AI Dapat Memprediksi Apakah Anda Tertarik dengan Sebuah Film Berdasarkan Trailer-nya

Trailer adalah salah satu senjata promosi utama sebuah film. Lewat sebuah trailer, kita dapat sedikit mengetahui plot ceritanya, mengenali sejumlah pemerannya, hingga pada akhirnya mendapat gambaran guna memutuskan apakah film tersebut layak dinikmati di bioskop ketika tayang nanti.

Dari sisi sebaliknya, pihak produser film rupanya juga dapat memanfaatkan trailer untuk memprediksi kalangan penonton seperti apa yang bakal tertarik dengan film buatan mereka. Ide ini telah dibuktikan oleh 20th Century Fox, yang mengembangkan sistem kecerdasan buatan (AI) untuk melaksanakan tugas tersebut.

Dari kacamata sederhana, AI tersebut mampu ‘mengekstrak’ informasi-informasi dari film seperti warna, iluminasi, wajah, objek dan lanskap; untuk kemudian diformulasikan menjadi prediksi demografi penonton yang tertarik. Yang namanya AI, kemampuan semacam ini tentu didapat dari hasil pelatihan intensif yang dilakukan pengembangnya.

Sistemnya sendiri mengandalkan GPU Nvidia Tesla P100 untuk mengolah data yang sudah pasti masif, dibantu oleh deep learning framework TensorFlow dan cuDNN dari Nvidia. Kombinasi ini memungkinkan sistem untuk ‘mencerna’ ratusan trailer film yang dirilis dalam beberapa tahun terakhir, beserta jutaan riwayat kehadiran penonton di bioskop.

Dengan bangga Fox mengklaim bahwa mereka adalah studio pertama yang menerapkan alat bantu unik semacam ini. Mereka percaya bahwa sistem ini bakal sangat membantu pihak produser dalam mengambil keputusan-keputusan yang berkaitan dengan promosi sebuah film, sebab mereka sudah tahu kira-kira jenis penonton yang bakal tertarik.

Sumber: Nvidia. Gambar header: Pixabay.

Petualangan Mega Man Bakal Diangkat ke Layar Lebar

Setidaknya ada 50 game telah Capcom rilis semenjak permainan Mega Man pertama kali diluncurkan dan para penggemarnya masih belum melihat tanda-tanda berakhirnya petualangan sang robot sekaligus maskot publisher Jepang itu. Tepat tiga dekade sesudahnya, terdengar kabar soal rencana Capcom untuk membawa Mega Man ke medium hiburan yang lebih mainstream.

Berdasarkan laporan Hollywood Reporter di pertengahan minggu lalu, studio film 20th Century Fox akan memulai proses adaptasi franchise permainan action Capcom tersebut ke layar lebar. Pembuatannya melibatkan Chernin Entertainment dan juga aktor film seri Heroes, Masi Oka. 20th Century Fox membutuhkan waktu lebih dari dua tahun buat memperoleh hak tayang film Mega Man – baru rampung awal tahun 2017 ini.

Selain Masi Oka yang menjadi produsernya, talenta di belakang film dokumentasi Catfish turut berpartisipasi dalam pengerjaan film Mega Man. Henry Joost bertugas sebagai penulis naskah, lalu Ariel Schulman akan jadi sutradaranya. Joost dan Schulman mulai populer di kalangan sineas perfilman sejak mereka disewa buat menyutradarai Paranormal Activity 3, Paranormal Activity 4 dan Nerve. Beberapa nama yang dikabarkan turut membantu penggarapan film meliputi Mike Ireland, Ryan Harrigan, David Ready serta Michael Finfer.

Berdasarkan informasi dari Forbes, film tersebut akan disuguhkan dengan arahan live-action. Pendekatan ini menarik karena pertama kali diterapkan untuk franchise Mega Man. Saya pribadi hanya berharap upaya mengangkat Mega Man ke layar lebar  berjalanan mulus, diterima fans serta penikmat film casual dengan baik, dan pada akhirnya berhasil meruntuhkan stigma ‘tidak ada adaptasi game ke film yang benar-benar berkualitas’.

Mega Man sendiri cukup sering muncul di media hiburan selain video game: dari mulai manga kreasi Hitoshi Ariga dan komik-komik yang menyusul setelahnya, hingga serial animasi di TV, tayang di tahun 1994 sampai 1995. Android ber-armor biru itu juga tak jarang menjadi tamu di permainan-permainan lain, misalnya seri Marvel vs. Capcom, sebagai karakter bonus di Onimusha Blade Warriors dan Street Fighter X Tekken, sampai Super Smash Bros. untuk Nintendo Wii U dan 3DS.

