Resmi IPO di BEI, WIR Group Perluas Pengembangan Metaverse

WIR Group, kelompok usaha dengan basis teknologi Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR). dan Artificial Intelligence (AI), secara resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham “WIRG”.

Melalui Penawaran Umum Saham Perdana (Initial Public Offering/IPO), perusahaan melepas 2,33 miliar saham baru atau 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO serta 233,7 juta saham tambahan karena terjadi kelebihan pemesanan pada penjatahan terpusat. Harga saham perdana ditetapkan Rp168 per saham sehingga total dana yang diperoleh mencapai Rp431,9 miliar.

Kepada DailySocial.id, Direktur Utama PT WIR Asia Tbk. Michel Budi Wirjatmo mengungkapkan, cikal bakal perusahaan sudah diinisiasi sejak 2009. Pada awalnya kegiatan usaha tersebut meliputi jasa pengembangan teknologi digital reality, termasuk di dalamnya Augmented Reality (AR), Virtual reality (VR), dan Artificial Intelligence (AI) melalui unit teknologi AR&Co.

Perseroan dan Perusahaan Anak (selanjutnya disebut sebagai “WIR Group”) kemudian menyelesaikan berbagai proyek di bidang edukasi, penerbitan, dan game. Tahun 2015 mereka memperluas kegiatan usahanya untuk memberikan jasa layanan media/iklan, melalui unit teknologi DAV dan perdagangan ritel melalui Mind Stores yang berada.

Dana IPO digunakan untuk penguatan modal

Secara rinci, sekitar 80,59% dana dari IPO akan digunakan oleh perusahaan anak, yaitu PT ARE Teknologi Kreasi (ATK), PT Tiga Akar Mimpi (TAM), dan PT Vatar Media Raya (VMR) untuk belanja modal (7,40%) dan modal kerja (6,72%). Sementara sisanya akan digunakan untuk pengembangan usaha dan/atau ekspansi melalui kemitraan strategis.

Perseroan juga mengadakan Program Alokasi Saham Pegawai (Employee Stock Allocation), dengan jumlah sebanyak 1,02% dari saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum atau sebanyak 23.771.900 saham.

“Seluruh dana dari IPO dan hasil pelaksanaan waran akan digunakan untuk belanja modal, modal kerja, serta pengembangan usaha Perseroan dan/atau perusahaan anak, khususnya dalam mengembangkan teknologi yang berbasis pada AR, VR, dan AI,” kata Michael.

Tahun ini masih ada sejumlah target yang ingin dicapai oleh perusahaan, di antaranya adalah terus melakukan berbagai inovasi dan kreativitas dalam pengembangan teknologi. “Kami optimis dengan prospek bisnis yang baik mengingat keunggulan-keungulan kompetitif yang dimiliki antara lain posisi sebagai salah satu pengembang teknologi AR terdepan di Indonesia dan Asia Tenggara,” imbuhnya.

“Selain inovasi, tahun ini kami juga akan lebih fokus dalam pengembangan platform Metaverse Indonesia yang saat ini tengah disiapkan dan akan ditampilkan saat presidensi G20,” kata Michael.

Perluas kolaborasi kembangkan metaverse

Imbas dari pandemi yang berlangsung sejak tahun 2020 telah mendorong masyarakat untuk beradaptasi dalam menggunakan media teknologi untuk melakukan aktivitas. Secara tidak langsung, WIR Group melihat banyak kesempatan yang terbuka dari berbagai sektor untuk mulai memikirkan penggunaan berbagai macam teknologi sebagai solusi alternatif.

Hal ini menjadi dasar bagi perusahaan untuk pengembangan teknologi dan solusi melalui produk IseeAR oleh AR&Co, animasi AR yang dapat langsung digunakan presenter melalui platform video conference menjadi jalan keluar untuk mengkomunikasikan berbagai hal secara lebih interaktif dan efektif untuk menarik respons masyarakat.

Teknologi VR/AR sebenarnya merupakan hal yang baru, namun banyak pelaku industri telah menggunakannya untuk kontribusi yang positif, contohnya untuk mempercepat proses pengembangan produk dengan membantu proses desain, pengujian, dan evaluasi.

“Sebagai contoh, salah satu industri yang terbantu adalah industri otomotif yang menggunakan virtual reality untuk mempersingkat proses desain dan modelling dari rentan waktu mingguan menjadi harian. Dengan kontribusi positif tersebut penggunaan VR/AR juga dapat mengurangi biaya operasional yang signifikan,” kata Michael.

Pertumbuhan teknologi AR/VR saat ini mengalami pertumbuhan yang pesat seiring dengan penetrasi internet di Indonesia juga semakin meningkat. Dengan demikian Indonesia memiliki potensi pasar yang besar untuk pengembangan teknologi realitas digital, banyak aplikasi dari teknologi AR/VR khususnya melalui aplikasi mobile telah mencakup berbagai sektor, termasuk pemasaran dan periklanan, perdagangan, dan gaming.

