Catatan Startup Teknologi Pendidikan Indonesia Tahun 2016

Banyak permasalahan di bidang pendidikan yang saat ini coba diakselerasi penyelesaiannya dengan teknologi. Mulai permasalahan yang ada di sekolah (keterbatasan kelas, sumber daya ajar), di pendidik (kompetensi, persebaran), hingga yang ada pada siswa (meningkatkan ketertarikan belajar, memastikan kompetensi lulusan). Produk teknologi pendidikan (edtech) yang ada saat ini dan memiliki kesempatan implementasi yang besar pada umumnya mengacu pada penyelesaian masalah tersebut.

Ada beberapa alasan mengapa pendekatan teknologi pendidikan merupakan langkah yang tepat. Masifnya persebaran konektivitas internet dan penetrasi perangkat pintar membawa sebuah paradigma baru digital society. Didukung dengan angka yang besar di jumlah sekolah, sebaran murid hingga anggaran tahunan untuk sektor pendidikan. Menjadi masalah krusial, karena berbagai pihak (termasuk pemerintah) mulai memahami bahwa optimalisasi pendidikan akan membawa bangsa di tingkat yang lebih maju.

Potensi edtech untuk terlibat dalam transformasi pendidikan modern

Di Indonesia belum ada riset komprehensif yang berhasil kami temukan, namun di Amerika Serikat sudah ada data (WCET Distance Education Enrollment Report of 2016) pada tahun 2016 sebanyak 28% dari mahasiswa telah memanfaatkan pembelajaran online minimal satu kali dalam masa belajar. Beberapa institusi mulai melegalkan dan mengukuhkan skema kelas maya yang dapat diikuti tanpa batasan tempat.

Spesifik di edtech sendiri, diperkirakan pada tahun 2020 mendatang nilainya mencapai $252 miliar secara global. Hal ini terbukti bahwa pada tiga tahun ke belakang investasi di sektor edtech sudah mencapai $55 miliar, dengan keterlibatan lebih dari 450 startup di seluruh dunia. Jika berbicara anggaran pendidikan secara umum, contohnya di APBN Indonesia tahun 2016, dana pendidikan yang dikucurkan mencapai Rp 419,2 triliun.

Namun demikian layanan atau produk yang disuguhkan edtech juga perlu mempertimbangkan permasalahan dasar yang ada di lapangan. Di Indonesia sendiri di tempat yang berbeda akan menghadapkan pada masalah yang berbeda. Namun secara garis besar edtech akan mendapatkan dukungan beberapa poin berikut mampu dirangkum pada visinya:

  • Memfasilitasi masyarakat dalam dinamika sosial yang terjadi atas dampak internet
  • Mampu bersinergi dengan bisnis, pemerintah dan lingkungan akademik
  • Memberikan efisiensi dalam akses dan sumber daya pengajaran
  • Membawa komponen pendidikan pada cara modern dalam penyampaian materi
  • Dan memberikan dorongan untuk perubahan di sekolah

Sejauh mana edtech hadir dan bermanuver di Indonesia

Kategori startup edtech (dari Global Edtech Startups) terdiri dari 5 bagian, yakni produk kurikulum, kebutuhan kelas, operasional sekolah, kebutuhan kampus dan produk pendidikan lainya. Di Indonesia semua kategori tersebut sudah terisi oleh startup-startup dalam negeri, beberpa di antaranya:

  • Produk Kurikulum: Bahaso, CodeSaya, Educa Studio, KelasKita, MejaKita, SekolahCoding, Zenius.
  • Kebutuhan Kelas: Cozora, HomeWork Hero, UtakAtikOtak.
  • Operasional Sekolah: 7Pagi, AIMSIS, Kelase, PesonaEdu, Quintal.
  • Kebutuhan Kampus dan Luar Kelas: Asdos, HarukaEdu, SemuaGuru, SquLine, Sukawu.
  • Produk Pendidikan Lainnya: BangsaCerdas, BulletinBoard, LeanSkill, GuruKite, RuangGuru.

[Baca juga: Daftar Startup Indonesia di Bidang Pendidikan]

Kategori tersebut dilihat dari proses bisnis juga masih terbagi ke dalam dua kelompok, yakni Business-to-Business (B2B) dan Business-to-Consumer (B2C). Singkatnya B2B mencoba memenuhi berbagai kebutuhan yang menjangkau institusi pendidikan, sedangkan B2C berhubungan langsung dengan pelajar di dunia maya. Desain kebutuhan pengajaran model gamifikasi, personalized learning, dan skill training menjadi yang banyak diminati oleh pengguna. Sedangkan layanan manajemen & administrasi dan analisis pendidikan menjadi yang terfavorit di kalangan institusi.

