Akulaku to Release Productive Credit Scheme

Akulaku is entering the productive credit industry by targeting online SME merchants. The company also provide loans for car installment. Both products are to be released by the end of this year.

Akulaku Indonesia’s Director of Corporate Affairs and Public Relations, Anggie Setia Ariningsih said, this segment has great potential. In addition to the bigger ticket size, also the paid-off rate is highly guaranteed.

The company has a bigger potential to acquire more potential borrowers.
“We want to support [the government’s plan]. The plan is to release SME and car loans by the end of this year.” She said, Mon (7/1)

Both products are to distribute loans starts from Rp50 million. In terms of interest and tenor, she has no further details on it. The tenor might starts from 6 months to 1 year.

They set an ambitious target for the contribution of the productive segment, up to 20% of the total distribution. In average, Akulaku has distributed loans of Rp1.5 trillion per month.

In terms of SME, they shouldn’t have to be active merchants in Akulaku. They should at least one of the active merchants in an e-commerce platform, for Akulaku can have a calculation of the track record.

The company is to acquire e-commerce platform to get potential buyers. While the car installment only requires pink slip pledging. If it includes collateral, the loans can get bigger.

“It’s not the same with a consumer loan, there’s a transaction history in our system. Without track records, it’s going to be hard for the productive credit. Therefore, the merchant should at least active in one e-commerce.”

Talking about risk, he said it’s kind of similar to the consumer loan. Once the borrower is approved or not. It applies to the productive credit, it only requires business eligibility and domicile.

“The challenge is there, but also massive data [online] we can get to explore, whether the business is legit or not. I can’t tell how big the risk is. But this [productive] has a longer tenor and bigger value ”

Akulaku is said to distribute Rp9.8 trillion loans by last year. Anggie believes the business can grow two to three times better than the previous year.

For the download rate, Akulaku has been downloaded over 20 million, increased from the previous year of 15 million. Before Akulaku, Kredit Pintar has first announced the business shifting to the productive industry.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Segera Rambah Penyaluran Kredit Produktif

Akulaku segera merambah penyaluran kredit produktif dengan menyasar merchant UKM yang berjualan di platform online. Perusahaan juga menyiapkan produk pinjaman untuk cicilan mobil. Kedua produk ini akan segera dirilis pada akhir tahun 2019.

Director of Corporate Affairs and Public Relations Akulaku Indonesia Anggie Setia Ariningsih menerangkan, segmen ini punya prospek yang menarik. Selain karena memiliki ticket size yang lebih besar, tingkat pengembaliannya jauh lebih terjamin. Perusahaan pun punya peluang lebih besar untuk menggaet lebih calon peminjam.

“Kami juga ingin dukung [rencana pemerintah]. Rencananya pinjaman UKM dan mobil akan dirilis akhir tahun ini.” katanya, Senin (1/7).

Kedua produk ini nantinya bisa menyalurkan pinjaman mulai dari Rp50 juta. Untuk bunga dan tenor yang ditawarkan, Anggie belum bersedia untuk merincinya. Kemungkinan besar tenornya mulai dari 6 bulan sampai 1 tahun.

Pihaknya memasang target awal yang cukup ambisius untuk kontribusi dari segmen produktif ini hingga 20% dari total penyaluran. Secara rerata, Akulaku telah menyalurkan pinjaman sekitar Rp1,5 triliun setiap bulannya.

Untuk pinjaman UKM, merchant tidak harus yang sudah berjualan di platform e-commerce Akulaku. Minimal mereka sudah tergolong sebagai merchant aktif di berbagai platform e-commerce, sehingga ada rekam jejak transaksi yang bisa dipakai Akulaku untuk mengukur kemampuan bayar.

Perusahaan akan menggaet platform e-commerce untuk mendapatkan calon peminjam. Sementara untuk cicilan mobil, persyaratannya bisa cukup dengan menjaminkan BPKB. Apabila ada jaminan, nilai pinjaman yang bisa didapat jauh lebih besar.

