RS The Label, Brand Fashion Lokal dengan Konsep Zerowaste yang Bermimpi Go Global di Era Digital

Setiap bisnis, baik kecil maupun besar, berhak untuk bermimpi. Hanya saja setelah itu tergantung bagaimana usaha mereka dalam meraihnya. Di era digital seperti saat ini, pemanfaatan teknologi tidak akan luput dalam perjalanan setiap bisnis dalam meraih mimpinya. RS The Label adalah salah satu yang membuktikannya.

Riene Subiyanto, owner RS The Label, mengakui bahwa teknologi dan platform digital, seperti media sosial, berperan besar dalam membantu brand-nya melangkah maju mendekati mimpinya. Tertarik mengetahui kisah lengkapnya? Berikut cerita perjalanan RS The Label bersama digitalisasi yang dibagikan oleh Riene.

Mengusung Konsep Zerowaste Sebagai Investasi Masa Depan

RS The Label merupakan salah satu brand fashion lokal yang mengusung konsep zerowaste. Tidak hanya dalam bentuk produk hasil, konsep zerowaste ini juga ia terapkan hingga ke proses pengemasan.

“RS The Label (adalah) brand fashion yang mengusung konsep zerowaste, dimana proses produksi dimulai dari material, cutting, hingga packaging menerapkan prinsip minim limbah atau bahkan tidak meninggalkan limbah kain,” katanya.

Sumber: Instagram @rsthelabel

Konsep zerowaste ini ia terapkan bukan tanpa alasan. Pemikiran tersebut adalah hasil dari analisanya pada industri bisnis fashion yang ia mulai di tahun 2019. Ia melihat begitu banyaknya limbah yang dihasilkan oleh industri ini dan merasa khawatir.

“RSthelabel awalnya hanya brand fashion seperti pada umumnya. Tetapi permasalahan muncul ketika saya menyadari bahwa bisnis ini ikut andil dalam menyumbang limbah terbesar kedua di dunia dan akan berdampak buruk buat kita dan anak cucu kita di masa depan. Maka saya berpikir bagaimana cara saya tetap menjalani passion saya tetapi beriringan dengan compassion. Lalu terciptalah zerowaste fashion,” jelas Riene.

Kemudian, Riene pun senang karena bisnis fashion dengan tema zerowaste ini dapat diterima masyarakat.

Giat Berinovasi Dengan Tetap Konsisten Minim Limbah

Bergerak dengan konsep zerowaste fashion tidak menyurutkan semangat Riene untuk terus berinovasi menghasilkan produk yang unik. Dari komitmennya untuk meminimalisir limbah ini, Riene selalu rutin melakukan riset sebelum meluncurkan inovasi produk.

“Karena ini adalah zerowaste fashion, maka sebelum memproduksi selalu dilakukan riset terlebih dahulu, mulai dari desain apakah desainnya bisa diterapkan ke dalam zerowaste cutting.”

Sumber: Instagram @rsthelabel

Agar tidak keluar dari konsep minim limbah itu sendiri, Riene berusaha untuk selalu memastikan bahwa inovasi produk yang ia buat bisa diproduksi menggunakan pattern, cutting, dan material kain yang ramah lingkungan.

Tak jarang juga inovasinya berasal dari pemanfaatan sisa kain yang kemudian ia buat menjadi ornamen pada produk pakaiannya.

Ternyata, konsep zerowaste tidak membuat Riene kehabisan ide untuk berinovasi. Bahkan, ia juga mulai menggabungkannya dengan konsep classic monochrome bergaya fashion street yang produknya ia launching pada Juli 2022 ini.

“Sedikit cerita tentang produk baru yang InsyaAllah akan dilaunching di bulan Juli 2022. Mengambil konsep classic monochrome dengan cutting zerowaste tetapi bergaya street fashion untuk memperluas target market juga pastinya,” ujarnya..

Kolaborasi Sebagai Langkah untuk Perluas Edukasi

Tidak ada usaha yang berjalan mulus tanpa adanya tantangan atau kesulitan. Selain tantangan dalam riset produk sebelum berinovasi, Riene juga mengakui bahwa kurangnya kesadaran masyarakat tentang dampak limbah kain ini menjadi kesulitan tersendiri bagi RS The label.

Untuk itu, Riene selalu berusaha mengedukasi masyarakat, salah satunya dengan cara berkolaborasi dengan influencer atau aktivis lingkungan.

“Masyarakat cenderung mengabaikan dan selalu berpikir untuk menguntungkan dirinya sendiri. Dibutukan effort yang lebih untuk mengedukasi. Maka dari itu, RS The Label berusaha berkolaborasi dengan para aktivis lingkungan maupun influencer yang peduli lingkungan atau alam.”

Pandemi Menjadi Momen Berinovasi

Momen pandemi adalah momen yang umumnya memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan sebuah usaha. Namun, hal fakta tersebut ternyata tidak berlaku untuk RS The Label. Riene bersyukur bahwa pandemi tidak menurunkan aktivitas produksi dan penjualan RS The Label.

Sebaliknya, ia memanfaatkan momen pandemi untuk menciptakan solusi untuk para pekerja WFH saat pandemi dari limbah kain dalam bentuk produk detachable collar.

Sumber: Instagram @rsthelabel

“Pada saat pandemi, RS The Label membuat produk dari limbah kain juga seperti detachable collar atau kerah lepas pasang. Jadi ketika para pekerja khususnya wanita melakukan WFH cukup menambahkan detachable collar pada homedress-nya, jadi pakaian mereka terlihat lebih formal meskipun hanya memakai baju rumahan,” jelas Riene.

Teknologi Berperan Besar dalam Edukasi dan Promosi

Dalam mengembangkan RS The Label, Riene selalu memaksimalkan pemanfaatan teknologi. Kehadiran teknologi, menurutnya, berperan besar dalam pemasaran produk, penjualan, edukasi masyarakat, hingga membantu trend forecasting.

“Kehadiran teknologi digital dalam dunia fashion tidak hanya dalam branding, pemasaran, atau jual beli, tetapi bisa membuat trend forecasting. Jadi selalu berinovasi dan kreatif dalam berbisnis,” katanya.

Menurut Riene, marketplace dan media sosial, terutama WhatsApp dan Instagram, adalah platform digital yang berpengaruh besar dalam perkembangan RS The Label. Kedepannya ia akan memanfaatkan platform digital lainnya, yakni media sosial Twitter.

Perencanaan Matang Dalam Urusan Modal

Ketika berbicara mengenai pinjaman modal untuk menopang bisnis, Riene berkata ia tidak menggunakan pinjaman modal untuk mengembangkan RS The Label. Menurutnya, terlalu banyak resiko yang perlu ia tanggung apabila menggunakan pinjaman. Lalu, ia pun membagikan tips dalam memulai dan mengembangkan usaha dengan modal yang ada.

“Tips dari saya ketika ingin membuat usaha atau mengembangkan usaha sebaiknya direncanakan dan diperhitungkan dengan matang untung ruginya. Jika ada aset selain rumah, sebaiknya aset tersebut yang dijual untuk dijadikan modal meskipun nominalnya tidak sesuai yang diharapkan itu tidak apa-apa. Mulailah dengan perlahan dan bertahap. Tidak perlu terlihat besar tetapi banyak konflik didalamnya.”

Rencana Go Global Di Era Digital

Soal mimpi, Riene memiliki banyak mimpi untuk RS The Label. Salah satu mimpinya yang akan terwujud dalam waktu dekat adalah memiliki toko offline. Toko tersebut nantinya juga akan dilengkapi dengan studio jahit untuk memberi kesempatan kepada konsumen belajar mengenai pembuatan zerowaste fashion.

Selain itu, ia juga memiliki harapan lainnya, yaitu agar RS The Label dapat selalu berkembang, berempati, dan berinovasi. Riene juga ingin RS The Label menjadi brand zerowaste fashion ternama di Indonesia dan go global dengan bantuan digitalisasi.

Sumber: Instagram @rsthelabel

”Saat ini, RS The Label sudah mendistribusikan produknya ke salah satu distrik di Singapore. Pastinya dengan teknologi digital, RS The Label bisa merambah ke negara-negara lain,” ujarnya.

