Apple Batalkan Kontrak dengan Developer Game yang Karyanya Dinilai Kurang Menarik untuk Apple Arcade

Kehadiran Apple Arcade sejak September lalu pada dasarnya membuka perspektif baru terhadap industri mobile gaming. Demi menyajikan katalog game yang berkualitas, Apple tidak segan membayar kalangan developer untuk menciptakan game buat layanan berlangganannya tersebut.

Bagi para developer, Apple Arcade bisa dilihat sebagai medium yang tepat untuk mengerjakan game yang ingin mereka buat, bukan yang semata perlu mereka buat demi bertahan hidup. Honor yang mereka terima langsung dari Apple itu sejatinya bisa menggantikan strategi-strategi bisnis umum di bidang game development seperti menyisipkan iklan maupun sederet in-app purchase yang sering kali menjurus ke arah pay-to-win.

Katalog Apple Arcade sejauh ini mencakup lebih dari 120 game, dan sebagian di antaranya adalah judul-judul berkualitas tinggi, macam Where Cards Fall misalnya, yang baru-baru ini dipilih menjadi salah satu pemenang Apple Design Awards; atau Sayonara Wild Hearts, yang di platform mobile cuma tersedia melalui Apple Arcade meskipun game-nya juga dirilis untuk console maupun PC.

120 game boleh dibilang cukup banyak untuk ukuran layanan yang belum berusia satu tahun, akan tetapi tidak terlalu berbeda jauh dari jumlah ketika ia baru dua bulan dirilis. Padahal, sejak awal Apple sudah berjanji untuk menghadirkan game baru buat Arcade setiap minggunya.

Apple Arcade

Salah satu penyebabnya bisa jadi dikarenakan Apple telah membatalkan kontraknya dengan sejumlah developer. Dilaporkan oleh Bloomberg, pada pertengahan April lalu, Apple menghubungi sejumlah developer yang tengah mengerjakan game untuk Apple Arcade, dan menjelaskan bahwa karya mereka kurang memenuhi tingkat engagement yang Apple kehendaki.

Apple pada dasarnya mengincar game yang bisa membuat pelanggan Arcade jadi merasa terikat, dan mereka memakai game berjudul Grindstone sebagai contoh. Grindstone sendiri merupakan sebuah game puzzle kasual, dan seperti yang kita tahu, game seperti ini memang sering kali terbukti cukup adiktif. Lalu apakah itu berarti gamegame petualangan yang cepat tamat tidak punya tempat sama sekali di Apple Arcade?

Kemungkinan tidak sampai seekstrem itu. Bisa jadi katalog Apple Arcade memang kekurangan gamegame kasual yang adiktif macam Grindstone itu tadi. Tanpa gamegame sejenis itu, Apple Arcade mungkin bakal kesulitan mempertahankan konsumen sebagai pelanggan; konsumen mungkin hanya memanfaatkan trial gratis selama sebulan untuk menamatkan beberapa judul dan tidak lanjut berlangganan.

Apple sendiri sejauh ini belum pernah melaporkan seberapa banyak jumlah pelanggan Arcade, namun perubahan strategi ini bisa menjadi indikasi bahwa pertumbuhan pelanggannya terbilang lambat. Ditambah lagi, Apple baru-baru ini juga memberikan trial gratis Arcade yang kedua buat konsumen.

Sumber: Bloomberg.

Apple Bakal Pensiunkan iBooks Author dan iTunes U

Mungkin tidak banyak yang menyadari, akan tetapi sejak iOS 12 dirilis, aplikasi iBooks sudah resmi berganti nama menjadi Apple Books. Lain ceritanya buat aplikasi iBooks Author, yang sudah tidak pernah mendapat update sejak September 2018.

Pada kenyataannya, Apple berniat memensiunkan iBooks Author dalam waktu dekat. Per tanggal 1 Juli 2020 nanti, pengguna tak lagi bisa mengunduh iBooks Author dari Mac App Store, kecuali mereka sudah pernah mengunduhnya sebelumnya.

Alasannya bukan semata karena iBooks sudah berganti nama begitu saja, melainkan karena sebagian besar fitur yang ditawarkan iBooks Author sudah tersedia di Pages. Tidak seperti iBooks Author yang hanya tersedia di macOS, Pages bisa kita gunakan di iPad dan iPhone sekaligus. Apple juga tak lupa memberikan panduan lengkap untuk berpindah dari iBooks Author ke Pages.

