Dengan Dana Awal 1,3 Triliun Rupiah, Layanan E-Commerce “Joint Venture” Salim Group dan LOTTE Group Resmi Meluncur

Setelah sempat dirilis dalam versi beta, layanan e-commerce iLOTTE yang merupakan perusahaan hasil joint venture dua konglomerasi besar, Salim Group dan LOTTE Group Korea Selatan, hari ini, (10/10), di Jakarta meresmikan kehadiran mereka.

Mengklaim memiliki konsep berbeda dari layanan e-commerce dan marketplace pada umumnya, kehadiran iLotte diharapkan bisa menjadi angin segar bagi dunia e-commerce di Indonesia saat ini.

“Secara khusus kami tidak ingin bersaing dengan layanan e-commerce dan marketplace lainnya yang sudah hadir di Indonesia, namun kita ingin bersama menjalankan bisnis menawarkan konsep yang berbeda untuk seluruh masyarakat di Indonesia,” kata CEO iLOTTE Phillip Lee.

iLOTTE menawarkan beragam produk dari toko dan perusahan ritel besar seperti LOTTE Shopping Avenue dan LOTTE Mart, layanan online-to-offline (O2O), layanan pembelian secara langsung, dan pembelian melalui permintaan khusus untuk barang-barang impor yang berkualitas tinggi dan diklaim terjamin transparansinya.

“Untuk kepuasan pelanggan yang bermukim di wilayah Jakarta, kami menyediakan fitur Flash Delivery, di mana dalam waktu 3 jam barang sudah bisa diantar ke rumah pembeli,” kata CMO iLOTTE Ardi Sudarto.

Pilihan pembayaran beragam dan integrasi dengan Indomaret

Untuk memudahkan pembeli melakukan pembayaran, iLOTTE menyediakan pilihan pembayaran beragam seperti, bank transfer dengan 9 bank ternama dan ATM bersama, pembayaran kartu kredit, hingga pembayaran melalui Indomaret. Untuk pengantaran, iLOTTE bermitra dengan logistik pihak ketiga.

“Selain produk dari Lotte Mart dan Lotte Shopping Avenue, kami juga menghadirkan produk asli dari Korea Selatan dalam kanal K-Shop. Semua kami hadirkan langsung dari Korsel,” kata Lee.

Fokus kepada brand ternama dan sudah memiliki nama besar, harga yang ditawarkan oleh iLOTTE tergolong premium, iLOTTE juga tidak membuka penjualan kepada personal seller atau kalangan UMKM, demi menjaga kualitas hingga kepercayaan kepada pembeli.

“Dengan beragam merek internasional hingga lokal yang berkualitas, kami ingin menghadirkan pengalaman seru berbelanja offline di mal melalui situs dan aplikasi lengkap iLOTTE,” kata Sudarto.

Untuk memberikan rewards kepada pelanggan, iLOTTE juga menghadirkan iPoints yang cara kerjanya serupa dengan rewards point Lotte Mart dan Lotte Shopping Avenue.

“Dengan iPoints ini semakin banyak pembeli melakukan transaki melalui iLOTTE, semakin besar kesempatan mendapatkan rewards point yang nantinya bisa di transfer kepada pengguna lainnya dengan mudah,” kata Sudarto.

Investasi $ 100 juta untuk iLOTTE

Selama satu tahun penuh Salim Group dan Lotte Group merencanakan dan mempersiapkan peluncuran iLOTTE kepada publik secara resmi. Untuk mendukung kegiatan tersebut mereka telah menggelontorkan uang sekitar $ 100 juta (sekitar 1,3 triliun Rupiah), yang digunakan untuk membangun iLOTTE.

Disinggung tentang adanya konsolidasi dengan elevenia yang baru-baru ini telah dibeli sahamnya 100% oleh Salim Group, menurut VP iLOTTE Steven Calvin, hal tersebut tidak termasuk dalam rencana iLOTTE, namun jika ke depannya dilihat adanya celah atau kesempatan untuk melakukan konsolidasi hingga integrasi, iLOTTE tidak menutup kemungkinan tersebut.

“Fokus kami usai peresmian ini adalah fokus kepada akuisisi pelanggan dengan konsep baru yang mengedepankan kehadiran produk asli dari Korea Selatan hingga groceries.”

Untuk menampung semua produk khusus dari iLOTTE, Salim Group telah memiliki gudang penyimpanan yang terletak di kawasan Sunter Jakarta Utara. Selain di situs resmi, aplikasi mobile iLOTTE juga sudah bisa diunduh di platform Android dan iOS.

