SnapChat Stories Bakal Bisa Dibagikan di luar Aplikasi

Di tengah himpitan para rival yang kian mengganggu stabilitas dan serapan aplikasinya, Snap melakukan segala upaya untuk tetap berada di lintasan, salah satunya melalui rombakan total dan fitur yang memungkinkan pengguna membagikan Stories ke web sehingga pengguna yang tidak mempunyai aplikasi Snapchat tetap bisa melihat foto, video dan caption yang dibagikan. Hal ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada non-pengguna apa yang bisa dilakukan dengan Snapchat.

Ketika nantinya diluncurkan ke publik, pengguna dapat menekan dan menahan salah satu Official Stories di Discover milik tokoh-tokoh ternama dan partners, Our Stories dan Search Stories untuk kemudian dibagikan. Sebagian pengguna yang sudah bisa mengunduh aplikasi rancangan baru, seperti di Australia dan Kanada bisa dengan segera menemui fitur ini dalam beberapa pekan ke depan.

Stories yang dibagikan di luar aplikasi bisa diakses melalui situs Snapchat.com. Menurut keterangan resmi Snapchat via Bloomberg, bahwa Search Stories dan Our Stories akan tersedia di luar aplikasi Snapchat selama 30 hari. Sedangkan Official Stories akan tersedia hanya selama 24 jam.

snapchat_stories_web

Manuver tak biasa ini menjadi sebuah fase baru bagi Snapchat yang memang mau tak mau harus siap melakukan sesuatu yang berbeda. Kecenderungan untuk bersikap idealis di era digital sekarang ini justru berpotensi membunuh kesempatan untuk berkembang. Cerita pahit Nokia dan BlackBerry rasanya cukup menjadi bukti nyata, bahwa adaptasi sangat diperlukan untuk terus bertahan. Cakupan Stories yang lebih luas tentu secara langsung akan memperluas ekspansi dan jangkauan Snapchat. Hal ini berpeluang menjadi lahan baru untuk memonetasi konten di luar aplikasinya sendiri.

Sumber tambahan Theverge.

Setelah 31 Desember 2017, Pengguna BlackBerry 10 Tak Lagi Bisa Gunakan WhatsApp

Kabar buruk bagi para pengguna perangkat BlackBerry lawas, karena salah satu chatting populer yakni WhatsApp akan benar-benar mencabut dukungan aplikasinya di BlackBerry OS dan BlackBerry 10 pada tanggal 31 Desember 2017. Sebenarnya cukup disayangkan, mengingat perangkat berbasis BlackBerry 10 seperti Passport dan Classic masih punya daya tarik tersendiri.

WhatsApp sendiri telah mengumunkan pengehentian pengembangan untuk berbagai platform mobile kurang populer cukup lama, dan setelah tanggal 31 Desember 2017 nanti, seperti yang diumumkan pada situs resmi, pengguna tidak akan bisa menggunakan aplikasi pesan ini pada perangkat berbasis BlackBerry OS dan BlackBerry 10.

Nasib serupa juga bakal dialami oleh pengguna perangkat berbasis Windows Phone 8.0, sementara layanan untuk Nokia S40  masih didukung hingga 31 Desember 2018. Jadi terhitung sejak tanggal 1 Januari 2018, mereka tidak dapat lagi membuat akun baru ataupun memverifikasi ulang akun yang sudah ada. Tapi masih dapat terus menggunakan WhatsApp dan dengan catatan beberapa fitur mungkin dapat berhenti berfungsi pada suatu waktu.

Wacana mencabut dukungan di platform mobile tua sebenarnya sudah dilontarkan oleh WhatsApp sejak tahun lalu. Alasannya karena platform-platform ini tidak menawarkan kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan fitur-fitur aplikasi di masa mendatang dan memilih fokus pada Android dan iOS.

