AirAsia Umumkan Rencana Kehadiran Layanan Pesan-Antar Makanan di Indonesia

Bisnis pesan-antar makanan milik Airasia Group, airasia food, segera hadir di Indonesia pada awal tahun depan. Saat ini perusahaan mulai membuka pendaftaran untuk 1.000 mitra kuliner di seluruh Indonesia. Ekspansi ini dimulai pertama kali di Malaysia, kantor pusat AirAsia pada Mei 2020. Selang setahun kemudian, masuk ke Singapura.

Airasia food ini merupakan rangkaian upaya AirAsia Group dalam merambah bisnis digital, setelah airasia ride (ride hailing), airAsia grocer (b2b e-grocery), airasia farm (b2c e-grocery), airasia beauty (e-commerce), airasia health (healthtech), airasia xpress (e-logistics) yang tergabung dalam portofolio di AirAsia Digital, venture arm milik grup yang sebelumnya bernama RedBeat Ventures.

Dalam keterangan resmi, CEO AirAsia Group Tony Fernandes mengatakan perusahaannya dikenal selalu menghadirkan nilai lebih dan biaya rendah bagi pelanggannya. Hal tersebut kembali dibawa untuk airasia food di Indonesia. “Kami akan menawarkan layanan pesan-antar makanan dengan harga termurah dengan nilai terbaik, dan memastikan mitra merchant kami dapat menghasilkan keuntungan dari layanan kami, bukannya malah merugi,” terang dia, Kamis (23/12).

Fernandes melanjutkan, “Selama ini AirAsia selalu berupaya untuk membuat ekosistem yang lebih adil untuk semua dan menawarkan apa yang diinginkan pasar. Itulah yang sudah kami lakukan di industri penerbangan. Oleh karenanya, nantikan ide-ide baru yang akan kami tawarkan melalui petualangan baru kami di dunia kuliner ini.”

Head of E-Commerce airasia Super App Indonesia Arbi Wienandar menambahkan, pada tahap awal kehadiran airasia food di Indonesia, pihaknya ingin mengundang seluruh pelaku usaha kuliner untuk bergabung menjadi merchant dan menikmati penawaran komisi penjualan dengan nilai menarik selama tiga bulan pertama untuk memaksimalkan profit.

“Selain itu, para pelaku usaha yang telah bergabung pada periode ini juga akan mendapatkan kesempatan ekspos lebih awal ke jutaan pengguna airasia Super App di Indonesia saat peluncuran airasia food nantinya, yang akan kami lakukan secara bertahap di berbagai kota dan akan kami umumkan segera,” ucap Arbi.

Lebih lanjut dia menuturkan, pelaku usaha kuliner yang ingin bergabung dapat mengajukan kemitraan dengan mengisi formulir aplikasi mitra merchant yang tersedia. Kemudian, untuk pelaku usaha yang memiliki beberapa merek kuliner, cabang, franchise, atau beroperasi di beberapa lokasi, dapat mengajukan kemitraan berdasarkan entitas pemilik di setiap lokasi.

airasia food akan menyeleksi mitra merchant berdasarkan lokasi dan jenis kuliner dan akan menghubungi lebih lanjut untuk penandatanganan kerja sama, training, dan onboarding.

Industri pesan-antar makanan di Indonesia

Dalam berbagai riset diungkapkan bahwa potensi bisnis pesan-antar makanan di Asia Tenggara begitu menggiurkan. Salah satunya yang diungkapkan oleh Snapcart menyatakan bahwa GrabFood memimpin pasar ini di pasar pertama (Jabodetabek), dan pasar kedua (di Bandung, Surabaya, Medan, Lampung, Purwokerto, Banjarmasin, Samarinda, dan Makassar). Survei ini dilakukan pada Oktober 2021, melibatkan 500 pemilik usaha kuliner dan 570 konsumen pengguna aplikasi pesan-antar makanan.

GrabFood disebutkan menjadi aplikasi yang paling banyak digunakan merchant dengan pendapatan harian rata-rata tertinggi. Dalam riset tersebut menunjukkan bahwa 82% restoran dan toko makanan dan minuman yang menggunakan GrabFood, diikuti GoFood (71%), dan ShopeeFood (28%).

Kemudian, rata-rata penjualan harian merchant dari penggunaan GrabFood sebesar Rp750 ribu, lebih tinggi 13% dibanding menggunakan GoFood sebesar RpRp670 ribu. Riset juga menemukan rata-rata konsumen menggunakan GrabFood enam kali dalam sebulan, sedang GoFood lima kali dalam sebulan. Rata-rata volume pemesanan melalui GrabFood juga lebih tinggi 11% daripada GoFood.

Meski menggiurkan, jalur untuk menuju profitabilitas terbilang sulit dan butuh waktu yang tidak sebentar. Dari kinerja awal airasia food di Singapura, dalam empat bulan sejak peluncuran resminya, baru menangani 100 pesanan setiap harinya.

