Apple Merevisi Kebijakan App Store, Izinkan Layanan Cloud Gaming tapi dengan Sejumlah Syarat

Layanan cloud gaming besutan Microsoft, xCloud, akan meluncur secara resmi di 22 negara pada tanggal 15 September besok. Sayang sekali konsumen hanya bisa menikmatinya melalui perangkat Android, sebab xCloud dinilai tidak memenuhi syarat di iOS.

Itu berita sebulan lalu. Baru-baru ini, Apple rupanya telah merevisi kebijakan yang mereka terapkan untuk platform App Store. Berdasarkan laporan CNBC, salah satu poin baru yang tercantum punya dampak langsung terhadap nasib layanan cloud gaming macam xCloud maupun Stadia.

Dijelaskan bahwa layanan cloud gaming boleh eksis di App Store, tapi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Yang paling utama, konten alias game-nya harus diunduh secara langsung dari App Store. xCloud, Stadia, maupun layanan serupa lainnya cuma bertindak sebagai katalog.

Jadi seandainya xCloud menawarkan akses ke 100 game yang berbeda, maka tiap-tiap game tersebut harus tersedia di App Store satu per satu, sehingga bisa muncul di hasil pencarian ataupun chart, serta dapat diulas satu per satu oleh konsumen. Jadi misalnya Anda membuka xCloud dan ingin memainkan Destiny 2, maka game-nya cuma bisa diunduh dari App Store, bukan dari dalam xCloud itu sendiri.

Apple sejatinya ingin layanan cloud gaming menempuh jalur seperti Apple Arcade, yang pada dasarnya merupakan layanan berlangganan untuk menikmati gamegame yang tersedia di App Store. Selain Apple Arcade, sekarang sebenarnya sudah ada layanan bernama GameClub yang mengadopsi mekanisme yang sama. Singkat cerita, apa yang Apple inginkan tidak sepraktis yang xCloud atau Stadia tawarkan.

Aplikasi Stadia di iOS sudah ada, tapi nyaris tidak berguna karena tidak bisa dipakai untuk bermain / App Store
Aplikasi Stadia di iOS sudah ada, tapi nyaris tidak berguna karena tidak bisa dipakai untuk bermain / App Store

Lebih lanjut, masing-masing game-nya juga harus punya fungsionalitas yang mendasar. Maksudnya adalah, masing-masing game harus bisa dimainkan – mungkin hanya untuk satu atau dua level pertama – tanpa mewajibkan pengguna berlangganan terlebih dulu. Setelahnya, barulah pengguna bisa diarahkan untuk menjadi pelanggan terhadap layanan yang menaunginya (xCloud atau Stadia tadi) agar dapat menikmati game-nya secara keseluruhan.

Tentu saja Apple akan mengambil untung sebesar 30% dari tarif berlangganan yang konsumen bayarkan, dan ini langsung menyangkut topik yang sedang hangat belakangan ini, yang melibatkan perseteruan antara Apple dan Epic Games. Kalau Microsoft atau Google setuju, hampir bisa dipastikan tarif berlangganan xCloud dan Stadia di iOS lebih tinggi.

Alternatifnya, tentu saja konsumen bisa mengaktifkan langganannya terlebih dulu di platform lain, lewat browser di laptop misalnya, sebelum login menggunakan akunnya di iPhone atau iPad tanpa harus membayar lagi. Itu seandainya Microsoft dan Google setuju.

Pada kenyataannya, Microsoft tampak masih keberatan. “Ini tetap merupakan pengalaman yang buruk buat pelanggan. Gamer ingin langsung masuk ke dalam game melalui katalog terkurasi dalam satu aplikasi seperti yang biasa mereka lakukan dengan film atau musik, bukannya dipaksa mengunduh lebih dari 100 aplikasi yang berbeda untuk memainkan game dari cloud,” jelas perwakilan Microsoft kepada CNBC.

Google di sisi lain masih enggan berkomentar, dan sepertinya kehadiran layanan cloud gaming di platform iOS masih jauh dari kenyataan.

