Platform Transaksi Aset Kripto Luno Perkenalkan Jay Jayawijayaningtiyas Sebagai Country Manager

Platform yang memfasilitasi transaksi aset kripto bagi masyarakat di Indonesia, Luno, mengumumkan pergantian kepemimpinan di Indonesia. Posisi Country Manager Luno Indonesia kini dijabat Jay Jayawijayaningtiyas. Kepada DailySocial, Jay menyebutkan beberapa alasan mengapa akhirnya dirinya memilih memimpin Luno dan meninggalkan posisi sebelumnya sebagai CEO Ahlijasa.

“Setelah 4 tahun membangun Ahlijasa, tentunya bukan keputusan mudah untuk berpindah ke project baru. Tetapi sebenarnya bitcoin, cryptocurrency, dan blockchain adalah passion saya sejak lama bahkan sejak jauh sebelum mendirikan Ahlijasa.”

“Saya sudah aktif di dunia mining dan trading Bitcoin sejak 2014. There is no doubt that cryptocurrency is the future, dan saya merasa visi Luno ‘to upgrade the world to a better financial system’ sejalan dengan visi saya secara pribadi. Saya percaya cryptocurrency akan memberikan dampak yang besar di Indonesia within the next few years.

Memperluas edukasi

Sebagai platform yang fokus pada layanan transaksi dan edukasi aset kripto, Luno mengandalkan tiga produk utama, yakni Luno Wallet, Luno Exchange dan Luno Enterprise. Di bawah kepemimpinannya, Jay memiliki beberapa target yang ingin dicapai, salah satunya mendengarkan respon dari pelanggan, apa saja pain point yang masih kerap dihadapi.

“Sejauh ini salah satu pain point terbesar adalah masalah edukasi. Banyak masyarakat yang masih belum tahu kalau Bitcoin sekarang sudah legal untuk diperjualbelikan sebagai komoditi.

Secara global saat ini Luno telah memiliki lebih dari 3 juta pelanggan. Indonesia adalah salah satu pasar terbesar dengan lebih dari 400 ribu pelanggan.

Menurut survei TNS pada Juni 2018 disebutkan sebanyak 63% masyarakat di Indonesia telah mengetahui apa itu aset kripto, bitcoin, dan sejenisnya. Namun faktanya hingga kini masih sedikit jumlah orang yang tertarik untuk berinvestasi di bitcoin.

“Masih banyak masyarakat yang belum yakin akan keamanan atau legalitas dari bitcoin di Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara yang paling maju dalam aturan aset kripto, dalam hal ini kami memberikan apresiasi kepada Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi) yang sangat progresif dalam mengatur aset kripto,” kata Jay.

Target 2020

Secara global, Luno beroperasi di Eropa, Asia Tenggara, dan Afrika, dan memiliki lebih dari tiga juta pengguna (dompet). Perusahaan saat ini memiliki kantor pusat di London dengan hub regional di Singapura dan Johannesburg dengan jumlah tim lebih dari 290 orang.

Memasuki tahun 2020, ada beberapa target yang ingin dicapai oleh Luno, salah satunya adalah menjadi market leader untuk aset kripto di Indonesia.

“Kami mendapatkan dukungan kuat dari investor lokal kami [Venturra Capital], dan profil tim kami pun sangat kuat di Indonesia, so anything is possible for us,” tutup Jay.

Application Information Will Show Up Here

Ahlijasa Peroleh Seed Funding dari Sejumlah Investor

Ahlijasa salah satu startup on-demand untuk bidang jasa di Indonesia mengumumkan telah berhasil mengamankan pendanaan seed funding. Jumlah investasi tidak disebutkan, sedangkan investor yang terlibat di antaranya Indogen Capital, Fenox VC dan 500 Startups.

Sebelumnya di tahun 2016 Ahlijasa sudah mendapatkan pendanaan pre-seed dari angel investor berbasis di Singapura. Pendanaan kali ini membuka peluang Ahlijasa untuk semakin mengakselerasi bisnisnya dengan rencana-rencana strategis.

Indogen Capital, salah satu venture capital yang berbasis di Jakarta yang terlibat dalam putaran pendanaan kali ini percaya bahwa Ahlijasa memiliki potensi yang besar dan bisa menjadi pemimpin pasar di sektor on demand jasa. Managing Partner Indogen Capital Chandra Firmanto menjelaskan bahwa pihaknya selaku investor melihat tim pendiri Ahlijasa memiliki kemampuan untuk membawa Ahlijasa menjadi salah satu pemimpin di ekosistem yang ada.

