apple punya MagSafe, Realme punya MagDart. Setelah membagikan sejumlah teaser, Realme akhirnya secara resmi memperkenalkan teknologi pengisian daya nirkabel magnetiknya tersebut.

Seperti halnya MagSafe, MagDart pada dasarnya dirancang untuk mengatasi kelemahan utama metode wireless charging biasa, yakni perkara penempatan. Berkat bantuan magnet, perangkat akan selalu menempel secara presisi ke charger, dan ini pada akhirnya juga memungkinkan perangkat untuk digunakan sembari baterainya diisi ulang.

Di acara peluncurannya, Realme menyingkap dua charger MagDart sekaligus. Yang pertama adalah 50W MagDart Charger, yang digadang-gadang sebagai pengisi daya nirkabel magnetik tercepat di dunia. 50W merupakan angka yang cukup tinggi untuk ukuran output daya, bahkan dalam konteks wired charging sekalipun.

Menggunakan charger tersebut, ponsel dengan baterai berkapasitas 4.500 mAh dapat terisi penuh dalam waktu 54 menit saja. Andai sedang buru-buru, charging selama 5 menit saja sudah bisa mengisi sampai sekitar 20%. Semua itu dilakukan tanpa menghasilkan panas yang berlebih, sebab charger-nya memanfaatkan koil berimpendasi rendah, serta telah dibekali sistem pendingin aktif yang mencakup sebuah kipas.

Selanjutnya ada 15W MagDart Charger yang diklaim sebagai pengisi daya nirkabel magnetik tertipis. Dengan ketebalan hanya 3,9 mm, ia sekitar seperempat lebih tipis daripada charger MagSafe. Output maksimumnya memang sama-sama 15W, tapi MagDart tetap bisa mengisi dengan lebih cepat. Untuk baterai 4.500 mAh misalnya, MagDart hanya butuh waktu sekitar 90 menit untuk mengisinya sampai penuh.

Menurut Realme, rahasianya ketipisannya terletak pada desain koil dan circuit board yang terpisah. Di charger ini, circuit board-nya ditempatkan persis di belakang colokan USB-nya, dan itu juga berarti satu sumber panas dapat dijauhkan dari punggung ponsel, mengurangi potensi overheating dan menstabilkan kekuatan pengisian dengan daya yang tinggi dalam durasi yang lebih lama.

Untuk bisa menikmati kepraktisan yang ditawarkan MagDart, kita tentu perlu menggunakan smartphone yang kompatibel. Realme sejauh ini sudah punya dua ponsel yang mendukung teknologi MagDart. Yang pertama adalah Realme Flash, yang secara spesifik dirancang untuk mendemonstrasikan MagDart. Yang kedua adalah Realme GT, tapi harus dibantu oleh sebuah casing khusus bernama MagDart Case.

Layaknya MagSafe, MagDart juga diperlakukan seperti sebuah ekosistem perangkat. Jadi ketimbang sebatas menawarkan metode charging alternatif, MagDart turut membuka peluang dihadirkannya beragam aksesori guna meningkatkan fungsionalitas smartphone.

Guna mencontohkan, Realme merancang tiga aksesori MagDart yang berbeda. Yang pertama ialah MagDart Wallet, yang dapat menampung tiga kartu kredit sekaligus menjadi penyangga untuk smartphone. Selanjutnya ada MagDart Beauty Light yang dibekali 60 lampu LED mini, dan yang dapat diatur tingkat kecerahan maupun temperatur warnanya. Terakhir, tentu saja ada power bank magnetik.

Sayang sejauh ini belum ada informasi terkait kapan semua aksesori MagDart ini bakal tersedia di pasaran, dan berapa harganya masing-masing.

Google Pixel 6 dan Pixel 6 Pro Adalah Smartphone Pertama dengan Chipset Rancangan Google Sendiri

Kira-kira bulan Oktober nanti, Google bakal meluncurkan Pixel 6 dan Pixel 6 Pro. Seri smartphone terbarunya ini sangat berbeda dari sebelum-sebelumnya, dan Google pada dasarnya ingin membangun hype terlebih dulu dengan mengumumkannya beberapa bulan lebih awal.

Ada beberapa alasan yang membuat Pixel 6 dan Pixel 6 Pro begitu berbeda dibanding pendahulu-pendahulunya, mulai dari desain yang amat premium, sampai chipset rancangan Google sendiri. Spesifikasi lengkapnya masih akan Google simpan sampai peluncuran resminya, tapi setidaknya kita sekarang sudah bisa punya gambaran sekompetitif apa Pixel 6 dan Pixel 6 Pro di ranah ponsel flagship bakalannya.