Sumber: CNBC dan TechCrunch.

Apple Bakal Gunakan ARM pada MacBook 12 Inci

Pada Apple WWDC 2020 yang digelar bulan Juni yang lalu, terdapat beberapa pengumuman yang cukup mengejutkan. Dari sanalah tersiar kabar bahwa Apple akan berpisah dari Intel dan menggunakan cip ARM buatan mereka sendiri. Selain itu, sistem operasi MacOS Big Sur juga bakal memiliki dukungan terhadap instruksi ARM yang saat ini digunakan pada perangkat mobile.

Saat ini, tersiar kabar bahwa Macbook 12 inci yang akan datang bakal menggunakan CPU Apple yagn menggunakan instruksi ARM. Kabar tersebut justru datang dari para pemasok Apple. Prosesor yang biasa digunakan pada MacBook 12 inci dan yang bakal tergantikan adalah Intel Core Y yang memiliki pemakaian tenaga rendah.

A01A00_T_01_02

Prosesor yang bakal digunakan nantinya adalah Apple A14X Bionic. Prosesor tersebut juga bakal digunakan pada iPad generasi terbaru. Selain itu, untuk iPhone 12 bakal menggunakan cip A14 Bionic. Prosesr Apple A14X Bionic sendiri memiliki hasil benchmark yang cukup mengagumkan karena mendekati kinerja dari prosesor Intel Core i9-9980H.

Kabarnya, chipset yang satu ini bakal membawa peningkatan kinerja per watt yang cukup besar untuk MacBook 12 inci. Selain kinerja, daya tahan baterai yang digunakan juga akan meningkat. Apple menjanjikan daya tahan 15 sampai 20 jam dalam sekali pengisian daya. Tentunya, cukup terbayangkan seperti apa kinerja MacBook 12 inci terbaru dengan baterai yang cukup panjang tersebut.

Dengan begini, Apple juga tidak lagi menggunakan GPU buatan AMD. Hal tersebut tentu saja berkaitan erat dengan instruksi ARM yang digunakan pada chipset A14X Bionic. Berarti, Apple juga bakal menggunakan Graphics Processing Unit buatan mereka sendiri. GPU dengan kode Lifuka ini menjanjikan kinerja per watt lebih baik dan dapat digunakan untuk bermain game.

Chipset A14X Bionic nantinya bakal diproduksi oleh TSMC. Apple mendapat keuntungan karena TSMC sudah tidak lagi memproduksi chipset untuk Huawei HiSilicon setelah tanggal 14 September 2020. Hal tersebut berkaitan dengan keputusan pemerintah Amerika yang tidak memperbolehkan penggunaan teknologi Amerika untuk memproduksi chipset untuk Huawei. Prosesor yang satu ini juga kabarnya bakal mengisi kapasitas 5 nm milik pabrik pihak ketiga tersebut.

Sumber: ChinaTimes

Akun Developer Epic Games di Apple App Store Resmi Diberhentikan

Update Chapter 2: Season 4 untuk Fortnite telah resmi dirilis, dan pemain akhirnya bisa langsung merasakan serunya bertempur sebagai superhero Marvel. Sayangnya tidak semua pemain; kalau Anda bermain menggunakan iPhone, iPad, atau MacBook, update-nya itu masih belum ada sampai sekarang.

Lebih parah lagi, keanggotaan Epic Games sebagai developer di platform Apple App Store sudah resmi diberhentikan. Ya, dampak dari drama antara Epic Games dan Apple pekan lalu rupanya juga merembet ke semua karya Epic, bukan cuma Fortnite saja. Trilogi Infinity Blade pun sekarang juga sudah lenyap dari App Store. Cukup mengejutkan mengingat seri Infinity Blade selama ini hanya tersedia di iOS saja.

