Kantongi Pendanaan Baru, Berrybenka Perkuat Omni Channel dan Chat Commerce

Layanan fashion commerce Berrybenka, diam-diam pada kuartal keempat 2016 lalu telah mendapatkan pendanaan Seri C dari sejumlah investor lokal hingga asing. Sebelumnya Berrybenka memang tidak mengumumkan sedang melakukan penggalangan dana, namun Co-Founder dan CEO Jason Lamuda mengungkapkan proses funding ini telah direncanakan dengan melakukan pendekatan dengan investor seperti Maj Invest Private Equity, Asia Summit Capital, Softbank-Indosat Fund, dan beberapa investor lokal.

Maj Invest Private Equity dalam hal ini menjadi Lead Investor. Dari pendanaan tersebut Berrybenka mengantongi dana segar dengan nilai 8 digit dalam dolar Amerika Serikat (lebih dari $10 juta)

“Tahun ini kami memiliki beberapa fokus bisnis utama, yaitu memperkuat omni-channel (kombinasi online dan offline), chat commerce dan beberapa program lainnya,” kata CEO Berrybenka Jason Lamuda saat acara temu media hari ini.

Jason juga menambahkan pendanaan tersebut nantinya akan digunakan untuk pemasaran, menambah dan membina talenta yang telah dimiliki.

“Talenta merupakan aset terbesar yang dimiliki oleh sebuah startup, kami di Berrybenka juga ingin merekrut talenta terbaik sekaligus membina mereka agar bisa memberikan kontribusi untuk perusahaan,” kata Jason.

Membuka lebih banyak Pop up Store dan inovasi Chat Commerce

Selama ini Berrybenka termasuk fashion commerce pertama yang berhasil menerapkan skema online-to-offline (O2O) melalui toko fisik di beberapa mal terkemuka di tanah air. Sepanjang tahun 2016 Berrybenka telah berhasil menghadirkan 15 Pop up Store yang diklaim mampu meningkatkan jumlah pendapatan hingga pengguna baru.

Di tahun 2017 ini Pop up Store Berrybenka juga akan semakin banyak dibuka dengan menargetkan 20 Pop up Store baru, dan memfokuskan kota-kota di luar pulau Jawa.

“Kami cukup happy ternyata saat ini banyak pembeli produk fashion Berrybenka berasal dari Balikpapan hingga Makassar, membutikan bahwa peminat di luar pulau Jawa secara perlahan tapi pasti mulai mendominasi pembeli di Berrybenka,” kata Jason.

Selain melalui kanal offline, di tahun 2016 lalu Berrybenka juga telah mengembangkan layanan baru kepada pelanggan melalui inisiatif Chat Commerce. Layanan komunikasi yang bisa dimanfaatkan oleh pelanggan melalui Whatsapp, LINE, Facebook Messenger dan live chat.

“Kami juga merencanakan untuk menghadirkan In-App Message yang memudahkan pelanggan untuk melakukan komunikasi dengan Berrybenka, masih dalam proses pengembangan dan untuk sementara kami masih memanfaatkan channel chat umum yang ada,” kata Jason.

Asisten pribadi ‘Stella’ dan Berrybenka Curve

Untuk memberikan pelayanan lebih kepada loyal customer atau pelanggan yang secara rutin membeli produk di Berrybenka, akan dihadirkan layanan ‘Stella’ yaitu asisten pribadi pembeli yang ingin mendapatkan informasi, rekomendasi hingga detil terkini tentang status produk yang sudah dibeli. Saat ini target dari Stella adalah untuk pelanggan setia, namun kedepannya asisten pribadi ini juga akan dihadirkan untuk pelanggan baru Berrybenka.

“Saat ini kami sudah memiliki 2500 pelanggan setia Berrybenka yan telah melakukan komunikasi secara intens dengan tim internal kami melalui Stella, selain membantu layanan ini juga bisa meningkatkan repeat order kami di Berrybenka,” kata Jason.

Sementara itu melihat tren, demand dan peluang yang ada Berrybenka juga segera akan meluncurkan layanan baru khusus untuk pakaian plus size atau ukuran lebih besar. Dengan menggabungkan produk private label dan produk dari merchant yang ada, diharapkan Berrybenka Curve bisa menjadi pilihan baru para perempuan Indonesia.