Selain iBooks Author, Apple juga berencana untuk memensiunkan platform pendidikan iTunes U pada akhir tahun 2021. Alasannya dikarenakan Apple sudah menawarkan berbagai aplikasi pendidikan seperti Classroom atau Schoolwork di iPad, dan beberapa aplikasi lainnya juga sudah menawarkan fitur-fitur spesifik untuk konteks pendidikan, dan itu semua sudah umum digunakan oleh para guru beserta muridnya.

Sebagai gantinya, Apple menyarankan para pengajar untuk memigrasikan konten-kontennya dari iTunes U ke Apple Podcasts atau Apple Books. Singkat cerita, daripada harus berhadapan dengan platform khusus pendidikan, Apple percaya konsumen bakal lebih mudah membuka kategori pendidikan di aplikasi Apple Podcasts dan Apple Books. Untuk materi pembelajaran yang bersifat tertutup dan dimaksudkan buat kalangan tertentu saja, Apple menganjurkan para pengajar untuk mendistribusikannya lewat aplikasi Schoolwork.

Sumber: 9to5Mac.

WWDC 2020 Bakal Digelar Secara Online dan Tanpa Dipungut Biaya

Worldwide Developers Conference (WWDC), event tahunan yang Apple gelar untuk komunitas developer, bakal diadakan sepenuhnya secara online tahun ini, dimulai pada tanggal 22 Juni. Alasannya apa lagi kalau bukan pandemi COVID-19.

Kabar baiknya, semua developer dipersilakan mengikuti rangkaian acara WWDC 2020 selama satu pekan secara gratis. Cukup mengejutkan mengingat di tahun-tahun sebelumnya, developer harus membeli tiket WWDC seharga ribuan dolar, dan itu pun harus melalui sistem lotere terlebih dulu.

Detail mengenai rangkaian acaranya, termasuk keynote dan beragam sesi lainnya, baru akan dijabarkan mendekati hari H-nya di bulan Juni. Seperti biasa, WWDC selalu menjadi panggung perkenalan versi baru sejumlah sistem operasi dan software bikinan Apple. Untuk tahun ini, Apple semestinya bakal menyingkap iOS 14, watchOS 7, dan penerus macOS Catalina.

Terkait iOS 14, satu fitur baru yang dirumorkan bakal hadir adalah kemampuan untuk menetapkan aplikasi pihak ketiga sebagai default, semisal aplikasi email atau browser. Fitur ini memang sudah lama tersedia di Android, tapi benar-benar baru untuk platform iOS seandainya rumor tersebut tidak meleset.

WWDC bukan satu-satunya konferensi developer besar yang terpaksa dihelat secara online tahun ini. Baru-baru ini, Microsoft juga mengumumkan bahwa event developer mereka, Microsoft Build, juga akan berlangsung secara online selama dua hari penuh mulai 19 Mei mendatang, dan juga tanpa dipungut biaya. Cuma Google I/O 2020 yang dibatalkan sepenuhnya pada bulan Maret lalu.

Sumber: Apple.

Tidak Ada Lagi MacBook dengan Keyboard yang Rentan Rusak

Saat hendak membeli laptop baru, apakah keyboard menjadi salah satu pertimbangan buat Anda? Saya yakin sebagian besar bakal mengiyakan, dan pada kenyataannya, perkara keyboard ini sempat menodai reputasi MacBook selama sekitar lima tahun terakhir.

Pemicunya adalah MacBook 12 inci yang dirilis di tahun 2015, yang kini telah dipensiunkan. Perangkat itu memulai tren keyboard dengan switch tipe baru di lini MacBook. “Butterfly keyboard“, demikian istilah keren yang dipakai Apple. Dibandingkan sebelumnya yang memakai switch tipe scissor, butterfly keyboard dipilih demi mewujudkan bodi laptop yang kian tipis.

Lebih tipis, tapi ternyata lebih ringkih, demikianlah fakta seputar butterfly keyboard. Alhasil, jumlah kasus keyboard MacBook rusak meningkat drastis, dan sering kali penyebabnya cuma sebatas keyboard-nya kemasukan debu. Lebih parahnya lagi, perkara ini terus berlanjut sampai tiga generasi.

Hingga akhirnya Apple sadar diri dan menyudahi obsesinya akan perangkat yang luar biasa tipis. Menjelang akhir 2019, mereka merilis MacBook Pro 16 inci, dan salah satu fitur unggulannya adalah keyboard baru yang kembali ditenagai switch tipe scissor. Beberapa bulan setelahnya, MacBook Air menyusul dengan keyboard yang sama, dan sekarang giliran MacBook Pro 13 inci.