Sejak diakuisisi oleh Facebook pada tahun 2014, aplikasi bertukar pesan ini memang sangat rajin menggelontorkan fitur-fitur baru. Sebut saja, tarik pesan, format teks, bisa kirim hampir semua format file, dan banyak lagi.

Jika Anda menggunakan salah satu perangkat seluler di atas, direkomendasikan untuk meningkatkan ke versi OS yang lebih baru atau mengganti ke perangkat baru agar dapat terus menggunakan WhatsApp.

Lebih lengkap tentang dukungan WhatsApp atas perangkat lawas adalah:

  • Nokia Symbian S60 setalah 30 Juni 2017
  • BlackBerry OS and BlackBerry 10 setelah 31 Desember 2017
  • Windows Phone 8.0 dan yang lebih lama setelah 31 Desember 2017
  • Nokia S40 setelah 31 Desember 2018
  • Android versi 2.3.7 dan yang lebih tua setelah 1 Februari 2020

Sumber: PhoneArena.

Snap Luncurkan Lens Studio, Aplikasi Gratis untuk Membuat Objek AR Interaktif di Snapchat

Sebelum tren augmented reality (AR) kembali dibangkitkan oleh Apple lewat ARKit di iOS 11, Snapchat sebenarnya sudah berkontribusi lebih dulu. April lalu, mereka merilis fitur bernama World Lenses, yang memungkinkan pengguna untuk bermain-main dengan objek 3D interaktif yang bisa ditempatkan di mana saja kamera ponsel kita arahkan, yang belakangan kita kenal dengan istilah AR.

Langkah selanjutnya adalah memperbanyak jumlah World Lenses yang tersedia. Ketimbang merekrut lebih banyak desainer, Snap memutuskan untuk menggandeng komunitas kreatif dengan meluncurkan Lens Studio, aplikasi Mac dan Windows yang bisa digunakan secara cuma-cuma oleh siapapun untuk merancang World Lens-nya sendiri.

Snapchat Lens Studio

Asalkan Anda punya pengalaman merancang animasi 2D atau 3D, Anda bisa menciptakan World Lens versi sendiri menggunakan aplikasi ini. Setelahnya, Anda bisa membagikan QR Snapcode kepada pengguna lain untuk diunduh dan digunakan selama 24 jam ke depan.

Mengapa cuma 24 jam? Karena Snap melihat peluang untuk meraup pendapatan ekstra melalui platform pembuatan World Lens ini. Singkat cerita, kalau Anda mau World Lens bikinan Anda bisa digunakan selama lebih dari 24 jam, Anda diharuskan membayar biaya mengiklan ke Snap.

Bagi yang tidak bersedia membayar, Anda tinggal meminta pengguna memindai QR Snapcode yang sama untuk mengunduh World Lens bikinan Anda kembali dan menggunakannya selama 24 jam lagi. Di sisi lain, batasan ini juga dimaksudkan supaya pengguna tidak terus menerus memakai World Lens yang sama, dan mendorong mereka untuk mencoba kreasi yang lainnya.

Snapchat Lens Studio

Seluruh kreasi komunitas ini bakal melalui proses moderasi terlebih dulu guna memastikan tidak ada World Lens yang bersifat menyinggung maupun berbau dewasa. Pengguna nantinya juga bisa melaporkan World Lens yang dinilai bermasalah, yang lolos dari pantauan tim internal Snap.

Buat yang tertarik, Anda hanya memerlukan akun Snapchat untuk bisa mengunduh Lens Studio sekarang juga. Untuk pengguna secara luas, bersiaplah bermain-main dengan objek AR kreasi komunitas.

Sumber: Snap dan TechCrunch.

Twitter Luncurkan Fitur Threading untuk Memudahkan Pembuatan Tweet Berantai

Beberapa hari yang lalu, Twitter meluncurkan fitur yang cukup menarik bernama threading (utasan), yang sekarang sudah mulai tersedia bagi banyak pengguna. Fitur ini ditujukan untuk memudahkan pengguna membuat Tweet berantai, atau yang kerap disebut dengan istilah tweetstorm oleh banyak pengguna.

