GetCraft Perkenalkan Marketplace untuk Konten Kreatif

Seiring dengan semakin terbiasanya masyarakat berbelanja di layanan e-commerce, sistem online cart diadopsi untuk memudahkan konsumen, baik perorangan maupun korporasi, “berbelanja” berbagai macam hal, termasuk konten kreatif. GetCraft melihat tren ini dan hari ini secara resmi meluncurkan platform Marketplace untuk menjembatani discoverability industri kreatif di Asia Tenggara. Layanan Marketplace tersedia di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Singapura.

GetCraft yang berbasis di Indonesia saat ini telah mengorganisir lebih dari 4000 kreator konten dan penerbit dan telah bekerja sama dengan lebih dari 250 brand. Secara total dalam tiga tahun terakhir mereka mengklaim total nilai proyek mencapai $10 juta.

Kehadiran Marketplace diharapkan menjadi jembatan antara kedua belah pihak untuk saling mengenal dan membuka potensi bisnis. Di sini kita menemukan berbagai jenis pembuat konten, termasuk yang berbasis video (YouTube), foto (Instagram), dan situs (media atau blog).

“Walaupun fakta bahwa brand dan agensi sekarang menargetkan lebih dari 50% populasi dunia melalui iklan online, ketika dalam proses pencarian dan perekrutan kreator berkualitas tinggi, tidak ada perubahan yang berarti. Ini yang kami harap bisa ubah, ketika apa yang sebelumnya membutuhkan waktu 2-3 minggu bisa dilakukan dalam 2-3 jam saja!” kata Co-Founder dan Group CEO GetCraft Patrick Searle.

Menggunakan platform Marketplace ini, brand bisa melihat dengan jelas siapa saja kreator konten yang dicari, tarif yang ditetapkan, dan apa yang bisa dijanjikan berdasarkan kategori yang diinginkan.

“Fitur hebat Marketplace kami adalah memberikan para pemasar estimasi biaya atau potensi pemirsa berdasarkan kreator konten atau mitra konten bersponsor yang mereka pilih. Klien kami bisa menggunakan kapabilitas ini untuk merencanakan kampanye pemasaran kontennya.”

GetCraft didirikan oleh Patrick dan Anthony Reza Prasetya. Reza kini menjadi CEO GetCraft untuk Indonesia. GetCraft telah mendapatkan pendanaan awal dari 500 Startups dan Convergence Ventures dan merencanakan untuk menggalang dana Seri A di tahun 2019 untuk membantu mereka mengglobal.

Pasar iklan digital Asia Tenggara

Menurut data eMarketer, yang dikutip dari Mumbrella, di tahun 2018 ini diperkirakan belanja iklan global di sektor online akan mencapai 48,8%, sebelum lewati batas 50% tahun depan. Menariknya, masih banyak potensi iklan digital di Asia Tenggara, karena realisasinya masih di bawah 30% di banyak negara. Bahkan di Indonesia sendiri angkanya masih belum menembus 20%.

Sejauh ini Google dan Facebook mendominasi pasar ini dan mereka telah memberikan gambaran yang jelas, dari sisi biaya dan ekspektasi jangkauan pemirsa, sehingga memudahkan brand untuk membuat strategi pemasaran. Hal ini yang coba didorong GetCraft dengan Marketplace-nya.

“Dengan membantu kreator dan pemasar saling memahami nilai konten [melalui Marketplace], kami berharap bisa mendorong terjadinya ‘ledakan Cambrian’ di industri kreatif,” ucap Patrick.

Konten Pemasaran untuk Startup

Pemasaran digital bisa saja menjadi sangat efektif jika dilakukan dengan cara yang sesuai, dalam artian dapat memikat calon konsumen karena mereka merasa ada value yang ditawarkan sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi. Sehingga diperlukan penyiapan konten yang matang untuk mampu menyampaikan pesan-pesan penting seputar produk atau layanan yang ditawarkan startup. Ada banyak tipe konten pemasaran yang bisa dibuat oleh startup, namun dengan mempelajari tren dan efektivitasnya tampaknya bisa memberikan hasil yang lebih optimal.

Artikel ini akan membahas beberapa aspek penting yang perlu dipahami startup ketika mengembangkan konten untuk pemasaran.

Memahami tren yang tengah ada

Pengamatan tentang tren digital yang ada saat ini menjadi awal yang harus dilakukan oleh pemasar. Dengan mengetahui apa yang tengah disukai oleh warganet dalam mengonsumsi informasi (iklan), maka akan turut meningkatkan efektivitas kampanye digital yang dilakukan. Pada sebuah sesi diskusi, CMO DailySocial, Rahmat D Harlyadie memaparkan beberapa hal menarik merujuk pada pengamatan yang dilakukan sepanjang tahun 2017.

Pertama adalah membangun pengguna loyal dan menumbuhkan jaringannya tengah menjadi konsentrasi banyak bisnis besar. Rahmat mencontohkan tentang bagaimana Grab dan PayTren melakukan konsep sharing audience, dalam hal ini Grab memanfaatkan jaringan pengguna loyal dari PayTren untuk distribusi keagenan.

Kemudian terkait dengan konten pemasaran, Rahmat menilai bahwa tulisan bersifat soft-selling yang memberikan pendekatan personal ke audience lebih tepat untuk saat ini. Terlebih konten tersebut mampu menyuguhkan tulisan atau visual yang memiliki unsur emosional untuk membangun komunitas pengguna. Untuk itu perlu melakukan riset sederhana terkait dengan demografi dan kebutuhan pengguna.