“Sebelumnya kami sudah menerima banyak permintaan dari pembeli yang menginginkan produk plus size tersedia di Berrybenka, dengan alasan itulah maka pada kuartal ketiga 2017 nanti Berrybenka Curve akan kami luncurkan,” kata Jason.

Secara keseluruhan Berrybenka mencatat tahun 2016 merupakan tahun dimana Berrybenka melakukan uji coba untuk beberapa inovasi. Mulai dari Pop up Store hingga private label. Untuk private label sendiri tahun 2017 ini akan semakin dikembangkan melihat pertumbuhan sebelumnya yang mencapai diatas 40% dari total penjualan private label Berrybenka.

“Dari sisi traffic mobile web dan aplikasi menjadi penyumbang terbesar untuk Berrybenka, dengan 65% traffic yang datang dari mobile web dan aplikasi serta menyumbang sekitar 50% untuk penjualan. Kami optimis tahun 2017 ini dengan beragam layanan dan inovasi yang ada bakal meningkat jumlahnya,” tutup Jason.

Application Information Will Show Up Here

Berrybenka Berencana Dirikan Toko Permanen di Beberapa Kota Awal Tahun 2017

Penjualan poduk private label, buatan sendiri, milik Berrybenka diklaim telah memberikan kontribusi untuk pendapatan sebesar 50%, artinya apa yang telah dilakukan oleh Berrybenka sejak bulan Maret diterima dengan baik oleh konsumen lama dan baru. Hal tersebut diungkapkan Managing Director Berrybenka Danu Wicaksana kepada DailySocial.

Alasan lain kenapa Berrybenka lebih banyak mempromosikan private label dibandingkan brand lainnya adalah sebagai strategi diferensiasi dengan pemain fashion e-commerce lainnya di Indonesia seperti Zalora, Sale Stock dan lainnya. Saat ini layanan e-commerce umum, seperti Tokopedia dan Lazada, juga telah memiliki vertikal layanan fashion yang membuat persaingan menjadi lebih berat.

“Kami sangat yakin dengan kualitas produk dan harga yang dimiliki oleh private label Berrybenka mampu bersaing dengan produk lokal hingga asing khususnya untuk busana, aksesoris dan lainnya. Diharapkan ke depannya private label kami bisa menjadi brand terdepan dari Berrybenka,” kata Danu.

Strategi lain yang tengah difokuskan oleh Berrybenka yaitu dengan menggelar pop-up store, yaitu toko offline Berrybenka. Kegiatan yang telah digelar selama 8 kali ini terbilang sukses dan mampu mendongkrak penjualan produk secara online dengan jumlah yang cukup besar.

“Ketika kami menggelar kegiatan pop up store, kami banyak menerima pembeli baru yang sebelumnya tidak familiar dengan Berrybenka. Setelah melihat produk kami di pop-up store secara langsung mereka mulai melihat situs kami di desktop dan aplikasi,” kata Danu.

Kota Jakarta menjadi kota ke-8 yang disambangi Berrybenka untuk menggelar kegiatan pop-up store. Terletak di Mall Taman Anggrek, pop up store kali ini akan berlangsung selama 6 bulan dan menjual semua produk Berrybenka, termasuk private label.

Pop up store kami memiliki keunikan tersendiri baik dari sisi ruangan, pengalaman hingga layananan. Di pop-up store pembeli yang ingin melakukan penukaran barang bisa langsung datang dan menitipkan barang tersebut. Demikian juga jika pembeli yang datang langsung kesulitan menemukan produk yang diinginkan, bisa mengambil langsung produknya setelah staf kami mengambilnya dari warehouse Berrybenka,” kata Danu.

Hingga akhir tahun 2017 ditargetkan akan digelar sekitar 20 kegiatan pop-up store di seluruh Indonesia. Sebelumnya pop up store Berrybenka sudah hadir di Medan, Tangerang, Makassar, Bekasi, Semarang, Bandung, Cibubur.

Berrybenka mengklaim strategi online to offline (O2O) mampu meningkatkan pertumbuhan penjualan dan pelanggan mencapai 300% di masing-masing kota.

