Vivo X30 Bakal Hadir Mengusung Kamera Periskop dengan Kemampuan Zooming Sejauh 60x

Desember ini, Vivo bakal mengungkap smartphone flagship terbarunya, X30 (dan kemungkinan besar X30 Pro). Dari beberapa teaser yang sudah dipublikasikan oleh Vivo sendiri, kita bisa menyimpulkan bahwa X30 bakal berfokus pada kemampuan fotografinya.

Spesifikasi kameranya memang belum dibeberkan secara merinci, akan tetapi Vivo mengklaim kamera milik X30 mampu melakukan zooming hingga sejauh 60x. Saya yakin zooming sejauh itu dapat dicapai dengan memanfaatkan teknik digital ketimbang optical, atau paling tidak menggunakan metode hybrid.

Vivo X30

Singkat cerita, kurang bijak apabila kita berharap banyak dari digital zoom. Yang lebih menarik justru adalah fakta bahwa Vivo akan menyusul mengadopsi tren kamera periskop yang dipopulerkan oleh OPPO. Ya, X30 disebut bakal mengusung kamera telephoto dengan lensa periskop 16-123mm f/1.8-3.0.

Terkait spesifikasi, Vivo memastikan bahwa X30 bakal ditenagai oleh chipset Exynos 980 bikinan Samsung yang sudah mendukung konektivitas 5G. Juga menarik tapi belum dikonfirmasi adalah kabar bahwa X30 dibekali layar AMOLED dengan refresh rate 90 Hz.

Vivo X30

Layarnya ini boleh dibilang merupakan misteri terbesar seputar X30. Dari sejumlah gambar teaser yang dirilis, tidak ada satu pun yang memperlihatkan bagian depannya walau sepintas. Akankah X30 masih mengadopsi notch atau sudah dibekali kamera depan tipe pop-up?

Terakhir, Vivo X30 juga akan menjadi ponsel pertama mereka yang menjalankan JoviOS, skin baru yang akan menggantikan FuntouchOS. Besar kemungkinan basisnya adalah Android 10, dan saya cukup yakin tampilan keseluruhannya bakal berubah drastis jika melihat keputusan Vivo untuk melakukan rebranding.

Sumber: SlashGear dan GSM Arena.

OPPO Resmi Luncurkan ColorOS 7 dengan Seabrek Pembaruan dari Segi Visual, Fungsionalitas dan Performa

Lewat sebuah event di India, OPPO resmi merilis ColorOS 7 untuk pasar internasional. Seperti yang sudah bisa ditebak, ColorOS 7 yang berbasiskan Android 10 ini hadir mengusung seabrek pembaruan, baik dari segi visual, fungsionalitas, maupun performa. OPPO bahkan tidak segan menyebutnya sebagai salah satu update terbesar yang pernah mereka luncurkan.

Dari segi estetika, ColorOS 7 semakin menyempurnakan filosofi Infinite Design lewat tampilan yang terkesan ringan. Ringan yang dimaksud di sini adalah yang bisa membantu menyamankan mata. Jadi kalau dibandingkan dengan versi sebelumnya, palet warna ColorOS 7 akan terasa sedikit lebih pucat, dimaksudkan supaya mata pengguna tidak cepat lelah selama menggunakan perangkat.

OPPO ColorOS 7

Sesuai tema yang diangkat Android 10, Dark Mode menjadi salah satu fitur unggulan ColorOS 7. Istimewanya, OPPO mengklaim Dark Mode pada ColorOS 7 dapat diterapkan di semua aplikasi, bukan cuma aplikasi bawaan sistem saja. Bahkan aplikasi-aplikasi pihak ketiga yang belum di-update pun disebut bisa tampil dalam warna serba gelap di ColorOS 7.

Mengapa Dark Mode begitu penting? Karena selain lebih nyaman di mata selagi perangkat digunakan di malam hari, Dark Mode juga dapat membantu menghemat konsumsi baterai. Kalau menurut klaim OPPO, daya yang dihemat bisa mencapai angka 38%.

