Mungkinkah Pembiayaan Startup Bisa ‘Dicipratkan’ dari Dana KUR?

Ada sinyal positif yang hendak diberikan pemerintah pada tahun ini kepada pelaku usaha startup di Indonesia. Pada penghujung tahun lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menyampaikan wacana untuk ‘mencipratkan’ dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 120 triliun itu kepada pelaku startup. Ia mengusulkan agar penyaluran KUR tidak hanya didominasi bank, namun juga melalui lembaga keuangan non seperti modal ventura.

Selintas, rencana itu sungguh mulia dan mengesankan bahwa pemerintah terlihat ingin turut berperan aktif dalam menggeliatkan ekonomi kreatif yang sudah tumbuh di masyarakat. Tapi mungkinkah niat itu diwujudkan? Sudahkah diketahui bagaimana sebenarnya pembiayaan yang diperlukan untuk mengelola sebuah startup agar bisa menjadi besar?

Melalui tulisan ini, saya tak ingin mengkritik niat baik dari Menteri Rudiantara tersebut. Namun rasanya saya perlu menyampaikan satu pertanyaan sederhana saja; apakah sudah ada contoh bahwa dalam bisnis ini pihak perbankan pernah terlibat untuk membiayai usaha startup?

Dari pengalaman yang ada, sesungguhnya ekosistem bisnis startup, baik startup di ranah teknologi maupun di sektor lain, ini lebih condong tumbuh pada mekanisme pasar (ekonomi liberal). Artinya, siapa yang bermodal besar maka usaha yang dikembangkan tersebut akan bisa survive. Sebaliknya, dengan modal serba terbatas, rasanya akan sangat sulit bagi sebuah bisnis startup bisa survive dan berkembang.

Sudah banyak contoh yang tersaji. Facebook adalah salah satunya. Perusahaan yang didirikan Mark Zuckerberg itu bisa menggemuk dan merambah melintas negara bukan karena adanya pembiayaan bank. Facebook tumbuh dan membesar karena adanya angel investor dan venture capital. Dan baru beberapa tahun belakangan ini, Facebook menerima income dari pemasangan iklan dan juga income dari jasa lainnya.

Hal yang sama juga terjadi di negeri ini. Ada Bukalapak yang mendapat kucuran investasi dari Aucfan dan East Ventures. Kemudian, situs marketplace Tokopedia kabarnya mendapatkan suntikan dana senilai 100 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,4 triliun dari Softbank asal Jepang dan Sequoia Capital yang merupakan venture capital khusus untuk perusahaan pemula.

Lantas tak kalah serunya lagi adalah Northstar Group milik Patrick Walujo yang terafiliasi dengan TPG Capital asal Amerika Serikat. Mereka ini rela menyuntikkan dana segar hingga puluhan juta dolar AS ke bisnis Go-Jek Indonesia. Dari deretan contoh di atas, sesungguhnya terlihat untuk merintis usaha startup ini memang membutuhkan akumulasi modal yang tak sedikit.

Berbeda dengan Facebook, bisnis startup yang sudah established buatan anak negeri ternyata sampai sekarang ini masih belum mendapatkan income-nya dari iklan, ataupun income lain. Lalu dari manakah dana untuk membuat bisnis tersebut tetap survive? Walau belum ada iklan ataupun income lain, namun para investor tadi sesungguhnya sudah memiliki penghitungan. Hitungan tersebut akan terlihat lebih rumit dan sangat berbeda dengan penilaian yang dipergunakan oleh pihak bank.

Dengan adanya contoh tersebut maka bagaimana mungkin dana KUR dari pemerintah itu bisa ‘dicipratkan’ kepada pelaku usaha startup yang baru tumbuh atau sudah established? Menurut laman pengertiannya, KUR ini adalah kredit atau pembiayaan modal kerja atau investasi kepada UMKMK (Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi). Untuk jenis bidang usaha adalah yang bersifat produktif dan layak namun belum bankable. Batas maksimal KUR per debitur mencapai Rp. 500.000.000.

Tanpa menafikan batas maksimal dari KUR tersebut, rasanya akan menjadi sulit ketika dana tersebut pada akhirnya harus ‘dicipratkan’ kepada pelaku usaha startup. Dari contoh-contoh yang sudah saya sebutkan di atas, terlihat jelas bahwa pembiayaan untuk bisnis startup ini sesungguhnya bernilai sangat besar, bahkan bisa melampui batas maksimal pembiayaan KUR.

Perlu juga diketahui KUR ini pada dasarnya bukanlah dana hibah dari pemerintah kepada pengusaha. Ini mengingat, dana KUR ini sesungguhnya berasal dari bank pelaksana. Di sini debitur tentunya harus tetap membayar bunga dan mengembalikan seluruh utang atau pokok kredit dalam jangka waktu yang disepakati dengan bank pemberi KUR.

Lalu dengan kondisi ril tersebut apa yang bisa diberikan pemerintah untuk bisa berperan aktif dalam mendorong tumbuhnya bisnis kreatif startup ini? Menurut saya, pemerintah tinggal memastikan saja bagaimana menumbuhkan iklim usaha yang sehat di negeri ini. Caranya dengan memberikan kepastian dan jaminan investasi kepada para investor luar yang ingin menyuntikkan dananya kepada para pelaku usaha startup buatan anak negeri.

Hal lainnya, pemerintah bisa berperan aktif juga untuk membuka saluran para pelaku bisnis startup ini kepada para investor asing. Selama ini yang kerap dihadapi para pengusaha Indonesia adalah hambatan networking atau konektivitas. Rasanya mulai berlakunya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun ini bisa menjadi peluang bagi pemerintah untuk mendorong tumbuhnya dan munculnya para entrepreneur muda supaya bisa lebih terintegrasi dengan market global.

Jadi, biarlah bisnis ini tumbuh melalui mekanisme pasar yang sudah ada. Dalam mekanisme tersebut tentunya dibutuhkan investasi yang tak sedikit. Sementara pemerintah — dengan keterbatasan anggaran yang ada — sebaiknya cukup menjadi wasit dengan cara menyiapkan aturan main yang investment friendly.