Bagi yang di perangkatnya masih ter-install Fortnite atau Infinity Blade, gamegame tersebut masih dapat dimainkan seperti biasa – khusus Fortnite, tidak ada konten dari update terbaru yang bisa dinikmati. Namun kalau game-nya sudah terlanjur dihapus, Anda tidak bisa lagi mengunduhnya kembali, sekalipun game-nya muncul di daftar aplikasi yang pernah dibeli/diunduh oleh masing-masing akun Apple ID.

Melalui pernyataan resmi, Apple menjelaskan bahwa Epic Games masih bersikeras ingin menawarkan mekanisme pembayarannya sendiri untuk semua pembelian konten in-game di Fortnite. “Ini tidak adil buat seluruh developer lain di App Store, dan menempatkan konsumen di tengah-tengah perlawanan Epic Games,” terang Apple.

Search "Fortnite" di App Store sekarang munculnya PUBG Mobile di paling atas / Dokumentasi pribadi
Search “Fortnite” di App Store sekarang munculnya PUBG Mobile di paling atas / Dokumentasi pribadi

Namun pertanyaan yang lebih penting adalah, bagaimana nasib Unreal Engine? Apakah peredaran game engine bikinan Epic Games ini juga jadi dilarang di App Store? Pertanyaan ini tentu sangat penting untuk dijawab mengingat Unreal Engine bisa dibilang merupakan fondasi dari segudang game lain yang ada di App Store, termasuk halnya PUBG Mobile yang jauh lebih populer ketimbang Fortnite di Indonesia.

Well, kabar baiknya, Unreal Engine tidak terdampak sama sekali, sebab Epic memang mengelolanya menggunakan akun developer yang berbeda. Tentu saja ini sejalan dengan keputusan pengadilan yang melarang Apple menghambat peredaran Unreal Engine karena berpotensi mengganggu industri gaming secara keseluruhan.

Semua ini masih belum final. Epic Games dan Apple sudah dijadwalkan bakal menjalani sidang lanjutan pada tanggal 28 September mendatang. Semoga saja kedua pihak bisa menemukan kesepakatan, sebab saya bisa membayangkan betapa kesalnya para pemain Fortnite di iOS atau macOS yang sudah terlanjur mengeluarkan uang banyak selama ini, yang tiba-tiba jadi tidak bisa menikmati update terbaru game favoritnya.

Sumber: TechCrunch.

Semester 1 2020, Total Pemasukan Industri Mobile Game Capai Rp540 Triliun

Total pemasukan industri mobile game sepanjang semester pertama 2020 mencapai US$36,8 miliar (sekitar Rp540 triliun), naik 26% dari tahun lalu. Pendapatan industri mobile game kali ini merupakan rekor pemasukan terbesar sepanjang sejarah. Tidak aneh jike pemasukan industri mobile game naik, mengingat pandemi yang mewabah sepanjang 2020 justru membuat gamer lebih sering bermain game dan menghabiskan uang untuk game.

Selain itu, selama beberapa tahun belakangan, pemasukan dari industri mobile game memang menunjukkan tren naik. Pada semester pertama 2017, total pemasukan mobile gaming mencapai US$22,6 miliar (sekitar Rp331,7 triliun), menurut data dari Sensor Tower dan Statista. Sekitar 65 persen pemasukan itu berasal dari pengguna iPhone. Sementara pada semester pertama 2018, total pemasukan mobile gaming naik menjadi US$26,2 miliar (sekitar Rp384,6 triliun). Pada 2019, pemasukan industri mobile gaming kembali naik menjadi US$30,3 miliar (sekitar Rp444,8 triliun).

pemasukan industri mobile game
Total pemasukan industri mobile game pada semester pertama 2017-2020.

Para pengguna iPhone biasanya memberikan kontribusi lebih besar pada pemasukan industri mobile gaming daripada pengguna Android. Dari total pemasukan industri mobile game pada semester pertama 2020, sekitar 60% berasal dari iOS. Pada Q1 2020, total pemasukan App Store mencapai US$10,6 miliar (sekitar Rp155,6 triliun), naik 18% dari tahun sebelumnya. Dan pada Q2 2020, total pemasukan mobile game untuk iOS naik menjadi US$11,6 miliar (sekitar Rp170,2 triliun).