“Beda halnya saat consumer loan, ada catatan transaksi terjadi di sistem kami. Sementara untuk produktif, agak berat ya karena kami tidak punya track record-nya. Jadi tahap awalnya perlu mulai dari merchant yang sudah jualan di situs e-commerce.”

Dari segi risiko, menurutnya, tidak jauh berbeda dengan pinjaman consumer. Apabila di consumer loan cukup memeriksa apakah peminjam adalah orang yang benar-benar ingin meminjam atau bukan. Sama halnya untuk pinjaman produktif, cukup memerika keaslian usahanya dan domisilinya.

Challenge-nya pasti ada tapi banyak data [online] yang bisa kita ambil untuk memeriksa, bisnis merchant itu legit atau tidak. Tapi saya enggak bisa bilang risikonya seberapa besar. Turn over memang lebih cepat di consumer. Tapi ini [produktif] lebih panjang tenor dan nilai pinjamannya.”

Akulaku mengklaim telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp9,8 triliun sepanjang tahun lalu. Anggie optimis bisnis tumbuh dua sampai tiga kali lipat dibandingkan sebelumnya.

Dari segi unduhan, aplikasi Akulaku telah diunduh lebih dari 20 juta kali dibandingkan tahun sebelumnya 15 juta. Sebelum Akulaku, ada Kredit Pintar yang lebih dahulu mengumumkan pergeseran fokus bisnisnya ke produktif.

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Sets Financial Distribution to Reach 39.2 Trillion Rupiah This Year

Akulaku, a startup engaged in financing sector, is targeting Rp39.2 trillion disbursement in this year, or increased by 300% from last year. There will be city expansion, new feature launching, and the improvement for some old features.

An ambitious target set aiming to repeat the previous success of Rp9.8 trillion with an average of 1.8 million transaction per month. Akulaku claims the achievement was also increased by 300% in 2017.

“2018 is a great year for us. All innovations and development which was done, ongoing, and to-do list are our commitment to support government’s program for financial inclusion,” Akulaku Indonesia’s Director of Corporate Affairs and Public Relations, Anggie Setia Ariningsih, Wed (1/30).

In addition, the company also targeting up to 30 million active users, which previously was only 10 million. Anggie said, Akulaku users are scattered across Java, Medan, Palembang, and Padang.

In demographic, their age ranging from 21 to 45 years old having job as employees and housewives. The most purchased products are gadget and electronics, household appliances, baby & kids, fashion, and virtual service.

Later, Akulaku will available in more than 10 cities, including Sumatera and Kalimantan. They start seeing potential in East Indonesia with over 15 million downloads and 120 thousand merchants.

“The challenge in East area is to know the demographic, habit and many more. It’ll take times for research, but we keep heading there.”

Regarding Series D investment rumor from Ant Financial, Anggie avoids to make any comment. She only mentioned that Akulaku has enough investors for business in this year or the following year.

She added, 98% of risk assessment in Akulaku was made by machine learning with various risk module to implement risk analysis and anti fraud. The system is to avoid and minimize human error, internal fraud, and other failure in the conventional company.

This way, the company claims to capable of reducing bad credit. Akulaku, although didn’t specifically said, claims to have bad credit below 5% based on OJK’s provisions.

“Since the very beginning, we’ve been watching out the front and back side, in case the fraud can be detected earlier. If the due date has over, we’ll keep collecting as per Association and OJK’s regulation.”

In terms of products, Akulaku has four business lines. First, Sell on Akulaku, an in-app marketplace for transaction via official stores or merchants. When users are interested in buying products, it’ll be facilitated by Akulaku credit.

Second, Akulaku Pay for integrated payment system in e-commerce platform partnered with Akulaku. Third, Akulaku Lending for cash loan service to customers (both consumers or merchants) provided by Asetku, Akulaku’s subsidiary.

The latest is Akulaku Offline as a payment facility at offline merchants with barcode scanning.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Targetkan Penyaluran Pembiayaan Tembus 39,2 Triliun Rupiah Tahun Ini

Akulaku, startup yang bergerak di bidang pembiayaan, menargetkan penyaluran pinjaman sebesar Rp39,2 triliun pada tahun ini atau naik 300% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini bakal dilakukan dengan ekspansi kota, peluncuran fitur baru, serta penyempurnaan fitur yang sudah ada sebelumnya.