Mempelajari Teknologi Sebagai Solusi Dapatkan Peluang di Era Digital

Semua pencapaian RS The Label tentu tidak diperoleh dengan mudah. Semua adalah hasil dari kemauan Riene untuk mempelajari teknologi. Untuk sesama pelaku UMKM di luar sana, Riene pun berpesan untuk mulai belajar dan terbiasa teknologi guna mendapatkan banyak peluang dan keuntungan.

“Mulai lah belajar. Jangan self-defense dulu sebelum mencoba. Mintalah orang-orang terdekat untuk mengajarkan cara penggunaan teknologi atau bisa mencari informasi melalui halaman pencarian seperti Google,” katanya.

Banyak sekali hal inspiratif dari kisah perjalanan Riene dalam mengembangkan RS The Label.

Meski konsep yang diusung oleh RS The Label masih jarang ditemui di Indonesia, namun hal itu tidak mengurangi tekad Riene untuk terus menciptakan berbagai inovasi produk yang minim limbah, serta menggunakan berbagai sumber yang ada untuk mengedukasi masyarakat.

Riene juga turut mengajak rekan UMKM lainnya untuk meraih banyaknya peluang, seperti yang ia temukan, dengan pemanfaatan teknologi yang maksimal.

Kailoka, Brand Kerajinan Kayu Lokal yang Terus Semangat Berinovasi di Tengah Kompetisi

Meski saat ini tengah ramai serangan brand luar ke dalam negeri, namun brand lokal masih mempertahankan eksistensinya dan terus berusaha mencuri hati masyarakat. Salah satu brand lokal yang semakin eksis, terutama di era digital seperti sekarang, adalah Kailoka.

Kailoka merupakan brand kerajinan kayu lokal yang banyak terbantu oleh adanya digitalisasi. Harizal, selaku Founder Kailoka, membagikan pengalaman berharganya dalam membangun Kailoka sebagai salah satu brand lokal yang bertahan dan berkembang di era internet.

Sebuah Solusi Pemanfaatan Kayu Sisa Furniture

Harizal merupakan seorang desainer interior sekaligus founder Kailoka. Dalam kesehariannya sebagai desainer interior, Harizal bercerita bahwa ia sering menemukan kayu-kayu sisa olahan furniture yang terbuang begitu saja.

Dari situlah ide untuk membuat bisnis yang memanfaatkan kayu muncul dan terbentuklah Kailoka yang namanya merupakan gabungan antara bahasa sunda dan sansekerta, Kai dan Loka.

“Kailoka adalah brand yang terdiri dari dua kata, bahasa sunda dan sansekerta, dimana Kai adalah Kayu dan Loka adalah tempat. Hal ini menggambarkan Kailoka adalah ide yang muncul karena profesi saya sebagai desain interior yang menemukan sering kali bahan kayu sisa olahan furniture yang terbuang,” kata Harizal.

Memulai dengan Segmen Market Luar Negeri

Tahun 2018 merupakan tahun yang mengawali perjalanan Kailoka dengan produk jam tangan ukir berbahan kayu. Meski kesulitan menarik minat market dalam negeri, namun dengan produk tersebut, Kailoka berhasil masuk ke pameran di Manila Fame.

“Kailoka dimulai 2018, dan mulai dengan produk jam tangan yang diukir, walaupun segmen market di indonesia masih kurang namun produk tersebut sempat membawa kailoka pameran di manila fame,” ujar Harizal.

Sumber: kailoka.com

Kemudian, di tahun 2019, Kailoka mulai berinovasi dengan merilis model-model baru yang menyesuaikan dengan target market dalam negeri.

Berhasil Bertahan dari Tekanan Ekonomi saat Pandemi

Jika membahas mengenai perjalanan bisnis di beberapa tahun terakhir ini, fenomena pandemi tidak bisa luput untuk dibicarakan. Banyak bisnis yang tersendat dari segi penjualan selama masa pandemi. Namun, untuk Kailoka, Harizal mengakui tidak mengalami hambatan dalam penjualan selama masa pandemi, melainkan proses produksi yang terganggu.

“Pandemi tidak mengganggu penjualan, namun mengganggu produksi kami dimana pekerja yang memproduksi mengalami tekanan ekonomi yang cukup kuat, sehingga mekanisme pembayaran yang sebelum pandemi digunakan tidak dapat digunakan lagi. Alhasil, produksi tersendat.”

Meski akhirnya sempat vakum pada 2020 akibat pandemi, Kailoka kini bisa kembali bangkit dan bertahan hingga sekarang. Di tahun 2021, proses produksi Kailoka kembali aktif dan penjualan mulai kembali berjalan lancar karena banyaknya fasilitas pameran dari pemerintah.

Tidak Menyerah dalam Menyuguhkan Produk Unik

Selain pandemi, tantangan lainnya yang dihadapi Kailoka menurut Harizal adalah menyuguhkan produk yang tidak hanya disukai, tapi juga unik dengan proses produksi yang mudah.

Sumber: kailoka.com

Tapi, meskipun hal itu merupakan tantangan tersendiri bagi Kailoka, namun Kailoka selalu berhasil untuk terus berinovasi menciptakan produk unik dan memenuhi keinginan pasar. Sehingga, Kailoka tetap ada sampai sekarang di tengah kompetisi era digital dengan brand luar dan brand lokal lainnya.

“Kami tetap ada sampai sekarang di tengah – tengah kompetisi yang ada karena kailoka menanamkan semangat untuk tidak menyerah dan terus berinovasi untuk unik dan menenuhi kebutuhan atau keinginan pasar,” kata Harizal. 

Internet Berperan Besar dalam Setiap Proses

Berbicara mengenai peran internet bagi Kailoka, Harizal mengatakan bahwa internet memiliki peran sangat besar bagi Kailoka. Tidak hanya dari segi pemasaran, internet juga turut andil dalam proses pencarian ide dan proses produksi.

Dengan perkembangan internet yang cukup pesat belakangan ini, tak heran internet berperan besar dalam setiap proses perkembangan Kailoka. Kemajuan internet juga menghasilkan semakin banyaknya platform digital yang membantu bisnis berbagai skala berkembang.

Sumber: kailoka.com

Namun, bukan berarti sebuah bisnis harus menggunakan semua platform digital yang tersedia.  Penggunaannya tentu tetap memperhatikan kebutuhan bisnis atau brand itu sendiri agar tetap efektif.

Untuk Kailoka, platform digital yang paling berperan besar adalah website Kailoka sendiri. Website toko online merupakan platform digital yang dipilih oleh Kailoka yang menggunakan sistem checkout melalui WhatsApp alih-alih melalui website e-commerce.

Rencana Merambah Pasar secara Online dan Offline

Adanya digitalisasi memungkinkan banyak bisnis dapat merambah pasar yang lebih luas secara mudah. Hal itu juga merupakan rencana Kailoka ke depannya. Dengan semakin mudahnya akses masyarakat karena digitalisasi, maka semakin mudah juga bagi Kailoka untuk menjangkau target market lebih luas.

“Pasti (mau merambah pasar lebih luas). Bahkan bukan hanya pada proses pemasaran, Kailoka sedang mempersiakan produk jam kayu yang dikombinasikan dengan teknologi digital,” terang Harizal.

Selain merambah pasar secara online, Kailoka kini juga mulai mengembangkan toko secara offline. Saat ini, kailoka telah mendapatkan fasilitas untuk display produk di Galeri Patrakomala Dekranasda Bandung, tepatnya di Jalan Jakarta nomor 34 kota Bandung.

Tidak hanya itu, Kailoka juga membuka kesempatan untuk rekan-rekan dan keluarga yang ingin turut berpartisipasi dalam produksi proyek dengan mekanisme bagi hasil sebagai salah satu cara mengembangkan Kailoka.

Dengan strategi dan rencana yang sudah disiapkan, Harizal berharap ia dapat membawa Kailoka menjadi brand kerajinan kayu Indonesia yang dikenal luas.