Sementara itu, pemasukan mobile game untuk Android mencapai US$14,6 miliar (sekitar Rp214,3 triliun) pada paruh pertama 2020. Pada Q2 2020, total pemasukan Play Store mencapai US$7,7 miliar (sekitar Rp113 triliun), naik dari US$6,9 miliar (sekitar Rp101,3 triliun) pada kuartal sebelumnya.

Dari segi pemasukan, iOS memang lebih unggul dari Android. Namun, dari segi total download, Android masih mendominasi. Pada Q1 2020, total download dari mobile game di Android mencapai 10,4 miliar unduhan, naik 39 persen dari periode yang sama tahun lalu. Pada Q2 2020, angka itu naik menjadi 12,4 miliar, menurut data dari Sensor Tower.

Sepanjang semester pertama 2020, total download dari mobile game di Google Play Store naik 52 persen dari tahun lalu menjadi 22,8 miliar unduhan. Sementara itu, jumlah download di App Store sepanjang semester pertama 2020 hanya mencapai 5,7 miliar, empat kali lipat lebih sedikit dari jumlah download di Android.

Apple Hadirkan Fitur Smart Conform di Final Cut Pro X, Mudahkan Pembuatan Video Vertikal

Apple telah mengumumkan major update untuk Final Cut Pro X, pembaruan versi 10.4.9 ini membawa sejumlah peningkatan dan fitur baru. Salah satunya Smart Conform berbasis machine learning yang dapat secara otomatis melakukan crop video dalam ukuran tertentu seperti persegi, vertikal, dan ukuran lainnya untuk platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan sebagainya.

Final Cut Pro X akan menganalisis klip untuk mencari ‘gerakan yang dominan’ dan memangkasnya dengan cara yang menurutnya paling efektif. Kita dapat memposisikan ulang secara manual, jika crop otomatisnya dirasa kurang tepat. Kita juga bisa menggunakan overlay khusus sebagai panduan untuk menempatkan grafik dan teks pada video.

apple_final-cut-pro-update_automated-tools_08252020_big.jpg.large_2x

Pembaruan baru ini juga membawa peningkatan dalam membuat dan mengelola media proxy yang memberi editor portabilitas dan performa saat bekerja dengan format resolusi besar atau saat berkolaborasi dari jarak jauh. Untuk pertama kalinya dalam Final Cut Pro X, kita dapat membuat proxy dalam ProRes Proxy atau H.264 dalam dimensi sekecil 12,5 persen dari aslinya.

Kita dapat menggabungkan media proxy, gambar, dan audio ke drive eksternal atau yang terhubung ke jaringan. Library Final Cut Pro juga dapat ditautkan kembali ke proxy yang sudah dibuat untuk fleksibilitas tambahan.

apple_final-cut-pro-update_proxy-workflow_08252020_big.jpg.large_2x

Selain itu, profesional video sekarang dapat bekerja lebih efisien dengan serangkaian peningkatan workflow baru di Final Cut Pro X. Pengaturan kamera ProRes RAW, seperti ISO, color temperature, dan exposure compensation dapat diseseuaikan di inspector.

Kemudian plug-in baru untuk file Canon Cinema RAW Light dan RED RAW yang menambahkan dukungan Metal. Transcoding video 8K RED RAW ke ProRes 422 dua kali lebih cepat di Mac Pro dan tiga kali lebih cepat di MacBook Pro. Juga sekarang editor Final Cut Pro dapat memutar dan mengedit Canon Cinema RAW Light 8K.

Dibanding dengan software edit video Adobe Premiere Pro yang mengharuskan kita untuk berlangganan, Final Cut Pro bisa dibeli seharga US$299.99 atau sekitar Rp4,3 jutaan. Namun Final Cut Pro ini hanya tersedia untuk komputer berbasis MacOS saja.