“Di tahun 2017, kuartal pertama, kami juga berencana untuk mendirikan toko permanen di Jakarta, Medan dan kota-kota lain yang kami nilai memiliki potensi, masih menempel di mall. Toko permanen tersebut diharapkan bisa menarik lebih banyak pengguna baru Berrybenka,” kata Danu.

Rencana Berrybenka pasca pengurangan pegawai

Setelah sebelumnya Berrybenka melakukan pengurangan pegawai di beberapa divisi, Danu mengungkapkan pengurangan pegawai tersebut merupakan kali pertama dilakukan oleh Berrybenka sejak berdiri. Alasannya cukup sederhana, yaitu menekan biaya operasional yang ternyata kebanyakan berasal dari kegiatan pemasaran dan gaji pegawai.

Tekanan dari investor untuk segera mendapatkan profit juga menjadi alasan utama, mengapa pengurangan pegawai tersebut wajib dilakukan.

“Kami menyadari agar bisnis bisa berjalan secara sustainable perusahaan wajib untuk mempertimbangkan hal-hal yang prioritas, salah satunya adalah melakukan pengurangan pegawai di beberapa divisi. Dari sisi bisnis Berrybenka masih tetap berjalan dengan baik dan tidak ada perubahan secara drastis, hanya pengurangan tersebut memang harus kita lakukan,” kata Danu.

Application Information Will Show Up Here

Pelajaran yang Bisa Diambil dari Kasus Pengurangan Karyawan di Berrybenka dan Sale Stock Indonesia

Menjalankan sebuah bisnis tentu banyak tantangan dan hambatan. Salah satu syarat sebuah bisnis bisa tetap bertahan, berjalan, dan menghasilkan keuntungan adalah mampu menghadapi tantangan dan juga hambatan. Tidak mudah memang, perlu sebuah keputusan yang benar dan ditimbang secara matang, juga sedikit keberuntungan. Demikian juga di dalam sebuah startup. Selalu banyak tantangan dan hambatan yang dilalui. Seperti kabar terbaru dari Sale Stock Indonesia dan Berrybenka yang terpaksa merumahkan beberapa karyawannya. Alasannya jelas. Ada hal yang lebih prioritas dan urgent bagi bisnis yang memaksa terjadinya pengurangan karyawan.

Sebenarnya, dalam operasonal bisnis, pengurangan karyawan bukan hal yang aneh. Terlebih bagi startup yang notabene merupakan bisnis rintisan. Namun keputusan pengurangan karyawan dengan jumlah yang lumayan banyak (40 orang untuk Berrybenka dan 200-an untuk Sale Stock) meninggalkan sebuah pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi pada kedua bisnis startup tersebut?

Dapat disimpulkan bahwa keadaan kedua bisnis ini sebenarnya baik-baik saja, belum sampai taraf menuju kebangkrutan. Hanya saja ada prioritas yang sedang mereka kejar. Sale Stock, meski merumahkan ratusan karyawan, masih tetap melakukan hiring untuk posisi developer.

Ada beberapa hal yang mungkin bisa disimpulkan. Pertama mereka belum berhasil mendapatkan pendanaan lanjutan sehingga harus menentukan prioritas sumberdaya yang dibutuhkan dan mengurangi burn rate. Kedua, investor mungkin sudah mulai mendorong mereka untuk menuju bisnis yang menghasilkan profit, misalnya dengan penggunaan layanan pelanggan in-house atau lebih banyak mengembangkan private label yang bisa mengoptimalkan margin. Dengan budget operasional yang sudah di-set di awal, mau tidak mau ada hal (sejumlah pegawai dengan skill set tertentu) yang terpaksa “dikorbankan”.

Berrybenka memang belum banyak membuka lowongan pekerjaan baru. Hanya beberapa untuk posisi internship marketing dan leader quality control, tapi apa yang dilakukan Sale Stock dengan membuka lowongan pekerjaan untuk developer menunjukkan fokus inovasinya.

Apa yang terjadi di kedua startup ini menjadi semacam pengingat bagi startup lainnya. Harus ada alokasi yang diperhitungkan dengan matang mengingat startup yang masih berkembang membutuhkan alokasi dana yang benar-benar pas untuk menghindari hal mubazir. Sebagai startup berbasis teknologi, bisa dibilang satu-satunya posisi yang relatif aman adalah para engineer.