“Kami juga dapat membantu mereka untuk lebih meningkatkan sistem mereka,” lanjut Chandra.

Sementara itu Fenox VC yang juga terlibat dalam akselerasi bisnis Ahlijasa (Ahlijasa menjadi salah satu angkatan pertama GnB Accelerator Program yang didukung Fenox VC) melalui CEO mereka Anis Uzzaman mengatakan bahwa pihaknya sangat percaya bahwa Ahlijasa akan segera bisa menjadi pemimpin pasar. Ahlijasa disebut telah memulai perjalanannya dengan industri kunci dan akan dapat mengembangkan ke berbagai industri yang berbeda dengan pendanaan kali ini.

Peningkatan layanan

Ahlijasa pertama kali diluncurkan pada September tahun 2015. Kala itu mereka mengusung tiga buah layanan utama, yakni laundry, servis AC dan home cleaning. Sejak akhir tahun 2016 Ahlijasa mulai fokus pada layanan laundry. Mereka menawarkan layanan penjemputan dan pengiriman langsung ke pelanggan. Pelanggan dapat memasukkan sebanyak mungkin pakaian mereka di tas laundry yang terstandardisasi dan membayar biaya tetap Rp49.000 per kantong.

Dengan dana yang didapatkan dalam putaran ini rencananya akan digunakan untuk memperbaiki layanan mereka untuk terus meningkatkan kualitas layanan. CEO Ahlijasa Jay Jayawijayaningtyas mengungkapkan:

“Kami ingin meningkatkan penawaran produk kami dan memperkenalkan layanan kami ke lebih banyak pelanggan di daerah sekitar Jakarta sebelum kita berekspansi ke kota lain di Indonesia.”

Selain itu Jay juga mengungkapkan pihaknya berencana akan menambah tim khususnya untuk tim teknologi. Sejak lulus dari program GnB Accelerator Program Ahlijasa disebut berhasil meningkatkan tiga kali lipat pengguna mereka. Sekarang Ahlijasa sudah bisa dinikmati di Jabodetabek dan sudah tersedia untuk aplikasi berbasis iOS.

Application Information Will Show Up Here

Bekraf Perlebar Panggung Skala Global untuk Startup Luar Jakarta

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menunjukkan komitmennya untuk memberi panggung kepada startup di luar Jakarta lewat kompetisi taraf internasional. Dengan diberikannya akses tersebut, diharapkan startup lokal dapat memperlebar potensi yang dimilikinya lewat kemitraan dari luar negeri atau mendapat pendanaan segar dari investor.

Ada sejumlah kompetisi startup internasional yang secara spesifik dilirik oleh Bekraf, yakni Startup Istanbul dan Startup World Cup. Bekraf memberi fasilitas untuk kedua kompetisi tersebut supaya dapat dihadiri oleh startup dari berbagai daerah, tak hanya dari Jakarta.

Menurut Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo, yang terpenting dari suatu kompetisi bukanlah masalah menang atau tidaknya suatu startup dari kompetisi, melainkan pengalaman yang didapat. Lewat kompetisi internasional, startup dapat “berjualan” dengan membuka hubungan baru dengan rekan atau investor.

“Bekraf ingin membentuk platform yang memudahkan para talenta lokal ke radar internasional. Sebab berbicara mengenai sumber dana, di Indonesia masih kurang sumbernya. Selain itu, keikutsertaan kami termasuk dalam rangka menunjukkan pada investor asing bahwa berinvestasi startup Indonesia sangat prospektif,” katanya, Kamis (13/4).

Bekraf berkomitmen untuk bergerilya lebih jauh mencari potensi startup lokal dari luar Jakarta agar dapat dibawa ke kancah internasional. Salah satu partner Bekraf adalah Fenox VC, yang merupakan penyelenggara kompetisi Startup World Cup (SWC).

Menurut Fadjar, saat mencari kandidat peserta untuk SWC 2017 pihaknya hanya memiliki waktu enam hari untuk mengelilingi enam kota. Dengan waktu yang cukup singkat tersebut, pihaknya tidak bisa mendalami lebih jauh potensi startup lokal.

“Untuk menjaring kandidat startup SWC 2018, kami ingin lebih intensif lagi menjaring talentanya.”

