10 Tim Esports dengan Hadiah Kemenangan Terbesar Pada 2020

Dari tahun ke tahun, turnamen Dota 2, The International, selalu mencetak rekor baru sebagai turnamen esports dengan total hadiah terbesar. Sayangnya, pada 2020, Valve memutuskan untuk menunda The International 10 karena pandemi virus corona. Alhasil, total hadiah turnamen esports pada tahun lalu menurut drastis.

Sepanjang 2020, total hadiah seluruh kompetisi esports hanya mencapai sekitar US$92 juta (sekitar Rp1,3 triliun). Sebagai perbandingan, pada 2019, angka itu mencapai US$240 juta (sekitar Rp3,3 triliun). Untungnya, masih ada beberapa kompetisi esports besar yang diselenggarakan, seperti League of Legends World Championship dari Riot Games serta liga Overwatch dan Call of Duty dari Activision Blizzard.

Total hadiah turnamen esports yang turun pada 2020 berarti pemasukan organisasi esports dari hadiah turnamen juga turun drastis. Berikut 10 tim esports dengan total hadiah kemenangan terbanyak selama 2020.

 

1. Dallas Empire – US$1,8 juta (Rp25,1 miliar)

Biasanya, organisasi esports yang tim Dota 2-nya memenangkan The International akan menjadi organisasi esports dengan total hadiah terbesar dalam setahun. Namun, pada 2020, gelar itu jatuh pada Dallas Empire, yang membawa pulang US$1,79 juta (sekitar Rp25 miliar) ketika mereka memenangkan Call of Duty League, seperti yang disebutkan oleh The Esports Observer.

 

2. San Francisco Shock – US$1,56 juta (Rp21,8 miliar)

Sementara itu, San Francisco Shock ada di posisi kedua dengan total hadiah sebesar US$1,55 juta. Mereka berhasil meraih gelar ini setelah memenangkan Overwatch League Season 3. San Francisco Shock merupakan tim Overwatch yang bernaung di bawah NRG Esports, organisasi esporst asal Los Angeles, Amerika Serikat.

San Francisco Shock saat memenangkan Overwatch League 2019. | Sumber: Wikimedia
San Francisco Shock saat memenangkan Overwatch League 2019. | Sumber: Wikimedia

Overwatch League dan Call of Duty League tetap bisa berjalan di tengah pandemi karena Activision Blizzard dapat menyesuaikan diri dan memutuskan untuk mengadakan kedua liga esports itu secara online. Kesamaan lain antara OWL dan CDL adalah keduanya sama-sama menggunakan model franchise.

 

3. Team Liquid – US$1,46 juta (Rp20,4 miliar)

Sepanjang 2020, ada beberapa turnamen besar dari Dota 2 dan CS:GO yang harus ditunda. Meskipun begitu, tim CS:GO dan Dota 2 dari Team Liquid tetap memberikan kontribusi yang signifikan pada total hadiah yang mereka menangkan pada 2020. Tim Dota 2 menyumbangkan sekitar US$414 ribu (sekitar Rp5,8 miliar) sementara tim CS:GO US$292 ribu (sekitar Rp4,1 miliar).

Via: ESTNN
Via: ESTNN

Selain tim Dota 2 dan CS:GO, Team Liquid juga punya beberapa divisi yang berlaga di game esports lain. Divisi-divisi tersebut juga punya andil dalam memenangkan berbagai kompetisi esports. Misalnya, dari StarCraft II, Team Liquid mendapatkan US$95 ribu (sekitar Rp1,3 miliar). Sementara tim PUBG menyumbangkan US$83 ribu (sekitar Rp1,2 miliar), League of Legends US$81 ribu (sekitar Rp1,1 miliar), Hearthstone US$75 ribu (sekitar Rp1 miliar), Fortnite US$64 ribu (sekitar Rp900 juta), dan Arena FPS US$49 ribu (sekitar Rp683 juta).

Kehandalan para pemain Team Liquid berhasil membuat organisasi esports ini tetap masuk dalam daftar organisasi esports dengan hadiah kemenangan terbesar pada tahun lalu. Meskipun begitu, harus diakui bahwa total hadiah yang didapatkan oleh Team Liquid pada 2020 jauh lebih sedikit dari jumlah hadiah yang mereka bawa pulang pada 2019. Pada 2019, Team Liquid berhasil memenangkan total hadiah sebesar US$9 juta (sekitar Rp125 miliar).

 

4. Virtus.pro – US$1,37 juta (Rp19,1 miliar)

Via: Twitter
Via: Twitter

Sama seperti Team Liquid, sebagian besar total hadiah yang dimenangkan oleh Virtus.pro berasal dari turnamen CS:GO dan Dota 2. Sepanjang tahun 2020, tim CS:GO dari Virtus.pro berhasil memenangkan US$641 ribu (sekitar Rp9 miliar). Sekitar US$500 ribu (sekitar Rp7 miliar) mereka dapatkan dengan memenangkan Flashpoint Season 2.

Tak hanya tim CS:GO, tim Dota 2 dari Virtus.pro juga memberikan kontribusi yang cukup besar sepanjang 2020. Sebelum skena esports Dota 2 terhenti karena pandemi, organisasi asal Rusia ini berhasil memenangkan sejumlah kompetisi Dota 2, termasuk EPIC League dan ESL One Los Angeles. Dari sana, mereka memenangkan US$472 ribu (sekitar Rp6,6 miliar). Virtus.pro juga memiliki tim Fortnite yang memberikan kontribusi sebesar US$25 ribu (sekitar Rp348,5 juta) dan tim Apex Legends yang menyumbangkan US$4,6 ribu (sekitar Rp64,1 juta).

5. Spacestation Gaming – US$1,36 juta (Rp19 miliar)

Tahun 2020 justru menjadi tahun yang baik bagi Spacestation Gaming. Total hadiah dari kompetisi esports yang mereka menangkan naik hingga tiga kali, dari US$436 ribu (sekitar Rp6,1 miliar) pada 2019 menjadi US$1,36 juta pada 2020.

