Penetrasi Wearable Device di Indonesia Masih Suam-Suam Kuku

Bicara wearable device, pasti bicara smartwatch. Bicara smartwatch, Apple Watch pasti tidak luput dari pembahasan. Suka tidak suka, Apple Watch merupakan smartwatch terlaris saat ini, dan salah satu alasannya adalah pengaruh besar Apple terhadap gaya hidup konsumen modern.

Pada kenyataannya, dalam acara peluncuran Apple Watch Series 3 bulan lalu, Tim Cook dengan bangga mengatakan kalau Apple Watch adalah jam tangan nomor satu di dunia, bahkan sudah mengalahkan Rolex. Nomor satu dalam hal apa? Menurut saya tentu saja dalam hal penjualan.

Penjualan dalam artian jumlah, bukan nilai. Ini sangat masuk akal mengingat harga Apple Watch paling murah saat ini dipatok $249. Bandingkan dengan Rolex, yang model termurahnya masih berada di kisaran ribuan dolar. Singkat cerita, ada lebih banyak konsumen yang mampu membeli Apple Watch ketimbang Rolex.

Andai kategori smartwatch boleh diwakilkan oleh Apple Watch, dan segmen wearable device sendiri boleh diwakilkan oleh smartwatch, sepertinya industri ini bisa dibilang cukup sukses. Namun ini baru membicarakan industri wearable device dalam skala global. Di Indonesia, kondisinya agak berbeda.

Judul yang saya tulis di atas bukan opini belaka tanpa didukung alasan yang kuat. Tim DailySocial belum lama ini melakukan survei terkait tren wearable device di tanah air. Sebanyak 1.035 responden mengikuti survei tersebut, dan hasilnya menunjukkan kalau penetrasi wearable device di Indonesia masih belum cukup kuat.

Tidak laku karena mahal

Hampir separuh populasi tidak menyadari akan adanya fitness band murah seperti Xiaomi Mi Band 2 / Xiaomi
Hampir separuh populasi tidak menyadari akan adanya fitness band murah seperti Xiaomi Mi Band 2 / Xiaomi

Hasil survei menunjukkan sekitar 43% responden pernah punya atau sedang menggunakan smartwatch, 35% untuk fitness band, dan hampir 30% untuk smartwatch hybrid alias analog macam Withings (Nokia) Steel. Konsumen tanah air secara umum mengenali apa itu smartwatch dan fitness band, tapi ternyata yang pernah membelinya tidak sampai separuh populasi.

Kenapa bisa demikian? Alasannya ternyata menyangkut harga. Sekitar 78% responden bilang kalau mereka tidak tertarik membeli smartwatch atau fitness band dikarenakan harganya terlalu mahal. Tidak kaget, mengingat Apple Watch Series 2 yang dijual melalui jalur resmi dihargai paling murah Rp 7,2 juta – bisa Anda bayangkan sendiri harga Series 3 ketika masuk pasar Indonesia nantinya.

Alternatif unggulan yang lebih murah jelas ada. Ambil contoh Samsung Gear S3, tapi itu pun masih berada di kisaran 4 – 5 juta rupiah. Untuk fitness band, salah satu opsi yang cukup populer adalah Garmin Vivofit 3, tapi ini pun masih dibanderol di atas Rp 1 juta.

Dalam hati Anda mungkin bertanya, “Apakah mereka tidak tahu kalau ada fitness band murah meriah seperti Xiaomi Mi Band 2 yang di beberapa tempat bahkan bisa didapat seharga 300 ribuan rupiah saja?” Well, kita semua tahu kalau tidak semua konsumen membaca situs berita teknologi setiap harinya, maka dari itu wajar apabila yang menyadari bahwa fitness band murah meriah ini eksis hanya sekitar 55% saja.

Wearable device dinilai kurang bermanfaat

Ilustrasi berlari sambil menggunakan smartwatch Fitbit Ionic / Fitbit
Ilustrasi berlari sambil menggunakan smartwatch Fitbit Ionic / Fitbit

Selain faktor harga, survei menunjukkan bahwa alasan lain konsumen tidak tertarik membeli smartwatch atau fitness band adalah mereka merasa tidak memerlukannya. Seperti yang kita tahu, fungsi paling umum dari kedua perangkat itu adalah untuk memonitor aktivitas fisik dan meneruskan notifikasi. Meski rasionya bisa dibilang setengah-setengah, yang merasa tidak memerlukan kedua fungsi tersebut masih sedikit lebih banyak di angka 52,9%.

