Perusahaan Besar Lebih Memilih untuk Mengakusisi Startup karena Kecepatan Akselerasi Bisnis

Bisnis startup banyak diperbincangkan karena selain solusi yang diberikan bisa menyelesaikan masalah dengan mudah, bisnis ini juga bisa menjadi pesaing baru bagi perusahaan-perusahaan besar. Tak jarang perusahaan besar kewalahan bersaing dengan startup, namun banyak juga yang akhirnya membeli atau mengakuisisi startup untuk perkembangan bisnisnya. Ini menarik, mengapa perusahaan tidak membuat startup sendiri, toh dari segi pasar dan finansial mereka cukup mapan?

Diskusi mengenai topik ini sebenanarnya sudah banyak dibahas dan salah satunya ada di diskusi Quora. Pada dasarnya keputusan perusahaan besar mencaplok startup memiliki banyak latar belakang beragam. Tapi, banyak di antaranya yang memutuskan untuk membeli startup dilatarbelakangi oleh alasan  bahwa sebuah startup  bisa menjadi paket komplit.

Startup memang tidak memiliki sumber daya yang besar seperti perusahaan-perusahaan mapan, tetapi inovasi yang dilengkapi dengan teknologi menjadikan startup pilihan yang menarik bagi para pelanggan. Di sisi lain, pasar dari bisnis startup juga sudah terlihat, ada para ahli di dalamnya, dan mungkin beberapa pelanggan setia milik startup. Ini akan menghemat lebih banyak waktu dibanding perusahaan membangun bisnis baru dari awal.

Selain itu ada pernyataan seperti, “Jika kau tidak ingin melawan seseorang, bergabunglah dengan mereka” yang bisa dikaitkan dengan alasan mengapa perusahaan besar akhirnya membeli sebuah startup.

Dengan membeli startup, perusahaan tidak hanya bisa mengakuisisi bisnis, tetapi juga mendapatkan talenta-talenta di dalamnya yang sudah terbukti dengan sumber daya seadanya bisa membuat sebuah bisnis yang dilirik di pasaran. Jadi, lebih baik menempatkan mereka ke dalam tim dibanding mendapati mereka sebagai saingan.

Ada kalanya startup yang diakuisisi tidak hanya startup yang sedang naik daun. Startup yang sedang ‘goyang’ dari segi finansial pun kadang ‘menyelamatkan’ dirinya dengan menawarkan kepemilikan kepada pihak lain yang biasanya sebuah perusahaan yang lebih besar darinya.

Untuk kasus tersebut, lebih banyak faktor yang dipertimbangkan. Contohnya, seperti menyelamatkan brand yang sudah lama dikenal atau mencoba membantu startup tersebut dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Karena mungkin penyebabab ‘goyang’-nya startup tersebut gagal adalah kekurangan sumber daya, baik talenta maupun finansial yang bisa ditutupi oleh sumber daya perusahaan besar.

Tapi, pada umumnya perusahaan lebih melihat pada waktu yang mereka perlukan untuk membangun sebuah startup. Waktu adalah uang. Tak mudah untuk membangun sebuah bisnis dari awal lagi karena ada banyak hal yang harus dipersiapkan. Mulai dari membangun tim baru, legalitas, akuisisi pasar, dan lain sebagainya.

Perusahaan akan lebih memilih untuk membeli startup dibanding memulainya dari awal karena waktu dan tenaga yang dihabiskan untuk memulai bisnis baru bisa dihemat, kecuali ada pertimbangan lain seperti ego dan lainnya.

Alibaba Mulai Menjajakan Layanan Cloud Computing di Indonesia

Bersaing dengan Amazon, sebagai perusahaan yang awalnya mematangkan diri sebagai perusahaan e-commerce, Alibaba kini mulai melayangkan layanan cloud computing bagi bisnis go-digital. Berakar dari kesuksesannya membawakan bisnis jual beli online, perusahaan rintisan Jack Ma ini sedang mencoba memperluas pangsa pasar layanan Alibaba Cloud ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Layanan Alibaba Cloud sendiri, saat ini sudah digunakan lebih dari 1.8 juta bisnis, dan rata-rata adalah startup digital. Didukung lebih dari 2.000 pekerja dan 900 ahli di bidang cloud computing, Alibaba Cloud dipersonalisasi dengan kebutuhan bisnis berkembang yang cukup dinamis. Alibaba Cloud juga berusaha memastikan keandalan layanan dengan selalu menggunakan teknologi, baik hardware server dan jaringan, maupun perangkat lunak teranyar.

