[Simply Business] Belajar Untuk Belajar

Otak manusia diciptakan untuk menyerap begitu banyak informasi. Saya bukan neurobiologist seperti Amy Farah Fowler di The Big Bang Theory yang mempelajari bagaimana otak manusia bekerja. Saya hanya tertarik untuk melihat lagi pengalaman saya pribadi, bagaimana saya dulu belajar mengenai ilmu bisnis.

(null)

Polemik RFID e-KTP dan Pemanfaatan (Seharusnya) Secara Digital

Baru-baru ini media memberitakan tentang pernyataan Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, bahwa e-KTP yang merupakan proyek besar pemerintah tidak boleh difotokopi karena dapat merusak chip RFID yang terkandung di dalamnya. Berita lain yang terkait malah menyebutkan bahwa belum ada chip ataupun teknologi canggih yang ditanam di dalam e-KTP. Dua hal tersebut membuat polemik di masyarakat, kebingungan terhadap teknologi baru dan ketakutan bahwa proyek bernilai Triliunan ini bakal menjadi sia-sia — jika tidak dikorupsi oleh pejabat terkait.

Continue reading Polemik RFID e-KTP dan Pemanfaatan (Seharusnya) Secara Digital

[Manic Monday] Memberdayakan Musik Dengan Data

Beberapa tahun lalu, jaman saya masih kuliah, saya memiliki sebuah USB thumb drive. Saat itu masih sangat baru dan belum banyak orang memilikinya, sampai saya perlu membawa CD installer drivernya ke mana-mana. Thumb drive tersebut sanggup memuat data sebesar 64 MB, lebih besar dari satu kotak disket yang dahulu selalu saya bawa ke mana-mana, dan pastinya tidak rentan terhadap jamur. Dan hari ini, sepertinya thumb drive ukuran tersebut bahkan sudah tidak dijual; muatan memori 1GB saja biasanya sudah jadi hadiah bonus dan tidak dijual.

(null)

Mampukah Situs Review Restoran Zomato Menembus Pasar Indonesia?

Situs review restoran Zomato yang berasal dari India akan menyambangi Indonesia di akhir bulan Juli mendatang. Seperti dikutip dari wawancaranya dengan Tech In Asia, CEO dan co-founder Zomato Deepinder Goyal mengkonfirmasi bahwa Jakarta sebagai ibukota akan menjadi target pasar baru startup ini. Zomato memiliki model bisnis serupa Zagat, dengan konsumen memberikan rating terhadap restoran yang dikunjunginya. Modal Zomato adalah daftar restoran di Jakarta yang mencapai 18.000 buah dan tim lokal yang saat ini terdiri dari dua pegawai untuk mengurusi konten dan penjualan. Yang menjadi pertanyaan tentu saja apakah situs seperti ini bakal berhasil?

Continue reading Mampukah Situs Review Restoran Zomato Menembus Pasar Indonesia?

Apakah Tutupnya Multiply Bakal Ganggu Ekosistem E-Commerce di Indonesia?

Hari ini kita dikejutkan oleh pengumuman penutupan Multiply per tanggal 6 Mei 2013 mendatang. Tidak ada angin dan hujan, investor Multiply yang berasal dari Afrika Selatan, Myriad International Holdings (MIH)/Naspers, memutuskan untuk menghentikan operasional Multiply (baik di Indonesia maupun secara internasional) dan fokus untuk meningkatkan investasinya di bisnis iklan baris online (Tokobagus di Indonesia dan Sulit di Filipina). Ini menambah panjang “kegagalan” marketplace di Indonesia, menyusul Plasa dan Rakuten yang lebih dulu gonjang-ganjing.

Continue reading Apakah Tutupnya Multiply Bakal Ganggu Ekosistem E-Commerce di Indonesia?

[Simply Business] Dongeng dan Mitologi Startup

Semua orang suka membaca atau mendengar cerita yang seru. Yang memiliki jalan cerita penuh liku. Yang memiliki seorang protagonis dengan status setengah dewa, atau seorang superhero sekalian. Dan ini memang dasar storytelling: ada klimaks cerita yang dramatis dan momen-momen yang memorable. Dari cerita dongeng jaman dahulu, buku, film, TV, sampai ke media elektronik jaman sekarang.

Continue reading [Simply Business] Dongeng dan Mitologi Startup

[Manic Monday] Pertemuan Musik, Kewirausahaan dan Teknologi

Hari Sabtu kemarin, tanggal 20 April 2013, saya dan beberapa teman-teman berkesempatan untuk membuat kumpul-kumpul kecil-kecilan untuk berdiskusi soal musik, kewirausahaan, dan teknologi. Pertemuan ini dimulai dari berkumpulnya beberapa orang dalam grup yang berjudul sama di Google+, yang dimoderatori oleh Robin Malau dan Widi Asmoro. Melihat ramainya diskusi di grup ini, dan begitu beragamnya topik yang sudah dibahas dalam umur grup yang masih dalam hitungan beberapa minggu, saya pun menawarkan untuk membuat pertemuan pertama grup ini di kantor Think Web, yang merupakan tempat kantornya Wooz.in juga. Terima kasih pada Ramya Prajna yang sudah menyediakan tempat dan peralatan audiovisual.