OPPO ColorOS 7

Detail-detail kecil pun tidak luput dari perhatian OPPO, seperti misalnya opsi kustomisasi ukuran icon aplikasi. OPPO juga telah merancang customized icon untuk sejumlah aplikasi pihak ketiga yang populer sehingga tampilannya tetap senada dengan tema keseluruhan. Lebih lanjut, OPPO juga telah menggandeng studio produksi audio asal Denmark, Epic Sound, guna merancang beragam sound effect bawaan ColorOS 7.

Dari segi fungsionalitas, ColorOS 7 menghadirkan sejumlah penyempurnaan pada aplikasi kamera. Fitur AI Beautification misalnya, telah diperbarui agar dapat menangkap detail-detail bagian wajah dengan lebih baik, sekaligus menghasilkan skin tone yang lebih alami. ColorOS 7 juga mengemas sebuah aplikasi baru bernama Soloop, yang dirancang untuk memudahkan pengguna mengedit video-video pendek dengan format yang ideal untuk media sosial.

OPPO ColorOS 7

Lebih dalam lagi soal fungsionalitas, tepatnya dari segi keamanan, ColorOS 7 turut dilengkapi fitur yang dapat mencegah aplikasi pihak ketiga mengakses data-data pribadi yang tersimpan di perangkat. Fitur keamanan ini juga merupakan salah satu aspek yang dikedepankan Android 10.

Lanjut ke bidang performa, ColorOS 7 diklaim dapat memaksimalkan pemakaian RAM hingga 40 persen lebih baik, dan secara keseluruhan sistemnya diestimasikan 30 persen lebih responsif. Contoh yang spesifik adalah proses membuka aplikasi, yang diklaim akan terasa 25% lebih cepat, demikian pula animasi-animasi di sekujur sistem yang terasa mulus.

OPPO ColorOS 7

Untuk urusan gaming, ColorOS 7 menawarkan respon sentuhan yang lebih baik, tidak ketinggalan pula peningkatan frame rate secara rata-rata. Semua ini dimungkinkan berkat manajemen resource yang lebih baik, serta kemampuan sistem untuk memprioritaskan aplikasi-aplikasi yang sedang berjalan ketimbang yang ada di background.

Perilisan ColorOS 7 sendiri dijadwalkan berlangsung secara bertahap. Yang akan kebagian jatah lebih awal menjelang pergantian tahun ini adalah OPPO Reno, Reno 10x Zoom, dan Reno Ace. Sisanya akan menyusul tahun depan, dan ColorOS 7 juga akan tersedia di beberapa ponsel Realme.

Sumber: NDTV dan GSM Arena.

Huawei Umumkan MatePad Pro, Pesaing iPad Pro dengan Layar Hole-Punch

Huawei punya tablet baru untuk menantang iPad Pro. Namanya MatePad Pro, dan sepintas ia memang kelihatan begitu mirip seperti tablet bikinan Apple tersebut, mulai dari bezel tipis yang mengitari layarnya, sampai dengan tonjolan kamera di belakangnya.

Meski serupa, Huawei boleh sedikit berbangga atas bezel layar MatePad Pro yang lebih tipis di angka 4,9 mm. Ini dimungkinkan berkat kamera depan 8 megapixel yang mengadopsi model hole-punch layaknya ponsel-ponsel flagship Samsung. Layar AMOLED 10,8 incinya pun juga mengemas resolusi yang sedikit lebih tinggi di angka 2560 x 1600 pixel.

Kemiripan itu terus berlanjut sampai ke bobot perangkat; berat MatePad Pro berkisar 460 gram, hanya selisih 8 gram dari iPad Pro 11 inci. Kendati demikian, bodi MatePad Pro rupanya sedikit lebih tebal; 7,2 mm dibanding tebal iPad Pro yang cuma 5,9 mm. Juga mirip adalah sistem audionya yang terdiri dari empat buah speaker.

Huawei MatePad Pro

Sebagai tablet kelas flagship, spesifikasinya tentu jauh dari kata mengecewakan. Huawei membekalinya dengan chipset Kirin 990, pilihan RAM 6 atau 8 GB, serta storage internal 128 atau 256 GB. Baterainya tercatat memiliki kapasitas 7.250 mAh, dan MatePad Pro pun telah mendukung fitur Huawei SuperCharge 40 W, wireless charging maupun reverse wireless charging.

