Startup Jungkir Balik Sendirian dalam Ekosistem Buruk di Daerah (Bagian 2)

Startup daerah masih jungkir balik dalam ekosistem buruk / Shutterstock

Saya memahami kenapa penggiat startup di Jakarta menitikberatkan pembicaraan pada pendanaan atau investor. Secara teritori, market dan user di Jakarta sudah terbentuk, begitu pula dengan investornya yang sudah bermunculan, meskipun investor startup lebih didominasi investor luar. Untuk startup di daerah seperti saya, market dan investor itu belum terbentuk, apalagi regulator, walau dari segi ukuran user sangat prospektif.

Continue reading Startup Jungkir Balik Sendirian dalam Ekosistem Buruk di Daerah (Bagian 2)

Startup Jungkir Balik Sendirian dalam Ekosistem Buruk di Daerah (Bagian 1)

Startup di daerah jungkir balik tanpa dukung ekosistem yang baik / Flickr - Martin Fisch

Sebagai pendiri dan pemilik startup Social Lab (dulu bagian Discover Borneo) di Balikpapan, Kaltim, saya merasakan sendiri betapa beratnya membangun startup dalam ekosistem yang tidak mendukung. Pendanaan (funding) dan infrastruktur justru bukan masalah utama. Persoalan besarnya ada di mentor, promoter, network, inkubator, akselerator dan regulator. Investor justru belakangan. Faktor-faktor di atas saling terhubung secara mutual dalam sebuah ekosistem. Dan ekosistem inilah yang paling penting.

Continue reading Startup Jungkir Balik Sendirian dalam Ekosistem Buruk di Daerah (Bagian 1)

Menilik Kompetisi Layanan Pemesanan Transportasi Motor Ibukota

Go-Jek, GrabBike, Antar.id?

Layanan transportasi dengan tingkat manuver yang tinggi sudah barang tentu menjadi esensial kehadirannya guna menembus macetnya kota Jakarta. Dalam obrolan singkat saya dengan Head of Marketing GrabTaxi Kiki Rizky minggu lalu, kota-kota besar di Asia Tenggara memiliki perilaku yang berbeda dalam urusan transportasi. Riset internal GrabTaxi menilai layanan semacam ojek ialah salah satu yang tepat di kota Jakarta. Konsep yang dilontarkan oleh rekan-rekan Antar.id (sebelumnya Indojek) pada kualifikasi Ideabox batch kedua tahun lalu. Namun sayangnya, Go-Jek berhasil mengeksekusi ide mereka terlebih dahulu dalam sebuah layanan ojek berbasis aplikasi mobile untuk Ibukota DKI Jakarta. Lantas, yang mana yang lebih favorit?

Continue reading Menilik Kompetisi Layanan Pemesanan Transportasi Motor Ibukota

Mempertanyakan Standar Keamanan Situs-Situs go.id

shutterstock_198123179

Domain .go.id adalah domain khusus yang digunakan oleh perangkat negara untuk menyajikan informasi layanan, kegiatan, bahkan untuk melaporkan kondisi keuangan. Sayangnya semangat membangun keterbukaan informasi tersebut mulai tercoreng berkat ulah beberapa pihak yang melakukan deface ke situs-situs go.id. Tidak ada yang tahu motifnya, yang jelas yang jadi pertanyaan besar adalah kepedulian pengelola situs berdomain go.id soal keamanan dan regulasi atau hukum yang mengatur tindakan tersebut. Continue reading Mempertanyakan Standar Keamanan Situs-Situs go.id

Jika Benar Terjadi, Pembelian Path oleh KakaoTalk Bisa Berdampak Strategis untuk Pasar Indonesia

 

Rumor akuisisi Path oleh KakaoTalk bisa bernilai strategis untuk kedua belah pihak / Shutterstock

Informasi yang tersebar menyebutkan bahwa KakaoTalk dalam negosiasi serius untuk membeli Path yang didirikan oleh Dave Morin. Sebagai platform private social media yang populer di Indonesia, akuisisi terhadap Path bisa bernilai strategis dalam usaha KakaoTalk mendominasi pasar Indonesia, sesuatu yang masih sulit dilakukannya.

Continue reading Jika Benar Terjadi, Pembelian Path oleh KakaoTalk Bisa Berdampak Strategis untuk Pasar Indonesia

Uber, Gojek dan Pelokalan Layanan

Rickshaw in India / ShutterstockBeberapa waktu lalu, raksasa aplikasi transportasi Uber membuat berita yang cukup membuat banyak pelaku industri memicingkan mata dengan meluncurkan UberAuto yang mirip seperti bajaj di Jakarta. UberAuto ini diluncurkan di New Delhi, India, namun yang membuat bingung banyak pihak adalah ini pertama kalinya Uber meluncurkan layanan yang sifatnya cash-only.