SEA Regional Manager Fenox VC Retno Dewati mengamini ucapan Fadjar. Dia mengatakan pihaknya akan terus mengadakan SWC menjadi acara tahunan. Kompetisi ini akan membuka kesempatan bagi startup untuk saling belajar dari satu sama lain, mendapat kenalan baru, dan merasakan kompetisi di tingkat internasional.

“Fenox akan berkomitmen terus mengadakan SWC tiap tahun. Awal mula kami adakan SWC karena sebagai perusahaan global, kami merasa perlu membuat platform untuk menjembatani startup dengan investor atau pelaku lainnya, agar dapat belajar satu sama lain,” kata Retno.

Ahlijasa sebagai pemenang ke-3 SWC 2017

Sekedar informasi, perhelatan ajang SWC 2017 telah berakhir pada 24 Maret 2017 di San Francisco. Dari ajang tersebut, Ahlijasa terpilih sebagai pemenang ke-3 menyingkirkan 12 startup lainnya dari berbagai negara. Juara 1 ditempati startup dari Jepang, sementara juara 2 diraih startup dari Inggris.

“Kemenangan Ahlijasa cukup menggembirakan. Meski mereka adalah startup laundry, Ahlijasa mampu membuktikan bahwa solusi yang diberikan startup itu memang seharusnya dibangun dari permasalahan. Malah, model bisnis Ahlijasa dikatakan bisa diterapkan untuk negara lain,” terang Fadjar.

Founder Ahlijasa Jay Jayawijayaningtyas menambahkan, “Startup Indonesia sangat penting untuk bisa tampil di level global bertemu dengan startup dari berbagai negara. Pengaruh SWC bagi Indonesia yaitu membuka mata dunia tentang potensi Indonesia sehingga investor tertarik berinvestasi di Indonesia.”

Application Information Will Show Up Here

Bekraf Kirim Ahlijasa dan Lima Startup Lainnya ke Ajang Startup World Cup 2017

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) siap mengirimkan satu startup sebagai delegasi Indonesia untuk bersaing di Grand Final Startup World Cup (SWC) 2017 dan lima startup lainnya untuk menghadiri konferensi SWC 2017.

SWC diadakan oleh Fenox Venture Capital, merupakan acara kompetisi sekaligus konferensi internasional yang mempertemukan startup, venture capital, pengusaha, sekaligus CEO teknologi global di Silicon Valley, Amerika Serikat pada 24 Maret 2017.

Ahlijasa adalah finalis Indonesia yang berkompetisi di Grand Final SWC 2017, bersama dengan 15 startup lainnya dari 12 negara di antaranya Afrika Selatan, Amerika Serikat, Australia, Chili, dan lainnya. Ahlijasa terplih menjadi finalis setelah menjuarai kompetisi SWC Indonesia yang telah diselenggarakan pada 23 Agustus 2016.

Lima startup lainnya, yakni Talenta, Qlue, Paprika, Azzam Trade, dan Ojesy untuk menghadiri konferensi SWC 2017. Keenam startup tersebut akan tiba di San Francisco pada 19 Maret 2017, kemudian mengunjungi beberapa perusahaan teknologi global, di antaranya Plug and Play Tech Center, Microsoft, Google, Apple, Facebook, dan Amazon.

Selama acara, mereka berkesempatan mengikuti diskusi yang dihadiri oleh Steve Wozniak (Co-Founder Apple), Daymond John (Shark Tank dan Founder & CEO FUBU), Alexis Ohanian (General Partner Initialized Capital), Phil Libin (Co-Founder Evernote), dan lainnya.

Jadi ajang pembelajaran sekaligus buka peluang investasi

Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo menjelaskan ajang ini menjadi langkah startup Indonesia untuk belajar langsung dari para pemimpin perusahaan teknologi skala global untuk dapat diimplementasikan ke bisnis masing-masing. Mereka juga dapat membuka peluang koneksi dengan berbagai pelaku, entah untuk mencari mentor, berkolaborasi bisnis, atau membuka potensi penggalangan dana.

“Enam startup Indonesia ini berpeluang terjaring pada komunitas startup internasional. Mereka berkesempatan belajar dari ahli industri dunia, bertemu dengan lebih dari 200 investor global, lebih dari 300 eksekutif perusahaan besar, serta menjalin network dengan lebih dari 500 startup global,” kata Fadjar, Kamis (2/3).