Demikian pula dukungan pemerintah Indonesia dalam pengembangan platform Metaverse Indonesia akan memberi kontribusi yang signifikan pada perkembangan teknologi AR/VR di Indonesia.

Bulan Maret 2022 lalu, Bank Mandiri menandatangani nota kesepahaman bersama dengan WIR Group untuk mengembangkan layanan perbankan berbasiskan teknologi virtual di dunia metaverse. Selain dengan bank Mandiri kerja sama strategis juga telah dilakukan dengan perusahaan inkubator bisnis PT Lumina Kaya Indonesia (Kaya.id), mengembangkan UMKM Indonesia di dunia metaverse dan pengembangan bisnis Triniti Land dalam platform metaverse yang dikembangkan WIR Group.

Awal bulan ini Universitas Multimedia Nusantara (UMN) juga telah mengumumkan kolaborasi mereka dengan WIR Group, mengembangkan platform teknologi metaverse dan membangun sumber daya manusia di bidang teknologi unggul dan kompetitif.

“Dengan keahlian dan pengalaman WIR Group memberikan solusi bagi klien-klien di dalam maupun di luar negeri, kami optimistis bisa terus memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dan berkontribusi dalam pengembangan ekonomi digital di Indonesia,” kata Michael.

***
Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.

Cakap Hadirkan Kursus Bahasa Mandarin untuk Anak, Dilengkapi Augmented Reality Besutan AR&Co

Startup edutech Cakap hari ini (10/2) memperkenalkan fitur terbarunya “Cakap Mandarin for Kids”. Hal unik yang turut disematkan dalam layanan pembelajaran bahasa Mandarin untuk anak tersebut, mereka turut menyuguhkan konten interaktif berbasis augmented reality (AR). Proses pembelajaran dilakukan menggunakan metode pengajaran langsung (live tutoring) yang menghubungkan anak dengan penutur bahasa Mandarin profesional.

Dalam menghadirkan konten AR tersebut, Cakap bekerja sama dengan AR&Co, sebuah startup teknologi yang fokus dalam pengembangan konten digital berbasis AR dan VR (virtual reality). Adapun platform yang diintegrasikan adalah ISeeAR, yang baru diluncurkan oleh AR&Co belum lama ini. Fitur yang ditawarkan aplikasi IseeAR memberikan solusi dengan menghadirkan aneka objek tiga dimensi yang bisa dilihat langsung secara detail dan imersif dalam video conferencing via Zoom, Google Meet, dan lainnya.

“Anak-anak membutuhkan objek nyata dalam belajar karena konsep abstraknya belum berkembang. Hal ini semakin penting dalam bahasa yang memiliki acuan piktograf seperti Mandarin. Penggunaan teknologi AR akan mampu menjembatani kebutuhan belajar anak akan realia sehingga pembelajaran semakin efektif,” ujar Course Manager Cakap Yoshua Yanottama.

“Kami percaya melalui kerja sama dengan Cakap dengan membawa teknologi digital reality dari ISeeAR akan memberi solusi dalam aneka tantangan dalam interaksi daring, bahkan menciptakan bentuk interaksi baru yang dalam dunia nyata belum ada sehingga dapat menumbuhkan semangat belajar bahasa Mandarin bagi anak hingga orang tua untuk tetap melaksanakan kewajiban dalam menuntut ilmu,” kata General Manager AR&Co Juliwina.

Setelah bahasa Inggris, Mandarin memang menjadi berikutnya untuk bahasa asing yang banyak diminati. Menurut data Kementerian Pendidikan Tiongkok, saat ini kurang lebih ada 490 pelajar internasional yang menimba ilmu di sana. Selain itu, tidak dimungkiri banyak sekali perusahaan global yang memiliki basis utama di Tiongkok, termasuk raksasa teknologi seperti Alibaba atau Tencent.

Selain Cakap, sudah ada penyedia layanan lain yang juga menggarap layanan yang sama. Terbaru startup asal Singapura, LingoAce, resmikan kehadiran di Indonesia setelah membukukan pendanaan seri A+ yang dipimpin Sequoia India. LingoAce menyediakan platform belajar bahasa Mandarin virtual untuk anak usia 4-15 tahun dengan tutor yang telah tersertifikasi.