Tujuan pemasaran digital menurut CMO DailySocial
Tujuan pemasaran digital menurut CMO DailySocial

Konten pemasaran bagi brand startup

Melihat kondisi saat ini, menurut  Co-Founder dan CEO Indonesia GetCRAFT Anthony Reza Prasetya, banyak alasan mengapa orang merasa tidak nyaman dengan kehadiran iklan yang terlalu mencolok pada suatu konten. Pengiklan pun sejatinya memahami respons negatif tersebut, namun sering kali cara konvensional tetap dilakukan karena merasa tidak punya pilihan. Sebenarnya model konten pemasaran yang lebih relevan dapat dibuat, misalnya dengan menyematkan iklan dalam tulisan yang memberikan manfaat secara umum. Cara ini bisa dilakukan untuk membantu brand melakukan edukasi sekaligus melancarkan engagement dengan target audience yang tepat.

Pendekatan konten pemasaran sifatnya juga lebih everlasting, karena ketika tulisan tersebut memiliki nilai bagi pembaca –ketika sudah tidak diiklankan–tetap mampu menarik perhatian audience lebih lama.

Diperlukan kreativitas konten di masa sekarang menurut CEO GetCRAFT
Diperlukan kreativitas konten di masa sekarang menurut CEO GetCRAFT

Menyusun konten pemasaran

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyusun konten pemasaran digital.

(1) Lakukan perencanaan yang jelas

Menurut hasil survei yang pernah dilakukan Content Marketing Institute, dari 94% pebisnis yang melakukan pemasaran berbasis konten untuk B2B hanya 32% yang memiliki perencanaan strategi konten terstruktur. Seperti kebanyakan hal pada umumnya, strategi dan perencanaan adalah aspek yang sangat diperlukan agar alur pengerjaannya menjadi jelas dan terukur.

Untuk melakukan perencanaan ada beberapa hal yang perlu dilakukan:

  • Pahami tentang apa yang akan disampaikan melalui konten.
  • Pahami tentang siapa yang akan disasar dengan konten tersebut.
  • Pahami tentang apa saja yang ingin dicapai melalui pemasaran tersebut.

(2) Memahami karakteristik pelanggan

Pemahaman menyeluruh tentang pelanggan sebagai target utama menjadi komponen yang harus diperhatikan secara khusus dalam pemasaran konten. Proses ini dilakukan sebelum memikirkan karakteristik konten yang dihasilkan. Perlu ada riset sederhana untuk mengetahui karakteristik tersebut, terbagi dalam dua aktivitas berikut:

  • Riset primer; melakukan wawancara, kuesioner, atau survei untuk mengetahui minat pelanggan.
  • Riset sekunder; mendapatkan data dari saluran lain, misalnya website, media sosial.

(3) Pelajari permasalahan secara mendalam

Dari hasil riset pada tahapan berikutnya, pelajari apa yang menjadi permasalahan pengguna. Hal ini dilakukan untuk memastikan konten memiliki alur yang menjawab. Ada beberapa hal yang dilakukan di sini, yaitu:

  • Petakan permasalahan merujuk pada data riset.
  • Buat prioritas untuk menemukan permasalahan umum yang diangkat dalam konten.

(4) Menyesuaikan SEO dan media sosial

Website dan media sosial menjadi medium digital yang paling efektif untuk konten pemasaran, namun supaya visibilitas konten lebih baik –mengingat sudah sangat banyak konten yang ada di internet—perlu melakukan pendekatan SEO dan media sosial. Pendekatan SEO dilakukan untuk memastikan konten yang dibuat memiliki ranking yang bagus saat dicari di media sosial berdasarkan kata kunci tertentu, sesuai dengan permasalahan yang dicari pengguna. Sedangkan pendekatan media sosial dilakukan untuk memastikan konten disandingkan dengan isu atau kondisi yang relevan dengan saat ini.

(5) Pendekatan konten “customer journey”

Konsumen digital kebanyakan tidak mencari atau mengonsumsi informasi dalam saluran tunggal. Satu orang dapat mengakses banyak platform dengan karakteristik yang berbeda. Tidak semua orang selalu membaca blog setiap hari, pun tidak semua menyaksikan video YouTube setiap hari. Ini adalah sebuah perjalanan digital konsumen, yang perlu diperhatikan, bagaimana pemasar dapat menghasilkan konten  yang relevan di berbagai kanal, sehingga pada saat konsumen hadir di kanal tertentu, mereka akan mendapati informasi yang tepat, baik secara substansi materi ataupun waktu.

(6) Jangan memaksakan konten promosi

Seperti yang sudah ditekankan di awal, saat ini model-model iklan yang menonjolkan penjualan (hard-selling) mendapatkan stigma negatif di kalangan konsumen digital. Pemasaran harus lebih kreatif dalam menghasilkan suatu konten pemasaran.

(7) Uji format konten yang kembangkan

Menurut Digital Marketer, konten pemasaran secara jenis dibagi ke dalam tiga kategori, yakni Top of the Funnel (TOFU) untuk awareness, Middle of the Funnel (MOFU) untuk evaluation, dan Bottom of the Funnel (BOFU) untuk conversion. Pemasar perlu melakukan uji coba dan pengembangan jenis konten berdasarkan karakteristik di setiap tahapan.

Jenis konten didasarkan pada format dan peruntukannya / Digital Marketer
Jenis konten didasarkan pada format dan peruntukannya / Digital Marketer

(8) Lakukan pengukuran dan analisis

Analisis dan pengukuran perlu dilakukan untuk setiap jenis konten yang dipublikasikan, agar memberikan pembelajaran baik ke depannya. Banyak cara untuk mengukur, misalnya didasarkan pada analisis kunjungan situs atau capaian di media sosial.

Rangkuman Infografik

Infografik Konten Pemasaran Digital DailySocial
Infografik Konten Pemasaran Digital DailySocial