Yang hadir tak sampai 20 orang, tapi materi yang dibahas semuanya sangat menarik.

Hang Dimas, dari jadwalnya yang sangat sibuk menyempatkan diri datang dan membahas soalnya pentingnya bisnis penerbit musik, dan bagaimana membuat pola industri musik yang akan memberikan manfaat jangka panjang pada pelaku intinya, yaitu musisi dan pencipta lagu. Adityo Pratomo berargumen tentang betapa teknologi seharusnya memberikan cara baru untuk menikmati musik – misalnya, musik tidak melulu harus berdurasi tetap, atau musik dan visual dapat dijadikan sebuah komposisi yang harmonis dan interaktif. Musik seharusnya bisa dipresentasikan dalam format yang baru.

Yohan Totting bercerita soal pentingnya database lagu seperti Gracenote dan Music Brain, karena kedua layanan music database ini digunakan oleh begitu banyak layanan untuk membantu orang mencari musik. Yohan mengajak semua musisi Indonesia untuk memasukkan data lagunya ke kedua database ini, dan juga menjelaskan caranya; bahkan Yohan mengusulkan bahwa Indonesia membuat sendiri sebuah Digital Music Database. Wiku Baskoro memaparkan soal benturan antara media teknologi dan musik, dan bagaimana benturan tersebut dapat bermanfaat untuk industri musik secara umum. Noor Kamil mengungkapkan bahwa industri musik bukan hanya industri musik rekaman, dan banyak jalur untuk mendulang emas bagi musisi yang ingin bekerja keras. Bergabung atau tidak ke major label? Itu optional saja…

Tentunya pertemuan seperti ini tidak melulu hanya mengenai beberapa orang presentasi. Yang dirasakan sangat menarik buat saya dan beberapa orang yang datang adalah diskusi yang muncul seiring dengan presentasi-presentasi tersebut, yang harapan saya dapat memberikan ide atau inspirasi bagi semua yang datang untuk melakukan sesuatu. Bertahannya industri musik secara berkesinambungan akan bergantung pada munculnya banyak hal kecil baru, bukan “the next big thing“, dan semakin banyak orang yang terlibat dalam eksplorasi dan pembangunan industri musik ke berbagai arah yang baru, semakin baik.

Tentunya ini bukan solusi, karena tetap saja belum tuntas atau #unresolved – tapi dengan semangat itu kita bisa melangkah terus untuk berkarya dengan lebih baik. Rencana bisnis yang baik itu juga bisa disebut karya kan 🙂 Nah, kalian punya ide apa?

Ario adalah co-founder dari Ohd.io, layanan streaming musik asal Indonesia. Ario bekerja di industri musik Indonesia dari tahun 2003 sampai 2010, sebelum bekerja di industri film dan TV di Vietnam. Anda bisa follow akunnya di Twitter – @barijoe atau membaca blog-nya di http://barijoe.wordpress.com.

[Gambar oleh Pugar Restu Julian – Komunitas Musik, Wirausahawan, Teknologi]

[Simply Business] Seberapa Penting Ukuranmu?

Sebuah debat yang tidak pernah ada habisnya dari pertanyaan simpel, “Does size matter?“. Kita tidak bicara tentang ukuran bagian yang sensitif di sini. Dari pengalaman saya, salah satu hal terpenting dari menjalankan bisnis adalah menentukan metode pengukuran yang tepat. Atau dalam bahasa Inggrisnya, measurement atau metric. Ukuran inilah yang kemudian dijadikan sebuah target bagi sebuah bisnis ataupun bagian-bagian tertentu dari sebuah bisnis, sering disebut dengan singkatan Key Performance Indicator (KPI)

(null)

[Manic Monday] Mencermati Kembali Royalti

Salah satu pilar utama dari industri-industri yang berbasis hak kekayaan intelektual, adalah royalti. Dalam definisi ini, royalti adalah nilai bagi hasil yang diterima oleh pemilik sebuah hak kekayaan intelektual atau karya, atas penggunaan karya tersebut oleh orang lain; biasanya mengacu terhadap karya cipta lagu. Royalti ini pun dapat sebesar 0% atau 100%, tergantung perjanjian antara pemilik karya dan pihak yang mau mengeksploitasi. Pada intinya, setiap karyanya dipakai, baik itu diduplikasi, disiarkan ataupun digunakan dengan produk lain (yang dinamakan hak sinkronisasi, biasanya untuk iklan, soundtrack film, dan sebagainya), sang pemilik karya akan mendapat bagian, sesuai dengan kesepakatan.

(null)

[Dailyssimo] Facebook Home, Revolusi Pembuka Jalur

Beberapa hari lalu Facebook melakukan suatu langkah yang menurut saya cukup revolusioner yaitu merilis apa yang mereka namakan dengan Facebook Home. Barang apa sih Facebook Home itu? Well, sebenarnya Facebook Home itu adalah sebuah aplikasi yang kali ini baru berjalan di OS Android yang fungsinya adalah menggantikan halaman depan yang di sediakan oleh si OS itu sendiri. Sehingga dengan menginstall aplikasi Facebook Home tersebut maka si pengguna akan mendapati halaman pertama saat smartphone Anda dijalankan adalah halaman Facebook Home ini.

(null)