Tanpa harus terkejut, Huawei turut merancang dua aksesori untuk menemani MatePad Pro, yakni keyboard cover dan stylus. Keduanya lagi-lagi sangat mirip dengan kepunyaan iPad Pro, bahkan stylus-nya pun dapat di-charge dengan ditempelkan secara magnetis ke sisi tablet, persis seperti yang Apple tawarkan.

Dari segi software, MatePad Pro datang membawa sistem operasi Android 10 dengan skin EMUI 10 di atasnya. Sejumlah fitur menarik yang ditawarkan EMUI 10 pada tablet ini mencakup mode desktop dengan kapabilitas multi-window, serta mode split-screen dengan ponsel Huawei yang kompatibel untuk keperluan kolaborasi.

Huawei MatePad Pro

Masih seputar software, ada satu kekurangan fatal yang harus konsumen perhatikan: MatePad Pro tidak dilengkapi dukungan Google Mobile Services. Ya, sama nasibnya seperti Huawei Mate 30, ini berarti MatePad Pro hanya dapat mengakses YouTube maupun produk-produk Google lainnya melalui browser.

Di Tiongkok, Huawei MatePad Pro dijadwalkan masuk ke pasaran mulai 12 Desember mendatang. Harganya dipatok 3.299 yuan (± Rp 6,6 juta) untuk varian Wi-Fi only dengan RAM 6 GB dan storage 128 GB, sedangkan untuk varian LTE-nya, banderolnya adalah 3.799 yuan (± Rp 7,6 juta) untuk varian 6 GB/128 GB, dan 4.499 yuan (± Rp 9 juta) untuk varian 8 GB/256 GB.

Sumber: GSM Arena.

Fitur Ambient Mode di Google Assistant Mulai Rambah Lebih Banyak Perangkat

September lalu, Google memperkenalkan sebuah fitur baru untuk Assistant bernama Ambient Mode. Fitur ini dirancang untuk menyulap tablet atau smartphone menjadi sebuah smart display ketika sedang tidak digunakan, lebih tepatnya ketika perangkat sedang di-charge atau ditancapkan di atas unit docking.

Dua perangkat pertama yang kebagian jatah fitur tersebut adalah Lenovo Smart Tab M8 dan Yoga Smart Tab, disusul oleh smartphone Nokia 7.2 dan 6.2. Selama Ambient Mode aktif, layar perangkat akan menampilkan sejumlah informasi esensial yang biasa smart display suguhkan, macam kondisi cuaca, notifikasi, reminder, dan akses cepat ke perangkat smart home.

Google Assistant Ambient Mode

Kabar baiknya, fitur ini juga sudah mulai merambah lebih banyak perangkat lain. Berdasarkan pantauan XDA Developers di Reddit, sejumlah pengguna mengaku ponselnya telah kedatangan fitur Ambient Mode tersebut. Mereka adalah pengguna Xiaomi Redmi K20 Pro, Pocophone F1, dan Nokia 6.1.

Ya, fitur ini rupanya bukan fitur eksklusif untuk perangkat yang menjalankan OS Android 10 saja. Di Nokia 6.1 misalnya, Ambient Mode dapat diaktifkan melalui pengaturan di dalam aplikasi Google. Untuk perangkat Android 10, aktivasinya bisa langsung melalui submenu Assistant di menu pengaturan.

Tampilan Google Assistant Ambient Mode di smartphone / XDA Developers
Tampilan Google Assistant Ambient Mode di smartphone / XDA Developers

Lalu apakah kehadiran fitur ini bisa diartikan konsumen sama sekali tidak membutuhkan perangkat smart display? Tentu tidak, smart display punya alasan tersendiri untuk eksis, dan salah satunya adalah keberadaan modul mikrofon yang umumnya jauh lebih superior ketimbang yang tertanam di smartphone, yang sanggup menangkap suara pengguna dari kejauhan sekaligus di tengah keramaian.