SWC, lanjut Fadjar, adalah salah satu dari tiga pokok fokus kegiatan Bekraf sepanjang tahun lalu hingga kini. Bekraf ingin memperbanyak pertemuan antara startup lokal dengan para pemain dari kancah global dan dalam negeri, sebagai upaya membuka peluang kerja sama dan investasi.

Wakil Kepala Bekraf Ricky J Pesik menambahkan, bagi Bekraf acara seperti SWC menjadi upaya untuk berjualan demi membuka peluang investasi. Startup digital memiliki nilai bisnis dengan taksiran valuasi yang berkali-kali lebih besar daripada bisnis konvensional, padahal awalnya hanya berupa ide.

Hal ini terjadi karena startup menjual user based dan proyeksi nilai yang bisa mereka dapatkan lewat investasi yang didapat dari investor. Apalagi dengan user based di Indonesia sebagai salah satu negara berpopulasi terbesar di dunia, menjadikan Indonesia sangat seksi untuk dijadikan lahan bisnis.

“Bagi kami [Bekraf] dengan mengirimkan startup ke luar, mereka bisa jadi duta investasi karena menjual potensi startup Indonesia dengan user based-nya yang sangat besar. Kami ingin dorong startup sebagai pendorong investasi dari luar masuk ke sini, jadi tidak hanya dorong investor bangun pabrik saja. Makanya kami expose mereka ke investor global,” ucap Ricky.

Founder Ahlijasa Jay Jayawijayaningtyas mengatakan pihaknya percaya diri bisa memenangkan kompetisi ini. Pasalnya, Ahlijasa adalah startup on-demand dengan mengedepankan layanan jasa. On-demand merupakan segmen bisnis yang diperlukan dan membutuhkan oleh banyak orang dalam kehidupan sehari-hari.

We are pretty confident akan memenangkan kompetisi ini, sebab bisnis kami adalah on-demand service yang dapat membantu banyak hajat hidup banyak orang. Sama halnya dengan Uber yang juga merupakan startup on-demand. Berangkat dari segmen yang sama, kini Uber telah menjelma jadi perusahaan global yang telah membantu banyak orang,” ucap Jay.

Ahlijasa Jadi Pemenang Regional Startup World Cup Indonesia 2016

Fenox Venture Capital dan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF) memilih Ahlijasa sebagai pemenang regional dalam kontes Startup World Cup (SWC) Indonesia, semalam (23/8). Ahlijasa akan menjadi wakil Indonesia sekaligus Asia Tenggara untuk maju dalam kompetisi SWC babak akhir di Silicon Valley pada Maret 2017.

Di sana, Ahlijasa akan bertarung dengan startup dari berbagai negara seperti India, Cina, Jepang, Taiwan, Israel, Australia, Inggris, Republik Ceko, Luxembourg, Afrika Selatan, Amerika Selatan (Chili), dan Amerika Utara. Dalam kesempatan ini, sekaligus membuat Ahlijasa berkesempatan untuk memenangkan hadiah utama beruap uang sebesar $1 juta atau sekitar 13 miliar Rupiah berbentuk investasi dan hadiah lainnya.

Semalam, Ahlijasa merupakan kontestan terakhir yang melakukan presentasi di hadapan ratusan penonton dan lima juri terpilih. Mereka adalah Ricky Pesik (Wakil Kepala BEKRAF), Khailee Ng (Managing Partner 500 Startups), Kevin Aluwi (Co-Founder dan CFO Go-Jek), Patrick Walujo (Co-Founder dan Managing Partner Northstar Group), dan Leon Hermann (Associate Global Founders Capital).

Sebelumnya ada sembilan startup terpilih lainnya yang melakukan presentasi. Mereka adalah Taralite (layanan pinjam uang online), Kashmi (alat pembayaran virtual asal Singapura), Talenta (platform pengelola human resource berbasis cloud), Klikdaily (aplikasi penyedia kebutuhan rumah tangga), U-Hop (layanan booking shuttle online asal Filipina), Prosehat (aplikasi kesehatan tanya dokter dan apotek online), Qlue (aplikasi berbasis media sosial), Recomn (startup jasa on demand asal Malaysia), dan Kioson (platform e-commerce O2O untuk kios).