Kalau pemerintah memang berniat mulia ingin mencipratkan dana KUR untuk pelaku usaha startup, tentunya perlu dikaji kembali gagasan tersebut. Cobalah tinjau kembali bagaimana skema penyaluran KUR tersebut? Apakah itu memungkinkan untuk membiayai bisnis startup yang sesungguhnya telah bergeliat di dalam mekanisme pasar yang bebas?


Artikel tamu ini ditulis oleh William Henley, CEO & Founder IndoSterling Capital.

Jenis-Jenis Permodalan (Bagian 2)

Di artikel sebelumnya, kami sudah membahas tentang jenis-jenis permodalan dalam praktiknya secara umum. Dengan perkembangan industri kreatif di Indonesia, di mana penyebaran informasi juga sudah semakin luas, para pelaku bisnis akan jauh lebih mudah mendapatkan informasi saat ini dibanding dua puluh tahun ke belakang. Terkait dengan hal tersebut, para pelaku bisnis terkadang memerlukan informasi yang lebih spesifik, yang dapat dikaitkan langsung dengan kegiatan bisnis mereka.

Sebelum memutuskan jenis permodalan mana yang akan digunakan di dalam kegiatan bisnis, ada baiknya Anda menganalisa terlebih dahulu di tingkatan mana bisnis Anda berada sekarang. Menurut Profesor Stefano Caselli dari Universitas Bocconi, secara garis besar, bisnis dibagi menjadi enam tingkatan:

1. Development Stage

Siklus kehidupan di dalam bisnis dimulai dari tahap pengembangan. Tahap pengembangan merupakan tingkatan di mana para founders mulai menciptakan dan mencoba mengembangan ide bisnis mereka. Para founders juga mulai mencari dan mengumpulkan para co-founders yang dapat bekerjasama dalam pengembangan bisnis.

2. Startup Stage

Tingkatan di mana kegiatan bisnis baru benar-benar dimulai. Di titik ini, para pelaku bisnis biasanya mulai memikirkan strategi bagaimana bisnis mereka bisa dikenal oleh publik, sampai akhirnya mendapatkan customer awal meraka.

3. Early Growth Stage

Tingkatan di mana bisnis mulai tumbuh. Operasional bisnis sudah mulai berjalan. SDM sangat berpengaruh besar di dalam tingkatan ini, bahkan bisa dibilang memiliki peran yang sangat krusial untuk memajukan suatu bisnis.

4. Expansion Stage

Tingkatan di mana bisnis mulai melakukan ekspansi. Laju ekspansi biasa dijadikan indikator kemajuan suatu bisnis. Contohnya seperti pembukaan cabang, penambahan layanan, dan sebagainya.

5. Mature Age Stage

Pada tingkatan ini, perkembangan bisnis sudah mulai stabil. Bisnis sudah memiliki arus kas yang positif. Di tingkatan ini, bisnis selangkah lebih dekat menuju tahap initial public offering (IPO).

6. Crisis or Decline Stage

Tingkatan yang paling mengerikan di dalam bisnis. Bisnis mulai memasuki masa krisis dan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Suatu bisnis yang sudah berhasil melewati masa krisis, cenderung akan bertahan lama dibanding yang tidak pernah mengalami krisis.

Melihat kepada enam tingkatan di atas, sebenarnya setiap tingkatan memiliki karakteristiknya sendiri, yang mempengaruhi jenis-jenis permodalan yang dapat ditariknya.

Pada Development Stage dan Startup Stage, sumber permodalan biasanya didapatkan dari founder, co-founder, keluarga, angel investor, dan private equity. Ketika bisnis sudah memasuki Early Growth Stage, bisnis bisa mulai mencari sumber permodalan dari private equity dan perbankan.

Bisnis yang sudah memasuki Expansion Stage dan Mature Age Stage, dengan kondisi bisnis yang sudah jauh lebih stabil, sumber permodalan bisa didapatkan dari private equity, perbankan, bahkan melalui initial public offering (IPO).

Bisnis yang sedang mengalami masa krisis, atau Crisis or Decline Stage, pilihan akan kembali ke para pelaku bisnis, apakah mereka memutuskan untuk mempertahankan atau menjual bisnisnya. Dalam beberapa contoh kasus, para founder dan co-founder ada yang menyuntikkan modal kembali untuk mempertahankan kelangsungan bisnis. Bahkan, beberapa private equity cukup tertarik membeli saham suatu bisnis yang sedang mengalami masa krisis, dan memutuskan untuk melakukan restrukturisasi terhadap bisnis tersebut.

Setiap jenis permodalan yang tersedia memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pada akhirnya, para pelaku bisnis selalu memiliki pilihan dari mana sumber permodalan mau didapatkan, tapi alangkah lebih baik untuk menganalisa terlebih dahulu di tingkatan mana bisnis Anda berada sekarang.

logo_klikkonsulKlikonsul adalah konsultan hukum dan bisnis di bidang ekonomi kreatif, termasuk teknologi informasi. Kami dapat menyusun kontrak, mengurus izin, mendirikan perusahaan, hingga membantu perencanaan bisnis. Informasi lebih lanjut dapat dibaca di http://klikonsul.com.

Lima Mitos Teknologi Big Data

Big data menjelma menjadi salah satu teknologi paling dicari dalam beberapa terakhir. Dengan menjanjikan pengelolaan dan pengolahan data yang maksimal big data menebar janji-janji manis untuk dapat membawa bisnis atau organisasi ke arah yang lebih baik. Founder BigCloud.io Matt Reaney memiliki pandangan lain soal big data. Dalam sebuah tulisan, Matt menjelaskan beberapa mitos tentang teknologi big data.