Tweetstorm, atau yang juga dikenal dengan istilah “kultwit” di sini, pada dasarnya merupakan beberapa Tweet terpisah yang mengemas satu gagasan utama, menyambung dari satu ke yang lainnya. Format seperti ini sebenarnya sudah populer sejak lama, akan tetapi Twitter tidak pernah secara resmi mendukungnya.

Ada banyak cara yang diterapkan oleh pengguna dalam membuat Tweet berantai selama ini, salah satu yang populer adalah dengan me-reply diri sendiri dan menomori masing-masing Tweet. Namun bagaimanapun caranya, pengguna masih harus mengklik tombol “Tweet” satu demi satu, dan ini jauh dari kata praktis.

Hingga akhirnya fitur threading ini resmi datang. Sekarang, selagi menulis suatu Tweet, Anda bisa menambahkan Tweet demi Tweet di bawahnya, sebelum mengirimkan semuanya secara bersamaan menjadi Tweet berantai. Di saat yang sama, follower Anda juga bisa langsung mengetahui yang mana yang merupakan Tweet berantai dengan melihat label “Show this thread”.

Twitter threading

Cara menggunakannya cukup simpel: buka jendela composer seperti biasa, lalu ketik Tweet yang pertama. Selanjutnya, klik tombol baru berlambang “+”, dan ketik Tweet yang kedua. Ulangi langkah yang sama untuk membuat Tweet ketiga dan seterusnya. Kalau sudah selesai, tinggal klik tombol “Tweet all” untuk membagikan semuanya secara bersamaan.

Fitur ini datang tidak lama setelah Twitter memperbarui batasan Tweet dari 140 menjadi 280 karakter. 280 karakter memang sudah cukup panjang, tapi ada kalanya batasan itu masih kurang, atau ketika ide harus ditumpahkan dalam beberapa Tweet terpisah yang bersambung. Di saat yang sama, fitur threading ini kian memantapkan peran Twitter sebagai platform microblogging yang efektif.

Threading atau utasan ini sekarang sudah bisa dinikmati oleh semua pengguna, tapi entah mengapa saya belum menemukannya di aplikasi Twitter versi iOS, meski sudah saya update ke versi yang terbaru, dan versi Android dan web-nya sudah ada.

Sumber: Twitter.

Facebook Hapus Salah Satu Fitur Lawas di News Feed, Ticker

Facebook kembali merombak tampilan situsnya di desktop. Namun perubahan kali ini tidak terlalu mencolok kecuali Anda kerap mengakses Sidebar yang terletak di sisi kanan, yang biasanya digunakan untuk chatting.

Sebelum ini, bagian teratas Sidebar tersebut biasanya dihuni oleh seksi khusus yang dinamai Ticker. Namun dalam beberapa minggu belakangan ini sejumlah pengguna melaporkan bahwa Ticker sudah hilang entah ke mana, hingga akhirnya seorang perwakilan dari Facebook mengonfirmasi melalui forum bantuan Facebook bahwa fitur tersebut sudah ditiadakan.

Ticker sendiri pertama kali diperkenalkan pada tahun 2011, dengan tujuan melengkapi News Feed dan memberikan cara yang mudah bagi pengguna untuk memantau aktivitas teman-temannya di Facebook secara real-time, yang belum tentu muncul di News Feed. Contohnya, semisal teman Anda mengenal teman baru, Anda bisa mengarahkan kursor mouse ke Ticker dan profil mini dari sang teman baru tersebut akan langsung ditampilkan di atasnya.

Seiring berjalannya waktu, Ticker sempat mengundang kontroversi. Banyak yang menilai fitur ini mendorong kebiasaan stalking, dan Facebook sebenarnya sempat berpikir untuk menghapusnya. Namun yang terjadi malah mereka memberikan opsi kepada pengguna untuk mematikan Ticker jika tidak berkenan.