Sumber: Apple

Apple Boleh Blokir Fortnite dari App Store, tapi Tidak Unreal Engine

Beberapa minggu lalu, Epic Games menambahkan sistem pembelian baru di Fortnite, yaitu direct payment. Melalui direct payment, pemain dapat langsung membeli V-Bucks (mata uang di Fortnite) langsung dari Epic Games. Dengan begitu, Epic tak perlu membayar komisi pada Apple dan Google sebesar 30% setiap pemain melakukan pembelian dalam game.

Hal ini membuat Apple dan Google meradang. Kedua perusahaan itu kemudian memutuskan untuk memblokir Fortnite di App Store dan Play Store. Epic Games lalu membalas dengan menuntut Apple ke pengadilan atas tuduhan praktik monopoli. Mereka juga mengadakan turnamen Fortnite dalam rangka memenangkan dukungan para gamer dan sekalian meledek Apple.

Pengadilan telah menetapkan keputusan terkait tuntutan Epic Games pada Apple. Hakim Yvonne Gonzalez Rogers memutuskan bahwa Apple boleh memblokir Fortnite dari App Store. Menurut Rogers, pemblokiran Fortnite dari App Store merupakan hasil dari keputusan Epic Games untuk melanggar kontrak dengan Apple. Dia juga menganggap, jika Fortnite diblokir, hal ini tidak akan menyebabkan masalah besar pada industri gaming.

pengadilan apple epic
Hakim Rogers menganggap, jika Apple memblokir alses E[oc le Unreal Engine di iOS, hal ini akan menyebabkan masalah pada industri gaming.
Namun, Rogers memutuskan, Apple tak boleh memblokir akun developer Epic Games di iOS. Sebelum ini, Epic mengklaim bahwa Apple berencana untuk memblokir akun developer Epic pada 28 Agustus 2020. Jika hal ini terjadi, Epic tak lagi bisa memberikan update pada Unreal Engine di iOS.

Berdasarkan keputusan Rogers, Apple harus membiarkan Epic menyediakan Unreal Engine pada developer lain. Pasalnya, jika akses Epic pada Unreal Engine untuk iOS dibatasi, hal ini dianggap akan mendisrupsi industri gaming dan menyulitkan para developer game lain, yang tidak terlibat dalam pertengkaran antara Apple dan Epic.

“Epic Games dan Apple boleh saling menuntut satu sama lain ke pengadilan,” tulis Rogers, seperti dikutip dari The Verge. “Namun, perselisihan antara keduanya tidak boleh menyebabkan kerugian pada pihak yang tak terlibat.”

Keputusan Hakim Rogers ini bersifat sementara. Baik Apple dan Epic Games masih dapat membela diri dalam sidang yang akan diadakan pada 28 September 2020.

Epic Games Adakan Free Fortnite Cup untuk Ledek Apple

Epic Games mengadakan Free Fortnite Cup pada 23 Agustus 2020. Turnamen tersebut bisa diikuti oleh semua pemain Fortnite di seluruh dunia. Satu hal yang membuat turnamen tersebut unik adalah karena Free Fortnite Cup diadakan sebagai bentuk protes Epic Games pada Apple.

Dua minggu lalu, Apple dan Google memblokir Fortnite dari App Store dan Play Store karena Epic menyediakan opsi pembelian V-Bucks — mata uang di Fortnite — yang memungkinkan para gamer untuk membeli V-Bucks langsung dari Epic Games. Dengan begitu, Epic tak perlu membayar potongan 30 persen pada Apple. Epic juga melakukan hal yang sama di Android. Hal ini berujung pada diblokirnya Fortnite di App Store dan Play Store. Epic lalu menuntut Apple dan Google ke pengadilan atas tuduhan monopoli.