Desain premium

Google Pixel 6 / Google

Melihat gambar di atas, saya langsung teringat dengan Nexus 6P, smartphone terakhir Google sebelum mereka akhirnya beralih menggunakan branding Pixel. Ponsel yang diproduksi oleh Huawei tersebut punya tampilan belakang yang begitu khas, dengan tonjolan kamera yang memanjang dari ujung kiri ke kanan.

Google Pixel 6 Pro / Google

Spesifikasi kameranya sendiri masih dirahasiakan, namun yang pasti kamera utamanya dipastikan mampu menyerap 150 persen lebih banyak cahaya. Pada Pixel 6, kamera utama tersebut hanya ditemani oleh sebuah kamera ultra-wide, sedangkan pada Pixel 6 Pro, ada satu kamera tambahan lagi, yakni kamera telephoto dengan 4x optical zoom.

Beralih ke depan, pengguna Pixel 6 akan disambut oleh layar 6,4 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 90 Hz. Untuk Pixel 6 Pro, Google menyematkan layar 6,7 inci dengan resolusi QHD+ dan refresh rate 120 Hz. Layar milik Pixel 6 Pro juga agak melengkung di sisi kiri dan kanannya, sedangkan layar milik Pixel 6 benar-benar rata. Kedua ponsel sama-sama mengemas sensor sidik jari di balik layarnya.

Baik Pixel 6 maupun Pixel 6 Pro sama-sama menggunakan rangka bodi berbahan aluminium, namun jenis finish-nya berbeda; matte di Pixel 6, glossy di Pixel 6 Pro. Berdasarkan pengalaman hands-on yang dilaporkan The Verge dengan prototipenya, build quality-nya jauh lebih baik daripada seri-seri Pixel sebelumnya. Jadi jangan heran kalau harganya juga lebih premium ketimbang pendahulunya.

Tensor SoC

Pixel 6 dan Pixel 6 Pro bakal jadi smartphone pertama yang menggunakan chipset hasil racikan Google sendiri. Google menamainya Tensor SoC, dan fokus utamanya adalah untuk mendongkrak kinerja artificial intelligence (AI) sekaligus machine learning (ML) pada kedua smartphone.

Menurut Google, fokus pada AI dan ML ini penting karena keduanya memegang semakin banyak peran dalam fitur-fitur smartphone. Peran yang paling besar tentu adalah dalam hal computational photography. Selain mampu mewujudkan kualitas foto yang lebih baik dalam kondisi yang lebih menyulitkan, Tensor juga sanggup meningkatkan kualitas video yang dihasilkan secara drastis kalau berdasarkan demonstrasi yang disaksikan oleh The Verge.

Fitur-fitur yang sangat bergantung terhadap AI dan ML, seperti misalnya fitur speech recognition, juga bakal semakin responsif dan akurat berkat Tensor, dan itu direalisasikan tanpa mengandalkan bantuan koneksi internet sama sekali. Sederhananya, fitur-fitur yang tadinya hanya bisa diwujudkan dengan bantuan infrastruktur cloud kini dapat ditangani oleh perangkat secara offline berkat kehadiran Tensor SoC.

Yang belum banyak Google bicarakan adalah terkait performa CPU dan GPU yang ditawarkan oleh Tensor. Google juga tidak merincikan bagian mana saja dari chipset Tensor yang bukan merupakan rancangan mereka sendiri, semisal CPU dan GPU-nya. Tujuan utama yang hendak Google capai dengan Tensor adalah diferensiasi di bidang AI dan ML.

Sumber: Google.

Huawei P50 dan P50 Pro Disingkap, Tawarkan Dua Pilihan Chipset tapi Tanpa Dukungan 5G

Setelah cukup lama dinantikan, Huawei akhirnya menyingkap lineup smartphone flagship terbarunya. Tidak seperti sebelumnya, Huawei kali ini hanya menghadirkan dua model saja, yakni P50 dan P50 Pro (tidak ada lagi model Pro+).

Absennya model Pro+ pada dasarnya membuat P50 dan P50 Pro jadi punya banyak kemiripan, utamanya dalam hal ukuran. Pada generasi sebelumnya, P40 dan P40 Pro punya perbedaan ukuran layar yang cukup signifikan.

Namun supaya tidak membingungkan, ada baiknya kita membahas fitur dan spesifikasi keduanya secara terpisah.

Spesifikasi Huawei P50

Dibandingkan P40, ukuran layar P50 jauh lebih besar di angka 6,5 inci. Panel yang digunakan berjenis OLED, dengan resolusi 2700 x 1224 pixel, refresh rate 90 Hz, dan touch sampling rate 300 Hz. Seperti yang bisa dilihat, lubang kameranya kini cuma satu di tengah.