Sebaliknya, fitur ini justru berpotensi menumbuhkan minat konsumen terhadap perangkat smart display. Anggap saja Ambient Mode sebagai tahap free trial bagi mereka, lalu setelah beberapa waktu, mereka akhirnya bisa memutuskan apakah mereka membutuhkan perangkat terpisah untuk keperluan tersebut atau kehadirannya di ponsel saja sudah cukup.

Sumber: XDA Developers.

Versi Baru ColorOS Berbasis Android 10 Sudah Bisa Diuji Coba oleh Pengguna OPPO Reno

Kabar gembira bagi para pengguna OPPO Reno, Anda diberi kesempatan untuk menjadi kalangan pertama yang menjajal versi baru ColorOS yang berbasiskan Android 10. Status versi anyarnya ini masih beta, dan itulah mengapa OPPO membatasi kuota pengujinya dalam jumlah beberapa ribu saja.

Seperti yang kita tahu, Android 10 mengemas seabrek fitur baru, dan sebagian besar dapat kita temukan pada ColorOS versi 6.7 ini. Salah satu yang paling dinantikan adalah Dark Mode, yang akan mengubah tampilan sejumlah aplikasi menjadi serba gelap sehingga jauh lebih nyaman di mata, terutama di malam hari.

Pada ponsel dengan layar AMOLED seperti OPPO Reno, Dark Mode juga bisa membantu menghemat konsumsi baterai. Ini dikarenakan pada panel AMOLED, sebagian besar pixel-nya tidak perlu menyala ketika menampilkan warna gelap. Tidak menyala berarti tidak mengonsumsi daya, itulah mengapa Dark Mode disebut dapat membantu meningkatkan efisiensi baterai.

ColorOS Trial Android 10

Fitur lain Android 10 yang hadir di ColorOS adalah navigasi gesture sebagai pengganti atas tombol navigasi virtual yang ada di bagian bawah layar. Menggantikan tombol Back adalah gesture mengusap dari sisi kiri layar, sedangkan mengusap dari bawah layar akan memberikan efek yang sama seperti tombol Home.

Untuk membuka jendela seluruh aplikasi yang terbuka, ada gesture mengusap hingga sepertiga layar dari bagian bawah. Sejauh pengetahuan saya, Android 10 yang terdapat di lini Google Pixel dilengkapi opsi untuk menonaktifkan gesture bagi pengguna yang lebih nyaman menggunakan tombol navigasi virtual, dan opsi yang sama semestinya juga tersedia pada ColorOS.

ColorOS Trial Android 10

Android 10 juga hadir membawa fitur Digital Wellbeing, yang pada dasarnya dirancang untuk membantu mengurangi ketergantungan pengguna akan perangkatnya. Di ColorOS, fungsinya pun sama, yakni supaya pengguna bisa melihat seberapa sering mereka memeriksa ponsel dan menggunakan aplikasi-aplikasi tertentu.

Lebih spesifik lagi, ada fitur bernama Wind Down yang dapat mengingatkan pengguna untuk mematikan perangkat di malam hari dengan mengatur opsi jadwal tidur. Terakhir, ColorOS berbasis Android 10 juga menghadirkan pengaturan privasi yang lebih lengkap, khususnya pengaturan akses lokasi untuk tiap-tiap aplikasi.

Bagi yang tertarik mencoba, Anda bisa mengunduh update-nya melalui menu software update seperti biasa dan memilih versi percobaannya. Untuk pengguna Reno10x Zoom dan Reno2, update-nya baru akan menyusul di penghujung tahun nanti.

Berkat Android 10, Alat Bantu Dengar Dapat Berfungsi Layaknya Headset Bluetooth

Google telah merilis Android 10 secara resmi, diawali dengan lini Pixel terlebih dulu. Dari sekian banyak fitur barunya, ada satu yang sangat menarik meski tidak ditujukan untuk semua orang. Namanya Audio Streaming for Hearing Aids (ASHA), didedikasikan untuk para konsumen yang menggunakan alat bantu dengar sehari-harinya.