Dalam Free Fortnite Cup, salah satu hadiah yang Epic Games tawarkan adalah skin Tart Tycoon. Untuk memenangkan skin tersebut, seorang peserta hanya cukup mendapatkan 10 poin. Pemain akan mendapatkan 10 poin setiap mereka berhasil keluar sebagai pemenang dan mendapatkan Victory Royale. Peserta juga akan mendapatkan satu poin setiap kali mereka berhasil mengeliminasi pemain lain. Tak hanya itu, pemain akan mendapatkan satu poin jika mereka bisa bertahan per tiga menit. Dengan begitu, bisa dipastikan, hampir semua peserta Free Fortnite Cup akan mendapatkan skin Tart Tycoon.

free fortnite cup
Skin Tart Tycoon yang bisa dimenangkan dalam Free Fortnite Cup.

Tak berhenti sampai di situ, Epic juga menawarkan topi Free Fortnite. Di topi berwarna hitam tersebut, terdapat gambar llama dengan warna pelangi, yang identik dengan logo Apple. Topi tersebut akan diberikan pada 20 ribu pemain dengan poin terbanyak dalam Free Fortnite Cup.

free fortnite cup
Topi Free Fortnite.

Terakhir, Epic juga menawarkan hadiah berupa perangkat gaming, mulai dari smartphone Android sampai laptop gaming. Epic menyediakan 1.200 perangkat gaming untuk para pemain yang dapat memakan apel paling banyak dalam game.

Inilah perangkat gaming yang ditawarkan oleh Epic:

  • Samsung Galaxy Tab S7
  • OnePlus 8
  • PlayStation 4 Pro
  • Xbox One X
  • Nintendo Switch
  • Alienware Gaming Laptop
  • Razer Gaming Laptop

Selain untuk meledek Apple, tampaknya, Epic juga menyelenggarakan Free Fortnite Cup untuk memenangkan hati para gamer. Meskipun begitu, tidak diketahui apakah opini publik akan dapat membantu Epic untuk memenangkan kasus mereka di pengadilan melawan Apple dan Google.

Fortnite Didepak dari Apple App Store dan Google Play Store

Coba Anda cari Fortnite di App Store maupun Google Play sekarang, saya yakin game battle royale tersebut tidak akan muncul di hasil pencarian. Ini dikarenakan Apple dan Google sudah mendepak Fortnite dari platform mereka masing-masing.

Semuanya bermula ketika Epic Games merilis update untuk Fortnite di iOS dan Android yang menghadirkan mekanisme in-app purchase baru, yaitu direct payment. Sesuai namanya, direct payment memungkinkan pemain untuk membeli V-Bucks (mata uang dalam Fortnite) langsung dari Epic Games ketimbang melalui Apple atau Google sebagai perantaranya.

Alhasil, jika memilih opsi direct payment, pemain bakal mendapat potongan harga sebesar 20%; dari yang tadinya $10 untuk 1.000 V-Bucks menjadi $8. Sebelumnya, hal ini tidak dimungkinkan karena Apple dan Google menarik komisi sebesar 30% untuk setiap transaksi in-app.

Fortnite Direct Payment

Lalu hanya selang beberapa jam saja, Apple langsung mengambil tindakan dengan menghapus Fortnite dari App Store. Alasannya? Mekanisme direct payment tersebut merupakan bentuk pelanggaran terhadap kebijakan di App Store. Tidak lama kemudian, giliran Google yang memblokir Fortnite dari Play Store dengan alasan yang serupa.

Di Android, ini sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah sebab kita masih bisa mengunduh dan meng-install Fortnite langsung dari situs Epic Games, atau lewat Samsung Galaxy Store buat para pengguna perangkat Samsung. Pada kenyataannya, Fortnite sendiri baru hadir secara resmi di Google Play pada bulan April lalu, setelah hampir dua tahun tersedia di Android lewat metode instalasi langsung itu tadi.

Kasusnya sangat berbeda di iOS. Para pengguna iPhone dan iPad pastinya tahu bahwa satu-satunya cara untuk meng-install aplikasi atau game adalah melalui App Store (kecuali perangkatnya Anda jailbreak). Mereka yang sudah mengunduh Fortnite sebelumnya tapi belum sempat meng-update masih bisa bermain seperti biasa, akan tetapi mereka tidak akan bisa mengakses konten-konten baru yang datang bersama update Fortnite Chapter 2 – Season 4 ke depannya.