Jika sebuah startup mulai merumahkan engineer-nya, itu berarti antara mereka sudah berhenti berinovasi atau sudah di ambang kematian.


Amir Karimuddin berkontribusi dalam pembuatan artikel ini

Berrybenka Klarifikasi Soal Pemberhentian Sejumlah Pegawai

Beredar kabar fashion e-commerce yang didirikan oleh Jason Lamuda Berrybenka mengurangi sejumlah karyawannya di berbagai divisi sebanyak 40 orang. Berita ini tentunya mengejutkan mengingat pertumbuhan Berrybenka yang terbilang cukup positif sebagai salah satu fashion e-commerce pertama di Indonesia.

Menanggapi perihal tersebut CEO Berrybenka Jason Lamuda kepada DailySocial membenarkan berita tersebut dan menambahkan untuk mengembangkan bisnis dari Berrybenka pengurangan beberapa pegawai menjadi wajib untuk dilakukan.

“Kita ada small minor layoff, tidak terlalu significant kok. Plan kita masih sama keep our healthy growth and further boost profitability,” kata Jason kepada DailySocial

Ketika ditanya selanjutnya apa rencana dari Berrybenka pasca pengurangan pegawai yang telah dilakukan, Jason enggan menanggapi namun tetap memastikan bahwa kondisi perusahaan Berrybenka masih tetap sehat dan memiliki rencana jangka panjang yang cukup menjanjikan.

Gemar menggelar kegiatan offline

Salah satu kegiatan yang kerap dilakukan oleh Berrybenka adalah menggelar kegiatan pop up store di beberapa kota besar di Indonesia. Hal ini sengaja dilancarkan untuk menjangkau lebih banyak pelanggan yang saat ini masih belum terbiasa melakukan pembelanjaan secara online.

Sementara itu dari sisi brand, Berrybenka yang saat ini telah memiliki in-house brand yang cukup populer dan kerap beredar di situs fashion commerce lainnya, juga makin eksis dengan desain, produk serta pemasaran yang mengedepankan talent Indonesia.Seperti apa sepak terjang dari Jason Lamuda dengan Berrybenka pasca pengurangan pegawainya, kita tunggu saja nanti.

Aplikasi Fesyen LYKE Tembus 1 Juta Unduhan

Aplikasi fesyen teranyar di Indonesia, LYKE telah diunduh hingga 1 juta kali sejak pertama kali diluncurkan pada lima bulan lalu, Februari 2016. Alhasil, jumlah pesanan yang tercatat hingga kini telah menembus 30.000 pesanan dalam sebulannya.

Bastian Purrer, pendiri LYKE, mengatakan pihaknya bangga karena telah mencapai tonggak sejarah dalam periode yang cukup singkat. “Dengan hadirnya LYKE, kami ingin memberikan pengalaman baru untuk konsumen cara berbelanja yang termudah. Selain itu, bagi mitra penjual fesyen pun dimudahkan karena semakin didekatkan dengan konsumen,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Rabu (20/7).

Semangat yang ingin ditularkan, lanjutnya, mitra dapat terus berkembang dari segi bisnisnya mengingat masih banyak dari mereka yang belum tersentuh LYKE yang disokong Rocket Internet. Pihaknya mengklaim, seluruh produk fesyen yang tersedia mencapai 120.000 item, mulai dari pakaian, aksesori, hingga kosmetik.

Purrer berharap semakin lengkapnya produk dapat membantu konsumen saat berbelanja.

Secara statistik, lebih dari 60% pengguna internet di Indonesia berselancar di dunia maya lewat smartphone. Melihat potensi tersebut, membuat LYKE akhirnya dikembangkan hanya untuk smartphone saja berplatform Android dan iOS.

 

Di Indonesia, sudah cukup banyak layanan e-commerce dengan bisnis inti yang serupa dengan LYKE. Sebut saja, Lazada, Berrybenka, Zalora, HijUp, dan lainnya. Berbeda dengan layanan tersebut, LYKE hanya bisa diakses melalui perangkat mobile. Pesaing terdekat LYKE, yang ujung tombaknya berbasis mobile, adalah Shopee, Carousell, dan Coral.