Hambatan Terbesar Bukan Teknologi, Melainkan Kemauan

Bagi beberapa bisnis, umumnya bisnis yang sebelumnya offline based, teknologi terkadang menjadi hambatan. Tapi, bagi Harizal, teknologi sebenarnya bukanlah hambatan. Hambatan terbesar menurutnya adalah kemauan dan keberanian.

“Teknologi bukan hambatan, karena hambatan terbesar adalah kemauan dan keberanian. Apapun teknologi yang kita manfaatkan, maka penguasaan kita kepada teknologi tersebut yang menentukan kita berhasil atau tidak,” ujar Harizal.

Tanpa adanya kemauan dan keberanian yang besar, maka tidak hanya teknologi, apapun itu bisa menjadi hambatan. Sebaliknya, jika semua diawali dengan tekad yang bulat, maka tidak akan ada hambatan yang berarti, termasuk teknologi.

Banyak sekali yang dapat dipetik dari pengalaman yang dibagikan oleh Harizal dalam membangun Kailoka.

Mulai dari munculnya ide bisnis dari lingkungan sekitar, pemanfaatan teknologi yang maksimal namun tetap sesuai kebutuhan, kiat go digital, hingga kisah Kailoka yang terus bertahan di tengah kompetisi bisnis yang semakin sengit.

Karena nyatanya, membangun dan mempertahankan bisnis di era digital seperti sekarang tidaklah sulit asalkan diawali dengan kemauan dan keberanian yang besar, serta diiringi semangat untuk terus berinovasi.

Brand Lokal Popsiklus: Upcycling Barang Bekas Jadi Produk Bernilai Tinggi

Popsiklus merupakan brand lokal yang bergerak di bidang seni rupa terapan atau craft. Brand lokal satu ini populer dengan konsep ramah lingkungan yang diusungnya, yakni upcycling atau menghidupkan kembali bahan-bahan bekas pakai menjadi barang fungsional yang artistik.

Sebagai informasi, istilah upcycling berbeda dengan recycling yang lebih umum di masyarakat. Upcycling merupakan proses daur ulang barang bekas menjadi barang dengan manfaat baru, tanpa menghilangkan bentuk aslinya. Sementara, pada proses recycling, bentuk asli barang bekas dihancurkan untuk diolah menjadi barang yang lain.

Baru-baru ini, Popsiklus baru saja mendapat kehormatan dari ajang perhargaan UNESCO bagi para pengrajin lokal yakni Indonesia Handicraft (Inacraft) Awards 2022. Brand lokal ini memenangkan kategori produk other materials atas produk upcycle yang diusungnya.

Bisnis kerajinan daur ulang yang telah berdiri sejak 2009 ini diinisiasi oleh Kurniati Rachel Sugihrehardja atau akrab disapa Nia. Mula-mula berdiri, Nia menggunakan nama ‘Bikinbikincraft’ pada brand yang dirintisnya, sebelum akhirnya berganti nama menjadi ‘Popsiklus’, yang digunakan hingga sekarang.

Dari Karton Susu Bekas Jadi Barang Berkualitas

Sejak awal berdiri, Nia konsisten menghasilkan produk-produk daur ulang artistik bernilai tinggi yang diolah dari limbah rumah tangga. Produk-produk Popsiklus yang dihasilkan antara lain tas besar, totebag, dompet, notebook hingga cable holder. Menyasar market kelas menengah ke atas, produk tersebut dipatok dengan kisaran harga jual 395 ribu hingga 550 ribu rupiah.

Terciptanya beragam produk Popsiklus sendiri bermula dari tumpukan karton susu bekas milik Nia di rumah. Ia melihat, limbah tersebut kerap kali enggan dilirik oleh petugas pengangkut sampah. Akhirnya, dari sana ia melihat secercah potensi cuan.

Berdasarkan pengamatannya, karton susu bekas itu mempunyai bentuk dan struktur bahan yang kuat. Menurut Nia, potensi ini dapat menjadi peluang baginya untuk berkreasi menciptakan sesuatu yang bermanfaat.

“Dari tumpukan karton susu bekas yang ada di rumah itu, lahirlah ide untuk memberi jiwa dan fungsi baru, dengan upcycling atau menghidupkan kembali karton susu bekas pakai  yang siap buang menjadi barang fungsional yang artistik,” kata Nia.

Alur Produksi Produk Popsiklus

Proses pembuatan produk Popsiklus dikerjakan oleh tangan Nia langsung serta dibantu oleh lima orang pegawainya, yang terdiri atas tiga pekerja tetap dan dua pekerja lepas. Nia berkata, proses produksi yang dijalaninya itu tidaklah sederhana.

Dalam menciptakan satu produk upcycling artistik bernilai tinggi itu, Nia membutuhkan banyak karton susu bekas sebagai bahan baku. Misalnya, pada produk unggulan Popsiklus yakni tas besar, diperlukan sebanyak 11 hingga 12 buah karton susu bekas.

“Lalu, waktu yang diperlukan dalam proses pembuatan tas tersebut memakan kurang lebih lima hingga tujuh hari kerja,” jelas Nia.

Ia juga bercerita bahwa pembuatan produk Popsiklus, bergantung pada ketersediaan limbah karton susu bekas yang dimiliki dan diterimanya. Jadi, produknya tidak memiliki target stok atau produksi yang tetap.

“Saya hanya membuat produk sesuai dengan limbah yang tersedia, karena bahan bakunya sendiri juga memerlukan proses yang cukup lama untuk siap diolah,” katanya.

Sebelum karton susu bekas tersebut disulap menjadi produk daur ulang siap pakai, ada beberapa tahapan produksi yang dilewati. Mulai dari pengumpulan limbah karton susu sebagai bahan baku utama, hingga siap diolah menjadi produk siap jual.

“Pengumpulan limbah karton susu tidaklah mudah karena saya menggunakan karton susu dalam kondisi apa adanya, tidak melalui proses penghancuran, sehingga kondisi karton susu bekas pakai harus nya sangat prima,” ungkap Nia.

Nia mengungkapkan bahwa Popsiklus memiliki syarat dan ketentuan yang ketat, untuk limbah karton susu yang dikumpulkan, baik yang datang dari timnya atau dari para pendonasi limbah. Ia mengaku tidak akan menerima limbah karton susu yang belum di cuci bersih.

Setelah steril, karton susu bekas tersebut akan dipotong secara manual, satu demi satu, sebelum akhirnya melalui tahapan menciptakan tekstur bahan. Setelah itu, bahan baku dari bahan bekas tersebut akan dijahit menjadi sebuah produk, yang juga akan dipadupadankan dengan material lain untuk mempercantik tampilan produk.

Tantangan Popsiklus dalam Digitalisasi Bisnis

Selang beberapa tahun sejak berdiri, Popsiklus mulai berani mengenalkan produknya lebih luas lagi ke masyarakat, melalui penggunaan media sosial, seperti Instagram. Dari platform tersebut, konsumennya dapat mengenal hingga melakukan pemesanan produk.

Hingga kini, Popsiklus masih aktif mempromosikan produknya di Instagram. Sebagai pemilik, Nia rajin membagikan foto produk unggulannya, berikut dengan cerita terkait setiap produk dari brand yang ia bangun tersebut.

Pemanfaatan platform media sosial menjadi upaya digitalisasi bisnis yang dilakukan Popsiklus. Namun, Nia mengaku digitalisasi bisnis pada brand-nya saat ini belum maksimal. Terdapat kendala yang menjadi tantangan tersendiri baginya dalam melakukan digitalisasi tersebut.

Pertama, Popsiklus belum dapat melebarkan sayap usahanya dengan pemanfaatan e-commerce atau marketplace. Alasannya karena terdapat kendala teknis. Nia menilai, produk Popsiklus tidak dapat diproduksi secara cepat.

“Jadi, saat ini Popsiklus baru hadir di media sosial melalui Instagram saja. Selebihnya, pemesanan hingga pembelian produk dapat dilakukan melalui WhatsApp, atau secara offline di acara bazaar,” kata Nia.

Kedua, Nia merasa sebagai brand yang memproduksi barang upcycling, tidak ideal bagi konsumen Popsiklus melakukan pembelian secara online. Ia berkata bahwa konsumennya perlu memegang langsung sebelum membeli.