Produk cloud yang ditawarkan juga cukup beragam, mulai dari untuk kebutuhan server (berupa virtual private cloud, compute service dan load balancer), layanan basis data, storage dan CDN, hingga layanan manajemen dan keamanan. Sistem keamanan yang ditawarkan termasuk Anti-DDoS, yang siap melindungi bisnis dari serangan siber yang dewasa ini cukup meluas di kalangan pebisnis online. Pun demikian, sistem juga dilengkapi dengan layanan cloud monitor untuk memastikan tim IT bisnis selalu dapat memantau performa sistem dengan baik.

Percobaan gratis dua bulan untuk eksplorasi dan perbandingan

Alibaba Cloud saat ini juga memberikan kesempatan bagi pebisnis digital untuk mencicipi layanannya selama 2 bulan (atau 60 hari). Semua layanan yang ada di Alibaba Cloud dapat dicoba dan dieksplorasi, termasuk mencoba untuk diintegrasikan atau digunakan untuk men-deploy sistem yang telah dikembangkan. Untuk mencoba gratis, pengguna dapat mengikuti langkah singkat berikut ini.

  1. Klik pada tautan ini untuk mulai melakukan pendaftaran: klik di sini.
Mendaftarkan diri di percobaan trial Alibaba Cloud
Mendaftarkan diri di percobaan trial Alibaba Cloud

Selanjutnya pengguna dapat memilih spesifikasi layanan cloud sesuai dengan kebutuhannya, klik “Start your trial now”.

  1. Kemudian pilih register untuk mendapatkan akun baru. Menariknya tidak seperti layanan cloud lain, percobaan gratis di sini tidak memaksa pengguna harus memiliki kartu kredit atau menginputkan mekanisme pembayaran di depan. Semua dapat dilakukan dengan sangat ringkas dan gratis.
  2. Tuliskan detil informasi registrasi berupa email, maka sebuah email konfirmasi akan dilayangkan. Ikuti petunjuk selanjutnya untuk pengisian data diri.
  3. Layanan cloud siap digunakan dan dimanfaatkan.
Panel kontrol layanan Alibaba Cloud
Panel kontrol layanan Alibaba Cloud

Semua layanan yang disajikan Alibaba Cloud dapat dicoba tanpa terkecuali di masa trial selama 2 bulan.

Mencoba layanan menjadi bagian penting untuk mengetahui apakah sistem cloud yang ditawarkan mampu bersinergi dengan baik dengan sistem yang dikembangkan. Dengan demikian bisnis akan lebih percaya diri ketika harus menandatangani kontrak untuk investasi jangka panjang untuk mempercayakan fondasi sistemnya ke penyedia layanan cloud tersebut.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial dari Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.

Pelajaran dari Kegagalan Startup yang Terlalu Terburu-buru Mengambil Keputusan

Dalam membangun dan mengembangkan bisnis kegagalan adalah risiko yang mau tidak mau harus dihadapi, begitu juga pada pengembangan sebuah startup. Startup atau perusahaan rintisan bahkan lebih rentan terdampak kegagalan karena satu dan lain hal, bahkan sebelum mereka dikenal luas. Setidaknya ada pelajaran-pelajaran yang bisa dipelajari dari setiap kegagalan yang didapat. Seperti kisah CEO Upfront Thorsten Nolte yang Februari tahun ini menutup bisnis yang dirintis sejak tahun 2007.

Upfront merupakan startup yang bergerak di bidang agensi. Setelah sempat berada di puncak kejayaannya Upfront akhirnya terpaksa menutup bisnisnya karena tidak bisa kembali mendapatkan klien dan mendapatkan pemasukan.

Thorsten mengungkapkan berapa menjanjikannya bisnis mereka ketika berhasil mendapatkan klien dengan angka yang cukup besar. Karena “kebesaran” klien inilah pada akhirnya Upfront memutuskan untuk merekrut lebih banyak spesialis di bidangnya, seperti senior kreatif, tim operasional dan tim teknis.