Kalau ditanya lebih lanjut, saya yakin alasan responden merasa tidak membutuhkan smartwatch atau fitness band bisa bermacam-macam. Bisa jadi sebagian dari mereka percaya bahwa mereka dapat tetap termotivasi untuk menjaga kebugaran tubuhnya tanpa perlu diingatkan dari hari ke hari oleh suatu gadget.

Oke, alasannya cukup valid, tapi di luar sana saya yakin masih ada banyak orang yang membutuhkan motivasi eksternal supaya akhirnya bisa mau berolahraga, dan di sinilah smartwatch atau fitness band akan menunjukkan perannya. Pada kenyataannya, “ingin menjalani gaya hidup lebih sehat” adalah alasan utama konsumen membeli smartwatch atau fitness band, seperti ditunjukkan oleh sekitar 40% responden yang menjawab demikian.

Pertanyaannya, apakah rasa termotivasi itu bisa bertahan lama? Ibarat Coca-Cola dalam botol yang dikocok dan menyembur hanya sebentar, masa penggunaan smartwatch dan fitness band juga cuma sebentar saja: sekitar 45% bilang periode terpanjang mereka memakai smartwatch atau fitness band-nya untuk berolahraga adalah satu minggu sampai satu bulan, sedangkan 32% menjawab kurang dari satu minggu.

Sisanya? Mungkin masih ada yang lanjut berolahraga secara rutin, tapi mereka tak lagi menggunakan smartwatch atau fitness band serajin seperti ketika baru awal-awal memilikinya. Dibeli, dipakai selama satu bulan, lalu ditelantarkan; sepertinya masuk akal kalau disimpulkan kurang bermanfaat.

Pengetahuan soal wearable device masih minim

Hampir 70% populasi tidak tahu kalau Fitbit merupakan produsen wearable device / Fitbit
Hampir 70% populasi tidak tahu kalau Fitbit merupakan produsen wearable device / Fitbit

Berdasarkan hasil survei, sebagian besar responden tahu kalau Apple, Samsung dan Xiaomi memproduksi smartwatch atau fitness band. Namun yang mengejutkan, sebagian besar (hampir 70%) ternyata tidak mengenal brand yang memelopori segmen ini, yaitu Fitbit dan Pebble – saya yakin juga tidak banyak yang tahu kalau Pebble sekarang sudah diakuisisi Fitbit.

Oke, mungkin alasannya karena produk-produk Fitbit masih tergolong sulit ditemukan, apalagi jika dibandingkan dengan Apple Watch atau Samsung Gear S3. Namun ternyata bukan cuma Fitbit saja, Garmin yang berbagai produk wearable-nya sudah tersedia secara resmi di Indonesia pun juga tidak dikenali sebagai produsen smartwatch atau fitness band (67%).

Data lain yang tak kalah mengejutkan adalah, tidak banyak yang tahu kalau wearable device itu tidak terbatas pada smartwatch dan fitness band saja. Sekitar 55% bilang kalau mereka tidak tahu-menahu mengenai earphone wireless yang juga merangkap fungsi sebagai fitness tracker, atau yang biasa disebut dengan istilah hearable.

Wearable device tidak harus smartwatch atau fitness band saja, tapi bisa juga earphone yang menyimpan fungsi fitness tracking / Samsung
Wearable device tidak harus smartwatch atau fitness band saja, tapi bisa juga earphone yang menyimpan fungsi fitness tracking / Samsung

Padahal seandainya mereka tahu, mungkin peluang mereka untuk membeli bisa jadi lebih besar. Namun semua tentunya juga bergantung pada ketersediaan produk di pasaran, dan tentu saja harganya harus masuk kategori terjangkau untuk bisa memikat konsumen tanah air kalau merujuk pada data di atas.

Saya ambil contoh Samsung Gear IconX. Earphone yang benar-benar tak dilengkapi kabel ini menyimpan fungsi fitness tracking, plus dapat digunakan sebagai alat pemutar musik mandiri. Harganya saya lihat masih berada di kisaran 1,5 – 2 juta rupiah. Sayang separuh lebih populasi belum menyadari eksistensi produk ini, dan lagi harganya masih bisa dikatakan cukup mahal.

Kembali lagi ke seputar brand smartwatch, sekitar 61% tidak tahu kalau Motorola merupakan produsen smartwatch. Padahal, bagi yang mengikuti perkembangannya pasti tahu kalau Moto 360 merupakan salah satu smartwatch pertama yang menjalankan sistem operasi Android Wear besutan Google.