Pertengahan Juli 2020 lalu, Cakap memperluas cakupan pembelajaran mereka lewat layanan UpSkill. Fokusnya pada konten seperti kewirausahaan, pengembangan karier, dan pengembangan diri. Mereka menerapkan sistem modul base dan topic base, sehingga pengguna bisa memilih isu, topik, dan paket yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Akhir Desember 2020, Cakap juga mengumumkan pendanaan seri A+ senilai 42,5 miliar Rupiah, dipimpin oleh Heritas Venture Fund. Bagi Cakap, pandemi ini dipandang sebagai momentum baik untuk memperkenalkan model pendidikan online secara lebih mendalam.

Sepanjang tahun 2020, mereka mengklaim mengalami pertumbuhan hingga 10x lipat. Per tahun 2020, aplikasi Cakap di Google Play Store sudah diunduh ratusan ribu kali; sementara menurut data Similar Web, kunjungan ke situs Cakap.com terpantau terus mengalami pertumbuhan, dari 550 ribu kunjungan di bulan Juni 2020 menjadi 1,35 juta kunjungan di akhir November 2020 ini.

Application Information Will Show Up Here

Studio Kreatif AR&Co Rilis Permainan Berbasis AR dan Geolocation “Minar”

AR&Co, divisi WIR Group yang bergerak di bidang teknologi kreatif dan realitas digital, merilis aplikasi permainan berbasis AR dan Geolocation bernama Minar (Mining with AR). Aplikasi ini diharapkan menjadi channel marketing buat brand dalam menarik pengguna baru dengan pendekatan yang interaktif.

Managing Director Minar Mario Khoe menjelaskan, cara kerja game ini cukup mudah. Pengguna hanya perlu mencari dan menambang batu-batu Minar di lokasi sekitar pengguna yang telah ditentukan. Layar smartphone diketuk terus menerus, sebagai metode menambang, sampai batu habis ditambang.

Batu-batu ini memiliki nilai ekonomis di dunia nyata yang dapat ditukarkan dengan berbagai manfaat, seperti voucher pulsa, makan, menginap, dan sebagainya. Semakin sering pengguna menambang, akan semakin banyak manfaat yang bisa ditukarkan.

Positioning kita sebagai aplikasi game berbasis AR dan geolocation dengan nilai ekonomis. Minar punya tiga jenis currency. Semua masyarakat bisa menukarkan currency dengan benefit di dunia nyata,” terangnya, kemarin (24/4).

Bagi brand, Minar memiliki pendekatan yang menarik dalam menjaring loyalitas pengguna. Tersedia dashboard yang dapat dimanfaatkan untuk memonitor pergerakan voucher, demografi pengguna, hingga memantau voucher mana yang paling banyak diincar. Dengan demikian strategi pemasaran dapat lebih terukur, efisien, dan hasilnya lebih maksimal.

Batu Minar dapat dikustomisasi lokasinya sesuai kebutuhan masing-masing brand dengan reward yang mereka inginkan demi meningkatkan tingkat kunjungan. Tidak hanya brand besar yang berkesempatan jadi mitra. Skema ini juga terbuka untuk mitra UKM.

Rencana tahun ini

Mario menjelaskan, tahun ini perusahaan akan fokus pada penambahan jumlah brand yang memanfaatkan Minar, setidaknya mencapai 60 brand, dari berbagai skala industri. Disebutkan sejauh ini ada beberapa brand ternama yang telah bergabung, termasuk McDonald’s, Electronic City, Alfamart, Hotel Sahid, dan Papa Ronz.

Minar sendiri diperkenalkan sejak November 2018 di event Disrupto, namun baru mulai aktif dipasarkan secara organik pada bulan ini. Mario mengklaim Minar telah diunduh lebih dari 100 ribu kali dalam kurun waktu seminggu.

Peningkatan unduhan harian rata-rata 30-35% dan diyakini akan terus meningkat. Pengguna tersebar di 27 kota, menyesuaikan dengan persebaran gerai brand. Untuk sementara, Minar hanya tersedia untuk pengguna Android. Versi iOS-nya segera menyusul pada tahun ini.

Dari segi sistem reward, pihaknya akan terus mengembangkan lebih jauh agar tidak sekadar memberi voucher pulsa dan makan, tetapi juga tagihan sehari-hari.

Platform permainan berbasis blockchain

Selain mengembangkan platform permainan berbasis AR, AR&Co juga tengah menjajaki model bisnis yang tepat untuk mengembangkan permainan berbasis blockchain. Untuk hal ini perusahaan telah menjalin kerja sama dengan enabler blockchain Asia Infinity Blockchain Ventures (IBV).

“Targetnya kami ingin bangun gaming dengan nilai tambah blockchain, namun jenis blockchain apa yang dipakai belum ditentukan. mengingat ini ada aturannya dari pemerintah. Untuk itu kami masih menentukan konsep.”