Application Information Will Show Up Here

Optimalkan Kegiatan Online-to-Offline, Berrybenka Kembali Gelar Pop Up Store

Masih rendahnya penetrasi internet di Indonesia menjadi kendala tersendiri untuk marketplace fashion untuk memperluas pasar. Untuk mengakali celah tersebut, kegiatan offline pun kerap digelar oleh startup dan e-commerce sebagai bagian dari kegiatan promosi dan online-to-offline (O2O). Hal senada juga dilakukan Berrybenka dengan menggelar pop up store keduanya di Serpong, Tangerang.

“Lambatnya penetrasi internet dan smartphone di Indonesia dibandingkan negara-negara lain di Asia membutuhkan edukasi lebih dari para pelaku industri digital untuk mengedukasi publik terhadap kebiasaan belanja online yang mudah, aman dan terpercaya,”kata CEO PT Berrybenka Jason Lamuda.

Karena alasan itu, Berrybenka secara rutin menggelar acara Pop Up Store, untuk menjawab permasalahan yang ada serta sebagai bagian dari strategi yaitu membesarkan private label dan menerapkan strategi omni channel dengan menghadirkan pengalaman berbelanja online-to-offline (O2O). Strategi ini dilakukan untuk meyakinkan konsumen terhadap kualitas produk serta keamanan bertransaksi di Berrybenka

Setelah menggelar pop up store perdana di Medan awal tahun lalu, kali ini pop up store Berrybenka hadir dan bertempat di Jabodetabek, tepatnya di daerah Serpong. Produk yang dijual kali ini adalah produk milik Berrybenka sendiri.

Kehadiran pop up store juga dimanfaatkan Berrybenka untuk memberikan layanan lebih luas, di antaranya adalah Cash on Delivery (COD) in-store dan Online Purchase Return.

Kedua fitur ini diharapkan bisa bermanfaat untuk konsumen baru Berrybenka yang ingin menukarkan produk yang sudah dibeli langsung ke pop up store Berrybenka di Jakarta dan membeli produk secara online, tetapi dibayar dan diambil langsung di pop up store.

“Sebagai perusahaan fashion e-commerce, kami ingin memberi kesempatan kepada para konsumen kami untuk dapat melihat, merasakan dan mencoba langsung produk-produk yang selama ini hanya dapat dilihat di web store sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian. User experience ini penting, khususnya untuk menjaring konsumen baru,” kata Managing Director PT Berrybenka Danu Wicaksana.

Pop Up Store Berrybenka akan berlangsung selama 3 bulan, mulai dari 22 April hingga 21 Juli 2016 di Summarecon Mal Serpong, Tangerang.

Application Information Will Show Up Here

DStour #10: Gaya Elegan dan Fashionable di Kantor Berrybenka

DStour kali ini mengunjungi kantor fashion e-commerce Berrybenka. Mengusung konsep ‘work hard play harder’ ruangan kerja di Berrybenka memanfaatkan sepenuhnya rungan kantor yang sudah ada, diwarnai dengan dekorasi berwarna dan cerah di seluruh ruangan. Sekilas kantor Berrybenka mirip dengan kantor majalah fashion yang ternyata memang konsep yang diusung oleh Berrybenka. CEO Berrybenka Jason lamuda turut memandu DStour edisi kali ini.

Berrybenka Hadirkan Pop Up Store di Kota Medan

Salah satu komitmen dari Berrybenka tahun 2016 ini adalah menghadirkan pengalaman online-to-offline (O2O) yang bertujuan untuk menjangkau penetrasi yang lebih luas, mendukung dan menjadikan Berrybenka sebagai fashion brand lokal terbesar dan menjadi fashion e-commerce yang customer focus. Rencana tersebut sebelumnya disampaikan secara langsung oleh CEO Berrybenka Jason Lamuda.

“Pelanggan adalah inspirasi terbesar dan alasan di balik semua hal yang kami lakukan. Tiga komitmen kami untuk tahun 2016 di antaranya adalah menghadirkan pengalaman online-to-offline (O2O) yang terintegrasi,” kata Jason.

Dalam kesempatan tersebut Jason juga memaparkan rencananya untuk menggelar pop up store di kota-kota besar Indonesia.