Berbicara tentang seberapa jauh, maka kita coba melihat tentang apa saja yang berhasil dicapai oleh startup edtech Indonesia. Dimulai dari penyedia layanan pendidikan berbasis media sosial Kelase, data terakhir menunjukkan total pengguna melebihi 102 ribu dengan keterlibatan 3 ribu kelas di dalamnya. Sebelumnya startup yang digawangi Winatswan Gora dkk ini juga telah mendapatkan dukungan funding dari Microsoft dalam bentuk Affordable Access Initiative.

Startup lain juga mulai mendapatkan kepercayaan lebih, baik dari pengguna maupun investor. Tahun ini Squline mengumumkan pendanaan Pre-Series A dari Prasetia Dwidharma, yang akan didedikasikan untuk perluasan fitur dan pemasaran produk. Pemain lama RuangGuru juga memperkenalkan aplikasi baru untuk orang tua murid. Hingga BangsaCerdas yang tengah mempersiapkan skema Online-to-Offline (O2O) untuk pemasaran produk di tahun mendatang. Banyak hal yang dilakukan sebagai langkah perluasan dan pendalaman pasar teknologi di Indonesia.

Peluang bertumbuhnya edtech di Indonesia tahun mendatang

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahun depan edtech masih akan memiliki posisi yang sangat cerah, dengan porsi pasar yang sangat besar. Namun tantangannya adalah bagaimana mampu membuat sinergi bersama berbagai komponen pendidikan lain, dan membuat layanan atau produk yang disuguhkan efektif untuk pangsa pasar Indonesia.

Beberapa catatan di atas kami coba rangkum dalam infografik berikut ini:

Infographic - EdTech in Indonesia Edited

Platform Edukasi BangsaCerdas Persiapkan Peluncuran Skema O2O Tahun Depan

Platform edukasi lokal BangsaCerdas saat ini sedang mempersiapkan program pendidikan baru berskema Online to Offline (O2O) untuk menjaring pelajar untuk dilatih menjadi tenaga kerja yang berkualitas dan siap bersaing di dunia kerja. Rencananya, usia anak yang akan disasar 18-25 tahun.

Kepada DailySocial, Jupiter Zhuo, Co-Founder BangsaCerdas, menjelaskan nantinya program tersebut berbentuk sebuah bootcamp dengan lama ajar selama dua bulan. Siswa akan dilatih oleh tenaga pengajar BangsaCerdas yang berkompeten di bidangnya.

“Dalam program itu, nanti kami akan latih siswa meningkatkan skill agar mereka bisa bersaing di dunia kerja. Saat ini, fokus pendidikan yang sedang diminati adalah programming dan design. Itu salah satu bidang pendidikan yang dinilai “seksi” di Indonesia,” terangnya, (15/9).

[Baca juga: BangsaCerdas Tambah Daftar Portal yang Sediakan Materi Pembelajaran Online dan Daftar Startup Indonesia di Bidang Pendidikan]

Untuk dapat mengikuti program ini, siswa bisa membayar dari kocek sendiri atau mendapatkan beasiswa dari BangsaCerdas. Adapun pendaftarannya, lanjutnya, akan dibuka pada Oktober 2016 setelah BangsaCerdas meluncurkan perubahan situs versi terbaru.

Dia berharap program ini dapat menjadi salah satu jalan akselerasi untuk mengisi kekosongan kebutuhan talenta dalam jumlah banyak. Pemerintah saat ini memiliki program untuk menciptakan 1000 startup di Indonesia, artinya, industri butuh talenta yang cukup banyak untuk turut andil dalam program nasional tersebut.

“Kami ingin fokus memberikan materi pelajaran yang lebih dapat diaplikasikan ke dunia kerja. Selama ini belum banyak edutech yang bisa memberikan itu.”

Luncurkan aplikasi

Baru-baru ini, BangsaCerdas juga sudah meluncurkan aplikasi BangsaCerdas untuk Android. Untuk versi iOS, rencananya akan diumumkan sebulan mendatang. Menurut Jupiter, untuk membuat suasana belajar semakin menyenangkan dan tidak membosankan, pihaknya memiliki berbagai fitur yang akan terus dikembangkan. Fitur tersebut termasuk chat online, diskusi, gamification, update materi tiap hari, materi standar kurikulum, video, dan lainnya.

“Video yang kami tampilkan tidak dikenakan biaya apapun. Kurikulum kami dapat diaplikasi di dunia kerja. Juga, materi yang kami berikan berdasarkan kurikulum yang sudah disusun secara rinci, sehingga teman-teman bisa belajar lewat handphone, desktop, maupun tablet.”