Mitos pertama adalah tentang kemampuan big data untuk memprediksikan masa depan. Big data memang bisa menganalisis data sekarang dan memberikan Anda prediksi untuk apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi apakah itu 100 persen akurat. Kekuatan big data tentang prediksi ini pada dasarnya terletak pada kualitas data. Dengan data yang sudah tidak valid dari awal, apa yang Anda harapkan dari prediksi yang didasarkan pada data tersebut. Selama masih ada keterlibatan manusia dalam proses, ada peluang untuk terjadinya kesalahan.

Selanjutnya adalah big data merupakan data yang lebih baik. Sebenarnya semakin besar ukuran dan variasi data yang ada semakin besar pula potensi kelalaian yang ditimbulkan. Anda harus yakin data set yang telah dianalisis. Karena kualitas itu beragam dalam setiap kuantitasnya.

Mitos ketiga adalah mengenai tren big data sudah lama dimulai. Banyak yang berpikiran bahwa saat ini sudah terlambat untuk memulai implementasi big data. Sebenarnya masa big data baru dimulai. Matt menyarankan bagi yang masih merencanakan untuk mengimplentasi big data mulailah dengan hal-hal kecil dan sederhana. Seperti merancang konsep untuk penerapan big data dan mulai untuk membangun tim impian big data anda

Mitos keempat adalah tentang penerapan big data yang hanya ditujukan untuk bisnis berskala besar. Memang bemang benar bahwa saat ini hampir semua yang mengimplementasikan big data adalah perusahaan-perusahaan besar. Namun, Matt memprediksi dengan semakin baiknya teknologi dan komputasi awan tidak menutup kemungkinan startup dan UKM bisa menerapkan big data.

Mitos terakhir adalah mengenai data yang berantakan. Big data banyak digambarkan dengan kumpulan data yang berukuran besar dan dengan variasi yang berbeda. Mungkin bagi banyak orang gambaran tersebut merujuk pada ketidakteraturan. Namun dengan perangkat analisis dan visualisasi pemamaran hasil pengolahan data bisa lebih user-friendly sehingga lebih mudah memperoleh wawasan dari sana.


Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk penulisan artikel ini

DailySocial.id Luncurkan Laporan Startup 2015

Tahun 2014 kami menginisiasi DS10, sebuah daftar startup-startup pilihan yang prestasi dan kegiatannya menghiasi pemberitaan media sepanjang tahun. Untuk tahun 2015, kami memperluas cakupan laporan kami dengan meluncurkan “Laporan Startup 2015”. Laporan ini berisi lanskap bisnis teknologi tahun 2015 dan prediksi para pemain industri tahun 2016. Tak lupa kami memilih 10 startup, 10 pendiri, dan 5 investor pilihan dalam rangkaian DS10 2015.

CEO DailySocial.id Rama Mamuaya mengatakan, “Dengan adanya laporan ini, kami ingin mengumpulkan semua informasi yang ada di luar sana, digabungkan dengan data-data yang kami kumpulkan, guna memberikan perspektif makro mengenai kinerja industri digital di Indonesia.”

Beberapa hal menarik yang disampaikan dalam laporan 60 halaman ini di antaranya:

  • 49% investment yang dilaporkan pada tahun 2015 adalah SEED funding
  • E-commerce masih mendominasi investment, dengan fintech di #2
  • East Ventures dan Lippo Group memimpin dengan 20 dan 7 investasi yang diumumkan ke publik
  • Layanan On-demand dan Financial Technologi (Fintech) jadi primadona incaran investor tahun 2016
  • Kurangnya talenta dan akses ke pendanaan jadi momok terbesar startup tahun 2016

Laporan lengkapnya dapat diakses secara cuma-cuma di https://dailysocial.id/startupreport2015.

Kerja Lebih Tenang dengan Dukungan Flash Charge

Daya tahan baterai pada smartphone menjadi persoalan tersendiri ketika digunakan untuk mendukung kerja sehari-hari. Kemampuan baterai yang terbatas sering menjadi kendala, terutama jika habis di saat genting. Itu lah mengapa power bank laris manis.

Yakin Anda mau ribet membawa power bank kemana-mana? Anda pun tetap harus mengisi daya power bank. Jika Anda jeli, maka pilihan smartphone dengan fitur flash charge bisa membantu menyelesaikan permasalahan baterai.

Dukungan baterai yang cukup besar, misalnya di atas 3000 mAh bisa mendukung kerja di smartphone. Semakin besar baterai akan semakin lama waktu hidupnya, dan semakin bisa mendukung produktivitas. Tetapi sebesar apapun daya baterai tentu akan habis juga, bagaimana jika saat genting Anda lupa men-charge baterai tetapi sedang butuh banget? Fitur flash charge bisa menjadi solusi.

Fitur flash charge memungkinkan smartphone lebih cepat mengisi daya sampai penuh. Fitur ini juga memungkinkan waktu yang singkat untuk mendapatkan daya tertentu agar smartphone bisa bertahan beberapa jam. Saat dibutuhkan, fitur flash charge layak untuk diandalkan, baik itu untuk mengisi daya lebih cepat dibandingkan smartphone lain atau saat genting, misalnya butuh melakukan telepon darurat.

Smartphone yang menyediakan fitur untuk memberi ketenangan dalam bekerja dengan dukungan faster charging adalah OPPO R7s. Smartphone ini memiliki spesifikasi teknis 3070mAh VOOC flash charge battery. Dengan spesifikasi ini Anda bisa menikmati dukungan baterai yang cukup besar serta berbagai fitur yang memudahkan saat mengisi daya. Misalnya saja Anda bisa menikmati fasilitas mengisi daya dengan 4 kali lebih cepat dari smartphone biasa. Tidak ada lagi cerita kalau Anda harus berjam-jam mengisi baterai smartphone.

OPPO R7s

Anda pun tidak perlu khawatir saat smartphone low-bat dan tidak memungkinkan untuk nge-charge secara penuh. Karena fitur flash charge dari OPPO R7s Anda bisa mendapatkan daya untuk 2 jam panggilan telepon hanya dalam waktu 5 menit. Atau Anda juga bisa menikmati proses isi daya sampai 75% hanya dalam waktu 30 menit.