Upfront yang semula dihuni 25 orang tumbuh menjadi 40 orang. Tentu dengan beban pengeluaran yang juga membengkak. Namun sayangnya setelah itu semua tidak berjalan sesuai harapan. Dalam beberapa bulan bahkan Upfront gagal mendapatkan klien, sementara tagihan terus menumpuk dan beberapa orang mulai meninggalkan Upfront. Keputusan emosional dan terkesan terburu-buru akhirnya dijadikan penyesalan.

“Ketika dihadapkan dengan rintangan kita perlu pemecahan hambatan penyusunnya  menjadi bagian-bagian dan kemudian bekerja dengan metode melalui setiap bagian satu langkah pada satu waktu. Tentu saja hal ini tidak bisa dilakukan ketika kita hanya melihat gunung ini di depan kami dan ketika kami menyerah pada emosi kita dan hanya melihat puncak mil gunung di kejauhan,” tulis Thorsten.

Sebenarnya Thorsten dan Upfront bukan tanpa perjuangan. Thorsten sempat berusaha memindahkan Upfront dari pasar dengan sumber daya yang besar ke pasar yang lebih efektif seperti ke Filipina. Namun sayangnya apa yang mereka lakukan terlalu terlambat, dan pada akhirnya memaksa Upfront untuk gulung tikar.

Yang diharapkan dari setiap kisah kegagalan yang dipublikasikan adalah antisipasi. Mengambil sesuatu yang berharga dari pengalaman orang lain. Bisa jadi setiap cerita atau langkah yang diceritakan berlaku untuk masalah yang sedang kita hadapi. Tetapi semua itu penting untuk menambah referensi dalam setiap pertimbangan yang di ambil.

Beberapa Alasan Mengapa UMKM di Indonesia Perlu Mengadopsi Cloud Computing

Cloud computing atau komputasi awan saat ini memang sudah bukan hal yang baru lagi. Berbagai varian produknya sudah banyak digunakan dan dipasarkan. Namun bagi banyak bisnis, terutama di level bisnis mikro, kecil dan menengah, masih banyak yang masih di tahap awal dalam implementasi teknologi ke dalam bisnisnya. Dalam artikel ini akan dijelaskan apa saja yang membuat cloud computing menjadi solusi yang cocok diterapkan untuk bisnis dengan kultur yang masih dinamis.

Salah satu karakteristik umum dari layanan cloud computing adalah terkait dengan skalabilitas dan aksesibilitas. Skalabilitas merujuk pada penentuan volume layanan yang lebih fleksibel. Hal ini menjawab tantangan bisnis yang sebelumnya ada, yakni dalam penggunaan teknologi bisnis harus dituntut untuk memiliki layanan yang fixed, sementara kebutuhannya masih bergejolak. Seperti contohnya pada grafik di bawah ini.

Kebutuhan bisnis yang dinamis, namun teknologi yang digunakan tetap / Microsoft
Kebutuhan bisnis yang dinamis, namun teknologi yang digunakan tetap / Microsoft

Garis putih menunjukkan bagaimana kebutuhan bisnis akan suatu layanan berubah-ubah, sedangkan garis lurus putus-putus menunjukkan kapabilitas layanan. Untuk bisnis pemula, tak jarang apa yang mereka gunakan masih sangat jauh di bawah dari kapabilitas sistem yang dibutuhkan, akhirnya banyak sumber daya yang tidak terpakai. Sementara itu terkadang (karena suatu tren berkala, sering ditemui di kultur Indonesia) suatu layanan bisa mendadak melonjak, dan kala itu sistem tiba-tiba tidak siap, sehingga menjadikan layanan down.

Pendekatan cloud computing mencoba mengantisipasi dengan fleksibilitas tinggi. Pemenuhan sumber daya akan disesuaikan dengan kebutuhan, seperti tersaji pada gambar berikut ini.

Cloud computing memberikan alur yang berimbang dengan kebutuhan bisnis / Microsoft
Cloud computing memberikan alur yang berimbang dengan kebutuhan bisnis / Microsoft

Garis putih menunjukkan kebutuhan dan garis kuning menunjukkan sumber daya yang fleksibel mengikuti besar kecilnya kebutuhan bisnis. Tentu akan berdampak pada investasi awal dan juga biaya pengelolaan yang harus dikeluarkan, menyesuaikan kebutuhan bisnis.