Ahlijasa merupakan aplikasi on-demand untuk jasa laundry yang berdiri sejak awal tahun 2017 yang didirikan oleh Jay Jayawijayaningtyas dan Dimas Wijaya. Sementara ini, Ahlijasa baru bisa melayani pelanggan yang berlokasi di Jakarta, Tangerang Selatan, Bekasi dan Depok. Secara rerata, kebanyakan pengguna Ahlijasa adalah penghuni kos dan apartemen.

[Baca juga: Ahlijasa Umumkan Perolehan Pendanaan dan Kehadiran Aplikasi untuk Android]

Jay menerangkan adanya kesempatan ke Silicon Valley membuat pihaknya harus gencar dalam memperbaiki seluruh operasional perusahaan, mulai dari menambah karyawan, pengembangan aplikasi untuk iOS, memperbaiki sistem penjaminan barang, dan memperluas layanan ke seluruh cakupan daerah Jabodetabek.

“Sistem pelayanan kami masih kurang karena belum bisa bekerja 24 jam secara penuh. Sekarang masih bekerja sesuai slot saja karena pengemudinya baru puluhan. Maka dari itu kami belum bisa melayani seluruh wilayah Jabodetabek. Kami perlu perbaiki seluruh operasional agar nantinya bisa lebih matang dan siap saat berkompetisi di Silicon Valley tahun depan,” ujarnya.

Pemenang Startup Wild Card

Selain Ahlijasa, ada tiga startup asal Indonesia lainnya yang terpilih untuk ikut diboyong Fenox VC dan BEKRAF ke Silicon Valley. Mereka adalah Ojesy (Ojek Syariah, Surabaya), Azzam Trade (partner dagang online untuk grosir pakaian muslim, Bandung), dan Paprika (platform cashback online, Medan).

Ketiga startup tersebut terpilih setelah melewati pitching di hadapan empat juri yang terdiri dari Arya Ariotedjo (Founding Partner Grupara Inc.), Fadjar Hutomo (Deputi II Bidang Akses Permodalan BEKRAF), Jeff Quigley (SEA Regional Manager Fenox VC), dan Anton Soeharyo (CEO Touchten).

Di Silicon Valley, ketiga startup tersebut akan menjadi partisipan untuk meramaikan booth perwakilan Indonesia. Mereka bisa mendapat kesempatan untuk bertemu calon investor dan pitching bisnis.

Dayang Melati, CEO dan Co-Founder Azzam Trade, mengatakan dalam kesempatan tersebut pihaknya akan memanfaatkan sebaik mungkin untuk mendapatkan mitra dagang dari berbagai negara. “Saat ini mitra dagang kami di luar negeri belum banyak. Dengan adanya kesempatan berharga ini kami akan memperbanyak jumlah mitra dagang dari berbagai negara mulai dari supplier, partner hingga re-seller agar Azzam Trade dapat menjangkau seluruh dunia,” terang dia.

Sementara itu, Reza Amir, CEO Ojesy, mengatakan kesempatan ini menjadi peluang bagi Ojesy untuk mendapatkan pendanaan baru dari calon investor yang bisa ditemuinya. Hal ini sekaligus menjadi langkah Ojesy untuk ekspansi demi meraih target 9 juta wanita calon pengguna Ojesy ke depannya.

“Dari riset yang kami kumpulkan, secara potensial ada 9 juta wanita yang butuh perlindungan dari tindak kejahatan lalu lintas di 22 kota besar di Indonesia. Angka itu adalah target kami. Dengan adanya kesempatan di Silicon Valley, kami berharap bisa mendapatkan bantuan dari investor untuk mengakselerasi target tersebut,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

GnB Accelerator Batch Pertama Diumumkan, Enam Startup Siap Jalani Program Akselerasi

Infocom Corporation perusahaan IT asal Jepang dalam upayanya membantu menciptakan ekosistem startup Indonesia yang baik tengah menjalin kerja sama dengan Fenox Venture Capital, perusahaan pemodalan yang berbasis di Silicon Valley, Amerika. Kerja sama keduanya berbentuk program akselerator GnB Accelerator batch pertama yang akan memberikan startup terpilih fasilitas seperti office space di Jakarta dan kesempatan mentorship dengan para startup founder dan corporate executive dari Silicon Valley, Jepang, Indonesia, Singapura dan beberapa negara lain di Asia Tenggara. Dari total 350 startup yang mendaftarkan diri, enam startup yang dinyatakan terpilih.