MacBook Pro 13 inci

Ya, Apple sekarang sudah tidak lagi menjual MacBook yang dilengkapi butterfly keyboard. Iterasi terbaru MacBook Pro 13 inci ini datang membawa keyboard yang sama reliabelnya dengan MacBook Pro 16 inci maupun MacBook Air edisi 2020. TouchBar tetap dipertahankan, demikian pula Touch ID dan tombol Esc fisik.

Penyegaran spesifikasi tentu juga sudah diterapkan. Konfigurasinya kini mencakup prosesor Intel Core i5 generasi ke-8 maupun ke-10. Kalau memilih yang dibekali prosesor generasi terbaru, konsumen juga akan mendapat GPU terintegrasi yang lebih bertenaga sekaligus RAM LPDDR4X 16 GB atau 32 GB dengan kecepatan 3733 MHz. Untuk storage (SSD), ada pilihan kapasitas dari 256 GB sampai 4 TB.

Layar IPS-nya belum berubah, masih dengan bentang diagonal 13,3 inci dan resolusi 2560 x 1600 pixel. Tingkat kecerahan maksimumnya tercatat 500 nit, dan tentu saja layar ini sudah mendukung fitur True Tone.

Varian dengan prosesor Intel generasi ke-10 dibekali GPU yang kinerjanya 80% lebih cepat / Apple
Varian dengan prosesor Intel generasi ke-10 dibekali GPU yang kinerjanya 80% lebih cepat / Apple

Satu hal yang cukup mengganggu buat saya adalah, tidak semua varian MacBook Pro 13 inci ini memiliki jumlah port USB-C (Thunderbolt 3) yang sama. Varian dengan prosesor generasi ke-8 cuma mengemas dua port, sedangkan varian dengan prosesor generasi ke-10 dilengkapi empat port. Jadi kalau dua port USB-C dirasa kurang, bersiaplah merogoh kocek lebih dalam lagi.

Seberapa dalam memangnya? Apple membanderol varian dengan prosesor generasi ke-8 seharga mulai $1.299, sedangkan varian dengan prosesor generasi ke-10 mulai $1.799. Pemasarannya sudah mulai berlangsung di Amerika Serikat.

Sumber: Apple.

Komparasi Apple iPhone SE Generasi Kedua vs iPhone 8, Mending Move On atau CLBK?

Selang empat tahun, Apple telah merilis iPhone SE generasi kedua. Formulanya masih sama seperti pendahulunya, yakni dikemas dalam wujud lawas tapi dengan jeroan teranyar.

Mari bahas dulu iPhone SE generasi pertama. Ia dirilis pada tahun 2016 dengan desain yang sama seperti iPhone 5s yang diumumkan tahun 2013. Namun, dengan dapur pacu chipset Apple A9 yang digunakan pada iPhone generasi terbaru saat itu yakni iPhone 6s.

iphone-se-2
Apple iPhone SE | Foto Apple

Tak beda jauh dengan Apple iPhone SE generasi kedua, yang mana mengemas desain iPhone 8 yang dirilis tahun 2017. Namun, dengan chipset Apple A9 yang sama seperti iPhone 11.

Apple iPhone 8 sendiri juga berbagi desain yang sama dengan iPhone 7 (2016), iPhone 6s (2015), dan iPhone 6 (2014). Artinya, iPhone SE kedua ini juga menonjolkan sensasi nostalgia terhadap para mantan pengguna iPhone empat generasi di atas.

Desain dan Spesifikasi iPhone SE vs iPhone 8

iphone-8
Apple iPhone 8 dan versi Plusnya | Foto Apple

Jadi, apa hal yang paling kalian rindukan pada iPhone 8? Yang pasti adalah dimensi body-nya yang super ringkas dan Touch ID. Sejak iPhone X, Apple memang telah menghapus sistem keamanan sidik jari dengan Face ID.

iphone-se-4
Touch ID | Foto Apple

Nah dimensi iPhone SE kedua dan iPhone 8 ini sama persis, 138.4×67.3×7.3 mm dengan bobot 148 gram. Cover belakangnya terbuat dari material kaca dan bingkai aluminium dengan sertifikasi IP67.