Bisnis yang dijalankan UMKM pada umumnya sulit untuk diprediksi

Dengan investasi yang minim, UMKM harus pandai menyiasati anggaran belanja teknologi, agar operasional bisnis tetap berjalan, namun teknologi yang digunakan tetap optimal. Lonjakan atau penurunan traksi secara signifikan adalah hal yang cukup biasa dalam UMKM, dan efisiensi teknologi terbaik adalah menggunakan sumber daya sesuai dengan kebutuhan. Ambil contoh bisnis jualan baju muslim, di Indonesia pembelian baju muslim akan sangat ramai menjelang Ramadan atau Hari Raya. Namun di luar itu transaksi sangat kecil.

Bayangkan jika penjualan tersebut ditopang oleh sebuah layanan e-commerce yang dikembangkan secara mandiri. Saat kebutuhan melonjak tiba-tiba tim TI harus sigap melakukan peningkatan sumber daya. Storage harus ditambah, bandwidth juga harus disediakan lebih dan sebagainya, untuk memastikan layanan tetap bisa diakses normal. Cloud computing pada umumnya memiliki menu untuk melakukan upgrade dan downgrade secara cepat untuk hal seperti itu. Dengan demikian UMKM tidak harus selalu menginvestasikan besar di muka untuk memenuhi kebutuhan teknologi yang besar, akan tetapi bisa dinamis menyesuaikan kebutuhan yang berjalan.

Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.

Peranan Big Data untuk Mengakselerasi Startup di Bidang Travel

Paket perjalanan wisata adalah satu dari sekian banyak sektor yang kini banyak dieksplorasi oleh startup digital. Dengan kecanggihan teknologi proses menghubungkan pengguna dengan maskapai penerbangan, tempat penginapan, dan juga pihak penyedia tur wisata di tempat tujuan bisa disajikan dengan mudah dan cepat. Salah satu teknologi yang berpotensi memegang peranan penting untuk mengakselerasi bisnis ini adalah big data. Data-data bisa diekstraksi sedemikian rupa untuk mengenali pola pelanggan berdasarkan kebiasaan dan variabel-variabel lainnya.

Beberapa waktu lalu perusahaan spesialis pemasaran Rocket Fuel sempat mengeluarkan infografis mengenai perbedaan traveler luxury dan non-luxury dalam kegiatannya “bepergian” mulai dari jarak pemesanan perjalanan hingga apa saja yang mereka lakukan selama di tempat tujuan mereka.

Rocket Fule infographic
Rocket Fule infographic

Kategori luxury dan non-luxury dibuat Rocket Fuel berdasarkan tipe hotel yang dipesan saat ingin melakukan perjalanan. Dari data tersebut beberapa data menarik disebutkan. Seperti traveler kategori luxury dan non-luxury memiliki persentase  yang sama untuk pilihan berbelanja oleh-oleh untuk rumah, dan juga beberapa hal lainnya. Termasuk juga prediksi apa yang akan mereka belanjakan dalam 30 hari sebelum mereka memutuskan untuk memesan kamar hotel.

Wawasan-wawasan seperti inilah yang seharusnya bisa didapatkan oleh startup-startup yang bergerak di bidang perjalanan dan wisata. Selain mem-push layanan mereka dengan menawarkan tujuan-tujuan yang eksotis dan juga perang harga dengan kompetitor mempelajari kebiasaan pelanggan bisa menjadi alternatif untuk menjadi salah satu yang terdepan.

Dengan data-data seperti ini seharusnya bisa menjadi alasan yang kuat untuk misalnya menjalin kerja sama dengan pihak penyedia transportasi, restoran, atau penyedia oleh-oleh khas. Semua tentu dikemas ala startup, dengan sentuhan digital di aplikasi masing-masing pengguna. Sehingga tanpa repot-repot mencari informasi di mana penjual oleh-oleh terbaik, hotel berkualitas, dan penyedia transportasi yang siap sedia. Pengguna bisa lebih mudah menikmati liburannya. Semua karena kolaborasi dan elaborasi terhadap data yang ada sehingga tercipta inovasi-inovasi yang bisa membantu bisnis.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Peran Penting Data dalam Perusahaan Modern

Data mulai menempati tempat yang lebih penting di dalam perusahaan. Di era informasi seperti sekarang ini, data juga memberikan pengaruh pada valuasi dan reputasi perusahaan. Keputusan bagaimana perusahaan menggunakan data bisa memberikan dampak pada keberhasilan perusahaan modern, seperti pada citra perusahaan, persepsi publik, pesaing dan juga regulator.

