BRI Inisiasi Pendirian Co-Working Space di Bandung

Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk pertama kalinya meresmikan co-working space bersama dengan Co&Co dengan nama “Co&Co Workshare Supported by Bank BRI” yang berlokasi di Bandung. Tempat ini diharapkan menjadi fasilitas pendorong para pelaku ekonomi kreatif untuk mengembangkan ide-idenya, berkolaborasi dengan sesama startup dari berbagai industri dan latar belakang, serta menciptakan sinergi antara BRI dengan komunitas kreatif dan ekosistem digital.

Tempat ini didesain oleh BRI dan Co&Co dengan fungsi dan fasilitas yang cukup memadai, layaknya sebuah tempat kerja bagi para penggiat startup yang sudah banyak ada sebelumnya. Di bagian depan, terdapat fasilitas BRIDIGITAL yakni produk layanan perbankan terkini BRI yang terkait dengan layanan digital, antara lain Cash Recycling Machine (CRM), perangkat Electronic Data Capture (EDC), Smart PC, dan Smart TV.

Sedangkan untuk fasilitas co-working space dilengkapi dengan berbagai fungsi ruang, antara lain ruang publik, ruang pertemuan, ruang ide, ruang privat, dapur, dan kantin.

“Ini adalah pertama kalinya BRI mendirikan working space. Kami akan berikan fasilitas akses wifi, ruang meeting, ruang ide, ruang koloni bersama, dan ruang e-banking BRI,” terang Direktur Konsumer BRI Sis Apik Wijayanto kepada DailySocial, Jumat (11/11).

Menurutnya, Bandung dipilih oleh perusahaan lantaran kota kembang tersebut telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai kota kreatif, di sana banyak rintisan usaha ekonomi kreatif terlahir dan bertumbuh besar. Sis menuturkan tidak menutup kemungkinan BRI akan membuka co-working space lainnya di berbagai kota di Indonesia.

Sis melanjutkan, BRI akan memantau dan mengevaluasi seluruh kegiatan bisnis dari seluruh pelaku usaha yang berkecimpung di dalam co-working space tersebut. Sebab mereka berpeluang besar untuk diajak kolaborasi dan menguji produknya di jaringan yang dimiliki BRI.

Menurutnya, banyak sisi positif yang bisa ditimbulkan lewat hadirnya co-working space. Salah satunya, dari suatu riset menyatakan bahwa generasi muda lebih menyukai budaya dan lingkungan kerja yang menekankan kerja sama tim, transparansi, dan kebersamaan dalam komunitas.

Terlebih, mengutip dari The Global Coworking Survey 2015-2016, diperoleh fakta bahwa pertumbuhan co-working space selama 12 bulan terakhir mencapai 36%, jumlah anggota 30% lebih banyak dari dua tahun yang lalu, dan rata-rata anggota di Asia adalah terbanyak dibandingkan dengan benua lainnya.

“Banyak sisi positif yang dapat diperoleh dari bekerja di co-working space. Hal inilah yang mendorong kami untuk meresmikan Co&Co Workshare Supported by Bank BRI,” pungkas Sis.

Indocomtech 2016 dan Upaya Memperluas Jangkauan Teknologi ke Seluruh Indonesia

Pameran IT terbesar di Indonesia kembali digelar dan akan berlangsung hingga akhir minggu nanti. Penyajian Indocomtech 2016 hampir serupa event terdahulu di mana kegiatan ini bukan sekedar pameran, tapi juga bazaar modern tempat pengunjung bisa menemukan penawaran-penawaran menarik. Namun di antara kesamaan itu, Anda mungkin telah melihat sedikit perubahan.

Alterasi pertama bisa segera dilihat dari namanya. Di tahun ini, penyelenggara mengusung tajuk BRI Indocomtech, menunjukkan dukungan besar bank tertua di Indonesia itu terhadap ajang tersebut. Uniknya, tema Indocomtech ke-24 terdengar tidak ‘seambisius’ tahun lalu. Dahulu membahas internet of things, kali ini mengusung Gadget is Everywhere.

BRI Indocomtech 2016 1

Meski demikian, ternyata tema itu tidak sesederhana yang terlihat. Menurut Apkomindo selaku penyelenggara, pemakaian gadget sudah jadi bagian penting keseharian kita, dan smartphone merupakan jantungnya. Perangkat ini meningkatkan kapabilitas multitasking manusia; fungsinya telah meluas dari sekedar alat komunikasi menjadi asisten pribadi, bisa dimanfaatkan untuk keperluan produktif maupun hiburan.