“Rasanya tidak ideal kalau tidak lihat langsung. Gak kebayang, gitu, bagaimana produk upcycling yang dibuat dari karton susu bekas. Jadi, memang lebih enak kalau bisa pegang langsung,” tegasnya.

Misi ‘Go Green’ di Balik Produk Seni Rupa

Selain fokus menciptakan produk daur ulang artistik berkualitas, brand lokal yang mengusung slogan “reimagining waste” atau memikirkan kembali limbah sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan ini, memiliki misi untuk mempopulerkan semangat siklus daur ulang limbah.

Tujuannya, agar limbah rumah tangga seperti karton susu bekas tidak langsung berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2020, limbah rumah tangga menjadi penyumbang terbesar komposisi sampah nasional, yakni sejumlah 37,3% dari total 67,8 juta ton sampah yang ada.

Popsiklus meyakini bahwa segala sesuatu memiliki potensi untuk di dayagunakan kembali, salah satunya karton susu bekas pakai. Brand lokal yang berlokasi di Cimahi, Jawa Barat ini, masih berkomitmen menggunakan barang bekas pakai pada sebagian besar produknya.

“Kami berharap semangat untuk mempopulerkan siklus daur ulang dapat terus ditularkan kepada lingkungan terdekat sekitar, dan dapat melakukan pengembangan produk dengan teknik, bahan dan variasi desain lainnya.” ujar Nia terkait misinya.

Lebih jauh dari itu, Nia berharap agar kedepannya masyarakat dapat lebih peduli dan tanggung jawab atas sampah yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari, supaya tidak merusak lingkungan. Apalagi, saat ini sampah menjadi sumber permasalahan serius bagi lingkungan, yang tak kunjung terselesaikan.

Cara Gabung Cloud Kitchen, Solusi untuk Ekspansi Bisnis Kuliner

Bagi pelaku bisnis kuliner, bergabung dengan layanan cloud kitchen dapat memberi dampak pada perkembangan bisnis. Salah satunya, dapat menghemat biaya operasional yang dikeluarkan saat ingin memulai dan melakukan ekspansi bisnis.

Pelaku bisnis kuliner tak perlu mengeluarkan biaya besar, seperti untuk pembelian peralatan dan sewa tempat. Cloud kitchen disebut dapat membantu menghemat biaya operasional, hingga kisaran 70%-80%, dari total biaya.

Selain itu, pelaku UMKM juga dapat melayani konsumen lebih cepat karena infrastruktur dapur yang sudah siap. Dengan begitu, pelaku UMKM dapat berpotensi meraup keuntungan yang lebih besar lagi.

Langkah Daftar Kemitraan Hangry, Everplate dan Yummy Kitchen

Bagi pelaku bisnis kuliner yang tertarik dengan konsep layanan yang ditawarkan cloud kitchen, ada beberapa opsi layanan cloud kitchen di Indonesia, yang dapat diikuti. Di antaranya, sebagai berikut:

1. Hangry

Hangry adalah cloud kitchen yang telah memiliki 73 outlet di seluruh Indonesia. Layanan ini membantu pelaku bisnis kuliner sebagai mitra untuk memberikan pelayanan terbaik bagi kosumennya melalui pemesanan dari aplikasi.

Begini cara mendaftar menjadi brand mitra Hangry:

  • Masuk ke laman resmi Hangry pada https://www.ishangry.com/ atau klik di sini.
  • Pilih opsi Kemitraan bagi pelaku bisnis yang ingin bergabung menjadi mitra. Sementara, jika ingin bergabung sebagai pendana, maka pilih opsi Tumbuh Bersama Hangry.
gabung cloud kitchen
gabung cloud kitchen
  • Selanjutnya, scroll menuju paling bawah pada laman Kemitraan.
gabung cloud kitchen
  • Kemudian, isi kolom pedaftaran di bawah tulisan “Tertarik? Daftarkan diri anda sekarang”.
  • Calon mitra akan diminta mengisi nama pendaftar, nama bisnis, jabatan, alamat email, Tautan Menuju Website Bisnis, Foto Bisnis.
  • Berikutnya, pilih lokasi outlet.
  • Setelah itu, klik Daftar Sekarang.
  • Setelah form pendaftaran terkirim, silakan tunggu konfirmasi selanjutnya dari pihak Hangry untuk diarahkan ke proses selanjutnya.

Ada pun syarat menjadi mitra Hangry, antara lain:

  • Pendapatan minimal Rp150.000.000 per bulan di tiap cabang bisnis.
  • Beroperasi di Jabodetabek atau kota besar lainnya di Indonesia.
  • Mayoritas pemasukan didapat dari jasa layanan antar online, seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood.
  • Sudah beroperasi minimal 12 bulan.

2. YummyKitchen

YummyKitchen merupakan layanan cloud kitchen yang diinisiasi oleh YummyCorp. Layanan ini telah memiliki 50 cabang kerja di lebih dari 50 lokasi di Indonesia, seperti di Jakarta, Depok, Tangerang, Bekaksi, Bandung dan Medan.

Begini cara mendaftar menjadi brand mitra YummyKitchen:

yummykitchen
  • Isi kolom pendaftaran dengan melengkapi informasi bisnis.
yummykitchen
  • Klik Kirim dan tunggu konfirmasi selanjutnya dari pihak YummyKitchen untuk diarahkan ke proses selanjutnya.

Ada pun keuntungan menjadi mitra YummyKitchen, antara lain:

  • Mempercepat pertumbuhan bisnis.
  • Tanpa modal awal.
  • Membantu meningkatkan brand awareness.
  • Biaya operasional ditanggung 100%.
  • Kebersihan bahan pangan dan tempat terjamin.
  • Lokasi yang sudah tersebar luas.

3. Everplate

Bagi pelaku bisnis kuliner yang ingin bergabung dengan Everplate, layanan cloud kitchen satu ini turut membantu mitranya melakukan analisa data, pemasaran brand, serta penambahan saluran penjualan seperti dengan mendaftarkan mitranya di semua platform food delivery.

Begini cara mendaftar menjadi brand mitra Everplate:

everplate
  • Isi kolom pendaftaran dengan melengkapi informasi bisnis.
everplate
  • Berikutnya, pilih lokasi outlet di beberapa wilayah strategis.
everplate
  • Klik Kirim dan tunggu konfirmasi selanjutnya dari pihak YummyKitchen untuk diarahkan ke proses selanjutnya.

Demikian serangkaian langkah yang perlu dilakukan dalam mendaftarkan bisnis kuliner di berbagai layanan cloud kitchen di Indonesia.

Geliat Startup Rollup E-commerce, Beri Harapan Brand Lokal untuk Naik Kelas

Pesatnya pertumbuhan gaya hidup digital di Indonesia memicu terus lahirnya berbagai perusahaan digital baru, dengan beragam model bisnis yang mendorong pertumbuhan ekonomi tanah air. Di antaranya, startup Tjufoo dan Una Brands, yang hadir dengan model bisnis rollup e-commerce sebagai brand aggregator.

Tjufoo hadir pada awal tahun 2022 dengan mengusung konsep “House of Brands” sebagai ekosistem digital brand di Indonesia. Tujuannya yakni membantu brand lokal untuk meningkatkan performa, melalui rangkaian teknologi digital, platform data, kecerdasan buatan, juga tim yang berpengalaman.

Sedangkan Una Brands, telah lebih dulu lahir di Singapura sebagai startup agregator e-commerce, dan baru mengumumkan kehadirannya di Indonesia pada akhir tahun 2021. Meski begitu, Indonesia menjadi salah satu negara prioritas untuk mendukung merek brand di berkembang menjadi usaha berkelas internasional.

Keuntungan UMKM Berbaur dengan Startup Rollup E-commerce

Co-Founder dan CEO Tjufoo Tj Tham mengungkapkan, hadirnya model bisnis rollup e-commerce, memberikan wadah bagi pelaku usaha, termasuk UMKM dalam memperkuat bisnisnya. Lalu, Co-Founder dan CEO Una Brands Kiren Tanna menambahkan, model bisnis ini juga dapat membantu menaikkan potensi brand lokal agar menjangkau pasar global.