Untuk itu sebelum benar-benar mengoptimalkan data yang ada melalui saluran-saluran yang ada seperti IoT, media sosial dan lainnya, perusahaan sudah lebih menghargai penggunaan data. Penyalahgunaan data akhirnya bisa berdampak buruk bagi perusahaan.

Di perusahaan modern, goodwill merupakan komponen penting dalam tiap valuasi perusahaan. Goodwill sebagai bentuk aset tidak berwujud terdiri dari unsur-unsur subjektif seperti reputasi, nilai brand perusahaan, daftar pelanggan dan interaksi positif dengan pelanggan. Untuk itu perlu dilakukan kontrol goodwill yang baik, terlebih di era media sosial yang merupakan salah satu corong informasi untuk rujukan banyak orang. Harus ada perhatian khusus untuk hal yang satu ini.

Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana melindungi dan menghargai data. Tentang bagaimana mengantisipasi adanya kebocoran data, pelanggan data, dan beberapa masalah legalitas data yang dimiliki perusahaan. Selain bisa berurusan dengan hukum, kejadian ini juga berimbas pada persaingan bisnis. Pelanggan bisa dengan mudah berbelok ke pesaing karena dinilai lebih aman dan tepercaya.

Data yang datang membanjiri perusahaan melalui beberapa kanal tentu tidak semua merupakan data-data publik, beberapa di antaranya mungkin ada data pribadi yang hanya boleh digunakan oleh perusahaan untuk urusan tertentu. Kesepakatan-kesepakatan inilah yang harus dijelaskan di awal bagi pelanggan-pelanggan. Perusahaan harus terbuka tentang data apa dan apa yang akan diperbuat dengan data tersebut.

Memahami tentang nilai-nilai dalam sebuah data memang suatu hal penting. Tetapi isu-isu legalitas, privasi dan keamanan data seharusnya bisa ditempatkan di urutan pertama. Sebelum berinvestasi lebih ke soal analisis data isu-isu tersebut justru harus didahulukan karena tergolong isu-isu krusial. Seharusnya sebelum berfokus pada hal-hal teknis, permasalahan prosedural, proses dan legalitas harus menjadi prioritas.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Mendapatkan Terlalu Banyak Modal di Awal Tak Menjamin Kesuksesan Startup

Sebagai perusahaan rintisan, sangat wajar startup menginginkan penambahan dana dari investor. Beberapa menginginkannya untuk mengakselerasi bisnis dengan menambah talenta profesional, atau menaruh lebih banyak aset untuk kebutuhan pemasaran. Tapi terlalu banyak mendapatkan uang untuk early stage juga bisa membahayakan sebuah startup jika tidak disiasati dengan baik.

General Partner Upfront Ventures Mark Suster dalam sebuah laman menjelaskan bahwa terlalu banyak kemungkinan risiko yang menghadang sebuah startup jika terlalu banyak berfokus mendapatkan pendanaan di awal. Alih-alih bisa mengakselerasi bisnis, hal tersebut justru bisa membawa hal buruk bagi startup.

Ada beberapa hal yang disoroti Mark dalam permasalahan ini. Yang pertama adalah mengenai seberapa pun besar pendanaan didapat, umumnya akan habis dalam tempo 12 sampai 18 bulan. Namun tak jarang yang mampu bertahan lebih lama. Dalam hal ini yang berperan adalah pengelolaan.

Sebagai startup, yang tentu memiliki ambisi besar, mendapatkan modal besar di awal tentu menimbulkan keinginan untuk segera melakukan akselerasi bisnis. Misalnya dengan merekrut profesional, membayar biaya pemasaran, bahkan mengadakan event besar. Jika ini dilakukan secara terburu-buru tanpa mengabaikan perhitungan pasar dan validasi ide, akan menjadi sia-sia alias buang-buang uang.