Program Manajer GnB Accelerator Kentaro Hashimoto menuturkan di akhir program ini para startup akan diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja keras mereka di hadapan investor, venture capital, corporate executive dan media melalui acara Demo Day yang akan digelar pada 19 Agustus mendatang.

“Kami percaya, berbagai fasilitas dan akses yang kami siapkan akan menjadi fondasi bagi para startup founders untuk mengembangkan perusahaan rintisan mereka. Demo day dapat menjadi sarana yang tepat bagi para startup dalam memperoleh investasi dari investor lainnya,” ujar Kentaro.

Enam startup terpilih dan mengikuti program akselerator batch pertama ini adalah Ahlijasa, penyedia layanan jasa laundry, service AC dan jasa pembersihan rumah. Yang kedua adalah KlikDaily, startup yang menawarkan kebutuhan sehari-hari seperti air minum isi ulang dan gas LPG.

Startup terpilih selanjutnya ada LocalBrand Asia. Penyedia layanan omni-channel untuk UMKM dan brand di Asia Tenggara ini menyediakan solusi end to end yang memungkinkan penjualan multichannel secara realtime melalui platform yang telah disediakan.

Selanjutnya ada 4Doctor. Sebuah portal yang ditujukan bagi para dokter untuk mendapatkan informasi terkini tentang industri healthcare dan menghubungkannya langsung dengan perusahaan farmasi di Indonesia.

Startup terpilih berikutnya adalah XWORK. Startup ini merupakan penyedia layanan untuk mencari ruang meeting pribadi di Jakarta. Startup terakhir yang terpilih adalah HipCar. Startup ini menawarkan kemudahan dalam menyewa kendaraan. Sistem yang mereka miliki dapat dilakukan secara otomatis dari pemesanan, penguncian hingga pembukaan pintu kendaraan, semua dapat dilakukan melalui aplikasi.

Saat ini, GnB Accelerator juga tengah membuka pendaftaran untuk batch kedua. Para founder startup kini bias mendaftarkan startup mereka dengan mengisi aplikasi di laman http://www.gnb.ac/ sebelum 30 September 2016.

Ahlijasa Umumkan Perolehan Pendanaan dan Kehadiran Aplikasi untuk Android

Layanan online berbasis servis Ahlijasa mengumumkan perolehan pendanaan pre-seed sebesar 6 digit dalam dollar Amerika Serikat (antara 1 hingga 13 miliar Rupiah) dari angel investor yang berbasis di Singapura. Meski tidak disebutkan namanya, diinformasikan bahwa putaran pendanaan ini dipimpin oleh seorang pengusaha tambang ternama Singapura. Dana akan digunakan untuk mengembangkan produk dan memperkuat pasar di Jabodetabek.

Ahlijasa didirikan oleh Jay Jayawijaningtias dan Made Dimas Astra Wijaya, keduanya bertemu saat sama-sama bekerja di Singapura. Ahlijasa hadir karena pengalaman Jay yang kesulitan mencari layanan laundry yang mau mengambil (dan mengantar) pakaian ke rumah dan bahkan mengalami kehilangan pakaian saat mencuci di laundry kiloan.

Berangkat dari pengalaman tidak nyaman tersebut, Ahlijasa berkembang menjadi layanan laundry on-demand, pembersihan dan servis AC, dan pembersihan rumah. Selain akses melalui desktop, Ahlijasa juga hadir sebagai aplikasi di platform Android.

Berdasarkan timbal balik yang mereka peroleh, mereka mengklaim mendapatkan respon positif dengan 70% pelanggan melakukan repeat order. Setelah ini mereka berencana mencari pendanaan awal (seed round) untuk membantu mereka secara agresif mengembangkan jaringan kemitraan dan menambah jenis layanan. Mereka juga berharap semakin memperkuat pasar di Jabodetabek dengan segera meluncurkan kampanye pemasaran beberapa bulan mendatang.

Ini adalah layanan laundry on-demand ketiga yang kami bahas bulan ini, meskipun Ahlijasa tak hanya sekedar mengurusi laundry, setelah WAZ8 di Medan dan Taptopick yang segera hadir di Jakarta. Dengan kondisi lalu lintas dan kesibukan masyarakat ibukota yang begitu padat, sangat wajar jika service marketplace menjadi salah satu the next big thing tahun ini. Go-Jek sudah memulainya dan kini mulai bermunculan layanan-layanan on-demand di beberapa hal spesifik.