Sebagai brand aggregator, Tjufoo dan Una Brands sama-sama berkomitmen mengembangkan UMKM dan brand lokal, dari berbagai kategori dan level. Melalui program akuisisi, pemberian modal kerja, dukungan operasional hingga ekspansi bisnis internasional.

Bagi brand yang telah diakuisisi, brand aggregator akan memberikan sesi mentoring atau pendampingan, guna meningkatkan skala usahanya. Pendampingan itu, dilakukan secara konsisten agar memberikan panduan yang solid untuk kebutuhan usaha jangka panjang.

“Pendampingan yang diberikan mulai dari cara pemanfaatan dana investasi, ekosistem digital, brand building, dan pemasaran produk. Lalu, mengoptimalkan digitalisasi, mengelola tenaga kerja dan pengadaan, hingga urusan operasional lainnya,” kata Tj Tham.

Selain itu, Tjufoo juga hadir memberikan permodalan bagi brand yang telah bergabung dengan brand aggrigator itu. Bentuk permodalannya terbagi dalam tiga skema investasi. Di antaranya yakni Direct Investment, Acquisition, dan Hybrid.

Menurut Tj Tham, permodalan memang menjadi masalah yang kritikal bagi UMKM. Namun bukan hanya memberikan permodalan, Tjufoo juga menyediakan resources yang dibutuhkan oleh bisnis, untuk dapat mencapai potensi bisnis mereka dengan maksimal.

“Mulai dari peningkatan revenue dari penjualan online, memperluas jaringan distribusi bisnis, mengembangkan brand equity, serta memperkuat elemen-elemen penting dalam bisnis, yaitu marketing dan operasional,” ujarnya.

Sedangkan Una Brands hadir membawa pilihan baru, di mana akuisisi oleh brand aggregator itu tak hanya memberikan full exit secara tunai, serta bagi hasil keuntungan bagi pengusaha. Tetapi, juga melindungi bahkan mengangkat legacy yang telah ada ke level yang lebih tinggi.

Secara keseluruhan, brand yang telah bergabung dengan kedua brand aggrigator itu, baik Tjufoo atau Una Brands, diharapkan mampu menjalin hubungan lebih dekat dengan konsumen, guna mencapai tujuan bisnis yang lebih besar.

Syarat dan Kriteria Brand Lokal agar Diakuisisi Brand Aggregator

Tj Tham memaparkan, kriteria yang ditetapkan Tjufoo dalam menentukan brand yang akan diakuisisi dilakukan secara agnostik. Artinya, seluruh brand dari berbagai kategori dan level usaha, memiliki potensi untuk dapat bergabung bersama kami.

“Namun fokus utamanya kepada brand dengan model bisnis Direct to Consumer (D2C). Di mana pemilik bisnis atau brand mendapatkan mayoritas revenue, dengan cara menjual produk langsung ke end consumer,” jelasnya.

Sementara, Kinen Tanna selaku Co-Founder dan CEO Una Brands mengungkapkan, brand yang dibidik untuk diakuisisi oleh Una Brands adalah brand pada sektor bisnis kebutuhan sehari-hari.

“Misalnya, kebutuhan rumah dan tempat tinggal, kecantikan dan perawatan tubuh, kebutuhan bayi, anak, dan hewan peliharaan, olahraga, serta kegiatan luar ruangan. Namun, Una Brands juga tetap terbuka untuk mengakuisisi bisnis di luar kategori tersebut,” ungkap Kiren Tanna.

Lalu, syarat yang harus dipenuhi brand lokal agar dapat solusi permodalan melalui akuisisi baik oleh Tjufoo maupun Una Brands, antara lain:

  • Telah beroperasi dengan periode operasional bisnis selama minimal 2 tahun.
  • Sudah mencapai profitability dan memiliki brand equity yang kuat.
  • Jenis produk yang dijual serta segmentasi konsumen dari brand yang sesuai kriteria.
  • Berjualan melalui e-commerce populer seperti Tokopedia, Lazada, Shopee dan Shopify, khusus Una Brands.
  • Serta, syarat minimal omset bisnis. Tjufoo mensyaratkan brand memiliki omset mencapai 10 miliar rupiah per tahun. Sedangkan, Una Brands mencapai 400 juta rupiah per bulan.

“Hal ini sebagai pertimbangan kami untuk merefleksikan kestabilan bisnis usaha yang dibangun, sehingga seluruh proses digitalisasi dan scaling up bisnis yang kami lakukan dapat berjalan dengan mulus,” kata Tj Tham.

Sementara, bagi UMKM yang belum mampu memenuhi syarat dan kriteria, atau masih dalam tahap awal membangun bisnis, Tjufoo memberi solusi alternatif. Brand aggregator ini menawakan Program Sarinah Pandu, yakni program dukungan bagi UMKM, berupa pendanaan bisnis, mentoring, dan ekosistem guna pengembangan digitalisasi.

Alur Pengajuan Pemodalan dari Brand Aggregator

Tj Tham menjelaskan proses pengajuan permodalan melalui akuisisi oleh brand aggregator Tjufoo. Menurutnya, timeline pengajuan modal dari Tjufoo bagi UMKM terbilang efisien. Ada pun di antaranya sebagai berikut:

  • Pertama, perlu diketahui bahwa proses pengajuan memerlukan 9-10 minggu dari mulai pengenalan sampai pendanaan.
  • Pada minggu ke-1 hingga 3, brand aggregator fokus melakukan pengenalan tentang brand.
  • Proses pengenalan itu, di antaranya dilakukan dengan pertemuan dengan pemilik bisnis, memperkenalkan pemilik bisnis kepada growth & strategy team dari startup rollup e-commerce, juga penyerahan data awal dari brand ke brand aggregator. Lalu, terms sheet awal akan diterima oleh pemilik bisnis.
  • Pada minggu ke-4 hingga 8, brand aggregator akan melakukan due diligence dan juga memulai proses legal agreement.
  • Selanjutnya, pada minggu ke-9 dan 10, brand aggregator akan melakukan penandatangan surat kerja sama, beserta penyerahan dana kepada pemilik bisnis.

Peran Startup Rollup E-commerce bagi UMKM atau Brand Lokal

Tj Tham optimis bahwa setiap usaha dapat berkembang pesat, salah satunya melalui ekosistem digital brand yang diusung Tjufoo, begitu pun dengan Una Brands. Sebagai brand aggregator, keduanya fokus mendukung UMKM atau brand lokal untuk memajukan bisnisnya secara digital.

“Kami ambil bagian dalam membantu UMKM yang memiliki tantangan dalam menjalankan bisnis. Mulai dari tantangan memperkuat branding building, optimisasi digital hingga tantangan otomasi operasionalisasi bisnis,” katanya.

Tjufoo megaku, sejauh ini, pelaku UMKM yang menjadi mitranya terus bertambah. Kedepannya Tjufoo berkomitmen untuk terus mempercepat pertumbuhan UMKM, dengan mengakuisisi brand lokal potensial pada kategori D2C.

“Dengan dukungan permodalan, kami berharap Indonesia mampu menciptakan ratusan brand lokal yang dapat bersaing di pasar global. Dalam upaya mempercepat misi ini, Tjufoo sangat terbuka untuk kolaborasi dengan berbagai pihak yang memiliki misi yang sama,” katanya.

Tjufoo sendiri memiliki misi untuk meningkatkan skala bisnis UMKM dan membangkitkan perekonomian pasca pandemi, melalui digitalisasi UMKM. Misi tersebut, didukung oleh tim yang berpengalaman dalam memberikan pendampingan bagi pelaku UMKM.

“Tim yang berpengalaman itu berasal dari indvidu unggul perusahaan lintas sektor besar seperti Apple, Grab, Amazon, SAP, dan JP Morgan. Kami menyelaraskan semua elemen tersebut ke dalam digital ekosistem brand Tjufoo, atau yang kami sebut House of Brands,” lanjutnya.