Tanpa menghitung spin-off dan alternate universe, seri ‘utama’ Mega Man terdiri dari 10 permainan, dan di bulan Maret 2015, game-game tersebut telah terjual lebih dari 30 juta kopi.

Gambar header: Nintendo Life.

James Cameron dan Developer The Division Berkolaborasi Untuk Garap Game Avatar Baru

Jagat sci-fi Avatar memang menyimpan banyak potensi, dan dengan adaptasi video game, kita bisa masuk dan menikmatinya secara lebih interaktif. Sayang sekali, James Cameron’s Avatar: The Game menyia-nyiakan kesempatan itu karena bukannya gameplay open-world, permainan tie-in ini malah menyajikan formula linear yang diperparah oleh sejumlah masalah teknis.

Meski upaya pertama mereka kurang sukses, Ubisoft  belum mau menyerah. Sang publisher asal Perancis masih memiliki niatan untuk menggarap permainan berlatar belakang planet Pandora. Lewat sebuah video, Ubisoft menyingkap kolaborasi bersama sutradara James Cameron dan beberapa nama terkenal di industri hiburan demi menciptakan game Avatar yang lebih besar dan ambisius.

Tak seperti proyek sebelumnya, pengerjaan permainan baru ini terasa lebih serius. Ubisoft menunjuk tim Massive Entertainment untuk mengembangkannya – yaitu studio di belakang World in Conflict, Far Cry 3, dan Tom Clancy’s The Division. Massive juga tidak melakukannya sendirian. Developer turut dibantu oleh rumah produksi Lightstorm Entertainment serta Fox Interactive – publisher dari game-game berbasis IP 20th Century Fox.

Untuk sementara, detail mengenai permainan masih sangat minim. Video berdurasi dua menit itu hanya berisi introduksi dan komentar-komentar dari pihak pengembang, James Cameron, serta potongan adegan di film, dan belum ada porsi permainan yang ditampilkan. Tapi ada satu hal penting terungkap di sana: game dibangun di atas Snowdrop, engine canggih yang juga mentenagai The Division.

Selain info itu, genre, dukungan platform, waktu rilis, bahkan judul lengkap game masih belum diketahui. Ada cukup besar kemungkinan permainan menyuguhkan formula open-world, apalagi creative director Massive Entertainment Magnus Jansen sempat bilang bahwa game sudah seharusnya dibuat dengan mengikuti visi filmnya, memberikan pemain kesempatan untuk merasakan pergi ke Pandora dan menjalani hidup di tempat itu.

Berdasarkan penjelasan tersebut, pertanyaan selanjutnya yang mungkin muncul ialah, apakah game ini lebih menyerupai Far Cry atau malah dibuat sebagai permainan multiplayer online?

“Dengan kapabilitas engine game Snowdrop buatan Massive, dan semangat tim serta perhatian mereka terhadap detail, kami tahu mereka merupakan talenta yang tepat untuk menghadirkan keindahan dan bahaya Pandora di video game,” tutur James Cameron di video.

Semoga saja permainan baru ini tersaji lebih baik dan lebih matang dibanding Avatar: The Game, dan bukan hanya dibuat sebagai tie-in film Avatar 2 – kabarnya akan tayang di hari libur Natal 2018.

Via Eurogamer.

MSI dan 20th Century Fox Adakan Pemutaran Perdana Film Assassin’s Creed

Penggunaan latar belakang sejarah dipadu elemen mitos dan konspirasi merupakan salah satu alasan seri Assassin’s Creed sukses merangkul jutaan fans. Dan semenjak diumumkan, adaptasi layar lebarnya telah menjadi perhatian para penggemar berat franchise ini. Dan penantian tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh produsen hardware dan device gaming asal Taiwan.

Di awal Desember kemarin, MSI mengumumkan kolaborasinya bersama 20th Century Fox untuk mengadakan program menarik buat memeriahkan penayangan film Assassin’s Creed. Penyajiannya menarik dan sederhana: dengan membeli produk MSI berupa notebook, PC desktop, motherboard, ataupun kartu grafis, Anda berkesempatan mendapatkan tiket liburan ‘ala Assassin’.