Jupiter mengungkapkan, aplikasi ini memiliki perbedaan fitur dibandingkan dengan versi desktopnya. Dari hasil pantauan tim, pengguna BangsaCerdas lebih banyak yang mengakses lewat desktop, daripada smartphone. Hal ini menunjukkan bahwa ada segmentasi tujuan, pengguna yang mengakses lewat smartphone cenderung lebih menggunakannya untuk menonton video materi ajar, sementara dari desktop lebih banyak fitur yang bisa diakses.

Terhitung, pengguna BangsaCerdas sejak diluncurkan delapan bulan lalu, kini sudah menyentuh angka sekitar 5.000 orang.

Application Information Will Show Up Here

BangsaCerdas Tambah Daftar Portal yang Sediakan Materi Pembelajaran Online

Di Indonesia sekarang ini mulai banyak bermunculan platform-platform yang menyediakan materi pembelajaran yang bebas diakses oleh siapa saja. Salah satu layanan yang termasuk dalam kategori tersebut adalah BangsaCerdas. Sebuah platform yang diklaim sebagai Massive Open Online Course (MOOC), sebuah platform yang menyediakan materi pembelajaran lintas ilmu.

Salah satu Co-founder BangsaCerdas, Jupiter Zhuo kepada DailySocial bercerita bahwa BangsaCerdas lahir untuk mematahkan anggapan bahwa untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas harus mengeluarkan biaya yang mahal. Untuk itu BangsaCerdas berusaha menyajikan materi-materi berkualitas yang aplikasi seperti bahasa asing, pemrograman, dan ilmu manajemen secara gratis bagi penggunanya.

BangsaCerdas sendiri membuka kesempatan bagi siapa saja yang berniat membagikan ilmunya di platformnya. Menurut Zhuo di BangsaCerdas semua orang diperbolehkan mengunggah materi pembelajaran untuk dibagikan bersama, namun demi menjaga kualitas konten yang ada BangsaCerdas melakukan proses kontrol kualitas untuk setiap konten yang masuk sebelum ditayangkan di platform mereka.

“Untuk quality control kami mempersiapkan portal untuk pengajar di mana portal tersebut berisi knowledge base, form check list untuk persiapan training, trainer toolkit berupa software yang bisa digunakan (legal), template dan video bagaimana meng-upload materi. Setelah mereka submit materi ke kami sebelum di-publish kami harus nilai dulu apakah content-nya mengandung SARA atau tidak apabila tidak kami publish dan untuk kualitasnya kami tentukan,” terang Zhuo.

Ia juga menambahkan bahwa startup yang baru soft-lauching pada awal tahun ini telah mendapatkan banyak peminat. Dalam data BangsaCerdas sendiri tercatat bahwa saat ini ada sekitar 1.600 orang terdaftar sebagai anggota.

Pada umumnya konsep yang diusung BangsaCerdas hampir mirip dengan platform pembelajaran online lainnya, seperti fitur publish bahan ajar berupa video, slide, kuis, diskusi, catatan, dan mengusung konsep pembelajaran gamification untuk menarik pengguna.

Selain materi pembelajaran, BangsaCerdas ingin berkontribusi pada pendidikan Indonesia dengan cara lain, yakni dengan donasi. Menurut keterangan Zhou BangsaCerdas memiliki program CSR yang diberi nama #BangsacerdasPeduli. Program ini akan menarik biaya kepada pengguna yang mendaftar sebesar Rp.1.000 untuk dikumpulkan dan disalurkan ke sekolah-sekolah yang membutuhkan dalam bentuk buku. Sebuah semangat memajukan pendidikan yang patut diapresiasi tentunya.

Kehadiran BangsaCerdas tentu menambah daftar portal yang memberikan materi pembelajaran online. Sebelumnya kita ketahui bersama ada IndonesiaX, KelasKita, SekolahCoding, Dicoding Academy dan lain-lain. Dari sisi pendidikan tentu kita berharap semakin banyak lagi startup yang menyajikan materi-materi berkualitas untuk masyarakat. Namun dari segi bisnis, tentu pengelola portal harus lebih jeli melihat model bisnis yang cocok untuk diterapkan di Indonesia.

Selain terjangkau dan penggunaannya yang mudah, materi yang berkualitas dengan kurikulum yang jelas dan metode pembayaran yang mudah dan aman akan menjadi faktor penting yang dipertimbangkan pengguna dalam pengguna. Dengan demikian misi memajukan pendidikan dan mengembangkan bisnis bisa berkembang bersamaan.