Kepada The Verge, Apple menyatakan bahwa mereka bakal berunding dengan Epic supaya Fortnite bisa kembali hadir di App Store, akan tetapi Apple tidak berniat memberikan pengecualian sehingga Epic tetap bisa menawarkan sistem direct payment pada Fortnite. Google pun juga memberikan pernyataan serupa dan membuka kesempatan berdiskusi dengan Epic.

Epic sudah menebak hasil akhirnya bakal seperti ini, sebab mereka langsung merespon balik dengan menuntut Apple dan Google sekaligus. Tuntutannya didasarkan pada undang-undang antitrust di Amerika Serikat, yang sederhananya menuduh Apple dan Google menerapkan praktik monopoli pada platform distribusi digitalnya masing-masing.

Apple dan Google sendiri belum lama ini juga mengirimkan masing-masing CEO-nya untuk bersaksi di hadapan Kongres AS terkait perkara antitrust ini. Jadi bisa disimpulkan timing drama Epic Games vs Apple dan Google ini bukanlah suatu kebetulan. Selain menuntut, Epic juga mengejek Apple dengan merilis video yang memarodikan iklan TV legendaris Apple dari tahun 1984.

Sumber: The Verge.

Apple Jelaskan Kenapa Layanan Cloud Gaming Microsoft xCloud Tidak Tersedia di iOS

Pada tanggal 15 September nanti, konsumen di 22 negara dapat memainkan berbagai game Xbox melalui smartphone atau tablet berkat layanan cloud gaming xCloud dari Microsoft. Syaratnya cukup dengan berlangganan Xbox Game Pass Ultimate saja, tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan lagi.

Syarat yang kedua, pastikan smartphone atau tablet yang dipakai menjalankan sistem operasi Android, sebab layanan ini tidak akan tersedia di platform iOS, setidaknya di awal peluncurannya nanti. Kabar ini tentu terdengar mengejutkan, apalagi mengingat xCloud sempat menjalani fase pengujian di iOS pada bulan Februari lalu.

Kepada Business Insider, perwakilan Apple menjelaskan bahwa alasan xCloud harus absen di iOS sebenarnya berkaitan dengan kebijakan platform App Store itu sendiri: setiap aplikasi atau game yang akan masuk ke App Store harus di-review satu per satu dahulu, serta nantinya harus muncul di hasil pencarian maupun chart.

Jadi kalau xCloud menawarkan akses ke 100 game, maka 100 game itu harus Microsoft cantumkan satu per satu untuk di-review oleh tim App Store. Berhubung Microsoft tidak melakukannya, maka xCloud yang bertindak sebagai portal untuk gamegame tersebut pun tidak diperbolehkan hadir di App Store. Kedengarannya konyol memang, apalagi jika melihat Netflix dan Spotify yang diperbolehkan hadir tanpa perlu mencantumkan satu per satu kontennya untuk di-review.

Apple berdalih bahwa game itu sifatnya interaktif, tidak seperti film atau musik. Apple mungkin terkesan sangat kaku, tapi setidaknya mereka konsisten dengan kebijakannya: semua game yang tersedia di Apple Arcade (layanan gaming subscription milik Apple), memang akan muncul satu per satu kalau kita cari di App Store.

Facebook Gaming harus memangkas fitur Instant Games supaya bisa hadir di iOS / Facebook
Facebook Gaming harus memangkas fitur Instant Games supaya bisa hadir di iOS / Facebook

xCloud pun bukan satu-satunya layanan cloud gaming yang tidak bisa hadir di iOS karena terbentur kebijakan App Store. Contoh lainnya adalah Google Stadia. Meski aplikasi Stadia ada di App Store, fungsinya cuma sebatas untuk mengatur library game yang dimiliki masing-masing pelanggan, bukan untuk memainkan game-nya.