Sementara, pada Una Brands, setelah proses akuisisi akan mengoptimalkan kinerja brand lokal melalui tekonologi. Misalnya dalam segi branding, pemasaran, rantai pasok, hingga pengadaan.

“Serta, memperluas target distribusi secara domestik maupun internasional, dalam lingkup Asia Pasifik, Amerika, dan Eropa dengan target pertumbuhan 10 kali lipat di nilai penjualan dan keuntungan,” ungkap Kinen Tanna.

Selain Tjufoo dan Una Brands ada pula beberapa platform brand aggregator lainnya di Indonesia. Di antaranya, Hypefast dan OpenLabs, yang mungkin dapat menjadi opsi bagi pelaku UMKM atau brand lokal, apabila tertarik dengan konsep rollup e-commerce ini.

Video: Strategi Una Brands Naikkan Potensi “Brand” Lokal Indonesia

 

Fokus Ikuti Tren, Brand Sepatu Blow Sukses Kuasai Pasar Online

Saat ini, brand sepatu lokal terus menunjukkan eksistensinya, seiring dengan tren streetwear yang marak digandrugi masyarakat muda Indonesia. Brand sepatu Blow atau dikenal di pasar online sebagai Shopatblow (Blow Official Shop) menjadi salah satunya.

Brand Blow atau Shopatblow merupakan produsen alas kaki lokal, yang mengusung tema produk fashionable, stylish dan up to date. Brand ini menyasar target pasar wanita sebagai konsumennya.

Blow sendiri memiliki banyak variasi model alas kaki untuk wanita. Mulai dari sneakers, wedges, sandal, flatshoes dan lainnya. Rata-rata harga jualnya berkisar kurang lebih 100 ribu rupiah.

Perjalanan dari Rugi Besar Hingga Jadi Bisnis Besar

Pemilik sekaligus Founder Blow Vincent Octavianus, berbagi cerita soal bisnis yang ia rintis sejak enam tahun lalu. Ia mengatakan, brand sepatunya dulu berawal dari bisnis yang sangat kecil, hingga akhirnya maju, berkat digitalisasi.

“Awal mulanya itu kami menjual barang cuci gudang. Itu kami start kecil banget di garasi rumah. Lalu, kami juga pernah buka toko di pasar, saat itu kami sewa ruko, tapi ternyata malah rugi besar,” tambahnya.

  • Sempat Rugi Sebelum Digitalisasi

Vincent bercerita, ia mulai merintis bisnis sepatu sejak 2016. Awalnya, sebelum berdiri brand Blow atau Shopatblow, bisnis sepatu yang ia pegang bernama Octav. Saat menjalani bisnis sepatu Octav, tempat berjualan baru berupa toko di pasar.

SHOP AT BLOW

“Sebenarnya, awal mula bisnis sepatu itu dari toko offline. Selama jadi pemain offline, kami buka toko di pasar, ikut bazar, hingga pasar malam. Kita jualnya outlet, dari brand mana-mana kita jual,” ungkapnya.

Namun, bisnis secara offline yang dijalaninya itu, tidak begitu berjalan lancar. Vincent mengaku, omset berjualan di pasar itu kecil. Selama mengikuti bazar, ia lebih sering rugi ketimbang untung.

“Bagi saya, berjualan secara offline itu cukup sulit. Omset yang kami dapat kecil. Dari bazzar yang kami ikuti sebanyak tiga kali, dua kalinya kami rugi. Akhirnya, kami mencoba jualan secara online,” katanya.

  • Tingkat Penjualan Melesat Setelah Digitalisasi

Awal mula merambah pasar online pada 2017, brand ini masih memakai nama Octav. Octav memasarkan produk sepatunya lewat marketplace fashion Zalora dan Berrybenka. Selama kurang lebih dua tahun, tepatnya pada 2019, baru lah Octav mulai rebranding menjadi Blow.

“Kami rebranding karena pada saat itu, Octav termasuk brand dengan produk yang lumayan mahal, sehingga, lebih sulit menjangkau pembeli. Sementara, Blow sendiri harganya lebih affordable, banyak yang di bawah 100 ribu rupiah,” ujar Vincent.

Setahun usai rebranding dan mulai melebarkan pasarnya di online marketplace lain, seperti Shopee, tingkat penjualan Blow meningkat tajam. Peningkatan ini seiring dengan tren masyarakat berbelanja online saat pandemi Covid-19 sedang di puncaknya.

“Pada pandemi Covid-19 di 2020 itu, penjualan online kami langsung meningkat drastis. Sebelumnya kami memang punya growth yang bagus, kami sudah melihat potensi berjualan di marketplace. Tapi pertumbuhan kami ini sampai ratusan kali lebih besar,” kata Vincent.

BLOW

Menurut Vincent, peningkatan penjualan Blow sejak awal pandemi benar-benar naik tajam secara signifikan. Hingga kini, ia mengaku Blow selalu tumbuh dengan baik dan terus mengikuti perkembangan yang ada.

Target Blow Kini Tetap Fokus ke Pasar Lokal

Brand ini sudah memiliki banyak cabang toko, yang tersebar di beberapa mall di kota-kota besar. Mulai dari AEON Mall, Living World, Summarecon Mall, Grand Indonesia, serta beberapa mall besar lainnya.

Saat ini, Blow telah memperkerjakan lebih dari 150 orang sebagai karyawan produksi, serta 40 orang sebagai tim marketing, creative, warehouse, supir dan pegawai lainnya yang bekerja di kantor.

Target Blow dalam dua tahun ke depan, ingin terus melebarkan pasarnya ke banyak daerah di Indonesia. Vincent merasa, peluang Blow di pasar online lokal sangat bagus, sehingga harus dimanfaatkan dengan maksimal, agar dapat meraup omset lebih banyak lagi.

“Pasar lokal juga masih luas banget, dan kami belum merasa maksimal. Masih banyak yang lebih baik dari kami, sehingga kami ingin fokus ke sana. Saat ini, belum ada pikiran buka toko (offline) di luar negeri,” tambahnya.

Cara Blow Tingkatkan Omset Lewat Platform Digital

Setelah jatuh bangun mendirikan Blow menjadi brand yang dikenal dan digemari masyarakat, Vincent membagikan caranya dalam mempertahankan eksistensi dan meningkatkan omset dari penjualan di platform digital, sebagai berikut:

  • Terus Berinovasi Ikuti Tren

Vincent mengaku, salah satu faktor Blow dapat bertahan hingga kini adalah karena relevan dan selalu mengikuti tren. Mulai dari tren produk, platform penjualan, hingga cara promosi yang sedang digandrugi, semuanya Blow ikuti.

“Kami selalu ikutin apa yang customer mau, trennya seperti apa. Jadi, bukan bertahan untuk keinginan sendiri. Kami selalu belajar, lihat orang lain bisa, kami harus bisa. Misalnya, saat ini sedang tren orang membeli produk lewat Live Tiktok Shop, maka kami harus ikut,” katanya.

Bagi Vincent, tidak ada alasan untuk tidak ikut tren. Termasuk alasan-alasan seperti: tidak ada sumber daya yang paham, tidak ada yang bisa membuatnya, dan lainnya, itu bukan menjadi alasan. Menurutnya, semua dapat dilakukan asal niat belajar dan berusaha.

  • Manfaatkan Keuntungan Program Marketplace

Sejak bergabung di beberapa marketplace populer di Indonesia, seperti Shopee, Tokopedia dan Lazada, penjualannya meningkat tajam. Marketplace menjadi tempat dengan penjualan terbanyak produk brand Blow.

Blow bahkan dapat melebarkan pasarnya hingga ke mancanegara, mulai dari Singapura, Malaysia, Thailand, Taiwan dan beberapa negara lainnya. Hal ini dapat dicapai berkat dukungan dari program ekspor marketplace.

  • Maksimal Promosi Lewat Media Sosial

Menurut Vincent, persaingan antar brand fashion online kini semakin ketat. Sebab, ten yang ada di masyarakat terus berubah dengan cepat. Sehingga, Blow perlu pandai-pandai melihat peluang.