P50 datang membawa chipset Qualcomm Snapdragon 888, RAM 8 GB, serta opsi storage 128 GB atau 256 GB. Baterainya tercatat punya kapasitas 4.100 mAh, serta mendukung fast charging 66 W via kabel. Tebal perangkat berkisar 7,92 mm, sedangkan bobotnya 181 gram. Secara keseluruhan, fisiknya tahan air dengan sertifikasi IP68.

Sesuai ekspektasi kita terhadap Huawei P Series, kamera selalu menjadi aspek unggulan. Huawei P50 mengandalkan tiga kamera belakang: kamera utama 50 megapixel f/1.8 dengan OIS, kamera ultra-wide 13 megapixel f/2.2, dan kamera periskop 12 megapixel f/3.4 dengan 5x optical zoom. Di depan, ada kamera selfie 13 megapixel f/2.4.

Spesifikasi Huawei P50 Pro

Layar OLED milik P50 Pro sedikit lebih luas di angka 6,6 inci, akan tetapi resolusinya pada dasarnya sama: 2700 x 1228 pixel. Yang berbeda adalah refresh rate-nya yang sudah 120 Hz, serta desain sisi kiri dan kanannya yang melengkung mengikuti kontur bodi.

Pada bagian dapur pacu, P50 Pro rupanya hadir dalam dua varian yang berbeda; satu dengan chipset Snapdragon 888, satu dengan Kirin 9000. Pilihan RAM 8 GB atau 12 GB juga tersedia, sementara penyimpanan internalnya bervariasi antara 128 GB, 256 GB, dan 512 GB.

P50 Pro mengemas baterai berkapasitas 4.360 mAh yang tak hanya mendukung fast charging 66 W via kabel, melainkan juga 50 W secara wireless. Sasisnya sedikit lebih tebal di angka 8,5 mm, dengan bobot 195 gram. Seperti adiknya, P50 Pro juga dibekali sertifikat ketahanan air IP68.

Namun perbedaan terbesarnya ada di sektor kamera. Bagian yang sama hanyalah kamera depan (13 megapixel), kamera utama (50 megapixel), dan kamera ultra-wide (13 megapixel). Selebihnya, P50 Pro dilengkapi kamera monokrom 40 megapixel f/1.6, serta kamera periskop 64 megapixel f/3.5 dengan 4x optical zoom dan 200x digital zoom.

Sebagai pelengkap, P50 Pro juga dibekali teknologi XD Fusion Pro, yang memungkinkan kameranya untuk menangkap dua kali lebih banyak cahaya jika dibandingkan dengan P40 Pro. Alhasil, dynamic range-nya pun dapat ditingkatkan hingga sekitar 28%.

Harga dan ketersediaan

Huawei berniat memasarkan P50 dan P50 Pro secara global, tapi untuk sekarang mereka baru punya informasi ketersediaan di pasar Tiongkok saja. Di sana, Huawei P50 dihargai 4.500 yuan (± 10,1 jutaan rupiah) untuk varian 8 GB/128 GB, atau 5.000 yuan (± 11,2 jutaan rupiah) untuk varian 8 GB/256 GB.

Untuk P50 Pro, Huawei mematok harga paling murah 6.000 yuan (± 13,4 jutaan rupiah) untuk varian 8 GB/128 GB yang dibekali chipset Snapdragon 888. Varian termahalnya, yang dibekali chipset Kirin 9000, RAM 12 GB, dan storage internal 512 GB, dibanderol 8.400 yuan (± 18,8 jutaan rupiah.

Seperti yang sudah bisa ditebak, kedua ponsel flagship ini menjalankan HarmonyOS 2.0, tanpa dukungan Google Mobile Services (GMS). Namun yang mungkin bakal menjadi deal-breaker buat sebagian konsumen adalah absennya dukungan jaringan 5G, baik di P50 maupun P50 Pro.

Alasannya lagi-lagi karena sanksi yang diberikan Amerika Serikat kepada Huawei. Padahal seandainya tidak ada larangan itu, P50 dan P50 Pro pasti bakal mendukung 5G mengingat kedua jenis chipset yang digunakan sama-sama kompatibel dengan teknologi jaringan generasi kelima tersebut.

Sumber: GSM Arena.

OPPO Watch 2 Diumumkan, Lebih Ngebut tapi Tetap Irit Baterai

OPPO baru saja mengumumkan OPPO Watch 2, penerus dari smartwatch pertamanya yang dirilis tahun lalu. Meski tidak kelihatan jauh berbeda dari segi desain, OPPO Watch 2 membawa sejumlah pembaruan yang signifikan.