Tim Rainbow Six dari Spacestation Gaming.
Tim Rainbow Six dari Spacestation Gaming.

Tim Rainbow Six dari Spacestation Gaming memberikan kontribusi paling besar. Mereka berhasil memenangkan dua dari empat kompetisi yang mereka ikuti dan membawa pulang US$1,1 juta (sekitar Rp15,3 miliar). Spacestation Gaming juga punya tim-tim yang bertanding di game lain dan memenangkan sejumlah kompetisi, membuat total hadiah kemenangan mereka sepanjang 2020 mencapai US$1,36 juta (sekitar Rp19 miliar).

 

6. G2 Esports – US$1,23 juta (Rp17,1 miliar)

Via: Esports Observer
Via: The Esports Observer

Sebagai pendiri dan CEO G2 Esports, Carlos “ocelote” Rodríguez berhasil mengumpulkan para pemain berbakat untuk berlaga di berbagai game esports, mulai dari game FPS seperti CS:GO, Rainbow Six, dan Valorant, game battle royale seperti Fortnite, game MOBA seperti League of Legends, sampai sim racing. Hal inilah yang menjadi kunci dari kesuksesan G2 untuk membawa pulang US$1,23 juta (sekitar Rp17,1 miliar) pada 2020.

Sepanjang 2020, tim League of Legends G2 mendapatkan US$383 ribu (sekitar Rp5,3 miliar), sementara tim CS:GO mereka membawa pulang US$330 ribu (sekitar Rp4,6 miliar). G2 mendapatkan US$163 ribu (sekitar Rp2,3 miliar) di skena Rainbow Six, US$159 ribu (sekitar Rp2,2 miliar) di Rocket League, dan lebih dari US$100 ribu (sekitar Rp1,4 miliar) di Valorant serta game-game esports lain.

 

7. Atlanta FaZe – US$1,19 juta (Rp16,6 miliar)

Via: Red and Black
Via: The Red and Black

Sepanjang musim pertama Call of Duty League, Atlanta FaZe sangat dominan. Pada akhir musim reguler, mereka berhasil duduk di peringkat pertama. Sayangnya, mereka harus bertekuk lutut di hadapan Dallas Empire pada babak final. Sebagai runner up dari Call of Duty League, Atlanta FaZe membawa pulang hadiah US$900 ribu (sekitar Rp12,5 miliar). Mereka juga memenangkan sejumlah kompetisi lain sehingga mereka dapat mengumpulkan US$1,19 juta (sekitar Rp16,6 miliar) sepanjang 2020.

 

8. Team SoloMid – US$1,18 juta (Rp16,5 miliar)

TSM memiliki 11 tim yang berlaga di berbagai game esports, termasuk League of Legends, Fortnite, dan Valorant. Tak hanya itu, TSM juga menggandeng pemain catur profesional, Hikaru Nakamura. Dari kompetisi catur, TSM mendapatkan hadiah sebesar US$125 ribu (sekitar Rp1,7 miliar). Sementara tim League of Legends mereka berhasil mendapatkan US$158 ribu (sekitar Rp2,2 miliar) dan dari kompetisi Fortnite, TSM memenangkan US$179 ribu (sekitar Rp2,5 miliar). Pada 2021, tampaknya TSM masih akan terus menggunakan strategi yang sama, yaitu memecahkan fokus mereka beberapa game esports sekaligus.

 

9. Team Secret – US$1,1 juta (Rp15,3 miliar)

Pada 2019, Team Secret duduk di peringkat 8 dalam daftar 10 organisasi esports dengan total hadiah terbesar. Ketika itu, mereka memenangkan US$3,31 juta (sekitar Rp46,1 miliar). Sementara pada 2020, Team Secret turun satu peringkat ke posisi sembilan. Hanya saja, jumlah hadiah yang mereka bawa pulang jauh lebih sedikit, hanya US$1,1 juta (sekitar Rp15,3 miliar).

Tim Dota 2 Team Secret ketika memenangkan One Birmingham. | Sumber: ESTNN
Tim Dota 2 Team Secret ketika memenangkan One Birmingham. | Sumber: ESTNN

Hal ini tidak aneh, mengingat Team Secret memang sangat mengandalkan tim Dota 2 mereka. Sementara, pada tahun lalu, skena esports game MOBA itu sempat tersendat akibat pandemi virus corona. Meskipun begitu, roster Dota 2 dari Team Secret berhasil memenangkan US$1,017 (sekitar Rp14,2 miliar) juta dari 12 turnamen Dota 2 yang mereka ikut pada 2020. Kabar baik untuk Team Secret, Dota Pro Circuit telah kembali berjalan pada awal tahun ini.

 

10. Fnatic – US$994,2 ribu (Rp13,9 miliar)

Fnatic duduk di peringkat 10 dengan total hadiah US$994,2 ribu. Tahun 2020 menjadi kali pertama total hadiah yang Fnatic bawa pulang tidak mencapai US$1 juta (sekitar Rp13,94 miliar). Padahal, sejak 2014, total hadiah yang Fnatic menangkan setiap tahun selalu melewati angka US$1 juta.

Sepanjang 2020, tim CS:GO Fnatic memberikan kontribusi paling signifikan. Mereka ikut serta dalam berbagai turnamen online, termasuk Flashpoint Season 2. Dalam kompetisi itu, mereka keluar sebagai juara tiga. Secara keseluruhan, tim CS:GO Fnatic menyumbangkan US$321 ribu (sekitar Rp4,5 miliar).

grafik

Mineski Global Kerja Sama dengan VPGAME, Activision Blizzard Pecat Puluhan Karyawannya

Selama satu minggu terakhir, ada beberapa berita menarik di industri game dan esports. Sebagian merupakan kabar baik, sementara sebagian lainnya adalah kabar buruk. Di Asia Tenggara, Mineski Global mengumumkan kerja samanya dengan VPGAME dari Tiongkok. Sementara di tingkat Asia Pasifik, Activision Blizzard mengungkap, mereka akan merumahkan lebih dari 30 orang.