Isu selanjutnya adalah mengenai beban dan tanggung jawab yang diperoleh. Semakin besar yang didapatkan akan semakin besar tuntutan untuk mengembangkan bisnis ke depan. Investor tentu memiliki ekspektasi, semakin tinggi ia menanam modal tentu semakin tinggi ekspektasi yang diinginkan dari sebuah bisnis. Jika startup mendapatkan cukup banyak dana di awal tentu akan menjadi beban tersendiri dalam mengembangkannya. Ini akan membawa masalah, kecuali bagi yang menyukai bentuk tekanan seperti ini.

Ada argumen bahwa keterbatasan bisa memacu kreativitas. Dalam startup, di tahap awal yang minim modal misalnya, founder tentu akan memutar otak untuk menekan pengeluaran dengan memperhatikan biaya-biaya dengan detil. Misalnya untuk merekrut talenta profesional dengan gaji yang masuk akal atau memilik saluran pemasaran yang benar-benar tepat sasaran bukan asal buang-buang uang. Founder harus kreatif mencari jalan keluar dan tentu bukan uang.

Mark menilai beberapa orang perlu “melewatkan” pendanaan pertama yang terlalu besar untuk beberapa hal. Di dalam startup, memenangkan pasar atau setidaknya mempunyai posisi di pasar tanpa bolak-balik melakukan pitch dengan perusahaan pemodalan akan lebih baik untuk nilai sebuah startup. Jadi pikiran baik-baik berapa besar uang yang akan Anda terima. Karena yang menentukan bisnis Anda adalah pasar dan konsumen, bukan seberapa besar modal Anda.

Perubahan-Perubahan untuk Menjaga Kualitas Data

Memanfaatkan data tidak hanya sebatas mengambil peluang, tetapi juga melakukan perubahan. Menyiapkan semua hal terkait data untuk mengantisipasi fleksibilitas perubahan adalah hal penting. Mulai dari perangkat lunak sampai dengan sumber daya manusia harus bisa mengantisipasi perubahan data.

Di era arus informasi yang semakin deras data bisa berubah setiap saat. Database tak lagi statis. Data-data formal seperti email, jabatan pekerjaan, dan nomor telepon bisa berubah-ubah setiap saat. Sangat penting bagi bisnis yang memanfaatkan big data dan analisisnya untuk mengantisipasi hal ini. Terutama untuk menjaga kualitas data.

Hal pertama yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan tidak memasrahkan semua urusan data ke departemen IT. Permasalahan data tidak selamanya berurusan dengan hal-hal teknis. Memasrahkan tanggung jawab utuh perihal data ke departemen IT harus dihindari, ada yang perlu diubah. Harus ada bagian khusus yang bertanggung jawab untuk menjaga kualitas data, Chief Data Officer misalnya. Posisi yang memang sewajarnya harus ada jika ingin mengoptimalkan big data.

Yang kedua adalah dengan menetapkan rencana jangka panjang untuk terus menjaga kualitas data. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan berinvestasi untuk perangkat lunak big data dan analisisnya. Terutama untuk perangkat lunak yang menawarkan fitur real time analysis. Hal tersebut akan sangat membantu.

Langkah selanjutnya yang bisa diambil adalah dengan saling mengintegrasikan sistem yang ada. Hal ini bisa mempermudah untuk pengecekan data dan proses validasi data. Sehingga tidak akan ada kerancuan atau perbedaan data di satu sistem dengan sistem yang lain.

Akurasi, kelengkapan, dan waktu adalah tiga hal yang berpengaruh dalam data. Semakin banyaknya sumber data dan arus informasi yang semakin cepat membuat bisnis yang memanfaatkan big data harus tanggap akan perubahan-perubahan data. Menyoal data bukan lagi soal kesempatan memanfaatkan data, tetapi berubah untuk mengantisipasi data.


Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Mengoptimalkan Penggunaan Layanan Cloud untuk UMKM

Banyak yang mengatakan bahwa layanan cloud computing lebih efisien digunakan untuk bisnis ketimbang model konvensional. Ambil contoh dalam kebutuhannya untuk hosting sebuah website, dikatakan fleksibilitas cloud computing lebih optimal ketimbang dedicated hosting. Apakah benar demikian? Ternyata kuncinya tertelak di bagaimana server cloud tersebut dikelola, sehingga dapat memberikan penghematan dan performa yang maksimal.