Pun demikian dengan spesifikasi lainnya, seperti layar retina IPS 4,7 inci beresolusi 750×1334 piksel dalam aspek rasio 16:9 dengan bezel layar atas dan bawah yang tebal. Sektor kamera mengandalkan kamera belakang 12 MP f/1.8 dengan fitur Portrait Mode dan 7 MP f/2.2 untuk kamera depan.

iphone-se-3
Kamera iPhone SE | Foto Apple

Kemudian baterainya berkapasitas 1.821 mAh yang kini hadir dengan dukungan fast charging 18W (iPhone 8 15W) dan Qi wireless charging. Upgrade terbesar memang pada dapur pacunya, dengan Apple A13 Bionic dan RAM 3GB dengan opsi penyimpanan 64GB, 128GB, atau 256GB.

iphone-se-5
Apple iPhone SE | Foto Apple

Beberapa teman saya masih ada yang menggunakan iPhone 8 dan generasi sebelumnya. Saya juga sempat kepincut dan mencari iPhone 8 second tapi akhirnya saya urungkan.

Dimensinya memang sangat ringkas, tapi kembali ke layar 4,7 inci terasa amat kecil dan terutama saat mengetik terasa tidak nyaman. Hal ini wajar mengingat saya sudah terbiasa dengan smartphone Android full screen berlayar lebih dari 6 inci.

Satu hal lagi adalah mereka para pengguna iPhone 8 atau generasi sebelumnya tidak pernah lepas dari yang namanya powerbank saat bepergian. iPhone SE kedua pun punya kapasitas baterai yang sama dan kemungkinan daya tahan baterainya tak jauh beda meski chipset dan OS terbaru jauh lebih efisien.

Di Amerika Serikat, iPhone SE kedua dijual dengan banderol mulai US$399 dalam pilihan warna black, white, dan red. Jadi, bagi para mantan pengguna iPhone 8, 7, 6s, dan 6 tertarik meminang iPhone SE kedua sebagai smartphone utama?

iPhone SE Generasi Kedua Dirilis, Usung Spesifikasi iPhone 11 dalam Kemasan Lawas

Sejak meluncurkan trio iPhone 11 tahun lalu, Apple sudah tidak lagi menjual iPhone yang dilengkapi home button (kecuali di Indonesia dan beberapa negara lainnya). iPhone terakhir yang wajahnya masih dihiasi bezel tebal beserta tombol fisik adalah iPhone 8, yang dirilis hampir tiga tahun yang lalu.

Maka dari itu, cukup mengejutkan melihat lineup iPhone kini kedatangan anggota baru yang lagi-lagi membawa home button. Mari berkenalan dengan iPhone SE, penerus dari perangkat bernama sama yang Apple luncurkan di bulan Maret 2016.

Generasi pertama iPhone SE sejatinya boleh dianggap sebagai iPhone 6S dalam kemasan iPhone 5S. Untuk generasi keduanya, iPhone SE tak ubahnya dari iPhone 11 dalam kemasan iPhone 8. Bingung? Well, perangkat ini sederhananya punya spesifikasi mutakhir, hanya saja penampilannya sudah termakan usia.

iPhone SE 2

Abaikan sejenak wujudnya yang kelihatan kuno dan terkesan tak bisa move on, sebab memang tidak ada yang berubah di sektor ini. Panel layar yang digunakan pun masih sama persis seperti sebelum-sebelumnya: IPS 4,7 inci, dengan resolusi 1334 x 750 pixel.

Yang menjadi daya tarik utama ponsel ini adalah kinerjanya. iPhone SE generasi kedua mengusung chipset A13 Bionic, dengan prosesor dan GPU yang sama superiornya seperti milik iPhone 11, iPhone 11 Pro maupun iPhone 11 Pro Max.

Terkait kamera, iPhone SE hanya dilengkapi satu kamera belakang beresolusi 12 megapixel beserta lensa f/1.8, akan tetapi ia tetap mendukung fitur Portrait Mode. Yang mengecewakan adalah, Apple sama sekali tidak menyinggung soal Night Mode, sehingga saya menduga fitur ini memang absen di iPhone SE.

Urusan video, iPhone SE mendukung perekaman dalam resolusi maksimum 4K 60 fps. Kalau melihat kualitas video yang dihasilkan iPhone selama ini, iPhone SE generasi kedua pada dasarnya bisa menjadi senjata cadangan yang sangat berpotensi bagi kalangan videografer.

iPhone SE 2

Selebihnya, iPhone SE generasi kedua nyaris tidak ada bedanya dari iPhone 8. Fitur-fitur pemanis seperti sertifikasi ketahanan air IP67 dan dukungan wireless charging tetap ada. Bicara soal baterai, konsumen pada dasarnya bisa mengekspektasikan daya tahan yang sama seperti iPhone 8, meski mungkin ada sedikit peningkatan berkat chipset-nya yang lebih efisien.