Bersama VPGAME, Mineski Global Ingin Kembangkan Skena Esports di Asia Tenggara

Minggu ini, Mineski Global mengumumkan kerja sama dengan platform esports Tiongkok, VPGAME. Melalui kolaborasi itu, keduanya akan menggabungkan sumber daya mereka untuk mengembangkan skena esports di Asia Tenggara. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai kerja sama ini.

VPGAME akan menyediakan platform dan data marketing esports yang bisa digunakan oleh Mineski Global untuk mengiklankan turnamen esports tingkat regional mereka. Dengan kerja sama ini, Mineski Global dan VPGAME juga akan mengadakan turnamen esports bersama. Mineski Global akan fokus pada pengadaan turnamen lokal dan marketing, sementara VPGAME akan bertanggung jawab atas komunitas dan pembagian hadiah.

Melalui pengadaan turnamen-turnamen itu, VPGAME juga akan mengumpulkan kritik dan saran melalui aplikasi mereka. Dengan begitu, mereka akan bisa meningkatkan kualitas dari layanan, menurut laporan The Esports Observer.

Jalur 14, Seri Dokumenter tentang Industri Esports Malaysia Selama 14 Tahun

Pada akhir Agustus 2020 lalu, Netflix merilis seri TV dokumenter industri game, High Score. Sekarang, mungul seri TV dokumenter lain. Hanya saja, kali ini, dokumenter tersebut akan fokus untuk membahas industri esports di Malaysia selama 14 tahun belakangan.

Seri TV yang dinamai Jalur 14 ini akan menampilkan 14 orang yang tidak hanya berhasil membangun karir di industri esports, tapi juga membuat ekosistem esports Malaysia dikenal di dunia. Salah satu tokoh yang akan dibahas adalah Ng “YamateH” Wei Poong. Setelah sukses sebagai pemain Dota 2 profesional, dia mengunjungi Tun Abdullah Badawi, yang ketika itu menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia.

Jalur 14 akan menampilkan tokoh-tokoh penting di ekosistem esports Malaysia. | Sumber: IGN
Jalur 14 akan menampilkan tokoh-tokoh penting di ekosistem esports Malaysia. | Sumber: IGN

Tokoh lain yang akan tampil dalam Jalur 14 adalah Chai “Mushi” Yee Fung, yang berhasil membawa timnya menjadi juara 3 di The International 3 pada 2013 dan Dr. Yew Weng Kean, yang memenangkan medali emas dalam cabang olahraga esports Hearthstone di SEA Games 2019.

Jalur 14 juga akan menampilkan tokoh esports muda, seperti Mohd Fariz “Soloz” Zakaria, kreator konten yang berhasil mendapatkan dua juta follower di Facebook, Ahmad Fuad “Fredo” bin Razali, Andriyana “Chuchu Gaming” binti Mohamed Ghazali, dan lain sebagainya, lapor IGN.

Studi Oxford: Bermain Game Punya Dampak Positif ke Kesehatan Mental

Sebuah studi dari University of Oxford membuktikan, durasi yang orang-orang habiskan untuk bermain game memiliki dampak positif pada kesehatan mental mereka, walau dampak tersebut tak terlalu besar. Studi itu didasarkan pada survei pada lebih dari 6.500 pemain. Sebanyak 3.000 orang setuju untuk memberikan data telemetri mereka ketika mereka sedang bermain.

Survei tersebut fokus pada pengalaman para gamer ketika mereka memainkan game Plants vs Zombies: Battle for Neighborville dari Electronic Arts dan Animal Crossing: New Horizons dari Nintendo. Survei itu berlangsung selama dua minggu di bulan Agustus dan September 2020. Untuk mendukung studi ini, Nintendo dan EA memberikan data berupa berapa lama pemain bermain game. EA juga memberikan data ekstra seperti total damage ketika pemain bermain.

Plants vs Zombies: Battle for Neighborville.
Plants vs Zombies: Battle for Neighborville.

Setelah selesai bermain, para gamer akan diminta untuk mengisi survei. Dalam survei itu, pemain akan diminta untuk menyatakan setuju atau tidak setuju pada berbagai pernyataan seperti “Saya merasa kompeten saat memainkan PvZ” atau “Saya merasa menjadi lebih bebas saat memainkan Animal Crossing”, lapor GamesIndustry.

Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa para pemain yang bermain lebih lama memiliki kemungkinan lebih besar untuk merasakan emosi positif. Dalam studi itu tertulis, “Banyak orang takut bahwa bermain terlalu lama akan menyebabkan kecanduan dan merusak kesehatan mental seseorang. Namun, kami justru menemukan bahwa bermain game memberikan dampak positif pada kesehatan mental seseorang.”

Fnatic Kumpulkan Modal Lewat Crowdfunding

Fnatic dan perusahaan induk mereka, Sannpa Ltd. baru saja mengadakan crowdfunding di Crowdcubte untuk mengumpulkan modal. Mereka akan menjual 0,99% saham perusahaan demi mendapatkan modal sebesar setidaknya GBP 1 juta (sekitar Rp18,8 miliar), lapor The Esports Observer.

Masyarakat umum bisa mulai membeli saham Fnatic pada 19 November 2020. Namun, para investor yang telah mendaftarkan diri terlebih dulu bisa membeli sahan organisasi esports itu 24 jam sebelum waktu penjualan dimulai. Ketika kampanye pengumpulan dana ini dibuka untuk umum, Fnatic telah mengumpulkan GBP945 ribu (sekitar Rp17,8 miliar). Hanya dalam waktu 70 menit setelah penjualan saham dibuka untuk umum, Fnatic berhasil mencapai target minimal mereka.

Belum lama ini, Sannpa mengungkap strategi mereka dalam lima tahun ke depan. Mereka akan menggunaan dana dari crowdfunding ini untuk merealisasikan beberapa rencana jangka pendek mereka. Tujuan utama Fnatic saat ini adalah untuk mengembangkan merek dan fanbase mereka.