Anda boleh bilang konsumen Indonesia terlalu pelit untuk membeli gadget di luar smartphone, dan harga mayoritas wearable device yang mahal terbukti merupakan salah satu penyebab utama mengapa segmen ini belum terlalu populer. Namun pada kenyataannya banyak dari kita yang juga menganggap wearable device tidak penting karena manfaatnya tidak signifikan.

Tidak seperti smartphone yang amat fleksibel, sulit bagi kita untuk menjustifikasi smartwatch dan fitness band yang fungsinya jauh lebih terbatas. Ini menjadi kendala buat pertumbuhan pasar wearable device di Indonesia.

Fakta bahwa hampir separuh populasi tidak menyadari akan adanya sejumlah fitness band berharga terjangkau menunjukkan penetrasi yang belum maksimal, ditambah lagi pengetahuan seputar kategori wearable device selain smartwatch dan fitness band yang masih lemah.

Activity Tracker Khusus Anak Garmin Vivofit Jr. 2 Datang Bersama Karakter dari Franchise Disney

Setahun yang lalu, Garmin memperkenalkan sebuah activity tracker yang dirancang khusus untuk anak-anak bernama Vivofit Jr.. Tahun ini, Garmin sudah siap dengan suksesornya. Dalam pengembangan Vivofit Jr. 2, Garmin rupanya meminta bantuan nama yang sudah sangat dikenal oleh anak-anak, yaitu Disney.

Kolaborasinya dengan Disney memungkinkan Garmin untuk menempatkan beragam karakter populer dari sejumlah franchise milik Disney ke Vivofit Jr. 2, mulai dari Minnie Mouse sampai karakter dari Star Wars maupun Marvel. Berbeda dari pendahulunya, Vivofit Jr. 2 tidak hanya datang dengan strap yang bisa melar, tapi juga varian yang dilengkapi gesper standar untuk anak yang lebih tua.

Perubahan terbesar yang dibawa Vivofit Jr. 2 adalah layar yang kini penuh warna ketimbang monokrom. Supaya lebih atraktif lagi di mata anak-anak, karakter yang menjadi motif strap juga akan muncul di layar sekaligus aplikasi pendamping smartphone yang tersambung.

Aplikasi pendampingnya ini juga masih mengemas sejumlah mini game, tapi kali ini yang mengadopsi tema menarik seperti petualangan robot BB-8 dari Star Wars maupun kisah balas dendam Ultron terhadap tim superhero Avengers dari Marvel. Seperti pendahulunya, setiap kali anak-anak menyelesaikan target aktivitas harian selama 60 menit, mereka akan mendapat achievement berupa icon karakter baru.

Mengenai fungsi, Garmin ternyata tidak menyentuhnya sama sekali di sini. Vivofit Jr. 2 masih bisa memonitor jumlah langkah kaki, pola tidur dan waktu aktif mereka. Perangkat siap diajak berbasah-basahan atau bahkan berenang, sedangkan baterainya diperkirakan bisa bertahan selama satu tahun.

Garmin Vivofit Jr. 2 rencananya akan dipasarkan seharga $100, lebih mahal $20 dari versi terdahulunya. Strap ekstra dapat dibeli seharga $30.

Sumber: Business Wire.

Samsung Luncurkan Trio Fitness Tracker: Gear Sport, Gear Fit2 Pro dan Gear IconX Generasi Kedua

IFA 2017 bakal segera dimulai, dan Samsung telah menyiapkan amunisi berupa trio fitness tracker baru: Gear Sport, Gear Fit2 Pro dan Gear IconX generasi baru. Kabar mengenai Gear Fit2 Pro sebenarnya sempat bocor, namun ternyata Samsung lebih memilih untuk memperkenalkannya sebagai ‘tiga serangkai’ ketimbang pendamping Note 8.

Samsung Gear Sport dan Gear Fit2 Pro

Untuk kedua perangkat ini, prioritas Samsung ada pada ketahanan air dan kolaborasi dengan pihak ketiga. Baik Gear Sport dan Gear Fit2 Pro sama-sama tahan air sampai kedalaman 50 meter, dan mereka juga siap digunakan untuk memonitor aktivitas berenang (lap count, lap time, stroke type dll) berkat integrasi aplikasi racikan Speedo.