Setelah sekian lama, Facebook akhirnya memutuskan untuk menghapusnya secara penuh, bahkan opsi “Show Ticker” di menu Sidebar pun juga sudah hilang. Alasan jelasnya tidak diketahui, bisa karena tidak banyak yang menggunakan, tapi bisa juga karena Facebook ingin berfokus ke fitur lainnya, seperti Stories misalnya, yang kini menghuni sisi kanan atas News Feed.

Sumber: TechCrunch.

Facebook Luncurkan Sound Collection, Koleksi Lagu dan Sound Effect Gratis untuk Kreator Video

Bukan rahasia apabila Facebook menyimpan ambisi untuk bisa menyaingi YouTube. Bulan lalu, mereka merilis aplikasi Facebook Creator yang menghadirkan sederet tool untuk membantu siapapun yang tertarik untuk menciptakan video orisinil, lengkap dengan fitur analytics yang cukup komprehensif.

Facebook tentu saja masih harus menghadapi perjalanan yang cukup panjang untuk bisa menapak ke level YouTube, dan mereka memang belum mau berhenti. Baru-baru ini, mereka memperkenalkan Facebook Sound Collection, dengan tujuan untuk memudahkan para kreator dalam menyisipkan musik dan sound effect agar video yang dibuatnya jadi kian menarik.

Sound Collection pada dasarnya memberikan kita akses ke ribuan lagu dan sound effect tanpa melibatkan biaya sepeser pun. Semua konten audio ini bebas dipergunakan secara cuma-cuma pada video yang kita buat, selama video tersebut dibagikan ke Facebook atau Instagram.

Facebook Sound Collection

Facebook memang tidak menyebut secara eksplisit bahwa mereka melarang penggunaan konten dalam Sound Collection pada video YouTube, tapi saya cukup yakin mereka akan memperkarakannya jikalau ada yang nekat. Dan firasat saya mengatakan tidak sedikit yang bakal nekat melakukannya.

Ini dikarenakan semua lagu maupun sound effect dalam Sound Collection bisa diunduh secara cuma-cuma, dengan format file “.m4a”. Total sejauh ini sudah ada 1.000 lagu dan 1.504 sound effect dalam Facebook Sound Collection yang semuanya dikategorikan berdasarkan genre masing-masing.

Lagu-lagunya sendiri ada yang dilengkapi vokal ada yang tidak, serta dapat disortir berdasarkan mood. Sebelum mengunduh, masing-masing lagu dan sound effect juga bisa di-stream lebih dulu. Saya tidak heran apabila bakal ada pengguna yang memanfaatkannya sebagai layanan streaming musik gratisan mengingat koleksinya cukup banyak dan unik.

Sound Collection sudah bisa diakses sekarang juga melalui situs resminya. Ingat, semuanya gratis, tapi hanya untuk video yang bakal diunggah ke Facebook atau Instagram saja. Kita lihat saja apakah upaya Facebook ini mampu membuat banyak YouTuber berpaling hati atau tidak.

Sumber: Facebook.

Versi Baru Snapchat Tak Lagi Campur Adukkan Konten dari Teman dan dari Brand

Snapchat adalah salah satu contoh yang paling gamblang untuk menggambarkan konsep media sosial. Elemen media yang diwakili oleh konten bikinan brand maupun kreator dikumpulkan di tab Discover di sebelah kanan, sedangkan elemen sosial yang diwakili oleh pesan-pesan dari teman terdekat dikumpulkan di tab sebelah kiri.

Sayangnya, ketika konten dari teman dan dari kreator profesional disatukan seperti ini, akan ada sejumlah efek samping yang harus ditanggung. Salah satunya menurut Snapchat adalah berita palsu, sebab dalam kondisi Snapchat seperti sekarang ini, sulit bagi pengguna untuk membedakan mana konten yang datang dari teman-temannya dan mana yang dari brand atau kreator.