Bahkan aplikasi Facebook Gaming pun baru-baru ini juga menjumpai kendala saat akan dirilis di iOS. Aplikasinya akhirnya tersedia, tapi Facebook harus mengorbankan fitur Instant Games agar bisa disetujui. Jadi kalau aplikasi Facebook Gaming di Android bisa dipakai untuk memainkan sejumlah mini game, di iOS tidak.

Dari sini mungkin sebagian dari kita akan berasumsi Apple takut penjualan game di App Store merosot dengan adanya layanan cloud gaming seperti xCloud atau Stadia. Namun kalau memang kenyataannya begitu, mengapa Apple tidak sekalian memblokir Netflix dan Spotify yang mempengaruhi penjualan film dan musik di iTunes, sekaligus bersaing langsung dengan layanan milik Apple sendiri (Apple TV+ dan Apple Music)?

Saya sama sekali tidak bermaksud untuk membela Apple, dan saya pribadi juga berharap xCloud maupun Stadia nantinya bisa tersedia sepenuhnya di iOS mengingat saya sendiri merupakan pengguna iPhone. Semoga saja Microsoft akan terus bernegosiasi dan memperjuangkan layanan cloud gaming-nya agar bisa eksis di semua platform.

Sumber: Business Insider.

Apple Umumkan iMac 27 Inci Versi 2020 dengan Prosesor Intel Core Generasi ke-10

Apple telah mengumumkan pembaruan untuk perangkat iMac 27 inci ke versi 2020 yang mungkin akan menjadi iMac berbasis Intel terakhir. Sebab pada acara Worldwide Developer Conference (WWDC) 2020 bulan lalu, Apple mengumumkan akan menggantikan prosesor Intel dengan Apple Silicon buatannya sendiri.

Pembaruan komputer all-in-one tersebut termasuk peningkatan kapasitas penyimpanan versi dasar, opsi CPU dengan Intel Core generasi ke-10 dan GPU yang lebih kuat. Dukungan kapasitas RAM lebih besar dan peningkatan pada layar Retina 5K.

apple-umumkan-imac-27-inci-versi-2020-1

Dari desain, iMac 27 inci tidak tampak berbeda dengan versi sebelumnya. Namun iMac anyar ini kini tersedia dengan layar kaca dalam finishing yang disebut nano-texture matte, sebelumnya hanya tersedia dengan layar kaca finishing glossy.

Teknologi nano-texture matte pertama kali dipamerkan pada perangkat monitor Pro Display XDR. Di mana akan mengurangi silau pada layar dan menyuguhkan gambar yang lebih baik di lingkungan yang cerah. Selain kaca matte, layar iMac 27 inci juga mengemas teknologi Apple True Tone untuk mengadaptasi keseimbangan warna berdasarkan pencahayaan sekitar.

apple-umumkan-imac-27-inci-versi-2020-3

Lanjut ke bagian dalam, Apple memperbarui prosesor iMac 27 inci dengan Intel Core generasi ke-10, baik opsi 6-core, 8-core, dan juga untuk pertama kalinya tersedia versi 10-core. Kemampuan grafisnya juga ditingkatkan dengan GPU AMD Radeon Pro 5000 series, opsi RAM hingga 128GB, dan penyimpanan berbasis SSD hingga 8TB.

Selain itu, Apple juga telah menambahkan chip keamanan T2 dengan bandwidth tinggi seperti jajaran komputer Apple lainnya. Kamera FaceTime 1080p juga diperbarui, termasuk mikrofon dan speakernya untuk memberikan kualitas audio yang lebih baik.

apple-umumkan-imac-27-inci-versi-2020-4

Sementara, untuk iMac 21,5 inci seluruh variannya kini menggunakan penyimpanan SSD dan iMac Pro datang dengan prosesor Intel Xeon 10-core. Harga iMac 27 inci versi dasar dibanderol mulai US$1.800 atau sekitar Rp26,2 jutaan dengan prosesor Intel Core i5 generasi ke-10 6-core 3.1GHz, RAM DDR4 8GB 2666MHz, penyimpanan SSD 256GB, dan GPU Radeon Pro 5300 6GB.

Sumber: DPreview