Target yang cukup ambisius ini dipasang lantaran ingin mengulang kesuksesan pada tahun sebelumnya sebesar Rp9,8 triliun dengan rata-rata 1,8 juta transaksi terjadi setiap bulannya. Akulaku mengklaim pencapaian di tahun lalu itu juga naik 300% di tahun 2017.

“Tahun 2018 merupakan tahun yang baik bagi kami. Semua gebrakan dan pengembangan yang telah, sedang, dan akan kami lakukan ini adalah bentuk komitmen dalam mendukung program pemerintah dalam mewujudkan inklusi keuangan,” terang Director of Corporate Affairs and Public Relations Akulaku Indonesia Anggie Setia Ariningsih, Rabu (30/1).

Tak hanya itu, perusahaan juga menargetkan jumlah pengguna aktif sampai 30 juta orang, dari sebelumnya 10 juta orang. Pengguna Akulaku, menurut Anggie, tersebar di seluruh Jawa, Medan, Palembang, dan Padang.

Secara demografi, mereka mayoritas berumur antara 21-45 tahun yang berprofesi sebagai karyawan dan ibu rumah tangga. Kategori produk yang paling banyak dibeli pengguna adalah gadget dan elektronik, peralatan rumah tangga, baby & kids, fesyen, dan layanan virtual.

Nantinya Akulaku bakal hadir di lebih dari 10 kota dengan melengkapi kehadiran di Sumatera dan Kalimantan. Perusahaan juga mulai melirik potensi di Indonesia bagian Timur. Aplikasi Akulaku telah diunduh lebih dari 15 juta kali dan memiliki 120 ribu merchant.

“Tantangan saat mau ke wilayah Timur itu harus kenal demografi masyarakat di sana, bagaimana kebiasaan dan sebagainya. Riset seperti ini butuh waktu sedikit lebih lama, namun kami terus berupaya untuk terus ke arah timur Indonesia.”

Terkait rumor investasi seri D yang diikuti Ant Financial, Anggie menolak untuk berkomentar lebih jauh. Dia hanya memberi pernyataan bahwa Akulaku memiliki cukup investor untuk dukung bisnisnya pada tahun ini maupun tahun depan.

Anggie menyebut 98% risk assessment di Akulaku dilakukan oleh machine learning dan berbagai risk module untuk melaksanakan risk analysis dan anti fraud. Sistem ini bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir kesalahan manual, internal fraud, dan kesalahan lain yang kerap terjadi di perusahaan konvensional.

Diklaim dengan cara ini perusahaan dapat menekan laju kredit macet. Meski menolak menyebut secara spesifik, Akulaku mengklaim kredit macet tetap berada di bawah 5%, sesuai dengan ketentuan OJK.

“Sedari awal kami sudah jaga dari sisi depan dan belakangnya, sehingga untuk tindakan fraud bisa di deteksi dari awal. Kalaupun benar sampai menunggak kami tetap proses penagihan sesuai apa yang diatur OJK dan asosiasi.”

Secara produk, Akulaku memiliki empat lini usaha. Pertama, Sell on Akulaku, sebuah marketplace di dalam aplikasi yang bisa digunakan untuk transaksi di merchant dan toko resmi. Ketika pengguna tertarik untuk membeli produk tersebut dapat difasilitasi dengan layanan kredit dari Akulaku.

Kedua, Akulaku Pay untuk sistem pembayaran terintegrasi di platform e-commerce yang sudah bermitra dengan Akulaku. Berikutnya, Akulaku Lending untuk layanan pinjaman tunai kepada pengguna (baik konsumen maupun merchant) yang disediakan Asetku, anak perusahaan Akulaku.

Yang terbaru adalah Akulaku Offline sebagai fasilitas pembayaran di merchant offline dengan pemindaian barcode.

Application Information Will Show Up Here