Verihubs Secures 39.9 Billion Rupiah Seed Funding, to Release Credit Scoring Service

The E-KYC service startup Verihubs announced $2.8 million (approximately 39.9 billion Rupiah) seed funding round led by Insignia Venture Partners with participation from Central Capital Ventures (CCV) and Armand Ventures. The company plans to expand into regional markets, as well as develop new products, one of which is credit scoring.

Participated also in this round a series of local startup angel investors, including Budi Handoko (Shipper’s Co-Founder), Jefriyanto and Ricky Winata (Payfazz’ Co-Founder), Rohit Mulani (Gotrade’s Co-Founder), Chinmay Chauhan (Bukuwarung’s Co-Founder), and Pramodh Rai (Modalku’s ex-Chief Product Officer).

Previously, in the 2019’s pre-seed, Payfazz’ Co-founder, Hendra Kwik and Xfers’ Co-founder, Tianwei Liu participated in this stage along with Indigo Creative Nation.

Quoting from TechCrunch, a series of angel investors were previously Verihubs’ users. Together with Payfazz, Verihubs opens the opportunity for customers to deposit money with local agents to use for online payments, and BukuWarung, to access transaction data.

The two examples above are Verihubs solutions for the unbanked segment. Meanwhile, the company also serves the segment of users who already have a bank account. The CCV entrance as Verihubs’ investor ranks opens the possibility of implementing e-KYC verification, especially for users with bank accounts, as they can partner with BCA to access customer data.

Currently, 46 companies have used Verihubs’ service, most of which are in the financial sector. The number of users is targeted to be doubled to 100 companies, because Verihubs technology can also be used for e-commerce companies, marketplace rentals, and hospitality. One of Verihubs users came from hospitality, they used the platform to simplify the room check-in process.

Verihubs’ Co-founder & CEO, Rick Firnando said, before Verihubs, many of its clients still doing manual customer verification, which takes between one to two weeks. Verihubs serves as an all-in-one verification solution to only five seconds, using AI-based identity authentication technology and APIs that enable companies to continuously verify returning customers via SMS, WhatsApp or speed dial.

“Because developer has difficulty to do integration with multiple vendors, Verihubs allows clients to do KYC, offer phone number verification using WhatsApp or SMS, and also verify customer financial data,” Rick said.

When users log into the app using Verihubs for the first time, they will be asked to take a selfie and then upload a photo of their government-issued photo ID. Verihubs AI technology compares the two photos to see if they match, and cross-references the ID with a telecom operator’s credit score and Indonesian government database, including criminal records.

The company applies a transaction fee-based business model, the client will pay according to the number of successful verifications.

Rick continued, the company is building a credit scoring system based on transaction data and account balances. In addition, it plans to expand into regional markets, such as Vietnam and the Philippines.

“For the ID verification system, we found that Verihubs already has a product-market fit in Indonesia, however, we want to expand it to new products. We consolidate financial data from multiple sources, not only for banks, but also for the unbanked population. And we are also exploring potential expansion into new markets, such as the Philippines and Vietnam.”

This startup has just graduated from summer batch of Y Combinator 2021, this funding is claimed to be YC’s first AI startup from Indonesia.

Verihubs was founded in 2019 in Jakarta by Rick Firnando with more than 9 years of experience in the B2B industry, and Williem, an AI researcher with a PhD in computer vision from Inha University, South Korea.

Market competition

In Indonesia, there are already several services targeting similar segments such as ASLI RI. In collaboration with LoginID, a Silicon Valley company, ASLI RI launched AsliLoginID, a Biometric-Authentication as a Service (BaaS) platform with FIDO2 certification. The certification is one of today’s most stringent security standards, internationally recognized and is compatible with various types of computing device operating systems.

In addition, one of the service development startups based on artificial intelligence Nodeflux also has a business line that focuses on developing solutions to simplify the eKYC process, Identifai. Nodeflux alone is one of the partners of the Directorate General of Civil Registration as a joint platform provider to provide the best performance in data utilization without security risks.

Regarding the SaaS industry landscape that specifically develops API-based verification solutions, Rick also said that in terms of education, the target market for this service already has a good understanding of the importance of verification solutions. “As the fintech industry and other digital-based companies grow, this solution will be increasingly needed and developed,” he said.

According to ReportLinker, the global software as a service (SaaS) market is expected to grow from $225.6 billion in 2020 to $272.49 billion in 2021 at a compound annual growth rate (CAGR) of 20.8%. The market is expected to reach $436.9 billion by 2025 at a CAGR of 12.5%.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Verihubs Kantongi Pendanaan Tahap Awal 39,9 Miliar Rupiah, Segera Rilis Layanan Skoring Kredit

Startup pengembang layanan e-KYC Verihubs mengumumkan penutupan pendanaan tahap awal sebesar $2,8 juta (sekitar 39,9 miliar Rupiah) yang dipimpin Insignia Venture Partners dengan partisipasi dari Central Capital Ventura (CCV) dan Armand Ventures. Perusahaan berencana ekspansi ke pasar regional, serta mengembangkan produk baru, salah satunya skoring kredit.

Putaran ini juga diikuti oleh sejumlah angel investor startup lokal. Di antaranya, Budi Handoko (co-founder Shipper), Jefriyanto dan Ricky Winata (co-founder Payfazz), Rohit Mulani (co-founder Gotrade), Chinmay Chauhan (founder Bukuwarung), dan Pramodh Rai (eks-Chief Product Officer Modalku).

Sebelumnya, dalam putaran pra-tahap awal di 2019 kemarin, Co-founder Payfazz Hendra Kwik dan Co-founder Xfers Tianwei Liu turut serta dalam tahap ini selain Indigo Creative Nation.