Fitur ini sejatinya dapat menyulap alat bantu dengar yang kompatibel menjadi headset Bluetooth. Semua suara yang berasal dari ponsel, baik itu musik dari layanan streaming, ringtone maupun percakapan telepon akan diteruskan langsung ke alat bantu dengar melalui Bluetooth Low Energy (BLE).

ASHA pada dasarnya merupakan sejenis protokol baru yang Google kembangkan dari nol. Menariknya, ASHA dirancang sebagai proyek open-source, yang berarti siapapun bebas memodifikasinya sesuai kebutuhan, dan ini sangat krusial guna memperluas kompatibilitasnya dengan berbagai alat bantu dengar.

Untuk sekarang, alat bantu dengar yang kompatibel memang baru sedikit, tapi seperti yang saya bilang, itu semua hanya masalah waktu jika melihat sifat ASHA yang open-source. Selama alat bantu dengarnya dilengkapi konektivitas Bluetooth LE, semestinya tidak akan begitu sulit menambahkan dukungan terhadap ASHA.

Bluetooth LE juga sudah bisa dibilang merupakan konektivitas standar untuk smartphone saat ini, yang berarti konsumen non-Pixel hanya tinggal menunggu update Android 10 tersedia buat mereka.

Sumber: Android Headlines dan Engadget. Gambar header: Pexels.

Tanpa Makanan Manis, Nama Android Q adalah Android 10

Selama ini, para pengguna Android seperti diperkenalkan dengan nama-nama makanan penutup yang memiliki rasa manis. Mulai dari Cupcake, Donut, Eclair, Froyo, Gingerbread, Honeycomb, Ice Cream Sandwich, Jelly Bean, Kitkat, Lollipop, Marshmallow, Nougat, Oreo, dan terakhir Pie. Tentu saja banyak pengguna sedang menunggu apa nama dari Android Q yang bakal dirilis oleh Google. Dan mereka pun tidak bakal mendapatkan nama makanan manis lagi.

Era di mana Android menggunakan nama makanan manis pun sepertinya sudah berakhir. Nantinya, nama dari Android Q adalah Android 10, seperti penamaan sistem operasi ala iOS.

new-android-logo-2019-robot-head-reactions-animated-2

 

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh Android Authority kepada Sydney Thomashow, kepala brand and creative Android mengatakan bahwa perusahaannya ingin merek Android lebih menempel dan dikenal oleh penggunanya di seluruh dunia. Selain itu, penggunaan nama makanan penutup seperti yang sudah dilakukan sebelumnya ternyata tidak dikenal di beberapa bagian di dunia. Beliau mencontohkan Kitkat dan Nougat yang ternyata tidak dikenal di banyak pasar di dunia.

Saya sendiri cukup sedih mendengar berita yang satu ini. Pasalnya, dengan keluarnya sistem operasi baru, Google sepertinya memberikan hiburan tambahan berupa tebak-tebakan, apa nama dari sistem operasi terbaru mereka. Dengan perubahan ini, tentu saja semua pengguna akan kehilangan hal seperti itu.

new-android-logo-2019-evolution-animated

Selain mengganti penamaan sistem operasinya, Google juga mengubah logo robot dari Android. Maskot Android yang selama ini berbentuk robot, tidak lagi memiliki badan. Jadi, maskot Android adalah kepala robot hijau yang dulu memiliki badan, tangan, dan kaki.

Menghilangkan tangan, kaki, dan badan dari robot Android akan memfokuskan pada satu tujuan: kepalanya. Google juga tidak menghilangkan antena pada kepala robot Android karena dapat membantu mengekspresikan emosi, mengarahkan mata pemirsanya ke arah tertentu, dan lain sebagainya.

 

Bentuk dari maskot Android yang baru memang lucu. Walaupun begitu, kita lihat saja apakah perubahan nama dan maskot dari Android akan benar-benar membuat sistem operasi ini lebih terkenal lagi atau tidak. Toh, Android saat ini sudah digadang sebagai sistem operasi dengan pengguna paling banyak di dunia.

Sumber gambar: AndroidAuthority