Film Assassin's Creed 1

Dan tidak hanya itu saja, MSI dan 20th Century Fox juga melangsungkan pemutaran film Assassin’s Creed perdana, dipersembahkan eksklusif bagi para fans. Program ini diadakan serempak di lima negara, yakni Taiwan, Thailand, Malaysia, Filipina dan Indonesia tepat pada tanggal 20 Desember 2016 – satu dua hari sebelum film muncul di sinema secara global. Di Indonesia, MSI mengadakan screening premiere di XXI Plaza Senayan, mengundang para partner, gamer, media serta YouTuber.

Film Assassin's Creed 4

Film Assassin’s Creed mengenalkan karakter dan latar belakang baru, fokus pada protagonis bernama Callum Lynch dan leluhurnya Aguilar de Nerha, yang diperankan oleh Michael Fassbender (X-Men, Steve Jobs, Prometheus); dalam konflik antara persaudaraan Assassin dengan Knights Templar yang terbentang dari masa Spanish Inquisition di abad ke-15 hingga ke abad 21. Film menghidangkan banyak sekali elemen-elemen familier, namun beberapa hal juga mendapatkan modifikasi agar tampil lebih dramatis.

Film Assassin's Creed 2

Tanpa menghitung spin-off, sejauh ini Ubisoft telah melepas sembilan permainan Assassin’s Creed; muncul di platform last-gen, current-gen, perangkat handheld serta mobile. Assassin’s Creed boleh dikatakan sebagai franchise action-adventure Ubisoft paling laris dan populer, terjual lebih dari 100 juta kopi, mengalahkan IP klasik seperti Prince of Persia dan game-game Tom Clancy.

Film Assassin's Creed 3

Seperti yang sudah sedikit dibahas di atas, program ‘MSI X Assassin’s Creed Movie Lucky Draw’ masih akan terus dilaksanakan hingga tanggal 15 Januari 2017. MSI menyiapkan lima tier hadiah: pemenang pertama akan diundang ke Pinewood Studios buat menyaksikan aksi stunt sembari menghabiskan tiga malam di hotel mewah di London; lalu pemenang kedua sendiri dibawa ke Jepang selama tiga malam untuk menghadiri pelatihan pedang.

Jika belum memenangkan dua hadiah utamanya, masih ada kesempatan bagi Anda untuk membawa pulang device gaming, hardware, serta aksesori eksklusif racikan MSI.

Gambar header: Fox Movies.

The Martian VR Experience Tempatkan Anda Seorang Diri di Planet Mars

Selain gaming, industri perfilman juga sangat diuntungkan oleh eksistensi teknologi virtual reality. Akhir tahun kemarin, kita sudah melihat Disney mencoba mempromosikan Star Wars: The Force Awakens dengan video 360 derajat. Namun hingga sekarang belum banyak yang benar-benar berniat menjadikan VR sebagai lahan bisnis barunya.

Salah satunya adalah 20th Century Fox. Melalui divisi R&D-nya, Fox Innovation Lab, mereka cukup antusias dan berkomitmen untuk mengembangkan konten VR eksklusif yang lebih dari sekadar materi promosi. Hal ini dibuktikan lewat The Martian VR Experience.

Sempat dipamerkan di ajang CES 2016 pada bulan Januari lalu, The Martian VR Experience sekarang sudah siap untuk dinikmati publik. Dalam kurun waktu tersebut, Fox Innovation Lab telah banyak menyempurnakannya, baik dari segi teknis maupun narasi.

Narasinya sendiri merujuk pada film The Martian yang mengisahkan Mark Watney, seorang astronot yang tanpa sengaja ditinggal sendirian oleh krunya di Mars. Selagi menunggu misi penjemputan dilangsungkan, ia harus bertahan hidup melawan ganasnya sang Planet Merah, menerjang badai menggunakan rover bertenaga surya untuk bisa sampai ke titik temu yang sudah disetujui.

Dalam mengerjakan proyek ini, Fox menunjuk Ridley Scott yang merupakan sutradara film The Martian sebagai produser. Totalitas merupakan suatu keharusan, mengingat tujuan dari proyek ini bukanlah untuk mempromosikan film yang sudah dirilis setahun lebih, melainkan sebagai awal dari deretan konten VR yang akan dirilis oleh Fox ke depannya.

The Martian VR Experience saat ini sudah bisa dinikmati oleh pengguna HTC Vive maupun PlayStation VR, sedangkan versi Oculus Rift dikabarkan akan menyusul. Harganya dipatok $20, mengingat ini bukan sekadar video 360 berdurasi pendek. Berikut cuplikan trailer-nya.

Sumber: Variety dan Fox Innovation Lab.