Application Information Will Show Up Here

Fokus dan Strategi Wahyoo, Startup Berbasis Aplikasi Menyasar Warung Makan

Setelah sukses membangun AR&Co yang fokus pada pengembangan produk berbasis augmented reality, Founder & CEO Peter Shearer mendirikan startup social enterprise bernama Wahyoo.

Kepada DailySocial, Peter menyampaikan sejumlah alasan mengapa dirinya tertarik untuk mendirikan startup baru yang menyasar warung makanan di Indonesia (warteg).

“Jika dilihat saat ini ada sekitar tiga ribu warung makan di Jakarta saja. Namun bisnis yang hanya ada di Indonesia ini masih belum memanfaatkan teknologi dengan sempurna. Berangkat dari alasan itulah akhirnya Wahyoo saya dirikan,” kata Peter.

Memanfaatkan pengalaman dan latar belakang teknologi yang dimilikinya, Peter dan tim kemudian mencoba untuk mengoptimalkan warung makan di Jakarta mengadopsi teknologi. Dengan demikian mereka bisa meningkatkan pendapatan sekaligus menjadi platform untuk keperluan digital yang saat ini makin marak kehadirannya.

“Berbasis aplikasi nantinya pemilik warung bisa mendapatkan akses kebutuhan produk dari brand FMCG ternama hingga menjadi meeting point layanan transportasi on-demand di Indonesia,” kata Peter.

Cara kerja Wahyoo

Warung makan binaan Wahyoo
Warung makan binaan Wahyoo

Menggandeng enam brand terkemuka saat ini, di antaranya adalah Redoxon, Teh Pucuk, Betadine, Le Minerale, Tora Bika dan Happy Tos, pemilik warung makan diberikan kesempatan untuk menjual sekaligus mempromosikan brand tersebut di warung makan mereka. Memanfaatkan jumlah pengunjung yang datang ke warung makan setiap harinya, kegiatan pemasaran tersebut bisa dimanfaatkan oleh brand secara langsung.

“Setiap harinya untuk satu warung makan bisa kedatangan 100 orang. Potensi tersebut bisa dimanfaatkan oleh brand untuk promosi, dan tugas kami dari Wahyoo adalah memastikan kegiatan pemasaran tersebut berjalan dengan baik,” kata Peter.

Sementara keuntungan yang bakal didapatkan oleh pemilik warung adalah akses mudah dan cepat produk FMCG pilihan tersebut, point rewards yang nantinya bisa ditukarkan hadiah umroh hingga naik haji, juga pelatihan yang dihadirkan oleh Wahyoo seputar cara tepat mengelola keuangan, memilih menu dan produk makanan yang sehat hingga demo masak.

“Dengan demikian pemilik warung bisa meningkatkan pendapatan melalui promo yang ada sekaligus mendapatkan informasi dan pengetahuan tambahan untuk meningkatkan usaha,” kata Peter.

Masih fokus melakukan sosialisasi penggunaan aplikasi kepada pemilik warung, untuk menghindari kesulitan mengakses aplikasi tersebut, Peter dan tim pun mencoba untuk membuat aplikasi semudah mungkin.

“Yang penting aplikasi bisa digunakan untuk melakukan pembelian produk, nantinya secara rutin update fitur akan kami tambahkan mengikuti demand dan perkembangan yang ada,” kata Peter.

Strategi monetisasi

Untuk saat ini monetisasi yang diterapkan oleh Wahyoo adalah berasal dari brand yang menjalin kemitraan dengan Wahyoo. Target dari Wahyoo selain menambah jumlah brand dari FMCG, juga dari startup agriculture demi menyediakan bahan makan dan sayuran yang berkualitas.

“Salah satunya kita juga tengah melakukan finalisasi dengan 8Villages agar nantinya bisa memasok bahan sayuran dan produk segar lainnya kepada pemilik warung makan binaan Wahyoo,” kata Peter.

Di fase awal fokus dari Wahyoo adalah merekrut lebih banyak warung makan di seluruh Jakarta. Saat ini Wahyoo telah memiliki 315 warung makan di Jakarta. Target Wahyoo hingga akhir tahun 2018 bisa mencapai 2000 warung makan.

“Fase lainnya yang ada di pipeline kami adalah menambah kemitraan dengan platform crowdfunding, memberikan pilihan pembayaran hingga menghadirkan bahan makanan setengah jadi untuk warung makan,” kata Peter.

Bermitra dengan Grab

Founder dan CEO Wahyoo Peter Shearer
Founder dan CEO Wahyoo Peter Shearer

Kemitraan lain yang bakal dilancarkan oleh Wahyoo adalah dengan Grab. Bentuk kemitraan ini adalah menjadikan warung makan binaan Wahyoo sebagai meeting point sekaligus tempat beristirahat mitra pengemudi Grab. Dengan demikian mitra pengemudi tersebut memiliki tempat istirahat di semua warung makan yang bergabung dengan Wahyoo dan akan mendapatkan minuman gratis jika membeli makan di warung makan binaan Wahyoo.