Maka dari itu, mereka memutuskan harus ada perubahan, dan lahirlah versi baru Snapchat yang lebih matang dan terpoles. Tampilannya secara keseluruhan kurang lebih masih sama: tampilan kamera masih akan menyambut pengguna pertama kali, lalu di sebelah kirinya ada tab Chats, dan Discover juga masih di sebelah kanan.

Perbedaan yang paling utama, Stories kini tidak hanya terdapat di tab Discover, tapi juga di tab Chats. Tujuannya adalah untuk memisahkan Stories dari teman dan dari brand maupun kreator. Selama sebuah akun mengikuti Anda, Stories darinya akan muncul di tab Chats, kalau tidak Snapchat bakal menempatkannya di tab Discover.

Chats sekarang juga akan dikelompokkan berdasarkan waktu sekaligus kategori baru berlabel “Best Friends”. Snapchat bilang bahwa mereka telah menerapkan algoritma khusus untuk menentukan secara otomatis akun-akun mana saja yang merupakan teman baik masing-masing pengguna, lalu menyuguhkan pesan-pesan darinya di paling atas.

Stories pada tab Discover kini juga akan dikurasi secara manual oleh tim internal di samping mengandalkan algoritma. Versi baru Snapchat ini kabarnya akan diuji terlebih dulu bersama sejumlah pengguna sebelum dirilis ke publik dalam beberapa minggu ke depan.

Sumber: Snap dan The Verge.

Facebook Manfaatkan Kecerdasan Buatan untuk Cegah Keinginan Bunuh Diri

Beberapa insiden bunuh diri yang sengaja direkam bahkan disiarkan secara langsung di Facebook tampaknya sangat mengganggu Mark dan timnya. Untuk itu, pengembang di belakang Facebook mencoba menghadirkan alat bantu deteksi dini dengan memanfaatkan bantuan teman dan rekan. Tapi cara ini dinilai masih memiliki banyak kekurangan, sehingga Facebook kembali melakukan penyempurnaan, kali ini dengan melibatkan teknologi kecerdasan buatan.

Apa itu teknologi kecerdasan buatan? dibahas mendalam di artikel long form kami.

Kembali ke topik, di mana dalam hal ide dasarnya, tool baru ini sama dengan tool yang diluncurkan sebelumnya, di mana seseorang bisa melaporkan teman yang dianggap mengalami depresi. Apabila sistem menilai seorang pengguna terlapor membutuhkan bantuan, sistem akan menampilkan notifikasi ketika sedang dalam posisi Live bersamaan dengan beberapa opsi bantuan dengan harapan ia membatalkan niatnya untuk melakukan bunuh diri. Bedanya, tool ini masih membutuhkan keterlibatan teman dan dilakukan secara manual.

Sekarang, Facebook melangkah lebih maju dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan yang bekerja secara proaktif mencatat dan membentuk pola. Berdasarkan pola tersebut, sistem secara otomatis menandai postingan yang dianggap memiliki kecenderungan depresi yang mengarah ke bunuh diri. Melalui teknologi ini, Facebook dapat memberikan notifikasi bantuan meskipun pengguna bersangkutan belum pernah dilaporkan.

Sebagai tambahan, Facebook juga menghadirkan tool yang sama ke Facebook Live, menandai siaran yang memuat konten berpotensi bunuh diri dan mengirimkannya ke tim khusus untuk kemudian menghubungi pengguna bersangkutan untuk pendampingan. Cara ini diharapkan dapat mencegah lebih cepat ketimbang cara manual yang mengandalkan peran aktif teman yang ironisnya kebanyakan orang kini mulai kurang peka dengan hal-hal semacam ini.

Facebook VP of Product Management Guy Rosen dalam tulisannya mengatakan bahwa metode baru ini telah diuji dan melakukan tugasnya dengan sangat baik. Dan untuk pertama kali, Facebook juga mulai merilis fitur ini untuk pengguna global meskipun akan dilakukan secara bertahap.