Yang paling utama adalah penggunaan chipset Qualcomm Snapdragon Wear 4100. Kalau merujuk pada klaim Qualcomm sendiri, chipset ini menawarkan peningkatan performa prosesor hingga sebesar 85% jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yakni Wear 3100. Kinerja grafisnya pun juga diklaim 2,5x lebih kencang, tapi di saat yang sama konsumsi dayanya justru 25% lebih rendah berkat proses pabrikasi yang lebih advanced (12 nm).

Chipset tersebut ditemani oleh custom co-processor Apollo4s hasil kolaborasi OPPO bersama Ambiq. Mekanisme chipset ganda ini sebelumnya juga diterapkan pada OPPO Watch generasi pertama, sekaligus menjadi rahasia di balik ketahanan baterainya yang cukup lama. Untuk OPPO Watch 2, OPPO mengklaim daya tahan baterai hingga 4 hari dalam setiap pengisian, atau sampai 16 hari jika pengguna mengaktifkan fitur Power Saver.

Sesuai ekspektasi kita terhadap OPPO, smartwatch ini pun turut dibekali teknologi fast charging yang sangat gegas. Menurut OPPO, 10 menit pengisian saja sudah cukup untuk menenagai perangkat selama satu hari, sedangkan untuk mengisi dari kosong hingga penuh dibutuhkan waktu cuma 60 menit saja.

Seperti pendahulunya, OPPO Watch 2 juga hadir dalam dua varian ukuran: 42 mm dan 46 mm. Varian 42 mm hadir dengan layar AMOLED 1,75 inci beresolusi 372 x 430 pixel, sedangkan varian 46 mm dengan layar AMOLED 1,91 inci beresolusi 402 x 430 pixel. Selain touchscreen, ada dua tombol di sisi kanan yang akan membantu pengoperasian. Secara keseluruhan, fisiknya tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Dari segi fitur, OPPO Watch 2 menawarkan fitur heart-rate monitoring, blood oxygen (SpO2) monitoring, sleep analysis, stress monitoring, dan masih banyak lagi. Total ada 100 jenis olahraga yang bisa dikenali, dan perangkat dibekali chip GPS-nya sendiri sehingga tidak perlu terus bergantung dengan smartphone.

OPPO Watch 2 menjalankan sistem operasi ColorOS, namun ini semestinya cuma berlaku untuk versi yang dijual di Tiongkok saja. Kalau mengikuti jejak pendahulunya, versi internasionalnya semestinya bakal menjalankan sistem operasi Wear OS. Pun begitu, sejauh ini OPPO memang sama sekali belum menyinggung soal penjualan OPPO Watch 2 di negara-negara lain. Bisa jadi mereka sengaja menunggu sampai Google meluncurkan Wear OS 3 secara resmi.

Untuk sekarang, OPPO Watch 2 hanya akan dipasarkan di Tiongkok dengan harga 2.000 yuan (± 4,5 jutaan rupiah) untuk varian 46 mm, dan 1.500 yuan (± 3,4 jutaan rupiah) untuk varian 42 mm. Tersedia pula varian 42 mm yang tidak dibekali eSIM seharga 1.300 yuan (± 2,9 jutaan rupiah).

Sumber: 9to5Google dan GSM Arena.

OPPO: Teknologi Fast Charging Bukan Cuma Soal Kecepatan, Tapi Juga Keamanan dan Kecerdasan

Perkembangan pesat teknologi pengisian daya cepat membuat kita bertanya-tanya mengenai apa yang bisa ditingkatkan lebih jauh lagi ke depannya. Kecepatannya sudah pasti bakal terus bertambah, tapi apakah semuanya cuma sebatas soal kecepatan?

Tidak. Kalau menurut OPPO, ada banyak aspek yang masih bisa disempurnakan, dan itu mereka jabarkan dalam acara OPPO Flash Charge Open Day bertajuk “What’s Next for Flash Charging?” Berikut adalah ringkasan poin-poin menarik yang diangkat.

Peningkatan dari segi keamanan

Lebih cepat tapi rentan rusak tentu bukan skenario yang ideal. Sejak awal mengembangkan teknologi Flash Charge, OPPO selalu mengutamakan efisiensi dan keamanan, dan itu mereka wujudkan dalam bentuk sistem perlindungan keselamatan lima tingkatan sebagai berikut:

  • Sekering pintar dengan impedansi lebih rendah: komponen sekering rancangan OPPO dapat langsung putus jika terjadi kelebihan arus listrik atau kelainan lainnya demi melindungi baterai dengan cara mengisolasinya secara fisik dari pasokan listrik. Resistansi internal yang lebih rendah plus peningkatan kinerja tentu juga membantu meningkatkan keamanan sistem pengisian daya.
  • Sakelar Gallium Nitride (GaN): sakelar GaN tak hanya mampu mencapai fungsi yang sama seperti sakelar MOSFET silikon tradisional di area yang lebih kecil — sehingga mengurangi ruang yang dibutuhkan — tetapi juga membantu mengurangi panas berlebih dan meningkatkan efisiensi berkat angka impedansi yang rendah dan tegangan yang tinggi.
  • Desain baterai seri bi-sel: desain semacam ini memungkinkan daya yang sama dikirimkan sambil menurunkan arus listrik dan mengurangi panas berlebih. Dengan menggabungkan sel baterai ganda dalam struktur yang sama, OPPO bisa menghemat ruang selagi masih menyajikan kinerja keselamatan yang sama. Desain baru ini memungkinkan setidaknya 5% peningkatan kapasitas baterai meski ukurannya sama.
  • Chip deteksi keamanan baterai: Dibantu algoritma AI, chip ini mampu mendeteksi apabila baterai mengalami kerusakan eksternal dengan mengenali penurunan tegangan secara real-time berdasarkan berbagai skenario. Jika itu terjadi, perangkat bakal memperingkatkan pengguna untuk mengambil tindakan guna mencegah bahaya lebih lanjut.
  • Kolektor arus komposit: OPPO menerapkan rancangan baterai baru yang menggunakan bahan komposit yang diapit di antara dua lapisan aluminium untuk menggantikan desain baterai smartphone tradisional. Struktur ‘sandwich‘ ini selanjutnya dilapisi dengan bahan pelindung tambahan untuk membentuk struktur kolektor arus komposit lima lapis, sehingga dapat melindunginya dari korsleting yang disebabkan oleh kerusakan eksternal. Berdasarkan pengujian di OPPO Lab, baterai baru ini mampu melewati uji tusukan dan benturan dengan tingkat keberhasilan 100%, tanpa mengorbankan kinerja.

Baterai lebih awet

Selain meningkatkan kecepatan dan keamanan teknologi Flash Charge, OPPO juga menerapkan sejumlah optimasi untuk membantu mengurangi terjadinya penuaan baterai, sehingga pengguna dapat menikmati masa pakai baterai yang optimal dalam jangka waktu yang lebih lama.

OPPO mencontohkan bahwa teknologi SuperVOOC 65W mampu mempertahankan kapasitas baterai hingga 80% dari kapasitas aslinya setelah menyelesaikan sebanyak 1.500 siklus pengisian daya. OPPO turut mengembangkan teknologi yang mampu secara cerdas menemukan keseimbangan terbaik antara arus pengisian dan kenaikan suhu pada skenario penggunaan yang berbeda.

Pengisian daya ekstrem

Inovasi lain yang tak kalah menarik adalah untuk mewujudkan teknologi pengisian daya cepat dalam situasi yang lebih ekstrem dari biasanya. Contohnya, mengisi baterai perangkat selagi berada di tempat yang sangat dingin, yang bisa berakibat pada timbulnya korsleting.

Solusi yang OPPO terapkan adalah memanfaatkan algoritma cerdas untuk menentukan suhu pengisian baterai yang optimal, sekaligus meningkatkan suhu sebelum pengisian dimulai. Hasil pengujian OPPO menunjukkan bahwa baterai mampu meningkatkan suhu dari -20° C menjadi 10° C hanya dalam waktu puluihan detik, sehingga baterai akhirnya dapat diisi ulang seperti biasa.

HalloApp Adalah Aplikasi Chatting dengan Fokus pada Aspek Privasi Ciptaan Dua Eks Karyawan WhatsApp

Tidak lama setelah meninggalkan WhatsApp di tahun 2017, Brian Acton menyuntikkan dana pinjaman sebesar $50 juta ke aplikasi chatting Signal. Sekarang, giliran dua sosok kunci lain yang meninggalkan WhatsApp untuk menciptakan aplikasi pesaing baru. Mereka adalah Neeraj Arora dan Michael Donohue, dan aplikasi barunya dijuluki HalloApp.

HalloApp saat ini sudah bisa diunduh secara cuma-cuma di iOS maupun Android. Seperti halnya WhatsApp, HalloApp diciptakan untuk memfasilitasi chat antar individu ataupun percakapan grup, dan satu-satunya cara untuk berkomunikasi satu sama lain adalah dengan saling bertukar nomor.

Semua pesan yang dikirim dan diterima juga dipastikan bakal selalu terenkripsi. Yang membedakan HalloApp, kalau berdasarkan penjelasan penciptanya, adalah soal kebijakan privasi. HalloApp memastikan bahwa tidak ada satu pun informasi pribadi pengguna yang mereka simpan di luar nomor telepon. HalloApp juga menjamin bahwa penggunanya tidak akan pernah berjumpa dengan iklan.