Menurut Fernandes, hal tersebut wajar karena perusahaan ingin bangun platform-nya secara bertahan, bahkan belum melakukan strategi marketing yang maksimal. “Grab dan foodpanda tidak secara ajaib mendapatkan semua pesanan itu secara langsung, butuh waktu. Jadi pasti, tapi perlahan, kita akan sampai di sana,” kata dia.

Grab juga masih berusaha memperbaiki kinerja keuangannya. Berdasarkan laporan keuangan Grab per kuartal III 2021, pendapatan susut 9% menjadi $157 juta dari realisasi Juli-September 2020 sebesar $172 juta. Adapun kerugian sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) turun lebih dalam sebesar 66% secara tahunan menjadi $212 juta.

Buruknya EBITDA ini disebabkan karena dampak negatif dari penurunan mobilitas, serta peningkatan biaya perusahaan regional karena Grab banyak berinvestasi untuk pengembangan produk dan investasi teknologi di masa depan. Meski demikian, GMV Grab tercatat tumbuh 32% secara tahunan menjadi $4,04 miliar. GMV dari bisnis pengiriman tumbuh 63% menjadi $2,3 miliar, mampu mengimbangi penurunan 30% dari GMV di ride hailing menjadi $529 juta.

Kendati begitu, pendapatan Grab diproyeksi akan membaik pada akhir 2023 dengan pendapatan menjadi $2,5 miliar, namun masih merugi sebesar $648 juta. Menurut S&P, EBITDA Grab akan tetap negatif secara material hingga 2022. Namun, pendapatan bersih berpotensi meningkat 18% secara majemuk setiap tahun hingga 2023. Faktornya dikarenakan meningkatnya jumlah pengguna aktif, normalisasi ekonomi regional dari Covid-19, dan brand awareness terhadap merek Grab.

Application Information Will Show Up Here

Gojek to Focus on Vietnam and Singapore Expansion, Selling Its Thailand Branch to AirAsia

Low-cost carrier AirAsia officially acquired Gojek’s Thai business as a solid step into the digital business. As part of this agreement, Gojek will receive 4.76% of AirAsia’s super app service stake.

As reported by Nikkei Asia, the deal was taken as AirAsia exploring delivery growth in Thailand. Gojek alone wants to shift its regional business focus to Vietnam and Singapore.

According to AirAsia’s disclosure quoted by Nikkei, AirAsia’s super app business is worth $1 billion (around 14 trillion Rupiah), while Thailand’s Gojek is worth $50 million (around 700 billion Rupiah).

AirAsia’s CEO, Tony Fernandes assessed that Gojek’s business in Thailand is well established and can accelerate the company’s efforts to become a super app challenger in the Southeast Asian region.

“Gojek’s services in Thailand will operate until the end of July, while our platform will start operating in August. We ensure that there will be no redundancy from the transition of these two businesses,” Tony said.

Meanwhile, Gojek’s CEO, Kevin Aluwi said that his action to discharge the ride-hailing business in Thailand was a strategic step to reshape its regional business after the merger with Tokopedia to GoTo. He said, Gojek is unable to fully commit to the resources there.

Kevin thought that the business divestment in Thailand would allow Gojek to lead the market in Vietnam and Singapore by increasing its investment portion. He said that his team had been exploring this agreement since two months ago.

“After considering the product development and our team, we decided to prioritize investment in Vietnam and Singapore considering the scale of Gojek’s business in these two countries. We believe we can find the right partner with the resources we have. We remain fully committed to growing Gojek’s market outside Indonesia,” he said.

In this virtually announced deal, both Tony and Kevin mentioned the possibility of a potential joint partnership outside of Thailand, but provide no further details.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Gojek Thailand (@gojekthailand)

A new chapter for super app competition in Southeast Asia

Previously, Tony had stated his intention to compete with Gojek and Grab in the Southeast Asia region through AirAsia Digital or this super app.

AirAsia’s digital services are currently available in Malaysia, consisting of food delivery, grocery, farm goods, and beauty. As a form of expansion, rather than building from scratch, AirAsia acquired Gojek’s existing business which was considered to be well established in Thailand.

In the context of international business, GoTo is quite behind compared to its competitors. Tokopedia is only available in Indonesia, while Gojek’s operation stays in three regional countries, Vietnam, Thailand and Singapore.

In comparison, Grab is available in eight countries and Sea Group (Shopee’s parent) has operations in six Southeast Asian countries. Sea Group even operates in Taiwan and four other countries in South America.

Quoting Momentum Works‘ research, Gojek’s market share in Thailand is far behind Grab in 2020. GrabFood controls 50% of food delivery share in Thailand or worth $2.8 billion, followed by FoodPanda (23%), and LINE MAN (20%). GoFood only earned a 7% share of food delivery there.