Berikut ini adalah beberapa tips dari DailySocial tentang bagaimana mengelola sebuah layanan cloud sehingga memberikan keuntungan penghematan dan juga kinerja yang dahsyat.

Pahami dan definisikan kebutuhan secara jelas

Proses ini merupakan sesuatu hal yang sangat mendasar, bahwasanya bisnis harus benar-benar tahu apa yang mereka butuhkan dan ditaruh di sebuah layanan cloud. Katakanlah bisnis tersebut akan membuat sebuah company profile dan sistem layanan pelanggan, maka harus bisa diperkirakan juga, apakah akan menimbulkan trafik data yang tinggi atau sedang.

Penentuan kebutuhan ini penting untuk memastikan layanan cloud yang dilanggan memiliki kapabilitas yang cukup, tidak berlebihan. Karena akan berdampak langsung pada berapa uang yang harus dibayarkan untuk berlangganan. Tipe layanan cloud juga wajib dipahami sebelumnya.

Pada umumnya saat ini penyedia jasa cloud computing menawarkan berbagai skema, misalnya cloud hosting, virtual machine atau layanan lain yang lebih spesifik. Masing-masing tentu memiliki tujuan yang berbeda, pastikan bisnis mampu memilih jenis layanan secara tepat untuk memberikan hasil optimal.

Mulailah dari yang kecil, karena cloud menawarkan skalabilitas

Setelah menemukan jenis layanan yang tepat untuk dilanggan, maka mulailah dari plan yang paling minimum untuk layanan bisnis. Terlebih untuk UMKM biasanya tak langsung mendapatkan traksi pengunjung yang besar, namun secara bertahap.

Hal ini sangat didukung oleh layanan cloud yang memiliki kemudahan untuk melakukan skalabilitas. Kapan pun dengan mudah pelanggan dapat memperbesar (upgrade) atau memperkecil (downgrade) skala layanan yang dimiliki. Terlebih yang disewa adalah server, maka besar kecilnya sumber daya, seperti memori, prosesor, RAM dan sebagainya dapat disesuaikan secara gesit.

Manfaatkan sistem monitoring yang tersedia untuk melakukan estimasi dan antisipasi

Setelah layanan cloud berjalan, tugas selanjutnya untuk menghasilkan efisiensi dan efektivitas adalah dengan melakukan pemantauan. Sistem cloud monitoring akan sangat membantu pengguna dalam memberikan informasi seputar trafik dan traksi layanan yang digunakan. Beberapa penyedia layanan cloud besar seperti Alibaba Cloud dan lainnya menyediakan opsi tersebut dalam layanannya.

Melakukan analisis dari hasil monitoring ini cukup efektif untuk melakukan estimasi dan antisipasi dari penggunaan layanan oleh bisnis. Pola-pola terstruktur dapat dipetakan dengan baik, misal kapan layanan tersebut ramai sehingga membutuhkan backup sumber daya yang besar, kapan saatnya bisnis memperbesar ukuran layanan dan sebagainya.

Itulah beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan UMKM atau bisnis pemula saat hendak mulai memanfaatkan layanan cloud computing untuk menopang layanan bisnisnya. Efisiensi penggunaan layanan cloud akan terealisasi saat penggunanya benar-benar mengerti bagaimana memanfaatkan layanan cloud tersebut secara optimal, tidak serta-merta.

Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.

Memahami Aspek Keamanan dalam Cloud Computing

Di berbagai studi dan riset tentang pemanfaatan cloud computing, salah satu yang menjadi concern terbesar adalah terkait dengan faktor keamanan. Kita ketahui bersama, saat sebuah bisnis memilih untuk memanfaatkan layanan cloud computing, maka mereka bertaruh dengan sebuah kerpercayaan akan jaminan privasi dan keamanan data. Namun kini cloud computing sudah memiliki berbagai standar yang siap melindungi privasi dan keamanan data pengguna, yang juga menjadi jaminan rasa aman bagi pengguna.