Sudah menjadi rahasia umum kalau Brian Acton selaku pencipta WhatsApp memutuskan untuk resign setelah mendengar rencana Facebook untuk memonetisasi WhatsApp dengan iklan. Meski sampai sekarang niat tersebut memang belum pernah dieksekusi, sepertinya ini kerap menjadi dilema bagi mereka yang terlibat dalam pengembangan WhatsApp sejak masa-masa awal eksistensinya.

Baik Neeraj maupun Michael sama-sama bekerja di WhatsApp sebelum dan sesudah akuisisi Facebook. Neeraj menjabat sebagai chief business officer sampai tahun 2018, sedangkan Michael merupakan engineering director WhatsApp selama hampir sembilan tahun sebelum akhirnya ia undur diri di tahun 2019. Keduanya menciptakan HalloApp dengan fokus pada aspek privasi.

Selain untuk chatting, HalloApp juga punya semacam media sosial mini yang dapat diakses melalui tab Home. Di situ pengguna bisa menuliskan status, menggunggah foto atau video, lalu berinteraksi via komentar. HalloApp sengaja tidak menerapkan sistem like atau follow karena menurut mereka metrik-metrik engagement seperti itu tidak relevan dengan tujuannya, yakni menghadirkan wadah komunikasi yang intim.

Secara fitur, HalloApp benar-benar sangat minimal, setidaknya di versi perdananya ini. Bahkan fitur voice atau video call pun tidak ada — atau mungkin masih belum? Tampilannya betul-betul bersih dan rapi, dan semua konten disajikan secara kronologis tanpa campur tangan algoritma penyortir.

Ke depannya, HalloApp berencana menawarkan sejumlah fitur eksklusif yang hanya bisa dinikmati jika pengguna membayar biaya berlangganan (subscription). Persisnya kapan dan seperti apa model subscription-nya sejauh ini masih belum diketahui.

Sumber: The Verge dan HalloApp.

WhatsApp Bakal Hadirkan Fitur Multi-Device, Satu Akun Bisa Digunakan di Empat Perangkat Lain Sekaligus

Setelah sekian lama, WhatsApp akhirnya mulai mengabulkan salah satu permintaan terbanyak dari para penggunanya, yakni fitur multi-device yang memungkinkan satu akun WhatsApp untuk digunakan di lebih dari satu perangkat secara bersamaan, tanpa perlu bergantung terhadap smartphone.

Anda mungkin heran kenapa WhatsApp butuh waktu begitu lama untuk menghadirkan fitur semacam ini, yang di banyak aplikasi chatting lain sudah tersedia sejak lama. Alasan WhatsApp rupanya berkaitan dengan faktor privasi dan enkripsi end-to-end. Mereka pada dasarnya harus mendesain ulang arsitektur teknologi WhatsApp demi mewujudkan fitur multi-device selagi mempertahankan sederet fitur keamanan yang ditawarkannya selama ini.

Seperti yang kita tahu, WhatsApp saat ini memang sudah bisa kita gunakan di komputer ataupun laptop, akan tetapi pengalaman yang kita dapat bukanlah pengalaman multi-device yang sesungguhnya. Pasalnya, WhatsApp yang kita buka di perangkat desktop itu hanya sebatas menjadi cermin dari aplikasi WhatsApp di smartphone.

Itu berarti semua koneksi, sinkronisasi data, enkripsi, dan lain sebagainya berjalan di aplikasi WhatsApp pada smartphone, bukan di komputer atau laptop secara langsung. Menurut WhatsApp, ini adalah cara termudah untuk menghadirkan pengalaman ‘multi-device‘ tanpa berkompromi soal keamanan, meski memang pengalamannya jadi sangat terbatas.

Batasan yang paling utama tentu saja adalah ketergantungan terhadap smartphone. Kalau aplikasinya di smartphone tiba-tiba force closed, maka WhatsApp di laptop jadi tidak bisa digunakan. Demikian pula ketika smartphone kehilangan koneksi data, atau malah kehabisan daya, WhatsApp di perangkat desktop pun jadi tidak bisa diakses sama sekali.

WhatsApp punya penjelasan yang sangat merinci di blog Facebook Engineering terkait teknologi baru yang mereka terapkan untuk mewujudkan pengalaman multi-device yang sesungguhnya. Sederhananya, setiap device kini dapat terhubung langsung ke server, dan semua pesan yang pengguna kirim akan selalu terenkripsi, tidak peduli dari perangkat mana pun mereka mengirimnya.

Perlu dicatat, fitur multi-device ini memungkinkan satu akun WhatsApp untuk digunakan di empat perangkat lain secara bersamaan, asalkan perangkat lainnya itu bukan smartphone. Bisa jadi ini merupakan indikasi kalau WhatsApp juga tengah menggodok aplikasi versi terpisah untuk iPad dan tablet Android.

