[Dailyssimo] E-commerce di Indonesia, Kami Hanya Butuh Layanan yang Membuat Kami Bisa Dipercaya

Membuka toko online memang jauh lebih mudah dibandingkan membuka toko ‘reguler’, setidaknya bisa diukur dari faktor biaya. Namun mengajak pembeli untuk datang, membeli dan menjadi pelanggan sebuah toko jauh lebih kompleks dari hanya membuka toko. Mari saya ajak menelaah dari berbagai sudut pandang.

Bagi seorang pembeli, uang adalah sesuatu yang sangat sensitif. Pembeli tidak akan pernah mau memberikan uangnya untuk ditukarkan dengan sebuah barang jika barang tersebut tidak ia inginkan ataupun ada sesuatu yang membuatnya susah mendapatkan barang tersebut setelah ia melakukan pembayaran.

Coba bayangkan jika Anda ingin membeli sebuah CD musik, pilihannya adalah membeli di toko CD terdekat dan di sebuah toko online, apa kira-kira yang jadi bahan pertimbangan?

Continue reading [Dailyssimo] E-commerce di Indonesia, Kami Hanya Butuh Layanan yang Membuat Kami Bisa Dipercaya

Belajar untuk Gagal, Gagal supaya Belajar

Untuk orang-orang yang merintis suatu usaha, kata “gagal” adalah kata yang menakutkan. Kehilangan mata pencarian, kehilangan penghasilan, kehilangan kebanggaan; mungkin hal itu yang bakal terasosiasi dengan kata gagal. Seperti orang-orang muda lainnya yang hidup di jaman sekarang yang sudah “teracuni” oleh virus entrepreneur, selain sebagai penulis saya juga memiliki bisnis jualan barang kecil-kecilan. Saya harus akui bahwa sampai sekarang usaha tersebut tidak berkembang sebagaimana yang diharapkan. Indikator yang ada belum mencapai suatu kondisi yang disebut sebagai “kesuksesan”.

Mark Pincus, CEO Zynga membuat sebuah tulisan berjudul “How to Fail” di Business Week. Dia bercerita soal kegagalan yang dihadapi olehnya (berkali-kali) hingga akhirnya sukses bersama Zynga menjadi salah satu penyedia permainan online terbesar di dunia. Di situ dia menuliskan penutup yang cukup memorable buat saya. Quote-nya adalah sebagai berikut:

I think failing is the best way to keep you grounded, curious, and humble. Success is dangerous because often you don’t understand why you succeeded. You almost always know why you’ve failed. You have a lot of time to think about it.

Continue reading Belajar untuk Gagal, Gagal supaya Belajar

[Simply Business] Cara Mendapatkan Satu Juta Pengguna Pertama Untuk Startup Anda

Saya sangat kagum dengan apa yang telah dicapai oleh Instagram dengan 30 juta penggunanya atau 50 juta pengguna Draw Something, tidak lupa juga Facebook dengan lebih dari 800 juta pengguna. Sangat menarik melihat pertumbuhan mereka, tetapi yang lebih menarik bagi saya adalah bagaimana mereka mendapatkan satu juta pengguna pertama mereka. Bagaimana mereka melakukan hal itu? Tentu saja pertanyaan selanjutnya akan berkisar pada hal bagaimana Anda bisa mengimlementasikan startegi mereka di startup Anda sendiri?

Rama menuliskan dengan baik tentang topik ini kemarin, ia mengusulkan untuk langsung menuju ke produsen ponsel dan operator telekomunikasi. Jika Anda ada di bisnis konten atau aplikasi mobile maka hal ini memang benar. Tetapi mungkin tidak akan berjalan jika Anda ada di bisnis e-commerce seperti saya. Saya sendiri lebih memilih hal yang leebih sederhana dan pendekatan langsung, jadi ini 3 hal utama yang saya pelajari dari riset yang saya lakukan.

Continue reading [Simply Business] Cara Mendapatkan Satu Juta Pengguna Pertama Untuk Startup Anda

Tentang Startup dan Liputan Media

Suatu hari saya menemukan tautan artikel ini dari timeline Twitter saya (mohon maaf saya lupa dari siapa saya mendapatkan tautan ini). Artikel tersebut diam di kepala saya karena, bukan hanya menarik untuk dipikirkan tetapi karena saya sendiri mengalami hal yang mirip dengan kondisi yang digambarkan dalam artikel tersebut, saya dari sisi media.

Salah satu poin yang menarik perhatian saya dari artikel yang ditulis oleh Tara Hunt tersebut adalah tentang kesiapan startup yang mengembangkan layanan atau produk mereka untuk diliput oleh media. Bahwa layanan yang masih prematur belum membutuhkan perhatian media, banyaknya liputan media kadang tidak berbanding lurus dengan kesuksesan layanan tersebut dan bahwa kualitas layanan/produk adalah yang utama, startup harus bisa fokus pada pengembangan fitur serta layanan yang maksimal bagi pengguna.