Setelah sebelumnya menggelar pop up store di Bandung, akhir bulan Januari ini, Berrybenka membuka pop up store di kota Medan, tepatnya mulai tanggal 29 Januari hingga 28 Februari 2016 di Mal Centre Point lantai dasar. Dalam kegiatan kali ini, Berrybenka bermitra dengan Bank Mandiri dan Indosat Ooredoo.

“Sebagai salah satu pelopor fashion e-commerce yang membawa pengalaman belanja online di Indonesia, Berrybenka terus bertumbuh dan menjadi destinasi belanja favorit bagi semakin banyak pelanggan kami. Tahun ini salah satu komitmen kami adalah menghadirkan pengalaman online-to-offline (O2O) yang terintegrasi demi menjangkau lebih banyak pelanggan di seluruh nusantara, salah satunya lewat pop up store di kota Medan ini,” kata  Managing Director PT Berrybenka Danu Wicaksana dalam rilisnya hari ini.

Berrybenka Pop Up Store menghadirkan kemudahan pengambilan produk di Pop Up Store via “COD (Cash On Delivery) Station” khusus untuk pelanggan di Medan dan sekitarnya, serta free wrapping box dengan kotak kemasan spesial Berrybenka edisi Valentine untuk pembelanjaan tertentu.

Berrybenka dan Rencana Bisnisnya di Tahun 2016

Layanan e-commerce fashion Berrybenka, yang sudah hadir sejak tahun 2012, tahun ini mencoba mengukuhkan posisinya sebagai fashion e-commerce terbesar dan terlengkap di Indonesia. Di kesempatan istimewa, DailySocial berbincang-bincang dengan CEO Berrybenka Jason Lamuda di kantor pusat Berrybenka yang terletak di kawasan Slipi Jakarta.

Tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, fokus Berrybenka masih soal produk fashion lokal untuk konsumen dan pecinta fashion pada khususnya. Bagi Jason, penting untuk mempertahankan ciri khas perusahaan dan tidak terlena untuk menambah varian baru yang pada akhirnya akan membuat perusahaan menjadi tidak fokus kepada visi dan misi awal.

“Hingga tahun 2016 ini Berrybenka masih fokus kepada fashion, kita percaya bahwa core business dan kekuatan Berrybenka ada di fashion, kita sudah bisa mengetahui dan memprediksi produk apa yang sedang tren hingga penaksiran harga. Jadi untuk tahun 2016 dan 2017 Berrybenka masih akan fokus kepada produk fashion,” kata CEO Berrybenka Jason Lamuda.

Untuk tahun 2016 terdapat beberapa strategi yang akan dilancarkan oleh Berrybenka, diantaranya adalah menggelar rangkaian kegiatan offline pop-up bazaar di luar Jabodetabek, memperkenalkan metode pembayaran baru melalui Indomaret, memperluas penetrasi di luar Jabodetabek serta pengembangan mobile commerce dan aplikasi.

“Selain itu sebagai fashion e-commerce yang memfokuskan kepada produk lokal, Berrybenka juga ingin menjadi fashion e-commerce terbesar di Indonesia dengan 90% produk lokal, memberikan kemudahan belanja melalui situs, aplikasi, chat platform dan tepon serta memberikan kemasan atau paket yang mewah untuk pelanggan,” kata Jason.

Peningkatan transaksi di Hijabenka

Produk unggulan dari Berrybenka yang hingga kini mengalami peningkatan yang signifikan, baik dari sisi transaksi hingga konsumen, adalah Hijabenka. Merupakan divisi baru yang dicoba untuk dihadirkan oleh Berrybenka, secara mengejutkan mulai dari tahun 2014 hingga 2015 menunjukkan perkembangan hingga 300%, jauh lebih banyak dari Berrybenka yang hanya mencapai 200% hingga tahun 2015. Hal ini membuktikan bahwa saat ini minat fashion di Indonesia memang ada pada produk fashion dengan nuansa muslim yang diwakili oleh Hijabenka.

“Seringkali e-commerce berpikir bahwa produk yang paling laku serta paling banyak traksinya adalah produk yang memiliki nama atau brand lebih besar dalam hal ini adalah Berrybenka, namun kenyataannya adalah produk lainnya seperti Hijabenka ini justru memiliki jumlah kenaikan yang signifikan dan memiliki performa yang meningkat,” kata Jason.