Fitur multi-device ini masih akan meminta pengguna untuk menghubungkan perangkat lain dengan memindai kode QR menggunakan ponselnya sebagai langkah awal, tapi sekarang juga ditambah dengan autentikasi biometrik. Usai dihubungkan, perangkat bisa langsung dipakai untuk mengakses WhatsApp kapan saja, bahkan ketika ponsel pengguna sedang mati.

Sebelum fitur ini bisa dinikmati oleh semua pengguna, WhatsApp bakal lebih dulu menguji versi beta-nya bersama pengguna dalam jumlah terbatas. Tujuannya tentu untuk mengoptimalkan pengalamannya lebih jauh lagi, sekaligus menambahkan sejumlah fitur ekstra.

Sumber: Facebook.

Membandingkan Fitur-Fitur Unggulan OPPO Reno6 dan Reno5

Malam ini, OPPO Reno6 bakal resmi mendarat di tanah air. Spesifikasi lengkapnya sudah dibocorkan secara merinci, dan yang belum hanyalah banderol harganya saja.

Selagi menanti informasi harganya diumumkan pada acara peluncuran virtualnya, ada baiknya kita meninjau kembali apa yang membuat smartphone ini lebih unggul daripada pendahulunya. Berikut adalah ringkasan perbandingan antara OPPO Reno6 dan Reno5.

Bokeh Flare Video Portrait

Kita mulai dari yang paling menarik, sekaligus yang sepenuhnya baru pada Reno6, yakni fitur Bokeh Flare Video Portrait. Fitur berbasis kecerdasan buatan ini memungkinkan pengguna Reno6 untuk merekam video dengan efek bokeh yang sinematik, mirip seperti yang dihasilkan menggunakan kamera DSLR atau mirrorless dengan lensa aperture besar.

Fitur ini bisa digunakan baik di kamera belakang maupun kamera depan, dan efeknya bakal terlihat lebih memukau apabila video diambil pada malam hari di lokasi yang memiliki banyak sumber pencahayaan. Semua pemrosesannya dapat diselesaikan hanya dalam waktu 10 milidetik saja, dan itu memungkinkan pengguna untuk melihat pratinjaunya secara real-time.

Sebelumnya, Reno5 menawarkan fitur dengan cara kerja serupa bernama Night Flare Portrait, akan tetapi fitur tersebut cuma berlaku untuk pengambilan foto saja. Di Reno6, algoritmanya telah disempurnakan agar juga dapat diaplikasikan pada pengambilan video.

Quick Startup

Fitur yang satu ini dikhususkan bagi mereka yang memprioritaskan aspek gaming. Sesuai namanya, Quick Startup memungkinkan Reno6 untuk memuat game secara lebih cepat dari biasanya. Caranya adalah dengan mengidentifikasi game favorit yang paling sering dimainkan, dan membuatnya tetap aktif pada latar belakang. Jadi ketika pengguna kembali membuka game tersebut, secara otomatis Reno6 akan mengambil jalan pintas untuk langsung masuk ke halaman beranda game dengan satu kali klik.

Berdasarkan data dari OPPO Lab, waktu pemuatan game bisa ditingkatkan hingga 24 detik. Namun angkanya bisa berbeda-beda tergantung setiap game. Untuk game PUBGM misalnya, Quick Startup mampu memangkas waktu pemuatan dari 25,5 detik menjadi 0,8 detik. Untuk game Free Fire, waktu pemuatannya cuma tersisa 0,75 detik dari 13,95 detik berkat fitur ini.

Reno Glow

Teknologi warna eksklusif Reno Glow sudah menjadi salah satu ciri khas seri Reno. Inovasi ini memungkinkan perangkat untuk menampilkan efek kilauan halus, tapi di saat yang sama juga bebas sidik jari berkat tekstur permukaan yang bersifat matte. Pada Reno6, fitur Reno Glow sudah tersedia untuk kedua varian warna sekaligus: Aurora dan Stellar Black.

Bukan cuma itu, efek Reno Glow pada Reno6 juga telah disempurnakan. Pada varian warna Aurora misalnya, OPPO menyematkan total lima lapisan spektrum berlian, atau dua lapisan lebih banyak dibanding suksesornya. Penambahan ini mampu menghasilkan sekitar 1 juta kombinasi warna, jauh lebih banyak ketimbang 10.000 warna yang dihasilkan oleh Reno5.