Selain ketenangan, Anda pun bisa memperoleh kenyamanan bekerja, terutama ketika bekerja di outdoor di bawah terik sinar matahari langsung. Pasalnya ada AMOLED (Active Matrix Organic Light Emitting Diode) yang mempunyai ketajaman layar tinggi tapi dengan daya rendah. Teknologi ini membuat Anda tetap bisa membaca semua pesan yang masuk ke smartphone tanpa ada cerita layar gelap di bawah terik sinar matahari langsung.

Tugas memotret pun bisa Anda lakukan dengan kualitas profesional dengan kamera belakang 13 MP dan kamera depan 8 MP. Kinerja Anda dapat terus berjalan lancar dengan dukungan prosesor octa-core dari Qualcomm dan RAM 4GB. Spesifikasi antar muka ColorOS 2.1 pun memudahkan Anda yang bekerja secara multi-tasking dengan membuka banyak aplikasi di smartphone. Tentunya memuaskan ketika Anda bisa merasakan the best user experience dari smartphone yang memudahkan pekerjaan.

Gabungan antara spesifikasi, antar muka dan dukungan baterai yang ditambah fitur flash charge, menjadikan smartphone OPPO R7s teman setia yang bisa membuat kerja jadi lebih tenang. Produktivitas Anda pun tidak akan terganggu. Agar Anda semakin yakin bahwa produktivitas Anda akan meningkat bersama OPPO R7s, klik di sini untuk mengetahui fitur-fitur mumpuni lainnya dari OPPO R7s.

Artikel ini dipersembahkan oleh DailySocial.id dan OPPO R7s untuk produktivitas dalam keseharian Anda.

Produk Enam Startup Ini Dapat Dimaksimalkan untuk Kembangkan Sektor Publik Nasional

Startu-startup ini dirilis pada tahun 2015. Meskipun masih tergolong sangat baru, namun visi dan produk yang diusung dinilai mampu dimaksimalkan untuk menciptakan terobosan baru di sektor publik. Mulai dari sektor pertanian, energi terbarukan, kesehatan, transportasi dan sosial, inovasi digital yang disuguhkan memberikan warna baru, yang tentunya mempermudah masyarakat dalam mendapatkan akses layanan.

Berikut ini adalah 6 startup yang berpotensi dimaksimalkan untuk melahirkan layanan publik yang nyaman:

Cara baru iGrow memasyarakatkan investasi di sektor pertanian

Dianugerahi sebuah lahan yang subur, dengan dukungan iklim dan cuaca, jika mengatakan pertanian adalah passion Indonesia sepertinya bukan sesuatu yang berlebihan. Mirisnya industri pertanian dianggap kurang menarik sebagai lini bisnis dan investasi, khususnya bagi kalangan muda. Melihat kecenderungan tersebut, bermodalkan sentuhan digital Startup Center dan Badr Interactive menginsiasi iGrow untuk melunturkan stigma tersebut.

Gambaran paling mudah dari sistem iGrow adalah permainan Farmville. Ya, iGrow memiliki konsep yang sama dengan permainan tersebut. iGrow memungkinkan penggunanya untuk bercocok tanam secara digital. Pengguna mengelola dan berinvestasi lahan serta tanaman secara digital, mengelola secara digital, namun pertanian tersebut nyata adanya. Dasbor iGrow menjadi perantara antara pengguna dengan penggarap lahan. Konsep yang segar dan cukup menarik.

Konsep baru di sektor pertanian dapat terus digalakkan untuk mengembalikan swasembada di sektor pertanian. Inovasi dinilai akan mampu membuat sektor pertanian terlihat mentereng, terutama memudahkan jalur investasi. Faktanya di lapangan petani membutuhkan banyak sokongan untuk memaksimalkan budidayanya. Kendati tidak terlibat secara langsung di lapangan, antusias dan keikutsertaan masyarakat dengan model yang ditawarkan iGrow mampu memberikan penghidupan layak bagi para petani.

Janaloka ajak masyarakat terbiasa dengan teknologi terbarukan

Lulusan Founder Institute 2015 bernama Gretiano Wasian (Neno) melihat sebuah isu di masyarkat, terutama di luar kota-kota besar, terkait dengan ketersediaan listrik. Tak seperti di perkotaan, kebutuhan (yang bisa dikategorikan) primer tersebut seringkali masih mengalami keterbatasan dalam memenuhi ketersediaan. Memanfaatkan potensi dan tenaga yang mudah dijumpai, Neno melahirkan Janaloka, sebuah portal online (yang juga bergerak secara offline) untuk mengedukasi masyarakat seputar teknologi terbarukan.

Janaloka memulai kiprahnya dengan memperkenalkan implementasi panel surya untuk memenuhi pasokan listrik rumahan. Dipahami untuk melakukannya memang tak mudah, baik secara teknis maupun non-teknis. Secara teknis Janaloka mengajarkan berbagai konsep pemasangan panel surya, termasuk perhitungan daya listrik yang dihasilkan dari teknologi tersebut. Dari sisi non-teknis Janaloka memforkuskan pada sosialisasi teknologi terbarukan menjadi sebuah investasi yang akan banyak menguntungkan masyarakat dalam jangka panjang.

Memiliki visi untuk menciptakan ekosistem eco/green lifestyle, Janaloka ingin mulai membiasakan masyarakat untuk tidak hanya terpaku terbiasa dengan energi fosil yang tidak dapat diperbarui (atau bisa namun dengan jangka waktu yang sangat panjang). Solusi ini dinilai efektif, terlebih sudah ada kebijakan pemerintah yang memperbolehkan adanya sumber pembangkit lain untuk kebutuhan personal di luar jaringan PLN. Terkait dengan ROI, dari perhitungan yang dibuat Janaloka implementasi panel surya akan dirasakan keuntungannya setelah berjalan 7 tahun. Panel suryanya sendiri akan tahan selama 25 tahun penggunaan.