BRI Indocomtech 2016 6

Dari penjelasan dewan pembina Apkomindo Chris Irwan Japari, smartphone akan terus mengujungtombaki pertumbuhan market industri teknologi informasi Indonesia, diproyeksikan tumbuh kurang lebih 8 persen tiap tahun. Hal ini menunjukkan potensi pasar yang ‘masih sangat menjanjikan’, dan kita melihat sendiri ada banyak perusahaan global berlomba-lomba melepas produk di tengah tingginya permintaan konsumen.

BRI Indocomtech 2016 7

Hal tersebut harus digunakan sebaik-baiknya untuk mencapai target Indonesia sebagai negara ekonomi digital di tahun 2020. IDC mengestimasi, penggunaan jaringan mobile internet dunia di tahun 2016 berpeluang menembus angka dua miliar jiwa, dan Indonesia ialah salah satu negara dengan perkembangan paling pesat.

BRI Indocomtech 2016 8

Selain mempercepat laju pertumbuhan TIK, saya melihat adanya usaha untuk memperluas cakupannya ke seluruh wilayah di tanah air. Adopsi smartphone kini menjangkau kawasan pedesaan berkat semakin ekonomisnya paket data yang ditawarkan operator jaringan seluler. Sayangnya, menurut Menkominfo Rudiantara, masih ada jurang biaya dan performa antara penduduk ibu kota dengan user di Indonesia bagian timur. Di sana, kecepatan internet sangat buruk namun menuntut ongkos sangat mahal. Inilah pekerjaan rumah para pemain besar industri teknologi di tanah air dan pemerintah.

BRI Indocomtech 2016 9

Persiapan tentu harus ada, salah satu caranya adalah mempersiapkan sumber daya manusia lewat mengenalkan teknologi-teknologi baru di event publik seperti Indocomtech. Apkomindo telah berkomitmen agar pameran tersebut tidak hanya jadi ajang bisnis, tapi berguna sebagai wadah edukasi untuk pengunjung. Gadget is Everywhere juga tak cuma mengacu pada perangkat bergerak semata, namun ada kaitannya dengan konsep pintar.

BRI Indocomtech 2016 2

Dengan berkunjung ke area lobi JCC, Anda bisa melihat sendiri gambaran kecil dari sistem garapan Qlue di booth mereka. Di sana kita dapat merasakan fitur-fitur smart city, lalu melihat rupa dari command center yang bertugas mengatur segala keluhan-keluhan warga, sampai bagaimana cara implementasi pasukan oranye untuk memperbaiki kerusakan pada infrastuktur kota. Tujuan akhirnya tentu saja ialah mengembangkan ibu kota Jakarta jadi kota pintar.

BRI Indocomtech 2016 11

Selanjutnya, Anda bisa melihat pula menyimak penerapan konsep ‘smart‘ di skala yang lebih kecil. Penyelenggara berkolaborasi dengan MNC Play untuk memamerkan purwarupa smart home. Kontennya tidak sulit dibayangkan, berisi pengaplikasian sistem pencahayaan otomatis serta pemakaian perintah suara lewat handset, lalu pemilik rumah bisa melakukan pemantauan via CCTV serta mengontrol segala perangkat elektronik dari jarak jauh; sampai pemanfaatan sistem keamanan pintar: motion sensor, biometric scanner serta tombol darurat.

BRI Indocomtech 2016 3

Dari sisi BRI, sponsor utama acara ini, update teknologi terhadap layanan mereka ialah hal yang tak bisa ditunda. Nasabah sudah dapat merasakannya, misalnya dengan penyediaan outlet digital di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta serta fasilitas-fasilitas Hybrid Machine, Smart Tablet, Video Banking, E-Board, hingga Media Wall Interactive. Di pertengahan 2016, BRI juga sempat meluncurkan satelit finansial BRIsat, membuat BRI jadi bank pertama yang mengoperasikan satelitnya sendiri.