Queens Collective Gaming Resmi Diluncurkan

Queens Gaming Collective (QGC) resmi diluncurkan setelah mendapatkan kucuran dana sebesar US$1,5 juta (sekitar Rp21,3 miliiar). Ronde pendanaan itu dipimpin oleh BITKRAFT Ventures. QGC bertujuan untuk mendukung perempuan di industri esports, yang dianggap sebagai industri yang didominasi oleh pria. Mereka akan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan oleh para pemain, kreator konten, dan streamer perempuan untuk membangun karir di dunia game dan esports.

Queens Collective Gaming ingin menyediakan kesempatan untuk pelaku industri game dan esports perempuan.
QGC ingin menyediakan kesempatan untuk pelaku industri game dan esports perempuan.

Sebagai perusahaan, QGC juga memiliki dewan penasehat yang terdiri dari para perempuan pemegang jabatan di Amazon, TikTok, Twitch, dan perusahaan besar lainnya. Atlet NBA Baron Davis akan menjadi salah satu ambassador dari QGC. Selain itu, mereka juga merekrut Karen Civil, seorang digital media marketing strategist.

“Queens akan mengubah industri game,” kata Alisa Jacobs, Co-founder dan CEO Queens Gaming Collective, seperti yang disebutkan oleh Esports Insider. “Gaming adalah gaya hidup. Dan Queens adalah gerakan global yang dibangun untuk dan dipimpin oleh para perempuan yang mengutamakan kerja sama serta ingin menampilkan representasi perempuan dan mencapai inklusi ekonomi.”

Activision Blizzard Bakal Pecat Puluhan Karyawan di Asia Pasifik

Activision Blizzard mengonfirmasi bahwa mereka akan kembali melakukan Pemutusah Hubungan Kerja (PHK) pada sebagian pekerja mereka. Kali ini, mereka akan memecat karyawannya yang ada di kawasan Asia Pasifik.

Kepada MCV, Activision Blizzard mengungkap, mereka akan merumahkan sekitar 30 pekerja. Mereka juga memastikan, orang-orang yang terkena PHK bukan berasal dari tim customer support dan pelokalan, seperti dikutip dari GamesIndustry. Di kawasan Asia Pasifik, Activision Blizzard memiliki kantor di Sydney, Shanghai, Seoul, Taiwan, dan Singapura.

Sebelum ini, Activision Blizzard juga telah menutup kantor di Versailles dan The Hague. Tak hanya itu, pada awal 2019, mereka memecat 800 orang, atau sekitar 8% dari total pekerja mereka ketika itu. Padahal, saat itu mereka mencetak rekor keuntungan terbesar.

Activision Diduga Sedang Persiapkan COD Warzone Mobile

Seri Call of Duty yang diusung Activision Blizzard, terbilang jadi salah satu franchise game paling menguntungkan. Buktinya terlihat pada Q1 2020 kemarin, ketika pemasukan Activision Blizzard bisa naik berkat Call of Duty. Salah satu versi spin-off dari franchise game tersebut adalah Call of Duty Warzone, merupakan versi Battle Royale dari Call of Duty yang dapat dimainkan secara cuma-cuma.

Berhasil sukses di PC dan konsol, Warzone kini dikabarkan akan dibuat ke dalam versi mobile demi bisa menuai sukses lebih besar lagi. Spekulasi soal ini pertama kali didapatkan oleh Charilie Intel, sub-brand dari Dexerto yang spesifik membahas Call of Duty. Spekulasi tersebut muncul setelah Charlie Intel menemukan sebuah job listing posisi Executive Producers yang diposting di laman resmi Activision.

Sumber: Charlie Intel

Sumber: Charlie Intel
Sumber: Charlie Intel

Job listing tersebut menjabarkan deskripsi pekerjaan Executive Produser sebagai seseorang yang mengurusi sebuah game mobile FPS AAA dari Call of Duty Franchise, baik dari segi product framing, ataupun player experience. Lebih lanjut dijelaskan lagi, bahwa untuk mengisi posisi tersebut, seorang profesional harus bisa mengumpulkan, mengadaptasi, dan menyajikan fitur esensial dari Warzone di konsol dan PC ke dalam platform mobile.

Meski begitu, Activision sepertinya masih sembunyi-sembunyi, terkait langkahnya untuk menyajikan Warzone ke platform mobile. Entah dihapus atau memang terisi, tapi jika Anda mencoba pergi ke tautan resmi job listing tersebut sekarang, maka yang muncul hanyalah laman berisi tulisan “Sorry… The job you are trying to apply for has been filled”.

Memang platform mobile memiliki potensi yang luar biasa dari segi bisnis. Contoh dari ini salah satunya adalah PUBG Mobile. Game yang dikembangkan oleh Lightspeed & Quantum dan di-publish oleh Tencent Games tersebut berhasil mengumpulkan pendapatan hingga 3 miliar dollar AS hanya dalam 2 tahun saja.

Sementara pada sisi lain, Call of Duty Warzone sebagai game di PC dan konsol sudah berhasil menuai kesuksesan yang cukup besar. Mengutip VG24/7, versi Battle Royale dari Call of Duty tersebut berhasil mengumpulkan 75 juta pemain di bulan Agustus 2020, cuma empat bulan saja sejak peluncuran. Melihat kesuksesan besar yang didapat Activision Blizzard dari versi PC, tidak heran kalau mereka jadi ingin menjajaki ladang baru untuk menuai keuntungan yang lebih besar lagi.

Sumber Activision Blizzard
Sumber: Activision Blizzard

Namun Activision sendiri sebenarnya sudah memiliki Call of Duty Mobile. Dikembangkan oleh TiMi Studios, Call of Duty Mobile rilis pada 1 Oktober tahun 2019 lalu. COD Mobile yang menyajikan mode klasik 5 vs 5 dan Battle Royale, telah berhasil mengumpulkan pendapatan hingga 327 juta dollar pada bulan Juni 2020 lalu, menurut catatan Sensor Tower.