WeCare ajak masyarakat sehatkan Indonesia dan teknologi berbasis aplikasi bernama MetSApp

Permasalahan paling umum terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia terkait dengan biaya. Pemberlakuan jaminan kesehatan yang masih belum merata seringkali memaksa kalangan masyarakat bawah untuk pasrah atas penyakit yang diderita. Cerita tersebut menginisiasi sebuah startup bernama WeCare untuk menghadirkan sebuah platform crowdfunding yang dikhususkan untuk penyaluran dana kesehatan. Dengan biaya yang cukup, WeCare ingin memastikan masyarakat kalangan bawah mendapatkan pengobatan maskimal atas penyakit yang dideritanya.

Startup pengembang teknologi machine learning Elitics Technology juga memiliki keprihatinan yang sama atas isu kesehatan. Setelah menginsiasi platform kesehatan berbasis big data, September lalu startup ini meluncurkan MetSApp (Metabolic Syndrome Application). Aplikasi ini difokuskan pada pencegahan sindrom metabolik, sebagai penyebab diabetes dan kolesterol. Dengan mencatat, mengamati, dan memberikan rekomendasi secara berkesinambungan (berbekal kelincahan machine learning) kepada pengguna tentang pola makan dan aktivitas, aplikasi ini siap menjadi asisten sehat masyarakat Indonesia.

Qlue Transit manfaatkan media sosial untuk kebutuhan informasi transportasi publik

Di kota sepadat Ibukota Jakarta, layanan tranportasi menjadi salah satu kebutuhan penting untuk aktivitas keseharian masyarakatnya. Isu kemacetan dan lalu lintas lainnya memaksa berbagai pihak untuk lebih bijak menggunakan fasilitas umum. Namun terkadang untuk menggunakan fasilitas umum seperti moda transportasi bus kota kenyamanan menjadi hal yang selalu dipertanyakan. Tidak hanya seputar kenyamanan di dalam bus, termasuk juga sistem informasi yang mengorganisir jadwal pemberangkatan.

Bermitra dengan pihak TransJakarta, pengembang aplikasi smartcity TerralogiQ mengembangan Qlue Transit. Aplikasi berlatform Android ini memungkinkan pengguna untuk dapat memonitor posisi bus TransJakarta hingga keramaian haltenya. Solusi semacam ini begitu penting dihadirkan di masyarakat, tidak hanya di Jakarta, namun harus direpliaksi di seluruh kota. Kenyamanan dan keramahan transportasi umum akan membiasakan masyarakat untuk memilih moa transportasi ini dalam kesehariannya, sehingga berpotensi besar mengurai kemacetan di jalan raya.

shutterstock_255844921

Penyandang disabilitas diberikan akses ke kanal pekerjaan inklusi melalui Kerjabilitas

Kendati sudah dituangkan dalam perundang-undangan porsi untuk ruang kerja inklusi, nyatanya penyandang disabilitas di Indonesia masih kesulitan untuk mendapatkan kesempatan kerja yang pas untuknya. Menanggapi isu ini, sebuah LSM asal Yogyakarta mengembangkan platform Kerjabilitas, sebuah situs dan aplikasi online yang dapat digunakan penyandang keterbatasan fisik untuk mendapatkan informasi dan layanan seputar kesempatan kerja.

Berbagai pendekatan diimplementasikan dalam pengembangan desain Kerjabilitas, termasuk dengan mempelajari bagaimana pola kalangan difabel bersosialisasi. Kerjabilitas bahkan mendapatkan apresiasi terpilih ke dalam Google Launchpad Accelerator batch 1 yang akan diberangkatkan ke Mountain View untuk diinkubasi Januari mendatang. Memiliki visi untuk menjadi sebuah gerakan nasional, Kerjabilitas turut memberikan edukasi kepada perusahaan dan bisnis atas penerimaannya terhadap kalangan difabel.

Jenis-jenis Permodalan (Bagian 1)

Perkembangan usaha di Indonesia dewasa ini telah membuat terminologi financing atau permodalan menjadi hal yang umum didengar. Istilah-istilah seperti angel investor, venture capital, dan bank loan merupakan beberapa hal yang sudah lazim menjadi topik perbincangan dalam komunitas entrepreneur. Sebagian entrepreneur sudah senior dan paham mengenai seluk-beluk permodalan, tapi sebagian lain merupakan pendatang baru, yang masih bertanya-tanya dari mana saja mereka bisa menerima suntikan modal untuk ide bisnis mereka.

Modal adalah aset dalam bentuk uang atau non-uang, yang dimiliki oleh penanam modal, dan mempunyai nilai ekonomis. Modal bisa berbentuk uang cash, bisa juga berbentuk bangunan, mesin, ataupun perlengkapan. Modal-modal ini ada yang datang dari kantong sendiri, tapi ada juga yang diberikan oleh orang lain dalam suatu kegiatan penanaman modal. Apa sajakah jenis-jenis penanaman modal tersebut? Secara garis besar, terdapat tiga macam kegiatan penanaman modal:

1. Equity Financing

Menurut Investopedia, equity financing adalah penanaman modal melalui penjualan saham di suatu perusahaan, sehingga kegiatan ini erat dengan penjualan kepentingan kepemilikan bisnis demi menggalang dana usaha. Equity financing banyak dilakuan oleh angel investor, venture capitals, dan private equity. Dalam kegiatan ini, investor biasanya mencari perusahaan yang memiliki potensi pasar yang baik dan kemudian menginjeksi modal ke dalam perusahaan tersebut. Injeksi modal tersebut akan dihitung ekuivalen dengan struktur modal dalam tubuh perusahaan dan dikonversi menjadi kepemilikan saham.