“Secara marketing, semua jenis media sosial kami gunakan secara bersamaan. Tidak hanya di Instagram, kami juga aktif di Facebook, Twitter, Tiktok dan lainnya. Semua jenis iklan juga kami ikuti, salah satunya collaborative advertising,” ungkapnya.

Pentingnya Digitalisasi bagi Pelaku Bisnis

Bagi Vincent, berbisnis secara online banyak mendatangkan keuntungan baginya dan bisnis yang ia bangun. Ia menilai, kini, mau tidak mau bisnis online harus coba dilakukan. Sebab, itulah yang diinginkan masyarakat saat ini.

“Banyak orang yang sudah berumur, mungkin berpikir bisnis online itu lebih sulit dan berat. Tapi, menurut saya harus dicoba. Ini bukan berarti bisnis offline itu merugikan, paling tidak keduanya bisa berjalan beriringan,” ujarnya.

Ia pun memberi saran bagi orang yang belum yakin terjun ke bisnis online karena kendala kemampuan operasional. Saat ini, sudah banyak agensi marketing yang dapat membantu proses berbisnis online, misalnya agensi yang membantu pembuatan iklan atau promosi produk.

Blow sendiri banyak memanfaatkan platform digital dalam kegiatan operasionalnya sehari-hari. Mulai dari proses produksi, promosi hingga diskusi internal dengan para pegawai. Vincent berkata, semuanya dijalani by learning, seiring berkembangnya teknologi digital.

Makin Banyak Mechanical Keyboard dari Brand Lokal, Apa Saja Pilihannya?

Saya masih ingat momen pertama saya menjajal mechanical keyboard di tahun 2012. Kala itu saya masih bekerja sebagai penulis di majalah PC Gamer Indonesia, dan keyboard yang saya gunakan adalah SteelSeries 6Gv2 dengan switch Cherry MX Red yang dipinjamkan untuk di-review.

Tanpa ada maksud menyombongkan diri, tapi sejak saat itu saya tidak pernah lagi menyentuh membrane keyboard. Feel mengetik yang diberikan oleh mechanical keyboard benar-benar superior, dan di saat yang sama sesi gaming pun juga terasa semakin nyaman. Buat yang sehari-harinya rutin mengetik ribuan kata dan selalu menyisihkan waktu untuk bermain game seperti saya, mechanical keyboard sudah menjadi kebutuhan primer.

Itulah mengapa ketika unit review SteelSeries 6Gv2 tadi diminta kembali oleh distributornya, saya pun memutuskan untuk langsung membeli sendiri. Pilihannya kala itu tidak banyak, dan SteelSeries 6Gv2 rupanya berada di luar budget yang saya miliki. Pilihan saya akhirnya jatuh pada CM Storm QuickFire.

Situasinya tentu sudah berubah drastis sekarang. Kita tidak lagi harus melirik brand gaming mainstream seperti Razer, SteelSeries, Logitech, maupun merek premium macam Leopold atau Filco ketika sedang berburu mechanical keyboard. Belakangan ini sudah semakin banyak brand lokal yang menjajakan mechanical keyboard dengan harga yang cukup terjangkau, dan yang lebih penting, penawaran mereka juga patut direkomendasikan dari segi kualitas.

Di artikel ini, saya akan merangkum merek-merek lokal mechanical keyboard Indonesia yang bisa menjadi pilihan saat Anda hendak membeli mechanical keyboard baru ke depannya. Beberapa di antaranya merupakan brand produk gaming, tapi beberapa juga ada yang secara eksklusif berjualan keyboard. Berikut daftarnya, tanpa diurutkan.

1. VortexSeries

VortexSeries VX64
VortexSeries VX64 / VortexSeries

Dibanding brand lokal lain, VortexSeries bisa dibilang adalah yang paling lengkap pilihan mechanical keyboard-nya. Dari yang menggunakan layout full-size (104 tombol) sampai layout 60% tanpa arrow key, dari yang harganya semurah 350.000 ribu sampai yang mendekati satu juta rupiah, VortexSeries punya semuanya.

Dua produk yang paling populer dari brand ini adalah VortexSeries VX5 dan VX64. VX5 populer karena harganya yang luar biasa terjangkau di angka Rp350.000 tadi, sedangkan VX64 laris karena juga menawarkan konektivitas Bluetooth 5.1 di samping switch Gateron yang dapat dilepas-pasang dengan mudah (hot-swappable).

Alasan lain VX64 diincar banyak orang adalah layout-nya: 60% dengan panjang sasis kurang dari 30 cm, tapi masih ada arrow key yang lengkap. Untuk pembelian, silakan kunjungi toko resminya di Tokopedia dan Shopee.

2. Press Play

Voyager68 Retro Edition / Press Play
Voyager68 Retro Edition / Press Play

Press Play cukup dikenal karena selain menawarkan mechanical keyboard dengan desain yang premium, mereka juga menawarkan aksesori-aksesori macam wrist rest, desk mat, sampai keycap dengan desain yang lucu-lucu sekaligus menarik.

Keyboard terbaru mereka yang diluncurkan belum lama ini adalah Voyager68, keyboard 65% dengan fitur yang sangat lengkap: hot-swappable switch, pre-lubed stabilizer, dan pilihan konektivitas antara wired (USB-C), wireless (dongle 2,4 GHz), atau Bluetooth 5.0.

Harga keyboard ini dipatok di angka Rp1,1 juta, atau Rp1,2 juta apabila Anda memilih varian Retro Edition yang menggunakan keycap dari bahan PBT dye-sub. Selain di Tokopedia, official store-nya juga ada di Shopee.

3. Rexus

Rexus Daxa M71 Pro / Rexus
Rexus Daxa M71 Pro / Rexus

Brand yang satu ini mungkin sudah sangat dikenal di kalangan gamer tanah air. Produk Rexus tentu sangat beragam, dan mereka bahkan punya lini khusus bernama Daxa untuk produk yang lebih premium.

Di lini tersebut, ada Rexus Daxa M71 Pro yang sangat populer di kalangan anggota forum Indonesia Mechanical Keyboard Group (IMKG). Resep suksesnya tentu saja adalah fitur yang komplet, mulai dari variasi switch Gateron dengan socket yang hot-swappable sampai konektivitas Bluetooth, tidak ketinggalan pula harga yang terjangkau (Rp869.000).

Secara layout, Daxa M71 Pro juga termasuk agak unik; 65% tapi ada satu kolom tambahan. Untuk pembelian, Rexus juga punya toko online-nya sendiri di samping lapak di Tokopedia ataupun Shopee.

4. Digital Alliance

Digital Alliance Meca Warrior X RGB / Digital Alliance
Digital Alliance Meca Warrior X RGB / Digital Alliance

Lama bermain di segmen komponen PC, Digital Alliance (DA) juga sudah terjun ke bisnis periferal gaming selama beberapa tahun. Pilihan mechanical keyboard yang mereka tawarkan cukup beragam, tapi sejauh ini hanya yang mengadopsi layout full-size dan tenkeyless (TKL).

Kalau boleh menebak, mungkin DA bakal merilis keyboard 65% atau 60% tahun ini jika melihat bertambah populernya keyboard berukuran compact akhir-akhir ini. Untuk membeli produknya, DA punya lapak di Tokopedia, Shopee, dan seabrek pusat e-commerce lain yang bisa Anda lihat langsung di situsnya.

5. Paradox Gaming

Paradox Gaming Ghost GK68X / Paradox Gaming
Paradox Gaming Ghost GK68X / Paradox Gaming

Paradox Gaming merupakan signature brand dari distributor komponen Fox Hound. Di situsnya, tercatat bahwa mereka menjual produk di kategori casing, cooler, dan PSU, akan tetapi belakangan mereka juga menawarkan mechanical keyboard.

Menariknya, Paradox juga menawarkan satu set DIY keyboard bernama GK68X yang harus kita rakit sendiri sebelum digunakan. Set seharga 600 ribuan rupiah tersebut terdiri dari PCB, top plate, stabilizer, dan case. Selesai merakit, kita hanya perlu menambahkan switch dan keycap yang dibeli secara terpisah.