Sumber berita Newsroor/FB.

Twitter Uji Bookmarks, Fitur untuk Menyimpan Cuitan yang Belum Sempat Dibaca

Oktober kemarin, Twitter mengumumkan bahwa mereka sedang menggodok fitur untuk menyimpan cuitan. Fitur ini akhirnya memiliki nama resmi, yaitu Bookmarks, sebab istilah inilah yang paling umum kita gunakan saat hendak menyimpan konten di jagat internet.

Cara kerja fitur yang sudah banyak dinanti-nantikan oleh pengguna Twitter ini cukup sederhana kalau melihat versi awalnya, di mana pengguna dapat mengklik icon “…” pada setiap tweet untuk memunculkan menu tambahan, lalu memilih opsi “Add to Bookmarks” guna menyimpan cuitan tersebut.

Fitur ini pastinya akan sangat efektif ketika pengguna hendak membaca suatu percakapan antara beberapa pengguna lain yang cukup panjang, tapi masih belum sempat. Timing-nya juga terasa pas mengingat Twitter baru saja meningkatkan batasan karakter dalam sebuah cuitan menjadi 280 karakter.

Hal menarik lain yang patut disorot, Bookmarks dalam Twitter sifatnya privat, yang berarti hanya Anda seorang yang dapat melihat daftar cuitan yang Anda simpan untuk dibaca di lain waktu. Sepertinya fitur ini bakal banyak disalahgunakan oleh para stalker yang belum bisa move on dari mantannya.

Terlepas dari itu, fitur ini jelas merupakan solusi yang lebih ideal ketimbang harus mengklik icon hati demi menyimpan sebuah cuitan yang belum sempat dibaca. Sayangnya sejauh ini Twitter baru mengujinya bersama sejumlah pengguna saja, dan belum ada yang menyinggung soal estimasi waktu perilisan resminya.

Sumber: The Verge.

Eksperimen Terbaru Instagram Mungkinkan Pengguna Mengikuti Hashtag Ketimbang Orang

Setiap orang pasti punya akun Instagram favoritnya masing-masing. Bagi penyuka anjing seperti saya, otomatis akun yang saya follow kebanyakan adalah sesama penyayang anjing. Namun terkadang sulit menemukan siapa akun yang harus saya ikuti, sehingga opsi terbaiknya jatuh pada hashtag alias tagar.

Dengan mencari hashtag tertentu, saya bisa menemukan konten yang sesuai dengan keinginan, lalu lanjut mengikuti akun-akun baru yang saya temukan. Namun ada kalanya saya ingin bisa langsung menikmati konten dari hashtag tertentu tanpa harus melakukan pencarian terlebih dulu.

Beruntung Instagram sedang menyiapkan solusinya. Mereka tengah menguji fitur yang memungkinkan pengguna untuk mengikuti hashtag tertentu. Selanjutnya, Instagram bakal menyajikan deretan post terpopuler dan terbaru yang berasal dari beragam akun kepada para follower hashtag tersebut.

Sumber gambar: @Social_Pip (Twitter)
Sumber gambar: @Social_Pip (Twitter)

Fitur ini tentunya sangat ideal ketika kita hendak mengikuti topik yang teramat niche dan tidak tahu siapa akun yang harus diikuti. Tanpa harus pikir panjang, langsung saja follow hashtag-nya, dan setelahnya Anda tidak perlu lagi melakukan pencarian hashtag tersebut setiap kali membuka aplikasi Instagram.

Untuk sekarang sepertinya Instagram baru menguji fitur ini bersama pengguna dalam jumlah terbatas saja. Kalau belajar dari pengalaman, cukup banyak eksperimen Instagram yang pada akhirnya dirilis menjadi fitur untuk publik.

Sumber: The Next Web. Gambar header: Pexels.