2. Debt Financing

Seperti namanya, dalam kegiatan ini, modal didapatkan dari hutang. Hutang tersebut dapat berbentuk surat berharga atau uang tunai. Dalam skema ini, investor (kreditur) mendapatkan untung dari pengembalian hutang beserta dengan bunganya. Hubungan hutang-piutang di Indonesia dapat terjadi antara perorangan dengan perorangan, antara perorangan dengan badan hukum, ataupun antara badan hukum dengan badan hukum. Regulasi terkait hutang ada bermacam-macam, tergantung dari subyek hutang-piutang itu sendiri.

3. Crowd-based Financing

Crowd-based financing, atau lebih dikenal dengan sebutan crowdfunding, merupakan sebuah hal baru yang terjadi dalam perkembangan pasar dewasa ini. Pada dasarnya, dalam crowdfunding, dana usaha dikumpulkan secara kolektif dari masyarakat umum, yang kebanyakan dilakukan melalui Internet dan media sosial. Bentuknya pun bisa bermacam-macam seperti berikut:

a. Donation Model

Model ini mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam penghimpunan dana demi merealisasikan suatu gagasan. Mereka yang memberikan dana biasanya memang tidak mengharapkan timbal balik dalam bentuk finansial. Meskipun demikian, untuk menarik perhatian dari masyarakat, pemilik proyek biasanya memberikan reward atau apresiasi tertentu sebagai insentif bagi donatur.

b. Lending Model

Model ini sangat mirip dengan debt financing, akan tetapi penghimpunan dananya dilakukan secara mikro dari banyak pihak. Dana yang telah dikumpulkan di dalam kegiatan ini, pada jangka waktu yang disepakati, harus dikembalikan seperti layaknya perjanjian hutang-piutang pada umumnya. Model seperti ini juga dikenal dengan sebutan crowdlending.

c. Investment Model

Untuk model yang satu ini, kegiatannya mirip dengan IPO (Initial Public Offering), yang biasa terjadi pada kegiatan equity financing di pasar modal, oleh karena itu kadang disebut “IPO Lite”. Berbeda dengan donation model, masyarakat yang memberikan dana akan mendapatkan timbal balik berupa kepemilikan saham atau sebagian keuntungan dari proyek yang dijalankan. Jumlahnya biasanya akan dihitung prorata sejumlah dana yang diberikan. Model seperti ini juga dikenal dengan sebutan crowdsourcing. Baru-baru ini, crowdsourcing sudah mendapatkan lampu hijau di Amerika Serikat, dan tentunya hal ini akan mengubah wajah kewirausahaan di negeri Paman Sam itu. Apakah suatu hari hal ini dapat terjadi juga di Indonesia? Mungkin saja.

Begitulah bentuk-bentuk permodalan yang dapat anda pilih untuk memodali usaha Anda. Tidak menutup kemungkinan usaha anda dimodali melalui lebih dari satu cara, selama anda ingat bahwa investor tentunya selalu ingin menerima keuntungan. Anda harus cukup realistis dalam menerima modal dari orang lain, apakah anda mampu untuk memberikan profit yang diharapkan oleh investor? Dalam artikel selanjutnya, kami ingin berbagi lebih rinci lagi mengenai kegiatan equity financing di Indonesia. Semoga bermanfaat.

logo_klikkonsulKlikonsul adalah konsultan hukum dan bisnis di bidang ekonomi kreatif, termasuk teknologi informasi. Kami dapat menyusun kontrak, mengurus izin, mendirikan perusahaan, hingga membantu perencanaan bisnis. Informasi lebih lanjut dapat dibaca di http://klikonsul.com.

Memilih Badan Usaha yang Tepat (Bagian 3 dan terakhir)

Badan usaha yang Anda gunakan dapat menentukan kemajuan dan operasi bisnis anda, terutama dari sisi pembagian tanggung jawab dan permodalan. Untuk itu, pemilihan badan usaha perlu direnungkan dengan serius, karena beda badan usaha, beda pula keleluasaannya untuk bergerak.

Pada Bagian I sebelum ini, kami sudah berbagi soal hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan badan usaha. Kami jelaskan juga bahwa pada dasarnya terdapat dua macam badan usaha, yang berbentuk badan hukum dan yang tidak. Perbedaanya terletak pada pemisahaan kekayaan. Dalam badan usaha berbentuk badan hukum, kekayaan pendiri terpisah dengan kekayaan perusahaan. Pada Bagian II sebelum ini, kami jabarkan bentuk-bentuk badan usaha yang tidak berbadan hukum. Berikut adalah badan usaha berbentuk badan hukum yang bisa Anda pilih sesuai dengan kebutuhan:

Perseroan Terbatas (PT)

Landasan hukum untuk bentuk usaha ini adalah Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). PT adalah suatu badan hukum untuk menjalankan usaha, yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Unsur penting dari definisi tersebut adalah kepemilikan saham yang menjadi batasan tanggung jawab bagi Pemilik Saham karena ada unsur pemisahan kekayaan pribadi dan perusahaan. Berbeda dengan CV, UUPT mempersyaratkan setidaknya Modal Dasar sebesar Rp 50.000.000 (lima puluh juta Rupiah) untuk mendirikan PT, dan bisa lebih besar untuk kegiatan usaha tertentu berdasarkan ketentuan Undang-undang yang mengatur perihal tersebut.

Bentuk usaha ini memiliki beberapa kelebihan dalam hal pemilik usaha ingin memperluas usahanya, misalnya ketika ingin mengajukan pinjaman untuk penambahan modal dapat dilakukan atas nama PT selama dilakukan oleh pihak yang diberikan kewenangan untuk mewakili perusahaan dalam hal tersebut. Selain itu, kesempatan untuk perusahaan berpartisipasi dalam kegiatan seperti lelang akan terbuka mengingat kegiatan semacam itu mempersyaratkan pesertanya berbentuk PT. Sehingga banyak peluang untuk membesarkan usaha melalui badan hukum ini.