Di Amerika Serikat, iPhone SE generasi kedua bakal segera dijual dengan banderol mulai $399. Ada tiga varian kapasitas yang ditawarkan (64 GB, 128 GB, dan 256 GB), demikian pula pilihan warnanya (hitam, putih, merah).

Sumber: Apple.

Lebih dari Sepertiga Pelanggan Layanan Streaming Musik Adalah Pelanggan Spotify

Tahun demi tahun, industri streaming musik terus bertumbuh secara pesat. Jumlah penggunanya terus bertambah, tapi yang lebih penting adalah jumlah pengguna berbayarnya (subscriber) yang juga naik cukup signifikan.

Hasil riset Counterpoint menunjukkan bahwa di tahun 2019, jumlah pelanggan layanan streaming musik secara global naik 32% menjadi 358 juta orang. Ini penting mengingat paket berlangganan alias subscription merupakan sumber pendapatan terbesar platform streaming musik – lebih dari 80% total pendapatan kalau kata Counterpoint.

Lebih dari sepertiga total subscriber itu berasal dari Spotify (35%), disusul oleh Apple Music di peringkat kedua (19%). Di bawahnya lagi, ada Amazon Music (15%), Tencent Music (11%) dan YouTube Music (6%).

Menariknya, 14% sisanya berasal dari layanan yang skala beroperasinya masih dalam tahap regional. Menurut Counterpoint, fokus pada konten lokal menjadikan Gaana (India), Yandex Music (Rusia), dan Anghami (Timur Tengah) sebagai layanan streaming musik paling top di negaranya masing-masing.

Music streaming subscriptions market share

Namun seperti yang kita tahu, konten di Spotify sekarang bukan cuma sebatas musik, melainkan juga podcast. Sebagian dari katalog podcast-nya juga bersifat eksklusif, dan konten eksklusif inilah yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan jumlah subscription. Bukan cuma untuk Spotify, tren yang sama juga berlaku untuk platform yang bersifat regional kalau kata Counterpoint.

Kehadiran podcast juga penting di tengah masa pandemi COVID-19 ini. Pasalnya, berhubung konsumen berada di rumah terus, mereka akan lebih sering menonton TV atau mendengarkan radio untuk mengikuti berita-berita terbaru. Ketimbang musik, podcast jelas lebih cocok menjadi alternatif dari konten berita.

Terlepas dari itu, Counterpoint masih memprediksi pertumbuhan subscription layanan streaming musik secara global bakal melebihi 25% di akhir 2020 nanti, dengan jumlah pelanggan melebihi angka 450 juta.

Sumber: Counterpoint via Engadget. Gambar header: Fixelgraphy via Unsplash.

MacBook Air Edisi 2020 Hadirkan Performa 2x Lebih Cepat dan Keyboard yang Lebih Reliable

Selain memperkenalkan iPad Pro generasi keempat, Apple turut mengumumkan MacBook Air versi baru dengan penyegaran spesifikasi. Bentuknya masih sama seperti yang Apple luncurkan di tahun 2018, dengan layar IPS 13,3 inci beresolusi 2560 x 1600 pixel.

Yang disempurnakan di sini adalah performanya, dan ini penting mengingat edisi tahun lalu tidak menawarkan peningkatan performa sama sekali. Berbekal prosesor Intel generasi ke-10 (mulai dari dual-core i3 sampai quad-core i7), kinerja MacBook Air edisi 2020 diklaim dua kali lebih kencang dari sebelumnya, dan performa grafisnya sendiri 80% lebih baik.

Mendampingi prosesor tersebut adalah pilihan RAM LPDDR4X berkapasitas 8 GB atau 16 GB. Apple tak lupa membekali MacBook Air dengan baterai berkapasitas 49,9 Wh yang diklaim mampu bertahan sampai 11 jam pemakaian (browsing).

2020 MacBook Air

Perubahan lain yang tidak kalah penting adalah keyboard-nya, yang kini telah kembali menggunakan switch model lama seperti milik MacBook Pro 16 inci, bukan lagi switch tipe butterfly yang terkenal mudah rusak. Selain lebih reliable, keyboard barunya semestinya lebih nyaman daripada sebelumnya berkat key travel sampai sedalam 1 mm.