Lalu bagaimana startup menghadapi liputan media, apakah sebaiknya menjauh dari media atau tidak? Apakah sebaiknya perhatian media ditunda selama mungkin sampai layanan siap atau semakin cepat diberitahukan pada media semakin baik?

Continue reading Tentang Startup dan Liputan Media

Hasil Survei Ipsos dan Peluang Bagi Pelaku Jual-Beli Online

Minggu lalu, Ipsos merilis hasil survei mereka yang menyebutkan beberapa hal tentang perilaku pengguna internet di Indonesia dalam berbelanja online. Ipsos adalah perusahaan riset pasar independen yang dikelola oleh periset profesional, didirikan di Perancis kini memiliki kantor di 84 negara.

Hasil survei tersebut mengatakan bahwa 69% pengguna Internet di Indonesia melakukan pencarian web untuk mencari produk yang ingin mereka beli, serta dari jumlah total responden sebanyak 48% melakukan pembelian barang secara online, sedangkan untuk Indonesia sebesar 44%.

Kepercayaan

Mencari informasi termasuk membandingkan harga menjadi sebuah proses yang lazim dilakukan oleh calon pembeli belanja online. Meski survei tersebut mengatakan bahwa responden melakukan pencarian informasi atas produk yang ingin mereka beli, memang tidak disebutkan secara rinci proses pencarian seperti apa yang dilakukan calon pembeli ini, apakah menggunakan mesin pencari atau melihat langsung dan membandingkan dari toko online, marketplace atau forum, apakah mereka juga bertanya ke teman mereka atau mempertimbangkan juga pendapat orang lain atau hanya mencari sendiri di web.

Continue reading Hasil Survei Ipsos dan Peluang Bagi Pelaku Jual-Beli Online

Operator Telekomunikasi CDMA Terus Merugi, Lalu Bagaimana?

Ada sebuah topik yang diangkat oleh IndoTelko dan menjadi pokok pertanyaan bagi saya beberapa hari ini. Dari empat operator CDMA yang masih eksis, dua operator mengalami kerugian besar (Bakrie Telecom dan Smartfren), satu operator basically sudah mati suri (StarOne), dan satu operator lagi (Telkom Flexi) meskipun dinaungi oleh perusahaan telekomunikasi terbesar ternyata mengalami penurunan jumlah pelanggan karena banyak yang sudah tidak aktif lagi. Kenapa bisa begitu? Bagaimana caranya biar mereka tetap bisa bersaing dengan kompetitor mereka, terutama operator GSM “Big 3” yang tetap merajai?

Kita telaah dulu kondisi operator CDMA secara global. Tidak banyak negara di dunia ini yang memiliki operator CDMA dan tetap bertahan sampai sekarang. Hanya Amerika Serikat, Jepang, Korea, dan Cina yang dianggap sukses mempertahankan operator CDMA-nya. Sisanya lebih memilih untuk mempertahankan hegemoni GSM. Success story operator CDMA di negara-negara tersebut relatif sama, memiliki jangkauan coverage yang luas dan didukung oleh teknologi broadband kecepatan tinggi untuk akses data.

Continue reading Operator Telekomunikasi CDMA Terus Merugi, Lalu Bagaimana?

[Music Monday] Melupakan Tentang Pembajakan Digital

Semua berawal dari sebuah percakapan. Saya datang terlambat pada sebuah acara sehingga saya tidak berkesempatan melihat presentasi oleh Robin Malau, tetapi sebuah tulisan di blog membahas harmpir semuanya (ini adalah bacaan yang bagus, jika Anda belum membacanya, saya anjurkan untuk membacanya sekarang). Secara mendasar apa yang dikatakan Robin adalah bahwa era digital adalah sebuah pergeseran yang cukup besar dari berbagai hal dan seharusnya tidak hanya dipandang sebagai sebuah ‘saluran’ baru tetapi sebagai sebuah cara pandang baru. Dengan melakukan pendekatan yang berbeda, saya juga menuliskan tentang hal ini beberapa kali, bahkan juga di DailySocial, dan saya percaya bahwa audiens kini telah berubah. Tidak hanya karena berbagai hal kini menjadi digital, tetapi perubahan pandangan yang terjadi di industri itu sendiri. Perubahan terjadi sebagian besar karena sifat digital dan duplikasi di Internet yang tidak memiliki batas, tetapi pengaruhnya tetap sampai ke industri non-digital juga.

Sebelumnya mari kita lihat apa sebenarnya bisnis itu sendiri. Dalam berbagai bisnis, secara mendasar mengambil satu hal, sebuah produk atau sebuah layanan, dan mencoba menjualnya sebanyak mungkin, sebisa mungkin tidak mengubah produk tersebut. Pada titik tertentu uang yang mereka investasikan dapat diperoleh kembali dan mereka mendapatkan keuntungan. Bisnis musik rekaman, pada dasarnya, bukan menjual musik, tetapi menjual produk musik, yang adalah CD, kaset, vinyl. Memproduksi dan merekam sekali, dan menjual salinan dari rekaman terebut. Bahkan hak cipta musik dibangun berdasarkan ini. Pembayaran atas royalti didasarkan pada jumlah salinan yang terjual. Tentu saja, semua salinan yang diperoleh tanpa pembayaran hak cipta, dipandang sebagai pelanggaran hak cipta. Tindakan ini, dengan atau tanpa tujuan komersial, disebut sebagai pembajakan.