Yayasan

Yayasan merupakan badan usaha dengan bentuk badan hukum yang diperuntukkan bagi kegiatan di bidang sosial, kemanusiaan, dan keagamaan. Bentuk ini memiliki landasan hukum Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan yang diubah dengan  Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 (UU Yayasan). Dari tujuannya, yayasan memiliki karakter non-profit, didirikan tidak untuk memperkaya pemilik yayasan. Namun yayasan tetap dapat melakukan usaha sampingan yang sejalan dengan visi dan misi yayasan dalam rangka memastikan kepentingan operasional yayasan terpenuhi.

Koperasi

Koperasi merupakan badan usaha yang berasas kekeluargaan dan ekonomi kerakyatan. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, Koperasi memiliki 5 (lima) unsur, yaitu:

  • Koperasi adalah badan usaha;
  • Koperasi adalah kumpulan orang-orang dan badan-badan hukum koperasi;
  • Koperasi Indonesia adalah koperasi yang bekerja berdasarkan prinsip-prinsip koperasi;
  • Koperasi Indonesia adalah “Gerakan Ekonomi Rakyat”; dan
  • Koperasi Indonesia “berasaskan kekeluargaan”.

Koperasi merupakan badan usaha yang modalnya berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman. Jenis Koperasi terbagi dua, yakni Koperasi Primer, yang didirikan dan beranggotakan oleh orang-perorangan, dan Koperasi Sekunder, yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi-koperasi. Modal Koperasi pun terbagi menjadi dua, yakni modal sendiri (simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, hibah) dan modal pinjaman (anggota, koperasi lainnya dan/atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya).

 

Semoga penjelasan di atas bisa membantu anda memilih badan usaha yang tepat untuk bisnis yang ingin anda geluti. Badan usaha tidak melulu harus berbentuk PT. Anda dapat memilih badan usaha sesuai dengan kebutuhan dan juga mempertimbangkan fleksibilitas dari badan usaha itu sendiri. Jika Anda masih ragu, Anda dapat berdiskusi dengan startup lain dan belajar dari pengalaman mereka, atau langsung menemui konsultan untuk tanya jawab. Semoga bermanfaat!

logo_klikkonsulArtikel ini ditulis oleh Virra dari Klikonsul. Klikonsul adalah konsultan hukum dan bisnis di bidang ekonomi kreatif, termasuk teknologi informasi. Kami dapat menyusun kontrak, mengurus izin, mendirikan perusahaan, hingga membantu perencanaan bisnis. Informasi lebih lanjut dapat dibaca di http://klikonsul.com.

 

5 Startup Lokal Yang Menutup Layanan Di Tahun 2015

Banyak hal yang terjadi di ekosistem startup nasional per tahun 2015 ini. Dari cerita pendanaan, lahirnya startup baru, hingga bisnis startup yang berkembang pesat dan banyak diramalkan akan segera menyandang gelar unicorn. Namun di balik itu semua, tahun 2015 ini juga menjadi tahun terakhir untuk beroperasi bagi beberapa startup lokal yang sempat mematangkan bisnisnya di Indonesia.

Dari data yang kami catat, setidaknya ada lima startup lokal yang memutuskan untuk menutup layanan di tahun ini. Mereka adalah:

Handymantis

Startup penyedia jasa kurir serba bisa ini didirikan oleh Ahmad Fathi Hadi. Hampir tiga tahun beroperasi, HandyMantis sering kali diadu dengan layanan ride-sharing Go-Jek. Sebelumnya tahun ini HandyMantis berencana meluncurkan aplikasi mobile untuk memperluas jangkauan layanannya. Sempat terpuruk, manajemen bersigap dengan melakukan pembenahan manajemen internal.

Namun upaya yang ditempuh untuk mempertahankan operasional tak berujung pada membaiknya bisnis HandyMantis. Terhitung per tanggal 18 September 2015, startup ini menghentikan dan menutup layanan bisnis yang sudah dijalankan.

Inapay

Inapay merupakan penyedia layanan escrow (rekening bersama) yang memungkinkan pengguna untuk melakukan transaksi pembayaran saat melakukan jual-beli online. Konsep yang digunakan mirip dengan jasa Rekening Bersama (RekBer) yang kerap dijadikan metode pembayaran di forum jual beli atau situs marketplace.

Di bawah nanungan PT Indonesia Payment Solution selama hampir empat tahun beroperasi InaPay berhasil membukukan 29.466 transaksi dari 25 ribu pengguna layanan. Sempat melakukan pembaruan layanan untuk, terutama dari fitur dan sistem keamanan, bisnis InaPay justru terpuruk. Dan per 25 Januari 2015 InaPay memutuskan untuk tidak lagi beroperasi.

Lamido

Di bawah naungan Rocket Internet, layanan online marketplace Lamido diluncurkan pada akhir 2013. Dalam operasinya, sub-produk dari situs e-commerce Lazada ini berhasil merangkul lebih dari 2.500 merchant. Sempat beroperasi dengan 50 anggota tim, startup yang dipimpin oleh Johan Antlov dan Giacomo Ficari ini memilih untuk menutup layanannya per bulan Maret lalu. Secara bertahap, Lamido telah melebur tim dan rekanan merchant bergabung ke dalam bagian dari Lazada Indonesia.

Sejak diluncurkan, Lamido bertekad untuk mampu bersaing dengan beberapa pemain yang sudah ada, seperti Tokopedia dan Berniaga (dulu sebelum bergabung dalam naungan OLX Indonesia), Tokopedia dan Bukalapak. Namun persaingan yang ketat membuat manajemen memilih untuk memperkuat layanan e-commerce Lazada sehingga tetap fokus dalam bermanuver di lanskap online yang semakin panas.

Paraplou (Vela Asia)

Meluncur sebagai e-commerce pioner di Indonesia (didirikan Januari 2011) yang memfokuskan pada produk fashion, Paraplou mengklaim sebagai situs fashion terbesar ketiga di Indonesia. Startup yang dipimpin oleh mantan punggawa Rocket Internet Bede Moore dan Susie Sugden ini sempat mendapatkan pendanaan Seri A sebesar $1,5 juta dari Majuven.