Jadi jika melihat hal tersebut, tak heran jika Activision ingin mencoba menuai lebih banyak keuntungan lewat rencana membuat Warzone untuk mobile.

Activision Blizzard Umumkan Laporan Keuangan Q2 2020, Pemasukan Naik 38 Persen

Activision Blizzard baru saja merilis laporan keuangan mereka untuk Q2 2020. Mereka mendapatkan pemasukan bersih sebesar US$1,93 miliar, naik 38 persen dari Q2 2019. Sementara itu, pendapatan besih mereka mencapai US$580 juta, naik 77 persen dari US$328 juta pada Q2 2019. Dalam laporan keuangannya, Activision Blizzard juga menjelaskan keadaan dari tiga segmen bisnis mereka, yaitu Activision Publishing yang berkecimpung dalam game konsol, Blizzard Entertainment di game PC, dan King untuk mobile game.

Secara total, Activision Blizzard punya 400 juta pemain aktif, naik 30 persen dari tahun lalu. Para gamer tersebut tersebar hampir merata di tiga kawasan operasional Activision Blizzard, yaitu Amerika, Asia Pasifik, dan EMEA (Eropa, Timur Tengah, dan Afrika). Di masing-masing kawasan tersebut, Activision Blizzard punya lebih dari 100 juta pemain. CEO Activision Blizzard, Bobby Kotick juga menyebutkan, mereka memperkirakan bahwa setengah dari total pemain mereka merupakan perempuan, lapor The Esports Observer.

keuangan activision blizzard q2
Call of Duty masih menjadi salah satu alasan naiknya pemasukan Activision Blizzard.

Dari tiga segmen bisnis Activision Blizzard, Activision punya pemain aktif bulanan (MAU) paling besar pada Q2 2020, mencapai 125 juta orang. Call of Duty masih alasan utama di balik meningkatnya jumlah pemain game Activision. Game tersebut bahkan menjadi salah satu kunci di balik naiknya pemasukan Activision Blizzard, sama seperti dalam laporan keuangan untuk Q1 2020. Tidak heran, selama pandemi, para pemain Call of Duty menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, durasi bermain para gamer Call of Duty naik sebesar 70 persen.

Bisnis Activision memberikan kontribusi sebesar US$993 atau sekitar 51 persen dari total pemasukan Activision Blizzard. Angka ini naik 270 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Sementara itu, laba operasional dari Activision mencapai US$559 juta dengan margin untung sebesar 56 persen.

Sementara itu, Blizzard memiliki pemain aktif bulanan paling sedikit, hanya 32 juta orang pada Q2 2020. Untungnya, pemasukan bisnis Blizzard masih naik 20 persen dari tahun lalu, menjadi US$461 juta. Sementara pendapatan operasional mereka adlaah US$203 juta dengan margin laba 44 persen. World of Warcraft menjadi pendorong utama dari naiknya pemasukan Blizzard.

Untuk Q2 2020, King melaporkan bahwa mereka kini punya 271 juta pengguna aktif bulanan. Mengingat King bertanggung jawab atas bisnis mobile game, tak  heran jika mereka punya jumlah pengguna paling banyak. Total pemasukan King naik 11 persen dari tahun lalu menjadi US$553 juta. Sementara laba operasional mereka mencapai 212 juta dengan margin laba sebesar 38 persen.

Activision Blizzard Akan Beri Keringanan Finansial Untuk Tim CDL dan OWL

Informasi ini pertama kali diungkap oleh The Esports Observer pada 15 Juli 2020 melalui sumber terpercaya mereka. Terlibat ke dalam Call of Duty League dan Overwatch League memang membutuhkan biaya yang tidak main-main. Mengutip dari ESPN, dikatakan biaya masuk franchise league Call of Duty League di tahun 2019 adalah sebesar 25 juta dollar AS. Masih dari ESPN, sementara masuk franchise Overwatch League membutuhkan biaya sebesar 20 juta dollar AS.

Activision Blizzard sendiri belum memberikan komentar lebih lanjut seputar informasi ini. Namun menurut sumber terpercaya Esports Observer mengatakan bahwa perusahaan video game asal Amerika Serikat tersebut sedang mendiskusikan metode keringanan finansial terbaik kepada tim Call of Duty League dan Overwatch League.

Bentuk keringanan finansial yang diberikan bisa bermacam-macam nantinya, namun satu yang paling mungkin adalah berupa penundaan pembayaran biaya franchise, yang mana itu adalah pengeluaran terbesar dari tim-tim tersebut.

Call of Duty League 2020 Season 2020-02-09 / Photo: Robert Paul for Activision Blizzard
CDL dan OWL tadinya direncanakan menggunakan sistem kandang-tandang yang menjadi salah satu pemasukan yang potensial. Namun karena pandemi hal tersebut jadi dibatalkan. Sumber: Call of Duty Official | Call of Duty League 2020 Season 2020-02-09 / Photo: Robert Paul for Activision Blizzard

Tahun ini sendiri seharusnya menjadi momen besar bagi CDL dan OWL, karena sistem kandang-tandang yang sudah direncanakan akan hadir. Mengingat situasi pandemi COVID-19, sistem tersebut sangat tidak mungkin untuk dilaksanakan, yang memaksa kedua liga tersebut jadi berjalan secara online sepanjang musim ini.

Pertandingan offline memang menjadi salah satu sumber pemasukan tersendiri bagi tim peserta CDL dan OWL. Hal ini diungkap oleh CEO NRG Esports, Andy Miller dalam sebuah Podcast. NRG Esports sendiri saat ini menjadi bagian dari dua liga franchise tersebut. Mereka adalah pemilik San Francisco Shock di OWL dan Chicago Huntsmen di CDL.

Dalam Podcast Andy menjelaskan bagaimana biaya operasional untuk kedua tim tersebut menjadi sangat berat pada saat ini. Lebih lanjut, dia juga mengatakan bagaimana penjualan tiket pada event offline menjadi salah satu pemasukan yang cukup menjanjikan. “Kami menjual 4000 tiket dengan sangat cepat, jadi dari situ terlihat ada ‘bisnis’ dan para fans di sana (event offline).”