“Bentuk kerja sama lainnya yang akan kami hadirkan adalah pengantaran makan dan minum dari warung makan tersebut ke rumah pembeli melalui aplikasi dan mitra Grab. Namun saat ini masih dalam rencana kami,” kata Peter.

Saat ini Wahyoo belum meluncurkan aplikasi untuk pengguna dan masih fokus kepada aplikasi untuk pemilik warung makan. Jika nantinya sudah diluncurkan, aplikasi untuk pengguna lebih kepada loyalty program dengan memberikan poin yang bisa didapatkan jika makan dan minum di warung makan binaan Wahyoo.

Rencana fundraising Wahyoo

Masih menjalankan bisnisnya secara bootstrapping, Wahyoo yang mulai berjalan sejak bulan Juni 2017 sudah berencana akan melakukan fundraising. Berencana untuk launching akhir bulan Maret 2018 mendatang, Peter berharap melalui publikasi tersebut, Wahyoo bisa menarik perhatian investor yang tertarik dengan model bisnis Wahyoo.

“Sesuai dengan misi kami yaitu membantu meningkatkan usaha pemilik warung makan agar lebih relevan menyesuaikan kemajuan jaman. Kami juga ingin menggali potensi bisnis ini menjadi seperti ‘one stop shopping’ bukan hanya sebagai warung makan namun juga agen pulsa, tempat branding perusahaan dan masih banyak lagi,” tutup Peter.

AR Group Berubah Nama Menjadi Slingshot, Targetkan Augmented Reality Diminati Semua Kalangan

Setelah menjalankan bisnis dengan nama AR Group, perusahaan Augmented Reality (AR) yang membawahi AR&Co, DAV dan Mindstores saat ini mengubah namanya menjadi Slingshot. Kepada media hari ini CEO Slingshot dan WIR Group Daniel Surya mengungkapkan, perubahan ini sudah direncanakan sejak lama dan baru awal tahun 2017 ini diresmikan.

“Pada intinya kami sebagai perusahaan AR lokal yang telah meraih prestasi secara global dan pencapaian yang positif selama 7 tahun terakhir, kami ingin menjadikan teknologi AR lebih mudah diterima oleh semua kalangan.”

Selama ini Slingshot secara konsisten menghadirkan teknologi AR untuk keperluan promosi pemasaran, edukasi hingga branding secara global. Di Indonesia sendiri Slingshot melalui anak perusahaannya, sudah banyak melakukan kolaborasi dengan korporasi, pemerintah hingga pihak terkait lainnya dengan meluncurkan inovasi dan produk yang bisa di kustomisasi sesuai dengan kebutuhan.

“Kami telah menjalin kemitraan dengan pemerintah DKI Jakarta untuk menghadirkan teknologi AR dalam museum, dan kami mendapat sambutan baik karena ternyata teknologi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menunjang platform yang konvensional,” kata Daniel.

Tiga unit bisnis andalan Slingshot

Saat ini Slingshot semakin mengukuhkan posisinya sebagai perusahaan teknologi AR dengan tiga unit bisnis andalan mereka, yaitu AR&Co, DAV dan Mindstores. Ketiga unit ini menghadirkan teknologi dan platform dengan fungsi yang berbeda.

AR&Co yang merupakan teknologi AR yang cukup advance, memberikan pengalaman menarik dengan menggabungkan dunia maya dan nyata secara bersama. Saat ini AR&Co telah diimplementasikan di lebih dari 20 negara melalui kerja sama dengan Intel, Disney, Hasbro, Toyota, Samsung, LG, Danone, Nissan dan lainnya. AR&Co juga banyak menerima penghargaan dan dipercaya oleh berbagai brand secara global.

Perangkat DAV

Unit usaha dari Slingshot selanjutnya adalah DAV, merupakan unit media iklan berbentuk device dan merupakan media pertama di dunia yang menawarkan konsep interaktif antara konsumen dengan produk kemasan secara langsung dalam ritel. Bukan hanya menarik namun konsumen yang menggunakan fitur tersebut bisa mendapatkan diskon serta promo menarik. Dari teknologi ini, Slingshot telah menjalin kemitraan strategis dengan Alfamart, Lawson, Indomaret.

“Dari sisi branding produk DAV ini ternyata cukup menarik minat industri ritel dan Fast moving consumer goods (FMCG) di Indonesia. Selain mudah dan modern, data yang dikumpulkan melalui teknologi ini juga bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk diolah,” kata Daniel.