BRI Indocomtech 2016 10

Kira-kira ada 300 peserta Indocomtech tahun ini, 100 di antara mereka datang dari luar negeri – yakni Tiongkok, Taiwan dan Hong Kong. Selain promosi produk, Apkomindo dan API memang bermaksud menciptakan wadah pertemuan antar pelaku usaha mancanegara; mengambil tempat di prefunction hall B JCC.

BRI Indocomtech ke-24 ini tentu saja terbuka untuk umum, diadakan di Jakarta Convention Center hingga hari Minggu tanggal 6 November besok. Tiket masuk dijual seharga Rp 15 ribu (Kamis) dan Rp 20 ribu (Jumat, Sabtu, Minggu).

Tahun Depan Peluang Kolaborasi Bank dan Perusahaan Fintech Bakal Makin Marak

Geliat perusahaan fintech yang agresif, rupanya diakui oleh pihak perbankan sebagai suatu hal yang tidak bisa dibendung atau dihalang-halangi. Inovasi fintech yang dilakukan perbankan pun terbilang cukup terlambat dengan apa yang perusahaan operator telekomunikasi.

Hal ini terlihat dari perbandingan nomor ponsel yang beredar di Indonesia jumlahnya hampir 3x lipat dari rekening bank. Bisa dibilang, kini bank berada di posisi yang “memaksa” mereka untuk melakukan kolaborasi sebagai satu-satunya jalan untuk terus berkembang.

Bank termasuk industri yang sudah well regulated dan kondisi ini dapat menjadi hal yang bisa dijual ke layanan fintech. Pasalnya, bank memiliki lisensi dan jaminan yang penuh dalam proses pengambilan dana dari masyarakat untuk dikelola.

Beda halnya dengan perusahaan fintech. Mereka tidak, atau belum, memiliki lisensi tersebut, khususnya terkait dengan perlindungan konsumen. Inilah yang bisa menjadi hubungan simbiosis mutualisme antara perbankan dengan startup fintech.

“Bank tidak mampu menanggulangi geliat fintech karena ini tumbuh secara natural dan berkekuatan besar sehingga ini jadi tidak bisa dihindari. Namun, kami yakin pada akhirnya mereka akan masuk ke bank karena ke depannya akan muncul issue, sebab belum well regulated. Fintech punya akses, sementara bank punya lisensi. Ini bisa jadi kolaborasi yang baik,” ujar Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI, dalam diskusi Seminar Nasional Infobank Outlook 2017, Kamis (27/10).

Di sisi lain, komitmen BRI untuk perkembangan digital banking cukup serius. Hal ini diwujudkan dengan peluncuran satelit BRIsat pada pertengahan tahun lalu. Kehadiran satelit memungkinkan BRI memberikan layanan perbankan digital yang lebih canggih, cepat, dan efisien, tak hanya untuk nasabah yang ada di perkotaan saja tetapi juga di wilayah suburban.

BRI juga akan membentuk divisi khusus modal ventura di bawah anak usahanya, BRI Finance, untuk mendorong anak muda berinovasi di bidang fintech. Nantinya inovasi yang diciptakan oleh anak muda dapat diintegrasikan dengan teknologi BRI.

Tantangan perbankan di era fintech

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat beberapa tantangan bagi perbankan di era fintech di antaranya adalah fintech berpotensi mengurangi pendapatan bank yang berasal dari margin suku bunga (NIM) dan pendapatan non bunga (fee based income).

Ini terlihat dari mekanisme fintech yang menggunakan pola peer-to-peer lending (P2P). Skema ini dapat memitigasi risiko maturity mismatch sekaligus menghindari lembaga tersebut dari praktik bank gagal atau bank run yang dapat berakhir pada risiko sistemik.

Kemudian konsep e-wallet yang ditawarkan perusahaan fintech membuat payment ecosystem tidak lagi sepenuhnya dikuasai oleh perbankan. Kedua, fintech memungkinkan seseorang tidak lagi memiliki akun rekening bank untuk transfer uang secara online.

Kehadiran fintech seperti Kesles, Doku, dan Ripple memungkinkan pengguna dapat melakukan transfer uang kepada sesama pemakai aplikasi. Aplikasi berbasis e-wallet juga berpotensi mengurangi kebutuhan konsumen dalam bertransaksi melalui perbankan.

Konsumen dapat mendepositkan sejumlah uang di dalam akun aplikasi dan melakukan berbagai transaksi. Mulai dari transaksi di merchant, isi pulsa, bayar listrik, bayar transportasi publik, internet, dan lainnya.