Continue reading [Music Monday] Melupakan Tentang Pembajakan Digital

[Dailyssimo] Yahoo!, Big Boat In A Big Wave

Tanggal 5 April 2012 mungkin merupakan judgement day bagi sebagian karyawan Yahoo! secara keseluruhan dalam konteks perubahan policy internal perusahaan berbasis internet tersebut. 2000 karyawan Yahoo! dirumahkan termasuk teman-teman yang bekerja di Yahoo! Indonesia. Ini adalah kali pertama keputusan untuk me-layoff karyawan berdampak ke Indonesia, sebelumnya setidaknya telah tiga kali badai layoff menimpa Yahoo! selama saya bekerja di perusahaan tersebut yang dampaknya juga terasa sampai kantor regional mereka di Singapore.

Menjalankan perusahaan berbasis internet itu seperti berselancar dimana kita harus jeli mengetahui seberapa besar ombak yang datang dan seberapa cepat kita bermanuver. Informasi ini bukan hanya penting untuk diketahui oleh para decision maker tapi juga, menurut hemat saya, seluruh karyawan sehingga mereka bisa tahu apa yang harus dipersiapkan bagi kelangsungan hidup mereka pribadi, karena…..pada akhirnya jika sesuatu yang buruk terjadi maka merekalah yang harus bergantung pada parasut masing-masing.

Continue reading [Dailyssimo] Yahoo!, Big Boat In A Big Wave

[Simply Business] Uang Dulu, Hasrat Akan Mengikuti

Saya masih ingat raut muka ayah saya ketika saya mengatakan padanya bahwa saya ingin berhenti dari pekerjaan tetap saya. Ini terjadi beberapa tahun yang lalu tetapi masih terasa seperti kemarin. Kekecewaaan, kebingungan yang menggambarkan sebuah pertanyaan “Kenapa? Kenapa kamu mau meninggalkan pekerjaan baik seperti itu?” Saya yang masih muda dan naif menjawab dengan penuh keyakinan bahwa saya akan mengikuti hasrat kreatif saya dan mendirikan agensi desain.

Saya berhasil mendirikan agensi desain dan mimpi saya menjadi kenyataan, Dua tahun kemudian perusahaan saya bangkrut, saya gagal. Saya tidak memiliki model bisnis yang tepat, tidak pernah membuat rencana bisnis dan tidak pernah berurusan dengan perputaran uang di perusahaan selama hidup saya. Saya sendiri heran perusahaan tersebut bisa bertahan sampai 2 tahun. Itu masa-masa menyenangkan.

Continue reading [Simply Business] Uang Dulu, Hasrat Akan Mengikuti

[Music Monday] Sebenarnya, Startup Musik Sudah Lama Ada di Indonesia (Part 2)

Minggu kemarin, saya menulis pengenalan dasar tentang startup tanpa tanda jasa, penyedia konten. Minggu ini saya akan menulis tentang bagaimana mereka muncul dan bagaimana mereka menghasilkan uang dari musik digital. Tentu saja, setiap industri yang menghasilkan banyak uang tidak terlepas dari kontroversi, jadi saya juga akan membahas hal tersebut. Tetapi secara keseluruhan, pasar nada dering di Indonesia sebenarnya hadir dari apa yang kini kita kenal dengan nama crowdsourcing – dulu cukup mudah untuk membuat nada dering monophonic, nada dering ini bisa dibuat menggunakan PC atau bahkan dengan ponsel Anda, orang dengan mudah membuat dan membagikan karya mereka melalui forum daring. Dan akhirnya seseorang memiliki ide untuk menjual nada dering tersebut pada orang lain. Akhirnya, mereka mulai merekrut pegawai untuk membuat berbagai nada dering tersebut.

Di awal tahun 2000-an, berbagai perusahaan yang ingin mengkapitalisasi bisnis nada dering harus menggunakan nomor premium 0809 lewat nomor telepon darat – nomor awal telepon yang sama yang digunakan untuk panggilan premium telepon sex – dengan proses ini pengguna yang ingin memilih nada dering harus melewati sistem Interactive Voice Response, nantinya nada dering akan dikirimkan secara langsung ke ponsel. Para pemain awal industri ini antara lain PT Katagiprima (kini bernama Iguana Technology), dan Klub Mobile. Klub Mobile perlu diberi catatan karena mereka akhirnya menutup layanannya setelah dituntut oleh penerbit lagu pada tahun 2003, tuntutan para penerbit lagu dikarenakan Klub Mobile menjual karya intelektual – lagu – tanpa izin dan tanpa royalti.

Continue reading [Music Monday] Sebenarnya, Startup Musik Sudah Lama Ada di Indonesia (Part 2)