Sampai saat ini, Activision Blizzard memang sedang “kebakaran jenggot” mengurusi kedua liga tersebut, terutama Overwatch League. Terakhir kali, Overwatch League terhempas oleh kejadian buruk selama beberapa kali. Lima shoutcaster Overwatch League undurkan diri di Januari 2020, tim peserta mulai kesulitan secara ekonomi dan pecat pegawainya pada April 2020, Jay Won (Sinatra) yang adalah MVP dari tim juara OWL (San Francisco Shock) bahkan meninggalkan liga untuk bermain VALORANT secara kompetitif.

Situasi pandemi ini ternyata benar-benar menghantam keras Activision Blizzard serta dua liga esports mereka, CDL dan OWL. Apakah mereka bisa bangkit kembali setelah keadaan membaik nantinya?

Q1 2020, Pemasukan Activision Blizzard Naik Berkat Call of Duty

Activision Blizzard baru saja mengumumkan laporan keuangan untuk Q1 2020. Total sales mencapai US$1,52 miliar, naik 21 persen dari US$1,26 miliar pada Q1 2019. Franchise Call of Duty menjadi salah satu alasan di balik naiknya pendapatan Activision Blizzard. Total penjualan Call of Duty: Modern Warfare, yang dirilis pada September 2019, telah melampaui game Call of Duty lainnya dalam periode yang sama.

Pada Maret 2020, Activision Blizzard merilis Call of Duty: Warzone, game battle royale yang bisa dimainkan gratis. Waktu peluncuran game tersebut bersamaan dengan keputusan pemerintah Amerika Serikat untuk melakukan lockdown. Dalam waktu satu bulan, Warzone telah diunduh sebanyak 50 juta kali. Sekarang, angka itu naik menjadi 60 juta. Memang, di tengah pandemik virus corona, game-game shooter justru menjadi semakin populer.

“Saya rasa, dengan keadaan seperti sekarang — banyaknya pengangguran dan ekonomi yang tidak stabil — meluncurkan mobile game gratis adalah cara mudah untuk menumbuhkan jumlah pemain,” kata CEO Activision Blizzard, Bobby Kotick pada CNN Business. Selain franchise Call of Duty, Activision Blizzard juga diuntungkan oleh keberadaan game online World of Warcraft dan Overwatch. Mereka juga mendapatkan untung dari Candy Crush Saga buatan King. Jadi, tidak heran jika keuangan Activision Blizzard pada kuartal pertama tahun ini justru lebih baik dari perkiraan analis.

Activision blizzard Q1 2020
CEO Activision Blizzard, Bobby Koltick. | Sumber: Hollywood Reporter

Ke depan, Activision Blizzard menduga bahwa mereka masih akan merasakan dampak kesuksesan peluncuran Call of Duty. Mereka juga memperkirakan, para fans akan menjadi semakin aktif berinteraksi karena lockdown kemungkinan masih akan berlanjut. Namun, pandemik corona juga bisa menyebabkan berbagai masalah, seperti melemahnya ekonomi global, meningkatnya jumlah pengangguran, dan dampak negatif lainnya. Meskipun begitu, sejauh ini, Activision tidak memiliki rencana untuk mengubah jadwal peluncuran produk barunya, menurut laporan VentureBeat.

Salah satu dampak buruk pandemik COVID-19 pada Activision Blizzard adalah turunnya pendapatan dari iklan digital. Industri esports juga dirugikan karena banyaknya turnamen yang dibatalkan. Walaupun begitu, Kotick percaya, ini tidak akan memberikan dampak besar pada keuangan perusahaan. Dia bahkan optimistis, divisi esports dari Activision Blizzard justur akan berkembang.

“Kami masih dapat menyajikan konten esports… Kami akan melanjutkan musim pertandingan,” kata Kotick. “Tidak ada yang tahu kapan kompetisi olahraga akan bisa kembali diselenggarakan. Saat ini, esports adalah satu-satunya konten yang bisa orang-orang tonton. Saya pikir, ini justru menaikkan nilai hak siar. Saya merasa, ini juga akan menarik lebih banyak sponsor dan lebih banyak penonton.”

Dalam pernyataan resmi, Activision Blizzard menjelaskan bahwa para pekerjanya telah mulai bekerja dari rumah sejak pertengahan Maret 2020. Mereka juga menanggung biaya tes dan pengobatan dari karyawan dan keluarga yang terkena COVID-19. Mereka mengatakan, para pekerja bisa melakukan tugasnya secara digital. Sayangnya, bagi sebagian pekerja, ini membuat tugas mereka menjadi semakin rumit.

Sempat Ditunda Karena Corona, Call of Duty League Kembali Diadakan Pada 10 April 2020

Setelah sempat tertunda akibat pandemik virus corona, Call of Duty League (CDL) akan kembali digelar secara online pada 10-12 April 2020. Liga yang merupakan bagian dari Home Series ini akan berlangsung selama tiga hari. Pada hari pertama, akan diadakan group stage. Sementara babak knockout dan semifinal akan diadakan pada hari kedua, Sabtu, 11 April 2020. Pada hari terakhir, Minggu, 12 April 2020, akan digelar pertandingan final.

“Saya memiliki pengalaman bekerja di NFL selama bertahun-tahun. Saya tahu bagaimana olahraga bisa membuat orang-orang menjadi kembali bersemangat,” kata Johanna Faries, Commissioner, Call of Duty Esports, Activision Blizzard, seperti dikutip dari GamesBeat. “Tidak ada seorang pun yang senang dengan keadaan sekarang. Tapi, inilah kondisi yang harus kita hadapi. Kami bersukur karena Call of Duty League tetap bisa diselenggarakan dan menawarkan pertandingan yang menarik bagi fans yang kini sangat memerlukan hiburan.”