Di Indonesia sendiri, layanan cloud computing yang umum digunakan ialah berkaitan dengan cloud storage dan virtual machine, untuk digunakan sebagai landasan sebuah aplikasi yang dijalankan secara online. Pemanfaatan tersebut juga sudah berkembang pesat, mulai digunakan sebagai dedicated-hosting, hybrid solution atau bahkan difungsikan sebagai disaster recovery. Untuk layanan SaaS (Software as a Services) sendiri, pengguna di Indonesia sudah sangat dimanjakan dengan berbagai produk vendor-vendor ternama dunia.

Di tengah menggeliatnya pangsa pasar cloud services, penting untuk dipahami oleh pengguna bisnis seputar langkah keamanan sebelum menentukan vendor cloud computing.

Memahami skema dalam lingkungan cloud computing

Ketika sebuah bisnis telah menentukan vendor tertentu sebagai penyedia layanan cloud, maka ia telah menyerahkan kapabilitas perpanjangan pusat data kepada pihak terkait. Oleh karenanya penting untuk senantiasa memastikan apakah layanan dan kebijakan keamanan yang diterapkan cukup mumpuni sebagai tempat berlabuhnya data-data penting perusahaan?

Tak ada salahnya ketika hendak berlangganan layanan tertentu kita meminta segudang informasi seputar layanan keamanan yang disediakan provider tersebut. Dinamika teknologi yang selalu berubah membutuhkan sistem keamanan yang siap siaga untuk mencegah serangan cyber yang kian berkembang. Pahami betul tanggung jawab yang dapat diberikan oleh penyedia layanan, dan apa yang harus dilakukan pengguna sehingga keduanya dapat bersinergi dengan baik.

Umumnya saat berbicara tentang cloud, maka akan diharapkan pada sebuah skema virtualisasi. Lingkungan virtual memberikan tantangan tersendiri pada perlindungan data. Isu utama yang sering terjadi ialah pengelolaan keamanan dan trafik di ranah multi-tanency dan mesin virtual (beberapa layanan dengan spesifikasi rendah menggunakan server yang sama untuk beberapa pengguna).

Mendefinisikan peranan pengguna dengan baik

Skema akses data granular, atau memberikan batasan sesuai dengan porsinya dapat menjadi pilihan. Terlebih layanan cloud kini mulai spesifik memberikan kinerja sesuai dengan kebutuhan sistem. Misalnya ada server khusus untuk basis data pelanggan, ada server yang mengoptimalkan kinerja sistem hingga backup.

Dengan adanya pembagian peran, dinilai akan mampu memberikan lapisan perlindungan tambahan. Mengingat saat ini modus penyerangan juga berusaha mencuri identitas login staf, terutama yang lengah dalam mengamankan akunnya.

Penggunaan enkripsi adalah harga mati

Skema enkripsi biasanya juga sudah ditanamkan secara native bersama dengan layanan cloud yang dijajakan oleh vendor, umumnya SaaS. Pahami betul bagaimana sistem enkripsi bekerja melindungi data dan transmisi data.

Layanan cloud juga umumnya digunakan oleh banyak pihak di perusahaan, termasuk non-tech-savvy users. Biasanya mereka mengakses layanan dari ponsel atau laptop pirbadi, yang tidak bisa selalu dipantau sisi keamanannya. Oleh karena perencanaan enkripsi menjadi hal yang cukup krusial.

Penerapan compliance seperti keamanan data menggunakan ISO 27001, untuk penyediaan layanan memakai ITIL, COBIT, Cloud Security Alliance dan sebagainya juga wajib menjadi perhatian.

Istilah Shadow IT beberapa waktu belakang juga santer dibicarakan, yakni tentang penggunaan layanan dan aplikasi cloud tanpa otorisasi. Padahal minimnya kontrol ini sebenarnya berisiko menghadirkan ancaman keamanan dan tantangan pengelolaan yang lebih berat.

Dengan memahami berbagai aspek keamanan cloud, setidaknya akan membuat kita selangkah lebih cerdik dalam memilih fondasi sistem yang siap mengibarkan layanan atau aplikasi secara online. Jangan sampai kegagalan sistem akibat sekuriti justru menjadi penghambat besar di tengah bisnis yang sedang menggeliat.

Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.