Spesifikasi mumpuni dalam desain ergonomis

Seperti halnya Reno5, Reno6 turut mengandalkan perpaduan spesifikasi yang mumpuni dan desain yang ergonomis. Penyempurnaan teknik Reno Glow tadi bisa dicapai tanpa mengorbankan dimensi ringkasnya. Reno6 memiliki tebal 7,8 mm, sama persis seperti Reno5. Yang berbeda cuma beratnya, yang naik dari 171 gram menjadi 173 gram.

Kinerjanya pun pasti bisa diandalkan berkat pemakaian chipset Qualcomm Snapdragon 720G, lengkap beserta RAM LPDDR4X 8 GB dan penyimpanan internal UFS 2.1 berkapasitas 128 GB. Storage-nya ini bisa diperluas lagi dengan bantuan kartu microSD, dan RAM-nya pun juga dapat ditambah berkat kehadiran fitur RAM expansion. Agar performanya bisa konsisten, OPPO tak lupa menyematkan teknologi multi-cooling system.

Reno6 mengemas layar AMOLED 6,4 inci dengan resolusi FHD+, refresh rate 90 Hz, dan touch sampling rate 180 Hz. Sensor sidik jarinya tertanam di balik layar, dan lubang di ujung kiri atas layarnya dihuni oleh kamera 44 megapixel. Beralih ke belakang, pengguna bakal menjumpai kamera utama 64 megapixel f/1.7, kamera ultra-wide 8 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan kamera monokrom 2 megapixel.

Reno6 yang menjalankan sistem operasi ColorOS 11.1 ini dibekali baterai sebesar 4.310 mAh. Perangkat mendukung fast charging dengan output maksimum 50W, sehingga pengisian dari 0-100% hanya memerlukan waktu sekitar 45 menit saja.

Semoga saja dengan semua perubahan yang dihadirkan Reno6, OPPO masih bisa mempertahankan harga pendahulunya yang sangat kompetitif. Buat yang penasaran, Anda bisa mengikuti acara peluncurannya langsung di akun media sosial resmi OPPO Indonesia, termasuk YouTube, Facebook, Instagram, dan Twitter pada pukul 19.00 WIB nanti.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

WhatsApp Godok Fitur untuk Berbagi Foto dan Video dalam Kualitas Terbaik

Di titik ini saya yakin sebagian besar dari kita sudah paham bahwa WhatsApp bukanlah tempat yang ideal untuk saling berbagi foto atau video. Pasalnya, secara default semua foto dan video yang kita kirim melalui WhatsApp bakal menjalani proses kompresi demi meminimalkan jumlah kuota data yang terpakai. Alhasil, foto dan videonya bakal kelihatan lebih jelek ketimbang file asli dari sumbernya.

Saya bilang secara default karena sebenarnya ada semacam trik yang bisa dimanfaatkan untuk mengirim foto dan video dalam kualitas aslinya, yakni dengan mengirim foto dan video sebagai dokumen ketimbang sebagai konten galeri. Kalau cuma untuk membagikan satu atau dua foto/video saja, trik ini mudah sekali kita lakukan.

Namun kalau jumlah foto/video yang hendak dibagikan cukup banyak, trik ini bakal terasa merepotkan, sebab prosesnya harus kita ulangi untuk setiap foto/video. Kabar baiknya, ke depannya kita tidak akan lagi membutuhkan trik lama ini untuk saling berbagi foto dan video melalui WhatsApp dalam kualitas yang lebih baik.

Tampilan pengaturan kualitas foto dan video di versi beta WhatsApp untuk Android / WABetaInfo

Berdasarkan temuan situs WABetaInfo, WhatsApp sedang menyiapkan fitur agar pengguna bisa memilih kualitas foto/video yang hendak dikirimkan. Fitur ini bisa ditemukan di menu pengaturan, dan pengguna bisa memilih satu dari tiga opsi yang tersedia: “Auto”, “Best quality”, “Data saver”.

Tidak dijelaskan apakah “Best quality” berarti foto/video akan dikirim dalam kualitas aslinya tanpa menjalani kompresi sedikitpun, atau dengan tingkat kompresi yang minimal seperti yang dilakukan oleh Google Photos (demi tetap menjaga agar ukuran file-nya tidak terlampau besar). Terkait opsi “Auto”, disebutkan bahwa WhatsApp bakal memilih sendiri algoritma kompresi yang terbaik untuk tiap-tiap foto atau video.

Sayangnya tidak ada yang tahu pasti kapan fitur ini bakal dirilis secara resmi. Untuk sekarang, fiturnya baru tersedia di versi beta terbaru WhatsApp untuk Android. Sejauh ini juga belum ada info mengenai ketersediaan fiturnya untuk WhatsApp versi iOS. Semoga saja bisa langsung tersedia di kedua platform ketika sudah diluncurkan secara resmi nanti.

Sumber: The Verge. Gambar header: Depositphotos.com.