Activision Blizzard baru mulai mengadakan Call of Duty League pada tahun ini. Menggunakan model franchise, CDL diikuti oleh 12 tim dari 4 negara. Sama seperti Overwatch League, CDL menggunakan sistem kandang-tandang. Pada akhir pekan, sebuah tim CDL seharusnya menyelenggarakan turnamen Home Series. Kali ini, Dallas Empire seharusnya menjadi tuan rumah, lapor The Esports Observer. Namun, karena pandemik virus corona, maka Activision Blizzard memutuskan untuk mengadakan semua pertandingan CDL secara online. Mereka juga telah menyesuaikan jadwal dari CDL Home Series tahun ini.

call of duty league corona
Jadwal pertandingan Home Series dari Call of Duty League. | Sumber: Activision Blizzard

Dalam setiap turnamen Home Series, hanya 8 dari 12 tim yang akan berlaga. Kali ini, 8 tim yang ikut serta antara lain Chicago Huntsmen, Dallas Empire, Florida Mutineers, Los Angeles Guerrillas, Minnesota Rokkr, Paris Legion, Seattle Surge dan Toronto Ultra. Di setiap turnamen Home Series, semua tim akan mendapatkan poin berdasarkan performa mereka sepanjang kompetisi. Pada akhir musim, poin yang didapatkan masing-masing tim akan diakumulasikan. Poin ini akan digunakan untuk menentukan tim-tim yang lolos ke CDL Championship.

Meskipun Call of Duty League akhirnya dapat kembali diselenggarakan, ada kekhawatiran bahwa pertandingan tidak akan berjalan lancar. Salah satu masalah yang mungkin terjadi adalah latensi server atau para pemain yang terputus dari server. Masalah ini sempat terjadi dalam pertandingan eksibisi antara London Royal Ravens dan Florida Mutineers serta Paris Legion dan Los Angeles Guerrilas. Untuk mengantisipasi hal ini, Call of Duty League mengatakan bahwa mereka tengah menguji beberapa server baru di Amerika Serikat.

Selain Call of Duty League, Call of Duty Challengers dan City Circuits juga akan digelar secara online. Menurut laporan ESPN, Activision Blizzard juga berencana untuk mengadakan lima turnamen Challengers tambahan. Masing-masing dari turnamen itu akan menawarkan total hadiah sebesar US$50 ribu.

Kampanye #PlayApartTogether Cara Riot Games dan Blizzard Dukung Kebijakan Isolasi Diri

Dengan pandemi COVID-19 yang semakin meluas, isolasi diri menjadi kebijakan yang terus disuarakan untuk mengurangi penyebaran virus yang lebih luas lagi. Maka dari itu berbagai pihak, termasuk dari industri gaming juga mencoba untuk terus menyokong kebijakan isolasi diri. Dalam konteks lokal Kominfo bersama Asosiasi Game Indonesia bekerja sama membuat ajang cipta karya yang membawa tajuk “Ayo Bikin Game Di Rumah Aja”.

Dalam konteks internasional, baru-baru in World Health Organization juga berusaha untuk menyuarakan kampanye ini lewat kerja sama dengan 18 gaming company lewat kampanye bernama #PlayApartTogether. Dalam kampanye ini beberapa perusahaan ternama turut bergabung di dalamnya seperti Riot Games, Activision Blizzard, bahkan streaming platform Twitch. Tak hanya itu, bahkan pengembang mobile games seperti Zynga juga turut serta dalam kampanye ini.

Dalam kampanye ini, para perusahaan game tersebut akan memberi insentif kepada para pemain yang terus bermain dengan berbagai event in-game spesial, konten eksklusif, berbagai aktivitas permainan, hingga hadiah-hadiah. Tentunya kegiatan tersebut dilakukan sambil menyuarakan soal pentingnya melakukan isolasi diri, demi mencegah penyebaran pandemi COVID-19 lebih luas lagi.

Bobby Kotick CEO Activision Blizzard mengucapkan lewat rilis. “Dalam keadaan kritis kita harus memastikan bahwa orang-orang tetap berkomunikasi satu sama lain dengan cara yang aman. Games adalah medium yang sempurna untuk ini, karena games menyambungkan manusia satu sama lain lewat kesenangan yang penuh tujuan dan makna. Kami sangat bangga bisa berpartisipasi dalam inisiatif yang sangat berarti seperti ini.”

Nicolo Laurent CEO Riot Games juga turut memberikan komentarnya. “Physical distancing bukan berarti isolasi secara sosial! Mari kita berjauhan secara fisik, untuk mencegah penyebaran virus COVID-19 lebih luas lagi, dan mari kita #PlayApartTogether agar kita tetap kuat melewati krisis ini. Bagi Rioters, bermain game adalah lebih dari sekadar permainan, namun sebuah pencarian jati diri kehidupan. Sekarang, jutaan orang di dunia, bermain game supaya dapat membantu menyelamatkan nyawa. Mari kita menangkan boss battle melawan COVID-19 bersama-sama.”

Semenjak pandemi COVID-19 menjadi semakin luas, dukungan dari berbagai pihak muncul secara bertubi-tubi, termasuk dari industri gaming. Sebelumnya penyelenggara turnamen WePlay! gelar kompetisi Dota bertajuk WeSave! yang berfungsi sebagai laga amal dan mengumpulkan donasi sebesar Rp2,9 miliar. Riot Games juga sebelumnya sudah sempat memberikan sumbangan kepada kota tempat perusahaan tersebut berasal, yaitu Los Angeles.

Mungkin ini pertama kalinya dan menjadi saat berbahagia bagi komunitas gamers, ketika bermain game dapat memberikan dampak positif atau bahkan menyelamatkan dunia dari krisis yang berat ini. Mari kita terus bekerja sama, saling sokong, untuk menghadapi krisis ini, baik sebagai gamers maupun sebagai manusia secara utuh.

Overwatch Perkenalkan Hero Echo, Robot Dengan Kemampuan Duplikasi

Beberapa waktu yang lalu, Activision Blizzard memperkenalkan hero ke-32. Hero ini berbentuk robot berwarna putih biru yang diberi nama Echo. Hal ini mungkin bisa dbilang cukup mengagetkan, karena Blizzard juga sedang menggarap Overwatch 2, yang menurut bocoran akan rilis di tahun 2020 ini.