Mengutip dari TechCrunch, sejumlah angel investor ini sebelumnya adalah pengguna layanan Verihubs. Bersama Payfazz, Verihubs membuka kesempatan bagi pelanggan menyetor uang dengan agen lokal untuk digunakan untuk pembayaran online, dan BukuWarung, untuk mengakses data transaksi.

Kedua contoh di atas adalah solusi Verihubs untuk segmen unbanked. Sementara itu, perusahaan juga melayani segmen pengguna yang sudah memiliki rekening bank. Masuknya CCV sebagai jajaran investor Verihubs, membuka kemungkinan implementasi verifikasi e-KYC terutama bagi pengguna yang memiliki rekening bank, karena dapat bermitra dengan BCA untuk mengakses data nasabahnya.

Terhitung, saat ini ada 46 perusahaan yang telah menjadi pengguna Verihubs, sebagian besar bergerak di bidang keuangan. Ditargetkan jumlah pengguna akan dilipatgandakan menjadi 100 perusahaan, lantaran teknologi Verihubs juga dapat digunakan untuk perusahaan e-commerce, rental marketplace, dan hospitality. Salah satu pengguna Verihubs datang dari perhotelan, mereka menggunakan platform tersebut untuk permudah proses check-in kamar.

Co-founder & CEO Verihubs Rick Firnando mengatakan, sebelum mengadopsi Verihubs banyak kliennya yang masih memverifikasi pelanggan secara manual yang membutuhkan waktu antara satu hingga dua minggu. Verihubs berfungsi sebagai solusi verifikasi secara menyeluruh menjadi lima detik, menggunakan teknologi autentikasi identitas berbasis AI dan API yang memungkinkan perusahaan terus memverifikasi pelanggan yang kembali melalui SMS, WhatsApp, atau panggilan kilat.

“Karena integrasi dengan banyak vendor itu sulit dilakukan oleh developer, itulah mengapa Verihubs memungkinkan klien untuk melakukan KYC, menawarkan verifikasi nomor telepon menggunakan WhatsApp atau SMS, dan juga memverifikasi data keuangan pelanggan,” ujar Rick.

Saat pengguna masuk ke aplikasi yang menggunakan Verihubs untuk pertama kalinya, mereka akan diminta untuk mengambil foto selfie dan kemudian mengunggah foto tanda pengenal berfoto yang dikeluarkan pemerintah. Teknologi AI Verihubs membandingkan kedua foto untuk melihat apakah mereka cocok, dan melakukan referensi silang ID dengan skor kredit operator telekomunikasi dan database pemerintah Indonesia, termasuk catatan kriminal.

Perusahaan menerapkan model bisnis berbasis transaction fee, klien akan membayar sesuai dengan jumlah verifikasi yang berhasil dilakukan.

Rick melanjutkan, perusahaan sedang membangun sistem skoring credit berdasarkan data-data transaksi dan saldo akun. Selain itu, berencana untuk memperluas ke pasar regional, seperti Vietnam dan Filipina.

“Untuk sistem verifikasi ID, kami menemukan bahwa Verihubs sudah ada product-market fit di Indonesia, tetapi kami ingin memperluas ke produk baru. Kami mengkonsolidasikan data keuangan dari berbagai sumber, tidak hanya untuk bank, tetapi juga populasi yang tidak memiliki rekening bank. Dan kami juga menjajaki ekspansi ke pasar baru, seperti Filipina dan Vietnam.”

Startup ini baru saja selesai ambil bagian dalam batch musim panas Y Combinator 2021, pendanaan ini diklaim sebagai startup AI pertama dari Indonesia yang didukung YC.

Verihubs didirikan pada 2019 di Jakarta oleh Rick Firnando yang memiliki pengalaman lebih dari 9 tahun di industri B2B, dan Williem, peneliti AI yang memegang gelar PhD dalam bidang computer vision dari Universitas Inha Korea Selatan.

Kompetisi pasar

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa layanan yang menargetkan segmen sejenis seperti ASLI RI. Bekerja sama dengan LoginID, perusahaan asal Silicon Valley, ASLI RI luncurkan AsliLoginID, sebuah platform Biometric-Authentication as a Service (BaaS) yang mempunyai sertifikasi FIDO2. Sertifikasi tersebut menjadi salah satu standar keamanan yang paling ketat saat ini, diakui secara internasional dan kompatibel dengan beragam jenis sistem operasi perangkat komputasi.

Selain itu, salah satu startup pengembang layanan berbasis kecerdasan buatan Nodeflux juga memiliki lini bisnis yang fokus mengembangkan solusi untuk mempermudah proses eKYC yaitu Identifai. Nodeflux sendiri menjadi salah satu mitra Ditjen Dukcapil sebagai penyedia platform bersama untuk memberikan performa terbaik dalam pemanfaatan data tanpa risiko keamanan.

Terkait lanskap industri SaaS yang spesifik mengembangkan solusi verifikasi berbasis API, Rick turut menyampaikan bahwa dari segi edukasi, target pasar untuk layanan ini sudah memiliki pemahaman yang baik akan pentingnya solusi verifikasi. “Seiring pertumbuhan industri fintech serta perusahaan lain yang berbasis digital, solusi ini akan semakin dibutuhkan dan berkembang,” pungkasnya.

Menurut laporan dari ReportLinker, pasar perangkat lunak sebagai layanan (SaaS) global diperkirakan akan tumbuh dari $225,6 miliar pada tahun 2020 menjadi $272,49 miliar pada tahun 2021 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 20,8%. Pasar diperkirakan akan mencapai $ 436,9 miliar pada tahun 2025 dengan CAGR 12,5%.