Untuk ke depannya, teknologi DAV bakal menjadi pilihan favorit bagi pemilik usaha ritel dan FMCG untuk mempromosikan sekaligus melakukan engagement kepada konsumen secara langsung. Karena sifatnya yang ringan dan menyenangkan, kegiatan promosi pun bisa dengan mudah dilakukan.

Kartu pengguna Mindstores

Unit bisnis selanjutnya yang saat ini tengah dikembangkan oleh Slingshot adalah Mindstores. Dengan kerja sama yang telah terjalin dengan Alfamart, Mindstores menyediakan platform yang bisa dimanfaatkan oleh ibu-ibu rumah tangga untuk berjualan semua produk pilihan dari Alfamart tanpa harus memiliki toko fisik. Hanya dengan menggunakan smartphone dan kartu khusus, penjual bisa menawarkan semua produk pilihan dari Alfamart melalui teknologi AR.

“Melalui smartphone dan kartu nantinya toko virtual lengkap dengan produk dan pilihan pembayaran akan muncul. Selain mudah dan tentunya terjangkau semua pengguna bisa menjadi penjual,” kata Daniel.

Untuk dana awal pengguna hanya cukup melakukan deposit uang sebesar $100, dana tersebut nantinya akan secara otomatis di debit sesuai dengan pembelian dari konsumen. Saat ini Mindstores telah memberdayakan 7 ribu perempuan dan ditargetkan akan mencapai 150 ribu pemilik toko pada waktu dua bulan mendatang.

“Pembayaran, layanan pelanggan hingga pengantaran barang sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari Alfamart, fungsi Mindstores di sini hanyalah sebagai platform dengan memanfaatkan teknologi AR dan VR,” kata Daniel.

Target dan rencana Slingshot

Tahun 2017 merupakan tahun yang ideal bagi Slingshot untuk memperluas unit usaha di Indonesia. Dengan tiga produk andalan yang tampaknya sesuai dengan kultur dan tren di tanah air saat ini yaitu AR&Co, DAV dan Mindstores. Untuk selanjutnya memanfaatkan big data yang dikumpulkan, Slingshot juga berniat untuk menggunakan big data tersebut kepada pihak yang membutuhkan.

“Kami sudah banyak menerima permintaan dari beberapa perusahaan hingga publisher untuk menawarkan big data yang kami miliki kepada mereka. Apakah nantinya pengolahan big data ini bakal menjadi unit usaha dari Slingshot, kita lihat saja nanti,” kata Daniel

Selain itu Slingshot melalui DAV juga berencana untuk melakukan ekspansi ke Filipina menawarkan platform tersebut yang terbukti sukses dan telah diterapkan di Alfamart.

“Kami terus menerus mengembangkan teknologi AR yang dapat diterapkan di beragam platform sehingga teknologi AR semakin terasa nyata untuk sektor bisnis dan konsumen,” pungkas Daniel.

Berkenalan dengan AR Group, Perusahaan Augmented Reality Lokal yang Sudah Beroperasi di Enam Negara

Di Indonesia penerapan teknologi Augmented Reality (AR) bisa dikatakan belum begitu masif pergerakannya, baru di sedikit segmen saja yang telah mengaplikasikan. Padahal bila ditelaah lebih dalam, implementasi teknologi AR dapat masuk di berbagai bidang industri, dari kesehatan, militer, ritel, pariwisata dan sebagainya.

Teknologi AR kini makin diminati, melihat peluang tersebut, perusahaan pengembang lokal AR Group mulai merilis berbagai solusi kreatif berbasis AR yang dapat berfungsi sebagai penghubung kebutuhan mutualisme antara brand dengan konsumen. Hal ini berbeda dengan perusahaan teknologi lainnya yang kerap memberikan teknologi tanpa implementasi rill.

AR Group adalah perusahaan Augmented Reality (AR) berskala global asal Indonesia. Perusahaan ini sudah berdiri sejak 2009, memiliki kantor pusat di Jakarta dan perwakilan di Singapura, Silicon Valley, New York, Barcelona dan Malta. Sejak pertama kali berdiri, AR Group memang membidik pasar global untuk pengembangan teknologi ini. Dari portofolio bisnis perusahaan, sekitar 70% klien berasal dari luar negeri, sisanya dari dalam negeri.

Daniel Surya selaku CEO AR Group mengatakan bahwa perusahaan memulai kiprahnya di skala global dengan unit bisnis pertamanya yakni AR&Co. Dari bisnis itu, kini AR Group digadang-gadang sebagai perusahaan ketiga terbaik untuk perusahaan teknologi AR di dunia. AR Group tercatat memiliki lima global paten AR yang berlaku di 148 negara.

Penghargaan pun secara berturut-turut didapat oleh AR Group tiap tahunnya, yang terbaru dari Augmented World Expo’s Annual Auggie Awards, Silicon Valley (USA) pada tahun ini untuk kategori AR Best Campaign. Kini AR Group ingin fokus mensosialisasikan teknologi AR ke tanah air dengan meluncurkan dua produk baru.