Samsung Gear Sport dan Gear Fit2 Pro

Namun Speedo bukan satu-satunya mitra yang ditunjuk oleh Samsung. Masih ada akses ke sederet aplikasi fitness garapan Under Armour, dan kedua perangkat juga dapat digunakan untuk memutar musik via Spotify, baik streaming maupun secara offline, tanpa perlu tersambung ke smartphone.

Tentu saja Samsung juga sudah menyempurnakan kinerja kedua perangkat sebagai fitness tracker. Selain dibekali sensor laju jantung yang lebih akurat, Gear Sport dan Gear Fit2 Pro juga bisa mendeteksi beragam aktivitas secara otomatis, mulai dari berjalan, berlari, bersepeda sampai yang Samsung sebut dengan istilah “aktivitas dinamis” macam menari atau bermain basket.

Samsung Gear Sport

Secara estetika, Gear Sport tampil minimalis dengan bezel yang bisa diputar dan strap 20 mm yang mudah dilepas-pasang. Layar sentuhnya menggunakan panel Super AMOLED 1,2 inci dengan resolusi 360 x 360 pixel, dan telah dilapisi kaca Gorilla Glass 3 guna memberikan proteksi ekstra.

Kinerjanya ditunjang oleh prosesor dual-core 1 GHz, RAM 768 MB, memory internal 4 GB, baterai 300 mAh yang mendukung wireless charging, serta sistem operasi Tizen. Selain sebagai smartwatch dan fitness tracker, Gear Sport juga punya peran lain sebagai pusat kendali perangkat smart home buatan Samsung, remote control untuk presentasi PowerPoint dan Samsung Gear VR, serta sebagai alat pembayaran via integrasi Samsung Pay.

Samsung Gear Fit2 Pro

Gear Fit2 Pro di sisi lain masih mempertahankan desain khas para pendahulunya, dengan layar sentuh Super AMOLED 1,5 inci yang melengkung, didukung oleh resolusi 216 x 432 pixel dan juga kaca Gorilla Glass 3 pada lapisan terluarnya. Spesifikasinya cukup identik dengan Gear Sport, terkecuali RAM yang cuma 512 MB dan baterai 200 mAh yang belum mendukung wireless charging.

Samsung sejauh ini masih bungkam soal harga dan ketersediaan Gear Sport. Untuk Gear Fit2 Pro, Samsung berencana melepasnya ke pasaran mulai 15 September dengan harga $199, berdasarkan informasi yang diterima oleh The Verge.

Samsung Gear Icon X (2018)

Samsung Gear IconX (2018)

Dibandingkan generasi pertamanya, Gear IconX versi baru ini hampir tidak membawa perubahan sama sekali perihal desain – mungkin ini juga alasan mengapa namanya pun sama. Samsung cuma bilang kalau versi baru ini bakal lebih nyaman dikenakan karena berbobot lebih ringan di angka 8 gram per earpiece, dan pilihan warnanya sekarang ada tiga.

Pembaruan terbesar yang diusungnya adalah integrasi asisten virtual Bixby, sama seperti yang dibawa oleh headphone U Flex. Kapasitas penyimpanan sebesar 4 GB memungkinkan pengguna untuk menyimpan koleksi musiknya langsung di earphone, yang berarti Anda benar-benar tidak membutuhkan perangkat lain ketika berolahraga.

Samsung Gear IconX (2018)

Bicara soal olahraga, Gear IconX generasi kedua ini turut dilengkapi fitur tracking otomatis serta mode Running Coach yang akan memberikan panduan audio selagi pengguna berlari. Baterainya diestimasikan bisa bertahan selama 7 jam, atau 5 jam kalau dipakai streamingcasing-nya bisa memberikan daya ekstra setara satu kali charge penuh.

Samsung sejauh ini belum merincikan harganya, namun saya kira tidak akan jauh dari pendahulunya mengingat pembaruannya tergolong minor.

Sumber: Samsung.

Fitbit Resmikan Smartwatch Kedua Mereka, Ionic

Setelah lama dirumorkan, Fitbit akhirnya resmi mengungkap smartwatch terbarunya. Bukan, ini memang bukan smartwatch perdana Fitbit, tapi yang pertama sejak mereka mengakuisisi Pebble dan Vector Watch, sehingga wajar apabila ekspektasi konsumen terbilang tinggi.

Jam tangan bernama Fitbit Ionic ini perlu melakukan banyak pembuktian, terutama dari segi desain, mengingat Blaze bukanlah smartwatch teranggun yang ada di pasaran. Ionic mencoba menjawab keraguan kita tersebut dengan desain unibody berbahan aluminium yang tak hanya kelihatan elegan, tapi juga fungsional dengan merangkap sebagai antena Bluetooth dan GPS, yang pada akhirnya berdampak pada penerimaan sinyal yang lebih baik.