Total harganya memang bisa menembus satu jutaan rupiah dengan mudah, tapi keuntungannya tentu adalah kita bisa memilih sendiri tipe switch maupun keycap yang ingin digunakan, plus sedikit mencicipi pengalaman di dunia custom keyboard. Untuk pembelian, Anda bisa langsung main ke toko resmi Fox Hound di Tokopedia maupun Shopee.

6. Fantech

Fantech Maxpower MK853 / Fantech
Fantech Maxpower MK853 / Fantech

Seperti halnya Rexus, koleksi produk Fantech juga sangat bervariasi, dan mechanical keyboard pun tidak luput dari sorotan. Satu hal yang agak disayangkan adalah, Fantech belum punya mechanical keyboard dengan layout selain full-size. Jadi buat yang sudah terbiasa menjalani rutinitas tanpa diganggu oleh numpad, Anda harus melirik penawaran dari brand lain, kecuali jika Fantech ikut menekuni segmen compact keyboard ke depannya.

Pada kenyataannya, layout full-size bisa dibilang masih jadi standar yang paling umum untuk mayoritas hingga kini, dan brand mainstream macam Razer atau HyperX pun juga baru bermain di segmen compact belum lama ini. Buat yang tertarik membeli mechanical keyboard dari Fantech, silakan kunjungi toko resminya di Tokopedia atau Shopee.

7. Koodo

Koodo Beast Pro / Koodo
Koodo Beast Pro / Koodo

Koodo adalah salah satu brand dalam artikel ini yang produknya cuma sebatas mechanical keyboard. Sejauh ini mereka sudah punya tiga model: Cavalier dengan layout 96 tombol yang tidak umum, Beast dengan layout TKL, dan Arcadia dengan layout 68% (65% plus satu kolom ekstra seperti Rexus Daxa M71 Pro tadi).

Model terlarisnya adalah Koodo Beast Pro yang mengusung layout TKL tapi dengan tambahan kenop untuk mengatur volume atau tingkat kecerahan RGB-nya. Harganya cukup kompetitif di angka Rp890.000, apalagi mengingat switch-nya sudah hot-swappable. Untuk pembelian, silakan langsung mampir ke toko resminya di Tokopedia atau Shopee.

8. Noir

Noir N1 / Noir
Noir N1 / Noir

Merek paling muda dari semua yang tercantum di artikel ini, Noir sejauh ini baru punya satu mechanical keyboard, Noir N1, dan sayangnya keyboard tersebut sudah terjual habis meski dibanderol di harga Rp1,1 juta. Di saat brand lain banyak yang mengasosiasikan keyboard-nya dengan tema gaming, Noir justru ingin tampil beda dengan desain yang minimalis.

Komentar saya mengenai desainnya adalah sebagai berikut: kalau Anda suka dengan desain dari keyboardkeyboard besutan Keychron, maka Anda akan mudah sekali tertarik dengan desain yang ditawarkan oleh Noir. Penampilannya tergolong elegan, tapi di saat yang sama bisa membaur dengan cukup baik bersama periferal gaming lainnya.

Buat yang penasaran dengan brand ini, saya sarankan Anda mengikuti akun Instagram-nya guna mengikuti update terbaru dari mereka, sebab kabarnya mereka sedang dalam proses restock, serta akan merilis model baru dengan layout TKL dan fitur hot-swappable switch. Alternatifnya, Anda juga bisa mengecek lapak mereka di Tokopedia atau Shopee.

Ku Ka Luncurkan Platform ruKuKa untuk Jual Produk Lokal di Pasar Mancanegara

Ku Ka startup marketplace yang khusus menjual produk lokal Indonesia kembali membuat inovasi dengan menghadirkan ruKuKa. Sebuah platform yang nantinya akan membantu memasarkan produk lokal ke pasar global, salah satunya Jepang. Ku Ka juga bekerja sama dengan Riri dan Dot untuk menggelar pameran dan bazar produk lokal Indonesia ke Jepang.

ruKuka sendiri dikembangkan dengan konsep mirip dengan e-commerce kebanyakan. Hanya saja produk dan merek Indonesia yang ada di ruKuka akan melewati kurasi. ruKuka juga melayani transaksi dan pengiriman internasional yang memudahkan pelanggan internasional terhubung dengan produk Indonesia.

ruKuKa hadir dengan latar belakang kepercayaan bahwa produk lokal Indonesia dengan kualitas terbaik punya pasar sendiri di pasar global, lahirnya ruKuKa bersamaan dengan berpartisipasinya Ku Ka bersama (X)SML Fashion di panggung Amazon Fashion Week Tokyo 2018.  Saat itu, Ku Ka melakukan kurasi produk aksesoris, tas dan sepatu untuk melengkapi koleksi fesyen (X)SML,” terang Sr. Marketing Strategist Stephanie Edelweiss.

Mengenai pameran yang diselenggarakan, CEO dan Co-founder Ku Ka Titonius Karto menjelaskan bahwa Jepang menjadi negara pertama yang dipilih oleh Ku Ka dalam upayanya mengglobalkan produk-produk Indonesia. Jepang dipilih karena di negara tersebut banyak merek yang bisa dijadikan role model terkait pengembangan produk. Standar kualitas, detail, dan inovasinya bisa menjadi contoh merek produk lokal.

“Dengan membawa produk-produk Indonesia ke Jepang, Ku Ka berserta merek-merek lokal yang berpartisipasi mendapat banyak masukan dengan mengikuti standardisasi produk mereka. Ini yang membuat kami melanjutkan penetrasi melalui acara pameran dan bazar di Hikarie, setelah Januari lalu di Seibu. Pada akhirnya tujuan kami, orang-orang Jepang bisa membeli produk lokal Indonesia dengan mudah di platform online, tapi kami sadar kepercayaan pasar perlu dibentuk melalui kegiatan offline,” terang Titonius.

Optimisme Ku Ka sebagai marketplace produk lokal Indonesia

Ku Ka yang diluncurkan pada 2016 silam, saat ini mengklaim sudah memiliki 5000 toko online/produsen barang. Ku Ka sejauh ini tidak menerima toko dalam bentuk reseller atau distributor. Dari 5000 toko online, ada 1000 – 2000 toko online yang aktif.

Berkat dukungan KBRI Tokyo, Ku Ka berhasil membawa 3200 unit produk dari 34 merek lokal untuk pameran di Jepang, sebagai bentuk usaha Ku Ka memperkenalkan produk Indonesia di kancah internasional.

Dari segi inovasi Ku Ka sedang dalam proses pembaruan website dan menyiapkan beberapa fitur yang diharapkan membantu para pengguna dan penjual Ku Ka.

“Kami sedang dalam proses upgrading website, dashboard analytic untuk seller dan main dashboard. Fitur ini nantinya diharapkan dapat mempermudah analisa perkembangan serapan produk lokal Indonesia di platform online. Kami juga dalam tahap pengembangan Ku Ka versi mobile apps,” jelas Stephanie.

Beberapa waktu lalu Qlapa, startup yang berada di segmen yang sama dengan Ku Ka memutuskan untuk menutup layanan. Menanggapi hal ini pihak Ku Ka menjelaskan bahwa berada di segmen yang memasarkan produk lokal di tengah gempuran produk luar bukanlah perkara mudah.

Namun mereka masih percaya bahwa produk lokal masih bisa bertahan, hanya butuh mencari pasar dan cara yang tepat. Dibutuhkan juga peran aktif pemerintah dan masyarakat untuk membantu bisnis marketplace khusus produk lokal untuk tetap bertahan.

“Kami turut berempati, kami bisa mengatakan bahwa memilih untuk mempromosikan produk lokal pada perdagangan digital bukanlah hal yang mudah. Mengingat arus dagang global yang kuat, kemudahan masuk barang dari luar yang menawarkan harga murah di tengah market yang masih price sensitif.”

“Namun Ku Ka percaya bahwa bangsa ini harus terus menggali kekuatan produknya dan mencari pasar serta cara yang tepat untuk mempromosikan, selebihnya tugas bersama untuk terus membangun kualitas dan kemudahan bisnis kreatif. Peran pemerintah dan masyarakat juga sangat kuat untuk mendukung bisnis seperti ini tetap bertahan,” imbuh Stephanie.