Application Information Will Show Up Here

Tren dan Perkembangan Pemasaran Digital 2017 untuk Segmentasi B2C dan B2B

Digital marketing saat ini seakan sudah menjadi keharusan untuk dimasukkan dalam strategi bisnis. Penerapannya dapat berupa banyak hal dengan ragam bentuk, seiring dengan banyaknya kanal yang dapat dimanfaatkan. Di tahun 2017 ini konsep digital marketing nyatanya kian kuat pengaruhnya, berbanding lurus dengan akses digital yang makin disukai oleh masyarakat.

Dalam sebuah laporan bertajuk “Indonesia’s Digital and Content Marketing Report in 2017” yang dirilis GetCRAFT dikemukakan beberapa fakta menarik tentang tren pemasaran digital. Salah satu temuan yang masih melanjutkan tren sebelumnya, yakni tentang media sosial yang masih menjadi kanal paling efektif digunakan, terutama untuk B2C. Sedangkan untuk B2B pendekatan content marketing masih dinilai yang paling efektif.

Efektivitas pemasaran untuk segmentasi pasar B2B / GetCRAFT
Efektivitas pemasaran untuk segmentasi pasar B2B / GetCRAFT

Ada alasan mendasar mengapa B2C dan B2B memiliki kanal pendekatan yang berbeda. Media sosial sangat efektif digunakan untuk menyasar konsumen akhir untuk produk berbasis konsumen. Namun sangat berbeda dengan pangsa pasar B2B yang membutuhkan follow up kepada para pengambil keputusan di bisnis itu sendiri. Sementara media sosial tidak menjangkau spesifik di sana, kendati beberapa kanal seperti LinkedIn bisa digunakan.

Content marketing dinilai mampu menjangkau dengan baik pada segmentasi pengambil keputusan. Di level tersebut insight dibutuhkan untuk membuka ketertarikan terhadap sebuah produk atau layanan.

Tren tersebut di atas membawa perubahan besar pada pengeluaran budget pemasaran perusahaan. Riset mengungkapkan bahwa marketer setidaknya 31% dari total budget pada pendekatan digital. Sebagian besar (76%) merasakan peningkatan yang berarti dari strategi tersebut. Laporan juga mencatat rata-rata pengeluaran untuk digital marketing mencapai 1,9 juta per bulan.

Peningkatan sudah pasti, namun masih ada tantangan dalam implementasinya

Para marketer dalam menjajaki pemasaran digital juga bukan tanpa halangan. Tantangan terbesar saat ini pada keterbatasan budget dan kesenjangan kemampuan serta sumber daya pendukung. Pasalnya pemasaran digital sendiri juga masih terus mencari bentuknya. Skenarionya pun harus dinamis, menyesuaikan perilaku pengguna di lanskap internet.

Tantangan utama dalam pemasaran digital / GetCRAFT
Tantangan utama dalam pemasaran digital / GetCRAFT

Tantangan tersebut termasuk kejelasan proses dan tujuan kampanye digital marketing yang digalakkan. Tidak sedikit marketer yang masih terus mencoba mengendalikan proses kampanye digital dan mengelaborasikan secara lebih jelas dengan tujuan mereka. Kebutuhan tersebut terkait dengan pelaporan dan pengukuran efektivitas, masih banyak yang merasa tidak jelas membaca irisan yang ada. Ini berlaku baik untuk pemasaran digital di segmentasi B2C ataupun B2B.

Kesempatan besar yang dapat memberikan dampak pada pertumbuhan bisnis / GetCRAFT
Kesempatan besar yang dapat memberikan dampak pada pertumbuhan bisnis / GetCRAFT

Digital marketing ditargetkan untuk memberikan pengalaman baru kepada konsumen

Tujuan utama dari pemasaran modern adalah membawa calon konsumen potensial ke dalam pengalaman baru, yang akan membuat mereka nyaman dengan produk atau layanan yang ditawarkan. Menarik saja tidak cukup, karena target yang lebih riil untuk dicapai berkaitan dengan traksi. Di sini diperlukan edukasi mendalam terkait dengan produk, sehingga para marketer setuju bahwa poin puncak untuk peluang pertumbuhan ada di strategi memberikan pengalaman pengguna, salah satunya dengan menghasilkan brand awareness dan interaksi dengan audience.

Tentang pengukuran hasil pemasaran digital / GetCRAFT
Tentang pengukuran hasil pemasaran digital / GetCRAFT

Salah satu cara yang paling efektif ada di poin selanjutnya, yakni konten pemasaran dan mobile sebagai platform. Tidak hanya memamerkan produk secara sekilas, kekuatan konten pemasaran banyak ditargetkan untuk mampu membawa konsumen kepada objectives yang ingin disampaikan kepada konsumen itu sendiri, dari produk atau  layanan yang dikembangkan. Lalu mengapa mobile? Dalam riset yang sama disebutkan perbandingan yang begitu signifikan, pengguna komputer menjangkau 28% dari trafik website sedangkan dominasi 69% oleh perangkat bergerak, khususnya ponsel pintar. Ketiga hal tersebut berjalan beriringan menyatu dalam sebuah strategi pemasaran digital yang kuat.