Di sisi lain fintech juga masih memiliki beberapa isu. Dari aspek legal, seperti registrasi dan persyaratan, tanda tangan basah, persyaratan consumer due diligence (CDD) dan enhanced due diligence (EDD). Lalu, masih ada fintech yang belum diawasi oleh OJK.

Isu di sisi teknologi mencakup pengaturan dan standarisasi sistem kliring, settlement dan pembayaran, pengaturan dan standarisasi untuk sistem keamanan, back up, dan stabilitas jaringan.

Pemerintah perlu segera membuat regulasi untuk fintech

Aviliani, Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perbankan PERBANAS, menerangkan pemerintah perlu segera membuat regulasi untuk fintech selagi usianya yang masih sangat dini demi menciptakan ekosistem lebih baik lagi ke depannya. Apalagi ini menyangkut perlindungan konsumen.

Startup fintech yang bermain di peer to peer lending (P2P), sambungnya, belum memiliki perlindungan untuk peminjam dana. Sehingga, bila terjadi gagal bayar yang akan menjadi penanggung risikonya adalah peminjam dana itu sendiri.

“Mumpung pemain startup belum terlalu banyak, pemerintah harus segera perbaiki regulasinya,” pungkasnya.

BRI Luncurkan Satelit BRIsat Juli Mendatang, Diharapkan Bisa Membantu UMKM dan Startup

Satelit milik PT Bank Rakyak Indonesia Tbk (BRI), yang bernama BRIsat, segera meluncur pada Juli 2016. Peluncuran satelit ini disiapkan untuk membantu UMKM, branchless banking, hingga startup dalam rangka BRI all out menuju era digital.

Untuk membangun dan meluncurkan BRIsat, BRI telah menjalin kerja sama dengan perusahaan asal Amerika Serikat, Space System Loral LLC (SSL). Sedang untuk peluncurannya bekerja sama dengan perusahaan peluncur roket asal Prancis, Arianespace. Untuk meluncurkan satelit ini, BRI dikabarkan menghabiskan dana sekitar $250 juta.

Seperti dikutip dari Bisnis.com, Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengutarakan bahwa nantinya BRIsat nantinya akan dimanfaatkan untuk melayani UMKM dan juga startup.

“Untuk UMKM, untuk melayani yang tidak terjangkau, kemudian startup company yang membutuhkan. Kami siap support infrastruktur dan pendanaan,” terangnya.

Asmawi juga menyampaikan bahwa pihaknya akan segera mengumpulkan pelaku startup termasuk pemain di sektor e-commerce untuk mendengarkan kebutuhan mereka. Karena melalui peluncuran BRIsat BRI akan akan mulai memberikan perhatian untuk sektor digital terutama teknologi dan infrastruktur.

“Kami siap all out goes digital. Satelit ini nanti untuk melayani UMKM, melayani yang jauh, yang belum dilayani perbankan, dan untuk startup company yang membutuhkan teknologi kita support infrastrukturnya. Itu sebabnya kami undang semua startup ini agar bisa tahu mereka butuhnya apa saja,” papar Asmawi.

Rencananya BRIsat akan segera diluncurkan di Kourou, Guyana Perancis. Satelit tersebut nantinya akan memiliki 56 transponden yang mayoritas akan digunakan untuk mendukung bisnis BRI.

Lebih jauh Asmawi juga menjelaskan bahwa semua strategi digital yang ditempuh oleh BRI juga merupakan salah satu upaya untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA 2016). BRI juga menjadikan satelit sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas layanan.

“BRI akan menjadi bank pertama di dunia yang memiliki dan mengoperasikan sendiri satelit. Tantangan ke depan adalah bagaimana membangun industri dengan teknologi,” ujarnya.

Regional Bank BRI to Officially Launch Electronic Payment System

On Thursday Bank Rakyat Indonesia (BRI) will announce an expanded network of merchants who have joined its electronic payment solution, dubbed BRI e-pay. According to the information we received, BRI e-pay was actually introduced last December as part of the bank’s move to embrace electronic commerce and remain competitive. BRI has been known primarily as the people’s bank which had always been aimed at the regional markets beyond major cities.

Continue reading Regional Bank BRI to Officially Launch Electronic Payment System