Namun per 24 Oktober 2015 startup yang sebelumnya bernama Vela Asia ini memutuskan untuk menutup layanannya. Dalam salam perpisahannya, Paraplou mengungkapkan bahwa faktor persaingan pasar, finansial internal dan sulitnya mendapatkan sokongan dana menjadi alasan utama penutupan operasionalnya.

Valadoo

Layanan travel online yang menawarkan berbagai paket wisata perjalanan ini berdiri di penghujung tahun 2010. Sempat mendapatkan investasi dari Wego bersamaan dengan pivot layanan, Valadoo mampu bertumbuh baik tatkala penyedia jasa sejenis masih sepi di kancah online. Di bulan Agustus 2014 pihaknya melakukan merger dengan Burufly, namun nyatanya bisnis Valadoo tetap saja keteteran. Pada akhirnya per 30 April 2015 Valadoo resmi menutup layanannya.

Salah satu aspek yang diungkapkan Jaka Wiradisuria, CEO dan Co-Founder Valadoo, bisnisnya yang tidak bertahan karena arah yang tidak jelas dari awal, terkait dengan model bisnis yang tidak matang. Perbedaan kultur dan ekspektasi pasca merger juga menjadikan proposisi bisnis tergoncang, termasuk dari sisi penggunaan teknologi pendukung. Saat ini Jaka memutuskan untuk bergabung dengan Ruma setelah memastikan karyawan Valadoo tidak terlantar pasca penutupan perusahaan.

5 Startup Indonesia Terpopuler Sepanjang Tahun 2015

Tahun 2016 akan menjadi tahun yang sangat menarik melanjut kelanjutan perkembangan industri startup Indonesia. Catatan yang patut diapresiasi adalah pengadopsian layanan dari  para startup yang mulai mainstream di tengah masyarakat. Berikut ini kami rangkumkan lima startup yang gaungnya nyaring terdengar sepanjang tahun 2015 sebagai perusahaan baru yang berbasiskan teknologi.

BukaLapak

Dipimpin Achmad Zaky, online marketplace BukaLapak menjadi salah satu pemain yang keberadaannya cukup diperhitungkan. Bermodalkan kucuran dana dari Group EMTEK, BukaLapak gencar melakukan aktivitas pemasaran melalui kanal konvensional seperti iklan televisi dan radio. Belum lama ini BukaLapak juga menerima dua penghargaan sekaligus dalam ajang penganugerahan dan apresiasi industri teknologi bergengsi Indonesia IDByte.

MatahariMall

Marketplace O2O MatahariMall yang merupakan langkah pertama Lippo Group memasuki ranah e-commerce sempat mewarnai headline media-media nasional seputar bisnisnya. Diawali pengenalannya pada bulan Februari lalu, MatahariMall menggebrak industri ini dengan klaim modal dana sekitar Rp 6.6 triliun kala itu. Berangkat dari dana masif tersebut, pihaknya merekrut profil besar seperti Hadi Wenas, Emirsyah Satar, Adrian Suherman, dan lainnya. Pihaknya juga merevolusi konsep online-to-offline dalam pengiriman produknya memanfaatkan eLocker atas kerja samanya dengan PopBox.

Go-Jek

Dalam pembahasan kami tentang startup unicorn, aman untuk menyebutkan bahwa Go-Jek menjadi gerbang bagi masyarakat awam tentang pemahaman startup digital bekerja. Layanannya yang “mengganggu” dalam skala besar, menawarkan alternatif metode transportasi, memberikan kisah inspiratif, dan berita kontroversional lainnya nyaris terdengar sepanjang minggu. Rasanya mayoritas masyarakat di kota besar, yang telah maupun yang belum mencoba layanannya, setidaknya mengetahui apa itu Go-Jek. Penilaian ini juga dilatari bahwa Go-Jek pernah menduduki puncak tertinggi sebagai aplikasi gratis terpopuler di App Store. Di platform Android, Go-Jek terpilih sebagai salah satu aplikasi terbaik Google Play Indonesia tahun ini, bersanding dengan Traveloka dan Tokopedia.

Traveloka

Menjadi platform top-of-mind untuk pembelian tiket pesawat, Traveloka juga dinobatkan sebagai aplikasi terpopuler di Google Play Indonesia dalam segmen travel. Dalam riset Nielsen dikatakan bahwa belanja iklan Traveloka selama tahun 2015 ini mengalami peningkatan hingga 700% hingga senilai Rp 547 miliar. Sama seperti BukaLapak, televisi juga menjadi kanal favorit Traveloka untuk menyuarakan layanannya.

Tokopedia

Riset Nielsen turut memberitakan bahwa Tokopedia memiliki belanja iklan yang senilai dengan Traveloka. Menariknya, peningkatan tersebut tercatat hingga 17 kali lipat dari tahun sebelumnya. Tak jauh berbeda dengan BukaLapak dan Traveloka, Tokopedia turut menjalankan strategi pengiklanan menggunakan cara konvensional yang tidak bisa diukur dalam angka dan data. Metode yang nampaknya berhasil merebut perhatian banyak masyarakat secara luas dengan perlahan. Kita tak bisa melupakan kala Tokopedia mengejutkan industri startup dengan perolehan pendanaan raksasa $100 juta tahun 2014 silam.

Tiga dari lima startup di atas sebelumnya juga kami bahas perihal prediksi label unicorn yang akan disandang pada tahun mendatang. Tidak heran jika sudah semestinya mereka telah diterima dengan akrab oleh masyarakat Indonesia. Kelimanya menjelma menjadi startup yang paling dikenal, dibicarakan, digunakan sepanjang tahun ini.

Pendapat masyarakat

Kami juga membuka polling singkat melalui Twitter mengenai popularitas dari startup-startup tersebut. Go-Jek meraup suara terbanyak dengan perolehan 67% dari total suara, disusul oleh Traveloka, Tokopedia, dan BukaLapak. Polling ini direspon oleh 54 orang dalam waktu 24 jam pada tanggal 1 Desember 2015.