Hal menarik yang juga dicatat DailySocial saat berbincang dengan Jason adalah peningkatan pengguna Berrybenka yang menggunakan aplikasi mobile. Walaupun selama tahun 2015 jumlahnya sudah meningkat hampir 50% namun belum melampaui pengguna di desktop.

“Dari segi traffic saat ini Berrybenka dan Hijabenka banyak datang dari mobile. Serupa dengan [layanan] e-commerce lainnya, secara transaksi pengguna di mobile hampir melewati jumlah transaksi di desktop, dan kita perkirakan di tahun 2016 ini jumlah transaksi di mobile akan mengungguli jumlah transaksi di desktop,” kata Jason.

Untuk lebih meningkatkan penggunaan aplikasi Berrybenka di mobile, ke depannya akan dihadirkan fitur-fitur baru yang menarik dan tentunya memudahkan pengguna, sesuai dengan rencana Berrybenka tahun 2016.

Layanan antar in-house dan gudang Berrybenka

Untuk mendukung kinerja Berrybenka saat ini sudah hadir gudang Berrybenka yang dibuat dengan teknologi terkini dan terletak di Serpong Jakarta. Gudang yang memiliki luas 500 m2 ini menampung semua produk Berrybenka.

“Kami telah menginvestasikan uang yang cukup besar untuk pembangunan gudang ini, diharapkan dapat lebih melancarkan proses pengiriman barang untuk pelanggan Berrybenka,” kata Jason.

Selain gudang investasi yang juga dilakukan oleh Berrybenka adalah memiliki in-house courier service atau layanan antar milik Berrybenka. Layanan antar Berrybenka saat ini baru beroperasi di wilayah Jakarta saja dan armada yang tersedia baru berjumlah 15 armada.

Saat ini Berrybenka masih memanfaatkan layanan logistik pihak ketiga untuk sistem pengantaran, kerjasama yang telah dijalin dengan 3 perusahaan logistik ternama, yaitu JNE, RPX dan First Logistic selama ini terbukti berjalan dengan baik. Meskipun demikian Berrybenka tidak menutup peluang jika masih ada penawaran kemitraan dengan perusahaan logistik lainnya.

Mendukung ekosistem e-commerce Indonesia

Sebagai salah satu fashion e-commerce pertama di Indonesia, Berrybenka selalu mendukung kegiatan yang positif untuk kemajuan industri e-commerce di Indonesia. Diantaranya adalah dengan mengikuti kegiatan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) dan Jakarta Great Online Sale (JGOS)  dan lainnya. Makin menjamurnya e-commerce di Indonesia juga merupakan persaingan yang sehat bagi industri e-commere di Indonesia.

“Pada dasarnya saya selalu menyambut baik persaingan yang ada terutama di dunia e-commerce di Indonesia, paling tidak kita semua memiliki tujuan yang sama yaitu mengajak lebih banyak masyarakat Indonesia untuk belanja online,” ungkap Jason.

Menanggapi terkait rencana pemerintah yang akan segera meluncurkan peta jalan e-commerce di Indonesia akhir Januari 2016 mendatang, Menurut Jason hal tersebut disambut positif olehnya sebagai CEO dan Founder Berrybenka. Jason juga melihat selama ini Presiden Joko Widodo serta Rudiantara sebagai Mentri Komunikasi dan Informatika telah memberikan dukungan yang positif untuk kemajuan industri e-commerce di Indonesia.

“Bagi saya selama peraturan atau roadmap tersebut memudahkan para pelaku e-commerce di Indonesia saya akan mendukung semua peraturan yang ada, tentunya harapan saya adalah peraturan tersebut akan memberikan keuntungan lebih untuk startup lokal seperti Berrybenka,” tuntas Jason.

E-Commerce Players’ Responses toward the Elimination of Negative Investment Fund

Despite the fact that foreign investors start flooding Indonesia, the local e-commerce industry is still considerably infant, in the sense that it still needs tons of supports to move forward. One of them is to protect it from taxes. Furthermore, the local e-commerce players also suggest the government to eliminate the NIF (Negative Investment Fund) regulation which restricts foreign investors to enter Indonesian e-commerce to allow further growth. Continue reading E-Commerce Players’ Responses toward the Elimination of Negative Investment Fund