Fitbit Ionic

Fitbit juga telah merancang Ionic agar tahan air sampai kedalaman 50 meter, yang berarti ia siap memonitor aktivitas berenang pengguna. Di belakang, sensor laju jantungnya tertanam rapi tanpa ada tonjolan sama sekali, membuatnya jauh lebih nyaman untuk dikenakan berlama-lama – krusial mengingat daya tahan baterainya bisa mencapai 4 hari, atau 10 jam saja kalau GPS-nya diaktifkan terus.

Masih seputar desain, Ionic turut dibekali layar sentuh yang cukup istimewa. Layar berukuran 1,42 inci dengan resolusi 348 x 250 pixel ini punya permukaan yang sedikit melengkung, akan tetapi bagian terbaiknya adalah, tingkat kecerahannya mencapai angka 1.000 nit. Ini penting mengingat ia bakal sering dipakai di luar ruangan, dimana terik matahari seringkali membuat layar jadi sulit terbaca.

Fitbit Ionic

Soal performa, Ionic mengemas segala kebaikan fitness tracker Fitbit – termasuk kemampuan untuk mendeteksi aktivitas seperti berlari secara otomatis – plus sejumlah kapabilitas baru. Yang pertama adalah sensor SpO2 relatif untuk mengestimasikan kadar oksigen dalam darah, yang ke depannya bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi kondisi macam sleep apnea, alias gangguan tidur akibat kesulitan bernafas.

Kedua, Ionic merupakan perangkat pertama yang terintegrasi oleh layanan contactless payment Fitbit Pay, yang diinisiasikan setelah Fitbit mengakuisisi Coin tahun lalu. Terakhir, mengingat Ionic menjalankan sistem operasi baru, ia juga menjadi yang pertama mengusung Fitbit App Gallery, yang tidak lain dari app store untuk aplikasi pihak ketiga.

Fitbit Ionic

Fitbit Ionic dijadwalkan tersedia di pasaran mulai Oktober mendatang seharga $300. Strap tambahan bisa dibeli seharga $30, atau $60 untuk varian kulit. Di samping itu, Fitbit juga berniat memasarkan edisi khusus Ionic hasil kolaborasinya dengan Adidas mulai tahun depan.

Sumber: Fitbit.

[Rumor] Gear Sport Berpeluang Untuk Jadi Wearable Terunik Buatan Samsung

Samsung bukan lagi pemain baru di segmen wearable. Keluarga Gear yang pertama kali diperkenalkan di bulan September 2013 sebagai spin-off telah melahirkan banyak smartwatch dan berekspansi dengan menciptakan smart neck band, headset VR, earphone hingga kamera 360 derajat. Kini konsumen sedang menunggu pengumuman resmi dari smartwatch anyar mereka.

Menariknya, ada kemungkinan bahwa ‘Gear S4‘ bukanlah satu-satunya perangkat wearable yang sedang digarap raksasa elektronik asal Korea Selatan itu. Di bulan Agustus ini, sebuah device dengan nomor seri SM-R600 tercatat masuk di database  FCC (Federal Communications Commission). Kemunculannya disertai ilustrasi dan nama ‘Samsung Gear Sport’. Ia dideskripsikan sebagai ‘perangkat pergelangan tangan’ yang memiliki konektivitas Bluetooth dan Wi-Fi.

Samsung Gear Sport

Berdasarkan gambar tersebut, Gear Sport mempunyai tubuh kotak membulat, dan boleh jadi merupakan perangkat yang sempat Samsung bahas di survei SmartLab Plus awal tahun ini. Jika memang benar, maka lewat Gear Sport, Samsung mencoba memadukan teknologi tracking dan penampilan stylish familier ala smartwatch Gear. Dengan begini, Anda bisa mengenakannya baik saat meeting serta sewaktu berolahraga di gym.

Produsen bilang, Gear Sport memiliki ukuran tubuh dan strap lebih kecil dibanding Gear S3 serta Gear Fit 2, dengan watch face bundar. Ia didesain agar memberikan kenyamanan maksimal, mengusung tubuh berstruktur modular, serta tahan air ke titik dapat dipakai berenang agar fungsi fitness tracker-nya bekerja sempurna. Konsep modular memang terdengar menjanjikan, tapi belum diketahui sampai sejauh mana kustomisasi dapat dilakukan.