Sama seperti Indonesia, India juga mengalami kesulitan menumbuhkan tingkat penggunaan kartu kredit di negaranya, yang secara otomatis membuat layanan seperti Uber sulit untuk bertumbuh pesat. Fitur cash-only ini diluncurkan Uber karena memang persaingan di India makin ketat, apalagi dengan adanya pesaing lokal seperti Ola dan TaxiForSure yang didukung pendanaan yang tidak kalah besar.

Di Indonesia, Gojek dan HandyMantis mungkin bisa dibilang sebagai dua startup yang memiliki kesempatan untuk mengambil tempat Uber yang masih terlihat setengah hati terjun ke Indonesia. Salah satu strategi yang sepertinya sedang dilakukan Uber adalah pelokalan layanan, terlihat dengan peluncuran UberAuto di Indonesia. Strategi yang sama seharusnya juga masuk akal dilaksanakan oleh Uber di Indonesia, dengan situasi dimana mobil sebagai salah satu penyebab masalah kemacetan dan minimnya adaptasi kartu kredit di Indonesia.

Strategi Uber mengakuisisi Gojek merupakan bukanlah hal yang tidak masuk akal, bahkan cenderung strategi yang brilian. Gojek sendiri sebelumnya pernah menerima penawaran akuisisi namun untuk alasan tertentu, hal tersebut tidak terjadi. Setidaknya cukup untuk memperlihatkan bahwa akuisisi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin untuk Gojek.

Sayangnya, sampai sekarang Uber selalu menggunakan strategi organik untuk ekspansi internasionalnya, dan meskipun telah cukup berhasil di beberapa negara, Uber juga menghadapi beberapa tantangan di beberapa negara kunci seperti India, Tiongkok dan beberapa negara di Eropa. Kompetitor terbesar Uber, Lyft, setelah mendapatkan pendanaan dari raksasa asal Jepang, Rakuten, menyatakan akan menggunakan strategi yang berbeda untuk ekspansi secara internasional. Sudah saatnya Uber berekspansi lebih agresif lagi, memanfaatkan keuntungan strategis bahwa mereka sudah ada di banyak negara lebih dulu ketimbang Lyft.

Meskipun sudah diberikan valuasi mencapai $40 milyar, Uber sejauh ini baru melakukan satu akuisisi, itupun ke startup peta deCarta dan bukan ke bisnis yang serupa dengan Uber. Salah satu contoh yang bisa dibilang cukup berhasil untuk ekspansi pasar secara global adalah Groupon dan LivingSocial, yang mencaplok ratusan situs serupa yang sudah memiliki pasar cukup besar di lokasi asalnya. Sama seperti Groupon, bisnis seperti Uber merupakan bisnis yang sangat lokal, strategi untuk mengakuisisi pemain-pemain lokal yang sudah memiliki kekuatan tentunya masuk akal.

Dengan valuasi dan pertumbuhan metrik yang begitu cepat, saya yakin Uber tidak akan kesulitan untuk mendapatkan pendanaan guna mengakuisisi pemain-pemain lokal seperti Kuaidi Dache dan Didi Dache (Tiongkok), Ola di India, LeCab di Perancis, Hailo di Inggris dan Gojek di Indonesia.

UN Berbasis Komputer, Awal Baru Modernisasi Layanan Pendidikan

Ujian Nasional Berbasis Komputer Menjadi Awal Baru Modernisasi Pendidikan Nasional / Shutterstock

Mulai tahun ajaran 2015 ini, Kementerian Pendidikan menghadirkan dua opsi untuk pelaksanaan UN (Ujian Nasional), yaitu UN berbasis kertas (seperti yang dilakukan di tahun-tahun sebelumnya) dan UN berbasis komputer (Computer-based Test/CBT). Model berbasis komputer untuk UN merupakan pengalaman yang pertama, sebanyak 585 sekolah yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia serentak mencicipinya. Continue reading UN Berbasis Komputer, Awal Baru Modernisasi Layanan Pendidikan

Pemrograman Diminati oleh Pelajar Indonesia

Pelajar Indonesia Antusias Ingin Mempelajari Keterampilan Pemrograman / Shutterstock

Masih teringat dalam benak kita terkait dengan penghapusan mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di sekolah bersamaan dengan diimplementasikannya Kurikulum 2013, gagasan Menteri M. Nuh. Tentu pendapat pro dan kontra terus membanjiri selama kurikulum yang menghapus mata pelajaran TIK tersebut dijalankan. Namun, fakta yang ditunjukkan dari sebuah survei yang digagas Microsoft YouthSpark dalam program #WeSpeakCode menunjukkan bahwa atensi siswa untuk belajar pemrograman (sebagai bagian dari TIK) sangatlah tinggi.