The super app market in Thailand is also entering a very competitive phase with the involvement of local conglomerates in this business. Retail giant Central Group injected a $200 million investment into its Thai subsidiary Grab in 2019. While Thailand’s largest conglomerate Charoen Pokphand Group entered the business through its telecommunications subsidiary, TrueID.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Ingin Fokus Ekspansi Regional di Vietnam dan Singapura, Gojek Jual Bisnis di Thailand ke AirAsia

Perusahaan maskapai low-cost carrier AirAsia resmi mencaplok bisnis Gojek di Thailand sebagai langkah solid masuk ke bisnis digital. Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Gojek akan memperoleh 4,76% saham layanan super app AirAsia.

Sebagaimana dilaporkan Nikkei Asia, kesepakatan tersebut diambil karena AirAsia mengincar pertumbuhan delivery di Thailand. Gojek sendiri ingin mengalihkan fokus bisnis regionalnya ke Vietnam dan Singapura.

Menurut keterbukaan AirAsia yang dikutip Nikkei, bisnis super app AirAsia bernilai $1 miliar (sekitar 14 triliun Rupiah), sementara Gojek Thailand bernilai $50 juta (sekitar 700 miliar Rupiah).

CEO AirAsia Tony Fernandes menilai bisnis Gojek di Thailand sudah mapan dan dapat mempercepat upaya perusahaan untuk menjadi super app penantang di kawasan Asia Tenggara.

“Layanan Gojek di Thailand akan beroperasi hingga akhir Juli, sedangkan platform kami mulai beroperasi di Agustus. Kami pastikan tidak akan ada redundancy dari transisi kedua bisnis ini,” ujar Tony.

Sementara CEO Gojek Kevin Aluwi mengatakan, aksinya melepas bisnis ride-hailing di Thailand merupakan langkah strategis untuk membentuk kembali bisnis regionalnya pasca merger dengan Tokopedia menjadi GoTo. Menurutnya, Gojek tidak mampu berkomitmen penuh dengan resource yang dimiliki di sana.

Kevin menilai divestasi bisnis di Thailand akan memungkinkan Gojek untuk memimpin pasar di Vietnam dan Singapura dengan meningkatkan porsi investasinya. Ia mengungkap pihaknya telah melakukan penjajakan kesepakatan ini sejak dua bulan lalu.

“Setelah menimbang dari pengembangan produk dan team yang kami miliki, kami memutuskan untuk memprioritaskan investasi di Vietnam dan Singapura jika melihat skala bisnis Gojek di kedua negara ini. Kami yakin bisa menemukan mitra yang tepat dengan resource yang kami miliki. Kami tetap berkomitmen penuh untuk menumbuhkan pasar Gojek di luar Indonesia,” jelasnya.

Pada kesepakatan yang diumumkan secara virtual ini, baik Tony dan Kevin menyinggung kemungkinan potensi kemitraan bersama selanjutnya di luar Thailand, tapi tidak merincikan detail.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Gojek Thailand (@gojekthailand)

Babak baru pertarungan “super app” di Asia Tenggara

Sebelumnya Tony sempat menyatakan niatnya bersaing dengan Gojek dan Grab di kawasan Asia Tenggara melalui AirAsia Digital atau super app ini.

Layanan digital AirAsia ini secar umum tersedia di Malaysia, terdiri dari pengantaran makanan, grocery, barang-barang dari petani (farm), dan beauty. Sebagai bentuk ekspansi, ketimbang membangun dari nol, AirAsia mencaplok bisnis existing Gojek yang dinilai sudah mapan di Thailand.

Di konteks bisnis internasional, GoTo terbilang cukup tertinggal ketimbang para pesaingnya. Tokopedia hanya beroperasi di Indonesia, sedangkan Gojek baru beroperasi di tiga negara regional, yakni Vietnam, Thailand, dan Singapura.

Sebagai perbandingan, Grab sudah hadir di delapan negara dan Sea Group (induk Shopee) sudah beroperasi di enam negara Asia Tenggara. Sea Group bahkan beroperasi di Taiwan dan empat negara lain di Amerika Selatan.

Mengutip hasil riset Momentum Works, pangsa pasar Gojek di Thailand jauh tertinggal dari Grab di tahun 2020. GrabFood menguasai 50% pangsa food delivery di Thailand atau senilai $2,8 miliar, diikuti FoodPanda (23%), dan LINE MAN (20%). GoFood hanya meraup 7% pangsa pengiriman makanan di sana.

Pasar super app di Thailand juga tengah memasuki babak persaingan yang kuat dengan keterlibatan konglomerat lokal di bisnis ini. Raksasa retail Central Group menyuntik investasi $200 juta ke anak usaha Grab di Thailand pada 2019. Sementara konglomerat terbesar Thailand Charoen Pokphand Group masuk ke bisnis ini melalui anak usahanya di bidang telekomunikasi, TrueID.

Application Information Will Show Up Here