Survei SmartLab Plus juga menyingkap bagaimana sisi software turut menjadi perhatian utama Samsung. Fungsi Gear Sport kabarnya difokuskan untuk memudahkan kita mengelola kalori dan berat badan, melacak aktivitas, menakar kualitas olahraga, serta dibekali pula oleh fitur pelatihan. Selanjutnya, Gear Sport turut dibekali user interface baru. Samsung mendesainnya agar notifikasi serta widget lebih mudah dibaca.

Produsen tampaknya punya agenda buat membekali Gear Sport dengan fitur Smart Inactivity yang ada di device wearable Samsung sebelumnya. Smart Inactivity memberikan kemampuan bagi perangkat untuk mengingatkan pengguna saat sudah waktunya mereka buat beristirahat sejenak dari pekerjaan dan menggerakkan tubuh.

Waktu rilis Gear Sport masih belum diketahui jelas. Menurut Digital Trends, waktu pengajuan di FCC mengindikasikan bahwa pengumuman resmi perangkat ini akan dilakukan di waktu dekat. Ada probabilitas cukup besar Samsung berencana mengungkapnya di IFA Berlin 2017 yang dilangsungkan pada tanggal 1 sampai 6 September besok.

Via Forbes.

Honor Band A3 Ramaikan Pasar Fitness Tracker Kelas Entry

Honor Band A2 dari Huawei merupakan salah satu fitness tracker termurah yang menawarkan fitur cukup lengkap, namun sayang ia hanya tersedia di Tiongkok saja. Untuk pasar lain, khususnya negara-negara Eropa, Huawei rupanya sudah menyiapkan perangkat lain yang lebih oke, yakni Honor Band 3.

Desainnya sepintas mungkin tampak mirip dengan Band A2, akan tetapi sejatinya Band 3 kelihatan lebih stylish layar melengkung dan sambungan strap yang seamless. Satu hal yang amat disayangkan, strap-nya yang berbahan polyurethane fleksibel ini hanya tersedia dalam tiga warna saja.

Layarnya ini menggunakan panel PMOLED 0,19 inci monokrom dengan resolusi 128 x 32 pixel. Di bawahnya, terdapat satu tombol untuk menavigasikan perangkat. Ketahanan airnya juga lebih istimewa dibanding Band A2, dimana ia siap Anda ajak menyelam sampai kedalaman 50 meter.

Honor Band 3

Fungsi tracking-nya sendiri terbilang standar, mencakup tracking langkah kaki, sleep tracking, maupun PPG cardio tachometer untuk memonitor laju jantung secara konstan. Ia pun kompatibel dengan perangkat Android maupun iOS.

Yang jauh lebih istimewa lagi adalah daya tahan baterainya, yang diklaim mampu mencapai 30 hari (atau 10 hari jika heart-rate monitor-nya terus aktif). Jadwal pemasarannya belum diketahui, tapi harganya akan dibanderol di angka €69, atau sekitar Rp 1,05 juta – hampir tiga kali lebih mahal daripada Band A2.

Sumber: Wareable dan PhoneArena.

Activity Tracker Polar A370 Dilengkapi Fitur Heart-Rate Monitoring Secara Konstan

Polar belum lama ini kembali meluncurkan activity tracker yang cukup menarik. Polar A370 merupakan suksesor A360 yang dirilis hampir dua tahun silam. Perubahan yang dibawa memang tidak banyak, akan tetapi cukup signifikan dan esensial.

Secara desain A370 cukup identik dengan pendahulunya: tebal bodinya masih 13,5 mm, dengan bobot berkisar 31 – 37 gram, tergantung ukuran yang dipilih konsumen (M/L). Layar sentuhnya sendiri juga tidak berubah, masih berukuran 13 x 27 mm, dengan resolusi 80 x 160 pixel, dan secara keseluruhan perangkat tahan air hingga kedalaman 30 meter. Na

Yang berubah adalah kapabilitas A370 dalam memonitor laju jantung pengguna. Kali ini fitur heart-rate monitoring tersebut akan bekerja secara konstan selama 24 jam, tidak seperti dulu yang hanya akan aktif saat pengguna beraktivitas. Hasilnya tentu saja adalah data yang lebih komprehensif.