Survei yang dilakukan sejak Februari 2015 tersebut melibatkan sebanyak 1.850 siswa-siswi di 8 negara di Asia Pasifik, termasuk di Indonesia. Sebanyak 87 persen dari total responden mengatakan bahwa pemrograman adalah sesuatu yang ‘keren’, dan mereka ingin mempelajarinya. Karena sebagian besar dari mereka (91 persen) meyakini bahwa keterampilan pemrograman dapat menunjang dan menjadi pilihan karir mereka.

Survei Microsoft WeSpeakCode 1

Jika melihat persentase tersebut, tentu terlihat betul bahwa pemrograman (TIK) memiliki potensi yang tinggi untuk menjadi mata pelajaran yang menarik perhatian siswa, sekaligus mengasah pola pikir dan logika berpikir siswa.

Kurikulum 2013 Dihentikan, TIK Perlu Ditransformasikan

Memasuki era kepemimpinan baru di Indonesia, Menteri Pendidikan Anies Baswedan dalam awal karirnya di kementerian langsung membuat sebuah keputusan yang cukup mengagetkan banyak pihak, terutama di sektor pendidikan dan kurikulum. Anies memutuskan untuk memberhentikan Kurikulum 2013, dan mengembalikan ke kurikulum sebelumnya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Meskipun pendapat pro dan kontra kembali muncul, setidaknya TIK mulai hadir kembali di dalam ruang kelas siswa-siswi di Indonesia.

Survei Microsoft WeSpeakCode 2

Jika melihat kurikulum mata pelajaran TIK, setiap sekolah memiliki pendekatan yang berbeda. Ada yang sebatas mengajarkan software produktivitas seperti Office Suite, Internet dan beberapa mulai mengajarkan pemrograman dasar. Melihat atensi siswa-siswi yang bergitu tinggi dengan pemrograman, menarik untuk diperhitungkan untuk dimasukkan ke dalam kurikulum TIK. Pada dasarnya ketika siswa belajar pemorgaman tidak hanya mempelajari tentang bagaimana sebuah aplikasi dibuat, karena secara tidak langsung mereka juga akan mempelajari tentang cara-cara logis pemecahan masalah, pemikiran analitis dan konsep keterampilan matematika.

Siswa-siswi Indonesia Antusias dengan Pemrograman

Banyak anggapan yang mengira bahwa keterampilan pemrograman umumnya digemari dan dilakukan oleh kaum pria, namun menariknya dari responden survei ditunjukkan proporsi minat untuk mempelajari pemrograman untuk siswa dan siswi sama-sama tinggi di Indonesia. Sebanyak 71 persen siswa dan 76 persen siswi di Indonesia menggangap keterampilan pemrograman adalah sesuatu yang menjanjikan di masa depan.

Hal ini juga mengindeikasikan bahwa kesadaran pelajar Indonesia untuk melek dan mengimbangi kemajuan teknologi yang begitu dinamis sangatlah antusias. Namun dalam survei tersebut pun dikatakan, dari total responden survei yang begitu berminat dengan keterampilan pemrograman, hanya 51 persen yang terfasilitasi dengan baik di sekolah, baik dalam bentuk mata pelajaran ataupun kegiatan ekstrakurikuler.

Menumbuhkan Pola Pikir Berkreasi, Tidak Hanya Mengkonsumsi

Pemrograman akan mengajarkan kepada siswa-siswi tentang bagaimana ia mengkreasikan pola pikir ke dalam sebuah software. Selama ini kita banyak diajarkan sejak dini tentang cara-cara memanfaatkan software saja, jarang diajarkan tentang konsep bagaimana software yang kita gunakan tersebut dibuat dan berjalan. Pengenalan konsep pemrograman sejak dini akan berimbas pada munculkan bibit-bibit inovator teknologi baru di Indonesia. Toh sudah tidak diragukan lagi kan, bahwa masa depan akan erat kaitannya dengan perkembangan dan pemanfaatan teknologi.

Tantangan Yang Harus Diselesaikan

Internet merupakan komponen penting, dengannya berbagai sumber sumber informasi dan belajar yang banyak tersebar di dunia maya akan memudahkan bagi peminat pemrograman untuk belajar. Akses internet di Indonesia menjadi salah satu yang paling rendah di Asia Tenggara. Bahkan jika melihat ke pelosok atau beberapa daerah pinggiran akses listrik pun masih memiliki banyak keterbatasan. Namun diyakini bahwa masalah infrastruktur hanyalah masalah waktu dan kesungguhan pemerintah (dan masyarakat) dalam membangun dan melakukan suksesi di daerah.