Namun bagian terbaiknya menurut saya adalah soal storage. MacBook Air edisi 2020 hadir membawa kapasitas penyimpanan sebesar 256 GB pada varian termurahnya, dua kali lebih besar dari sebelumnya. Varian 512 GB, 1 TB, dan 2 TB tentu juga tersedia bagi yang membutuhkan.

Meski menawarkan kapasitas penyimpanan yang lebih besar, harga MacBook Air edisi 2020 justru semakin terjangkau, kini dimulai di angka $999. Dalam kesempatan yang sama, Mac Mini juga ikut dilipatgandakan storage-nya; varian termurahnya yang dibanderol $799 kini juga mengusung kapasitas sebesar 256 GB.

Sumber: Apple.

Apple Luncurkan iPad Pro Generasi Keempat, Kini Dilengkapi Kamera Ganda dan Sensor LiDAR

Tanpa mengadakan event seperti biasanya, Apple meluncurkan iPad Pro generasi terbaru. Sepintas fisiknya tampak identik seperti iPad Pro generasi ketiga yang dirilis di tahun 2018, akan tetapi Apple tentu sudah menerapkan cukup banyak penyempurnaan yang tidak kelihatan secara kasat mata.

Kita mulai dari performanya. iPad Pro generasi keempat ditenagai oleh chipset A12Z Bionic yang terdiri dari prosesor 8-core dan GPU 8-core. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya (A12X), A12Z unggul perihal performa grafis berkat jumlah inti GPU yang lebih banyak serta arsitektur thermal yang lebih baik.

Seperti sebelumnya, iPad Pro edisi 2020 hadir dalam dua ukuran layar yang berbeda: 11 inci dan 12,9 inci. Keduanya sama-sama dibekali layar IPS beresolusi tinggi dengan kepadatan pixel 264 ppi dan refresh rate 120 Hz. Layarnya tetap tidak dilengkapi sensor sidik jari, dan mekanisme biometriknya tetap mengandalkan sistem face unlock.

iPad Pro 4th generation

Perubahan lain yang tidak terlihat – tapi bakal terdengar – adalah lima buah mikrofon yang tertanam. Apple yakin konfigurasi seperti ini mampu menangkap audio yang jernih dan mendetail, dan alhasil iPad Pro generasi keempat dapat difungsikan sebagai ‘studio berjalan’ untuk para podcaster, videografer maupun kreator konten lainnya.

Namun perubahan terbesar yang dihadirkan mungkin adalah di sektor kamera. Seperti yang bisa kita lihat, iPad Pro generasi keempat mengemas dua kamera belakang: standar 12 megapixel, ultra-wide 10 megapixel. Kenapa tidak tiga sekalian? Karena ruang untuk kamera ketiganya telah dihuni oleh sensor LiDAR.

Ya, LiDAR seperti yang banyak digunakan di mobil kemudi otomatis. Kegunaannya di sini adalah untuk mendongkrak kinerja augmented reality (AR) dari iPad Pro secara dramatis. Kehadiran LiDAR diyakini bakal merealisasikan kalkulasi yang lebih cepat sekaligus lebih akurat pada aplikasi-aplikasi AR di iPad Pro.

iPad Pro 4th generation

Urusan aksesori, iPad Pro generasi keempat datang bersama keyboard cover yang dilengkapi trackpad, persis seperti yang dirumorkan belum lama ini. Itu berarti versi anyar iPadOS sudah mendukung trackpad secara default, dan uniknya pointer mouse di iPadOS tidak berbentuk anak panah seperti yang kita kenal, melainkan lingkaran kecil yang hanya akan muncul ketika diperlukan.

Sayangnya aksesori bernama Magic Keyboard ini luar biasa mahal: $299 untuk model 11 inci, atau $349 untuk model 12,9 inci, seharga sebuah iPad 10,2 inci. Kabar baiknya, iPad 10,2 inci juga akan kedatangan iPadOS versi baru dengan dukungan trackpad yang sama, dan untuk memanfaatkannya kita bisa menggunakan keyboard cover serupa dari Logitech yang dihargai cuma separuhnya.

Apple saat ini telah memasarkan iPad Pro generasi keempat dengan harga mulai $799 untuk model 11 inci, atau $999 untuk model 12,9 inci. Selain varian Wi-Fi only, iPad Pro juga tersedia dalam varian yang mendukung jaringan LTE. Pilihan kapasitas storage-nya sendiri mencakup 128 GB, 256 GB, 512 GB, dan 1 TB.

Sumber: Apple.