Pertama, DÄV (Digital Avatar) merupakan perusahaan media berbasis teknologi AR yang interaktif dan memungkinkan konsumen untuk berinteraksi dengan berbagai produk di ribuan gerai ritel. Produsen dan brand dapat mengumpulkan data konsumen secara real time, untuk mengukur seberapa efektif produk yang dipasarkan.

“DÄV adalah unit usaha kedua kami yang diluncurkan pada Agustus 2015 setelah AR&Co. Sejauh ini DÄV baru ada di Indonesia, kami siap meluncurkannya ke negara lain dalam waktu dekat,” terangnya, Jumat (21/10).

Demonstrasi penggunaan DÄV dalam sebuah brand / DailySocial
Demonstrasi penggunaan DÄV dalam sebuah brand / DailySocial

Saat ini DÄV sudah bisa ditemukan dalam 4 ribu gerai Alfamart, Alfamidi dan Lawson yang tersebar di Jabodetabek. Sudah ada 12 brand yang menggunakan teknologi DÄV, seperti Danone, AXE, SGM Eksplor, Unilever, Sari Husada, Pocari Sweat dan lainnya.

Produk lainnya MindStores diluncurkan pada Juni 2016, yaitu penggabungan teknologi AR dan Virtual Reality (VR) untuk menciptakan suatu toko virtual. Produk pertama yang menggunakan MindStores dan sudah beredar di pasaran adalah AlfaMind, bekerja sama dengan Alfamart Group.

Pengaplikasian produk MindStores, dalam toko virtual dari AlfaMind / DailySocial
Pengaplikasian produk MindStores, dalam toko virtual dari AlfaMind / DailySocial

MindStores dapat memudahkan siapa saja, terutama ibu rumah tangga untuk menjadi pemilik usaha toko waralaba ternama berformat virtual tanpa investasi ratusan juta rupiah untuk properti, modal kerja dan lainnya. Dalam skemanya, mereka akan dibekali dengan kartu yang dapat digunakan untuk berjualan dan dibawa ke mana saja.

Indonesia siap dengan teknologi AR

Daniel meyakini, pasar Indonesia sudah siap untuk pengembangan teknologi berbasis AR. Semua produknya bisa dikonstumisasi sesuai kebutuhan pemilik usaha dan dapat diakses secara online maupun offline. Menurutnya dengan menawarkan solusi yang inovatif terhadap pemecahan suatu permasalahan dapat menjadi kekuatan perusahaan dalam memasarkan produk.

Ia juga mengharapkan dengan didapatnya klaim sebagai perusahaan ketiga terbaik di dunia, menjadi trigger untuk memajukan nama Indonesia ke hadapan pasar global. Dari seluruh tim AR Group sekitar 98% dari 300 orang adalah orang Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa orang Indonesia sangat mampu dalam menciptakan produk yang bisa menjawab seluruh permasalahan yang terjadi di global.

“Kami mau bridge pemikiran bahwa di Indonesia itu sudah siap dengan teknologi AR. Teknologi ini tidak hanya dipakai oleh Pokemon Go saja tapi di dunia nyata banyak sekali pemanfaatannya untuk semua jenis industri.”

Persiapkan diri untuk melantai di bursa

Dalam jangka panjang AR Group memiliki rencana untuk dapat melantai di bursa efek di berbagai negara, meski dia tidak menerangkan dalam berapa kurun waktu yang dibutuhkan. Ada beberapa bursa efek dari beberapa negara yang sudah mendekati pihaknya untuk melantai di sana. Namun saat ini, ia ingin memprioritaskan bisa melantai di dalam negeri dulu.

Menurut Daniel, dalam mempertimbangkan rencana ini pihaknya perlu benchmark atau metriks bagaimana kondisinya untuk perusahaan teknologi AR seperti AR Group melantai di bursa. Bila itu tidak ada, AR Group akan melihat bagaimana dinamika bentuk dukungan yang ada dari pasar untuk perusahaan teknologi saat melantai.

“Kami berterima kasih kepada pihak Bursa Efek Indonesia karena sudah memberikan kesempatan dalam pembukaan bursa sesi pagi. Ini adalah salah satu dukungan karena bisa dibilang AR Group ini perusahaan pertama non listed yang melakukan pembukaan bursa. Tinggal bagaimana kami sosialisasikan perusahaan ini ke khalayak luas, semua butuh proses, pertumbuhan bisnis, dan momen yang tepat.”

Dia juga memastikan, sejak 2009 hingga sekarang AR Group adalah perusahaan sehat yang tumbuh secara organik. Artinya hal ini akan menjadi jaminan dari AR Group kepada calon pembeli sahamnya saat melantai.