Sebelumnya, Blizzard juga sempat merilis sebuah animasi pendek yang menceritakan asal muasal Echo. Menurut cerita Echo adalah sebuah robot evolusioner, yang dibuat oleh ilmuwan bernama Dr. Mina Liao. Mengutip dari laman resmi Overwatch, Echo disebut sebagai karakter serba bisa dan memiliki “rapidly adapting artificial intelligence”.

Jadi, apa saja yang bisa dilakukan oleh karakter ini. Merupakan karakter DPS, serangan utama Echo adalah tembakan jarak jauh yang bernama Tri-Shot. Merupakan tembakan laser yang dikeluarkan dari jarinya, Tri-Shot menembakkan 3 proyektil sekaligus dengan pola tembakan berbentuk segitiga.

Selain tembakan utama, dia memiliki kemampuan tambahan juga seperti karakter lainnya. Ia memiliki Sticky Bombs, yaitu bom yang dilemparkan lewat tangannya, yang akan menempel di tempat yang ditarget dan akan meledak setelah beberapa saat. Kemampuan lain yang dia miliki juga adalah Focusing Beam, tembakan laser terfokus yang akan memberi damage sangat besar kepada target yang memiliki Hit Points kurang dari setengah.

Echo mungkin bisa dibilang menjadi karakter kedua di Overwatch yang punya kemampuan untuk terbang. Seperti Pharah, ia dapat terbang dan melakukan manuver mengambang di udara. Terakhir, jurus pamungkas hero ini adalah Duplicate. Jika sudah terisi penuh, Echo dapat meniru musuh yang ditarget. Ketika berubah, tak hanya bentuknya yang berubah menjadi seperti musuh yang ditarget, tetapi Echo juga meniru gerakan musuh yang ditarget, mulai dari serangan biasa, skill, hingga ultimate juga ditirukan oleh Echo.

Seperti biasa, karakter baru Overwatch ini akan dikarantina terlebih dahulu di dalam Test Server; atau yang lebih dikenal dengan nama PTR. Sebelumnya Blizzard juga sempat merilis video Developer Update untuk membahas hero tersebut. Dengan Jeff Kaplan berbicara di dalam video, ia menjelaskan bahwa tim pengembang juga menyadari bahwa Ultimate Echo terlihat terlalu dominan, selama ia hadir dan bisa dimainkan di PTR.

Melihat hal ini, kemungkinan besar Duplicate milik Echo mungkin akan mengalami perubahan atau penyeimbangan, agar karakter ini tidak terlalu menjadi momok yang menakutkan saat rilis secara umum nanti. Sayangnya untuk saat ini, tanggal rilis Echo masih belum diungkap, sampai berbagai penyeimbangan dan perbaikan bug selesai dilakukan.

Jumlah Rata-Rata Penonton Call of Duty League LA Home Series Capai 38 Ribu Orang

Call of Duty League Los Angeles Home Series diadakan pada 7-8 Maret 2020 lalu. Turnamen tersebut diselenggarakan di Shrine Auditorium dan Expo Hall dengan OpTic Gaming Los Angeles dan Los Angeles Guerrillas sebagai tuan rumah. Tim Dallas Empire keluar sebagai juara setelah mengalahkan Minnesota Rokkr di babak final. Menurut data dari Esports Charts, pada puncaknya, jumlah penonton dari LA Home Series mencapai 66 ribu orang. Sementara jumlah rata-rata penonton sepanjang turnamen mencapai 38 ribu orang.

Pertandingan final antara Dallas Empire dan Minnesota Rokkr menjadi pertandingan yang paling banyak ditonton dengan jumlah penonton mencapai 66.951 orang. Pertandingan kedua dengan jumlah penonton terbanyak adalah antara Atlanta FaZe dan Minnesota Rokkr dengan jumlah penonton mencapai 63.730 orang pada puncaknya. Sementara pertandingan dengan jumlah penonton terbanyak ketiga adalah antara OpTic dan Dallas, yang memiliki 58.038 orang penonton. Ketiga pertandingan dengan jumlah penonton terbanyak ini berlangsung pada hari kedua turnamen LA Home Series.

Call of Duty League LA home series
Jumlah penonton dari pertandingan CDL LA Home Series. | Sumber: Esports Charts

LA Home Series menggunakan format yang sama dengan turnamen CDL Home Series lainnya. Turnamen yang berlangsung selama dua hari itu diikuti oleh delapan tim, yang dibagi menjadi dua grup. Pada hari pertama, Sabtu, 7 Maret 2020, delapan tim yang ikut serta akan berlaga dalam group stage. Dari sini, empat tim akan tersingkir, sementara empat tim pemenang akan maju untuk bertanding pada hari kedua. Pada hari Minggu, 8 Maret 2020, empat tim yang tersisa akan bertanding menggunakan format single elimination.

Pertandingan pertama mempertemukan Empire dengan OpTic, sementara pertandingan kedua mempertemukan FaZe dengan Rokkr. Walau diperkirakan akan kalah, Rokkr berhasil menang dari FaZe. Rokkr lalu bertemu dengan Empire di babak final. Empire berhasil keluar sebagai juara dengan skor 3-2.

Jika dibandingkan dengan jumlah penonton dari CDL Home Series sebelum ini, LA Home Series memiliki jumlah penonton yang lebih sedikit. Sebagai perbandingan, jumlah penonton London Home Series mencapai 111 ribu orang pada puncaknya. Menurut Dot Esports, salah satu alasan mengapa jumlah penonton LA Home Series lebih sedikit adalah karena turnamen tersebut tidak diikuti oleh Chicago Huntsmen. Memang, Huntsmen merupakan salah satu tim unggulan. Tim tersebut kini duduk di peringkat satu bersama Atlanta FaZe. Keduanya memiliki 90 poin CDL dengan 8 kemenangan dan 1 kekalahan.

Sumber header:  Ben Pursell/Activision-Blizzard Entertainment via ESPN