Tidak seperti pendahulunya, Polar A370 bisa memanfaatkan GPS milik ponsel untuk memonitor kecepatan, jarak dan rute / Polar
Tidak seperti pendahulunya, Polar A370 bisa memanfaatkan GPS milik ponsel untuk memonitor kecepatan, jarak dan rute / Polar

Masih seputar tracking, A370 juga siap memanfaatkan GPS milik ponsel untuk memonitor kecepatan, jarak sekaligus rute – A360 sama sekali tak bisa melakukan ini. Baru juga untuk A370 adalah fitur Polar Sleep Plus yang akan memonitor timing, jumlah dan kualitas tidur pengguna, sekaligus mendeteksi secara otomatis ketika kegiatan tidurnya terganggu.

Selebihnya, A370 sama persis seperti A360. Jelas sekali ia ditujukan buat konsumen baru, bukan sebagai opsi upgrade untuk pengguna A360. Mengenai daya tahan baterai, A370 bisa beroperasi sampai 4 hari dalam posisi heart-rate monitoring konstannya aktif.

Pre-order untuk A370 saat ini sudah dibuka di situs Polar dengan harga mulai $179.

Sumber: Polar.

Huawei Luncurkan Honor Band A2, Tetap Murah Meski Peningkatannya Signifikan

Anak perusahaan Huawei, Honor, kembali memperkenalkan fitness tracker yang sangat menarik. Menarik karena fiturnya begitu lengkap meski harganya sangatlah terjangkau – cuma 199 yuan, tidak sampai 400 ribu rupiah.

Dijuluki Honor Band A2, ia merupakan suksesor Honor Band A1 yang dirilis tahun lalu. Desainnya kurang lebih sama, dengan pilihan strap dalam berbagai warna dan motif, serta ketahanan air dengan sertifikasi IP67.

Honor Band A2 mengemas layar sentuh OLED dan sensor laju jantung, tapi harganya cuma naik dua kali lipat dibanding pendahulunya / Huawei
Honor Band A2 mengemas layar sentuh OLED dan sensor laju jantung, tapi harganya cuma naik dua kali lipat dibanding pendahulunya / Huawei

Perubahan terbesarnya, A2 kini mengemas sebuah layar sentuh OLED berukuran 0,96 inci. Kehadiran layar ini tentu saja bakal mempermudah pengguna memantau data yang dimonitor secara real-time.

Namun Huawei rupanya masih belum cukup puas. Mereka juga menyematkan sensor laju jantung pada A2 yang dapat bekerja secara konstan. Secara keseluruhan, perangkat menawarkan fungsi fitness tracking dan sleep tracking, dan yang spesifik seperti untuk memonitor aktivitas bersepeda pun juga tersedia.

Honor Band A2 tahan air dengan sertifikasi IP67 – pendahulunya cuma IP57 / Huawei
Honor Band A2 tahan air dengan sertifikasi IP67 – pendahulunya cuma IP57 / Huawei

Berbekal Bluetooth 4.2, A2 kompatibel dengan perangkat Android maupun iOS, serta bisa dijadikan penerus notifikasi panggilan telpon maupun pesan masuk. Baterai berkapasitas 95 mAh miliknya diyakini sanggup bertahan hingga 9 hari pemakaian.

Jadi, Rp 400 ribu untuk semua fitur di atas tentu saja terdengar sangat menggiurkan. Sayang Anda harus mampir ke Tiongkok untuk bisa membelinya, dan sejauh ini belum ada informasi apakah Huawei berencana memboyongnya ke negara lain.

Sumber: FoneArena.

Tak Hanya Fitness Tracking, Earphone Bragi Dash Pro Bisa Menerjemahkan Secara Real-Time

Layaknya Pebble yang memelopori pasar smartwatch via Kickstarter, Bragi juga mengambil jalur crowdfunding yang sama untuk produk mereka yang mengawali segmen earphone yang benar-benar wireless – yang kini ‘dijajah’ oleh nama-nama besar seperti Apple AirPods atau Samsung Gear IconX.

Produk yang saya maksud adalah Bragi Dash, gadget ambisius yang sangat berpotensi, tapi pada akhirnya konsumen dibuat kecewa karena masalah yang begitu fatal, yakni koneksi yang kerap mengalami kendala. Tiga tahun sejak pertama mengungkap Dash di Kickstarter, Bragi sekarang sudah siap dengan penggantinya yang lebih sempurna dari segala aspek.

Desainnya sama, tapi hampir semua kendalanya sekarang sudah dibenahi / Bragi
Desainnya sama, tapi hampir semua kendalanya sekarang sudah dibenahi / Bragi

Bragi Dash Pro, demikian nama suksesor yang tak kalah ambisius ini. Meski desainnya hampir identik, ia diklaim bisa mengatasi semua problem yang pendahulunya jumpai, terutama masalah koneksi Bluetooth ke smartphone yang seringkali putus secara tiba-tiba. Baterainya pun juga lebih awet, bisa bertahan sampai lima jam nonstop.