Bahkan ketika fasilitas seperti internet dan listrik sudah terjamin pun, kadang yang masih menjadi isu untuk mendapatkan sumber pembelajaran secara mandiri adalah kendala bahasa (sebagian besar materi pemrograman di Internet berbahasa Inggris). Karena materi dan tools pemrograman yang cocok dan sesuai untuk digunakan pelajar Indonesia pun masih minim. Namun pada dasarnya masalah ini dapat dipecahkan dengan keikutsertaan sekolah (atau pemerintah dalam hal ini kemeterian pendidikan) untuk memperhatikan pentingnya memasukkan kurikulum pemrograman ke mata pelajaran, dalam hal ini pelajaran TIK.

Alat-alat pemrograman visual juga sudah mulai banyak hadir, mulai dari yang dihasilkan oleh insisiatif Code.org hingga alat-alat pemrograman lainnya seperti Kodu Game Labs dan sejenisnya. Beberapa pendidik mungkin akan dituntut untuk meng-upgrade pengetahuan dan keterampilan dirinya, namun hal tersebut dirasa memang sudah menjadi tuntutan di abad ke 21 ini.

Isu yang lebih urgen untuk diselesaikan malah seputar edukasi tentang pentingnya keterampilan pemroraman. Dari survei Microsoft ditemukan fakta bahwa 60 persen pelajar di Indonesia mengatakan bahwa orang tua mereka masih memandang keterampilan pemrograman atau komputer sebagai karir yang kurang menjanjikan. Tren pekerjaan idola seperti menjadi pengajara, dokter, atau pegawai negeri masih banyak disodorkan kepada anak-anaknya. Penting bagi guru, pemerintah ataupun masyarkat untuk terus mengedukasi dan menunjukkan tokoh-tokoh sukses yang berkarir di bidang tersebut.

Optimis Siap Menyambut Masa Depan yang Lebih Baik

Jika banyak orang mengatakan niat yang baik menjadi modal besar bagi sebuah kesuksesan. Mungkin antusias siswa-siswi Indonesia terhadap pemrograman juga bisa dijadikan sebagai awal yang baik bagi berbagai pihak untuk mengelola potensi tersebut. Stratup di Indonesia sudah begitu berkembang hingga implementasi teknologi masif merasuki di setiap bidang menjadi kesempatan yang akan melibatkan kawula muda yang paham detil tentang IT dan pemrograman. Masa depan yang lebih baik adalah ketika kemandirian dimiliki oleh suatu bangsa. Saatnya mulai mengajarkan tentang bagaimana menjadi seorang menjadi pencipta, inovator dan penggagas ide. Pemrograman menjadi awal yang baik untuk dapat diajarkan kepada siswa-siswi Tanah Air.

Memurnikan DailySocial

Memurnikan DailySocial

Bingung dengan tampilan DailySocial yang baru? Jangan kaget. Kami menghilangkan semua komponen CSS dan JS di situs kami, menjadi murni HTML. Just like the good old days of the internet glory.

HTML merupakan salah satu hal mendasar yang menjadi dasar dari protokol komunikasi di internet. Saya pribadi mulai menggunakan internet ketika masih banyak halaman yang belum se-interaktif seperti sekarang. Dengan adanya CSS (Cascading Style Sheet) dan Javascript, tampilan website memberikan pengalaman yang makin interaktif dan lebih visual dibandingkan sebelumnya.

Sebagai bagian dari komunitas Internet Purist, DailySocial ingin mengembalikan kejayaan internet ke fungsi murni awal internet di jaman tahun 80-an, ketika konsumen lebih fokus ke konten dan bukan ke visual/tampilan halaman web.

Kami di DailySocial percaya dengan kekuatan konten, dan kami ingin pembaca kami fokus ke konten yang kami hasilkan dan tidak teralihkan oleh tampilan website kami yang memang luar biasa. Konsep minimalis yang selama ini populer, menurut kami sama sekali tidak minimalis. Kami ingin menjadi situs pertama di Indonesia yang benar-benar mengusung konsep minimalis purist di jagat internet Indonesia dan bisa membawa perubahan.

Diterbitkan 1 April 2015

Mencari Skema Alternatif Sebagai Solusi Pembayaran App Store di Indonesia

Pembuatan Kartu Kredit Virtual Melalui Operator dan Penyedia Layanan Kartu Kredit Bisa Menjadi Alternatif Solusi Pembayaran di Ekosistem Aplikasi Apple / Shutterstock

Operator seluler di Indonesia memulai metode pembayaran potong pulsa atau carrier billing untuk pembelian konten digital di Google Play Store pada akhir 2014 yang dimulai Indosat, lalu diikuti Telkomsel pada Februari 2015. Namun hingga kini, operator seluler belum menyediakan carrier billing untuk pembelian konten di toko aplikasi Apple.

Continue reading Mencari Skema Alternatif Sebagai Solusi Pembayaran App Store di Indonesia