Augmented Reality dalam Perspektif Pengembangan

Augmented Reality (AR) sebenarnya bukanlah sebuah teknologi baru, namun namanya cukup mencuat dewasa ini saat game Pokemon Go meledak di pasaran. Di Indonesia sendiri, teknologi AR bahkan sudah dikembangkan menjadi sebuah bisnis intensif. Salah satu pemain yang sudah sangat berpengalaman di situ adalah AR&Co.

Guna membahas seputar teknologi AR dan perkembangannya, DailySocial berkesempatan berbincang dengan Peter Shearer selaku Vice Chairman and Co-Founder AR&Co.

Perbincangan kami dimulai dari penjelasan berbagai hal yang diperlukan oleh developer atau startup yang ingin mengembangkan produk berbasis AR. Peter menerangkan bahwa secara teknis terdapat dua hal yang harus dimiliki pengembang AR, yakni kemampuan pemrograman dan kemampuan membuat konten multimedia, baik itu 2D, 3D, video, musik dan sebagainya.

Di Indonesia sendiri sekarang juga sudah terdapat ARFI (Augmented Reality Forum Indonesia), tempat para pengembang AR berkumpul dan berdiskusi.

Namun penetrasi pengembang AR pun memang belum tinggi di Indonesia. Peter mengungkapkan bahwa di AR&Co sendiri ia mengaku bahwa mencari pemrogram yang mampu berinovasi dalam mengembangkan inovasi produk AR adalah tantangan terbesar saat ini. Menurut Peter, ke depan tren AR akan semakin meningkat seiring dengan kemampuan device yang mendukung dan juga inovasi software yang semakin canggih. Jadi jika berbicara tentang pangsa pasar artinya tidak ada isu lagi.

Dampak Pokemon Go dan merambatnya AR di berbagai lini bisnis

Di tangan konsumer khususnya, teknologi AR mulai banyak dikenal dan dirasakan setelah permainan Pokemon Go mendunia. Kendati belum resmi di pangsa pasar Indonesia.

“Dampak yang paling terlihat adalah teknologi AR ini semakin dikenal dan semakin mudah menjelaskannya. Dari segi bisnis, dengan Pokemon Go, permintaan akan membuat aplikasi yang serupa semakin banyak dan juga aplikasi aplikasi dengan konsep yang lain pun semakin banyak,” ungkap Peter.

Saat ini pengembangan solusi berbasis AR juga sudah sangat luas, karena teknologi AR sebenarnya bisa untuk berbagai bidang industri di antaranya properti, otomotif, kesehatan, militer dan lain-lain. Saat ini pengembangannya memang lebih banyak di bidang hiburan dan games. Selain itu yang juga sedang dikembangkan saat ini adalah industri media advertising yang dikombinasikan dengan teknologi AR. Sehingga media iklan menjadi lebih menarik dan interaktif.

AR&Co membuktikan besarnya peminat akan solusi berbasis AR

Berbicara tentang cakupan produk di AR&Co. sendiri, Direktur AR&Co Krisni Lee yang sempet berbincang juga dengan DailySocial mengungkapkan saat ini sudah ratusan perusahaan yang menggunakan teknologi AR yang dikembangkan oleh AR&Co, sebut saja seperti Sosro, Telkom, BCA, Maybank. Bukan hanya di Indonesia, AR&Co yang saat ini telah melayani 17 negara dan memiliki kantor perwakilan di Singapura, Barcelona, hingga Silicon Valley, fokus untuk menjadi perusahaan pengembang teknologi AR bukan hanya di Indonesia namun secara global.

Selain produk game, hiburan dan edukasi, saat ini AR&Co telah meluncurkan dua produk unggulan yaitu sebuah teknologi media placement berbasis audio visual interaktif yang dinamakan DÄV. DÄV merupakan sebuah alat yang bisa memberikan informasi mengenai suatu produk menyampaikan kepada calon pembeli. Saat ini produk tersebut sudah diaplikasikan di beberapa gerai Alfamart, Alfamidi, dan Lawson di Jakarta.

Produk unggulan lainnya yang dimiliki oleh AR&Co adalah Mindstores, sebuah toko virtual.

Diakui juga, saat ini AR&Co berhasil mengalami peningkatan jumlah klien secara stabil sebanyak 30-40% setiap tahunnya. Hal tersebut dilakukan oleh tim AR&Co dengan menerapkan strategi pemasaran yang masif, tidak hanya kepada perusahaan swasta, tetapi industri lainnya yang tertarik untuk menggunakan teknologi AR untuk kebutuhan aktivasi perusahaan.


Yenny Yusra berkontribusi untuk penulisan artikel ini