Perbaikan pada aspek konektivitas ini sebenarnya sudah Bragi tunjukkan saat memperkenalkan produk keduanya, yakni The Headphone. Namun mengingat ini merupakan suksesor Dash, fitur fitness tracking harus tetap ada sebagai pembeda terhadap The Headphone.

Malahan, Bragi juga telah menyempurnakan fitur tracking tersebut supaya bisa berjalan secara otomatis. Sederhananya, Dash Pro tahu kapan Anda berjalan, berlari atau malah berenang. Selama beraktivitas, Anda juga akan terus dimotivasi oleh sang pelatih virtual.

Dash Pro turut memperkenalkan Bragi OS 3.0 yang merupakan versi terbaru. Salah satu fitur anyar yang paling menarik adalah kemampuan Dash Pro untuk menerjemahkan bahasa secara real-time, dengan bantuan aplikasi smartphone iTranslate.

Cara kerjanya pun simpel: minta lawan bicara Anda untuk berbicara di dekat mikrofon ponsel, maka iTranslate akan mengirimkan hasil terjemahannya ke Dash Pro. Sebaliknya, Anda juga bisa berbicara dalam bahasa Anda, lalu iTranslate akan menampilkan hasil terjemahannya di ponsel. Baik Bragi OS 3.0 maupun fitur real-time translation ini juga bakal tersedia untuk Bragi Dash orisinil.

Bragi Dash Pro saat ini telah dipasarkan seharga $329, tapi baru di Amerika Serikat dan Kanada saja. Bragi juga menawarkan varian lain Dash Pro seharga $499, dengan desain custom yang mengikuti bentuk telinga pengguna, yang berarti Anda harus lebih dulu membuat janji dengan seorang audiologis guna membuat cetakan bentuk telinga Anda.

Sumber: The Verge.

Acer Luncurkan Smartwatch Baru dengan Fitur Gamification yang Cukup Unik

Sudah hampir dua tahun sejak Acer terakhir merilis fitness tracker. Kini pabrikan asal Taiwan tersebut sudah siap untuk meramaikan kembali pasar perangkat wearable dengan sebuah smartwatch bernama Acer Leap Ware.

Leap Ware sepintas kelihatan seperti smartwatch Android Wear, tapi kenyataannya bukan. Pun begitu, Leap Ware tetap kompatibel dengan perangkat Android maupun iOS, hanya saja Anda harus mengandalkan bantuan aplikasi pendamping Liquid Life.

Acer mempercayakan chipset MediaTek MT2523 sebagai penopang kinerjanya, plus sebuah chip khusus dengan kemampuan bio-sensing. Didukung oleh deretan sensor, Leap Ware siap memonitor beragam metrik, mulai dari stamina, laju jantung, kadar stres sampai eksposur sinar ultraviolet.

Semua ini dikemas dalam case berdiameter 42 mm, dengan layar sentuh 1,6 inci yang dilapisi kaca Gorila Glass SR+. Sertifikasi ketahanan air IPX7 tidak lupa diusung, dan strap-nya kompatibel dengan strap arloji apapun asalkan ukurannya 20 mm.

Perpaduan sejumlah sensor dan chip bio-sensing dari MediaTek memungkinkan Leap Ware untuk memonitor beragam aktivitas fisik / Acer
Perpaduan sejumlah sensor dan chip bio-sensing dari MediaTek memungkinkan Leap Ware untuk memonitor beragam aktivitas fisik / Acer

Acer memang bukan nama pertama yang muncul ketika Anda membicarakan soal fitness tracker. Acer sadar betul akan hal itu, lalu bagaimana caranya mereka bisa menarik minat konsumen? Gamification jawabannya.

Pengguna Leap Ware nantinya dapat memperoleh insentif berupa Power Coins setelah menyelesaikan sejumlah target. Power Coins ini bukan sekadar medali digital saja, tapi Acer bilang pengguna nantinya juga bisa menukarkannya dengan sejumlah hadiah maupun diskon pada Liquid Life Market.

Acer Leap Ware bakal dipasarkan di AS terlebih dulu mulai Juli mendatang seharga $139. Baterainya diyakini mampu bertahan selama tiga sampai lima hari dalam satu kali charge.

Sumber: Wareable dan PR Newswire.