Konten yang paling banyak diminati dalam pemasaran digital khususnya B2B / GetCRAFT
Konten yang paling banyak diminati dalam pemasaran digital khususnya B2B / GetCRAFT

Lalu berkaitan dengan konten sendiri, bayak pilihan yang dapat mendukung kegiatan pemasaran digital saat ini. Para marketer sepakat bahwa konten berupa artikel masih menjadi yang paling efektif, disusul dengan video, newsletter, infografis, hingga studi kasus.

Agnium Optimis Hadirkan Layanan Program Pelatihan B2B Bertaraf Internasional

Ilustrasi Kelas Pelatihan / Shutterstock

Berbicara tentang startup yang bergerak di bidang layanan B2B (Business-to-Business), di Indonesia bisa dibilang masih sangat minim, kebanyakan masih fokus dengan B2C (Business-to-Consumer) dan mayoritas masih berorientasi pada consumer product. Berbekal pengalaman profesionalnya di bidang pengembangan software di Indonesia dan Amerika Serikat, Sigit Prayogo mendirikan Agnium. Agnium adalah startup yang menyediakan layanan B2B berupa training dan mentoring program untuk para software engineer di korporasi. Continue reading Agnium Optimis Hadirkan Layanan Program Pelatihan B2B Bertaraf Internasional

Prediksi aCommerce tentang Lansekap E-Commerce Asia Tenggara Tahun 2015

shutterstock_180579110

Arus modal besar-besaran yang terjadi tahun 2014 di Asia Tenggara, seperti investasi Alibaba ke SingPost sebanyak $249 juta, kucuran dana $100 juta untuk Tokopedia, dan $250 juta untuk Lazada, diprediksi akan mendorong perubahan di lansekap e-commerce tanah air. aCommerce mengeluarkan prediksi e-commerce Asia Tenggara di tahun 2015,yang diambil dari gabungan data primer investor, wawancara dengan jajaran eksekutif, data internal, dan sumber sekunder lainnya berupa artikel atau laporan yang terbit dari Januari 2014 hingga Desember 2014.

Continue reading Prediksi aCommerce tentang Lansekap E-Commerce Asia Tenggara Tahun 2015

Asia Pasifik Jadi Kawasan E-Commerce B2C Terbesar di Dunia Tahun 2014

Data perkiraan terbaru eMarketer menyimpulkan bahwa Asia Pasifik akan menjadi kawasan dengan penjualan B2C (Business-to-Consumer) melalui E-Commerce yang terbesar di dunia mulai tahun 2014. Asia Pasifik yang didukung oleh pertumbuhan pesat e-commerce di sejumlah negara berkembang bakal mengalahkan kawasan Amerika Utara mulai tahun ini. Selisih besaran penjualan ritel secara online antara Asia Pasifik dan Amerika Utara bakalan semakin menjauh dan menjadi lebih dari 60% di tahun 2017.

Continue reading Asia Pasifik Jadi Kawasan E-Commerce B2C Terbesar di Dunia Tahun 2014

Andi S. Boediman: Peluang E-Commerce di Indonesia Luar Biasa

Dalam dunia digital di Indonesia, sektor e-commerce telah menjadi primadona. Fenomena ini ditunjukkan dengan tak hanya menjamurnya  toko-toko online lokal, namun juga invasi pemain e-commerce besar dari luar negeri yang masuk ke Indonesia. Alasan utama yang sering dijadikan alasan pemain luar untuk memperluas jaringan ke Indonesia, adalah pasar yang besar.

Continue reading Andi S. Boediman: Peluang E-Commerce di Indonesia Luar Biasa

Ronald Ishak: Kepercayaan Adalah Hal Mutlak Bagi Pasar Konsumen

Untuk sebuah startup, investor menjadi salah satu hal penting. Di sisi lain, banyak bermunculannya startup-startup baru membuat persaingan menuju tangga kesuksesan menjadi kian ketat. Di tengah kondisi ini, SatuTempat, wadah bagi penggiat e-commerce untuk bergabung dalam menjual produknya, membuat terobosan pemasaran baru. Yakni, sebuah pasar vertikal yang menghubungkan C2C (Customer to Customer) dan B2C (Busines to Customer) dengan pengguna aktif.
Continue reading Ronald Ishak: Kepercayaan Adalah Hal Mutlak Bagi Pasar Konsumen