Selamat Datang Era Asisten

Di film “2001: A Space Odyssey”, sebuah karya masterpiece Stanley Kubrick yang dirilis tahun 1968, HAL 9000 dibuat sebagai sentient computer yang mengontrol sistem pesawat luar angkasa dan berkomunikasi dengan para krunya. Saat itu HAL dibayangkan sudah tersedia 20-30 tahun setelah film dibuat.

Di tahun 2018, utopia itu belum benar-benar terwujud. Meskipun demikian, Consumer Electronics Show 2018, salah satu showcase produk elektronik terbesar di dunia, menunjukkan bahwa arah pengembangan teknologi adalah “mengembangkan HAL yang realistis” berbasis Artificial Intelligence. Membantu kehidupan kita untuk mengatur segala perangkat rumah dan kendaraan.

Menurut pengamatan DailySocial, yang berkesempatan hadir secara langsung, logo Alexa (yang dibuat oleh Amazon) dan Google Assistant bertebaran di berbagai perangkat dan berbagai merk, dari televisi, smart speaker, sampai perangkat dapur air fryer.

Google, meskipun tidak menunjukkan satupun produk elektronik buatan sendiri, memanfaatkan ajang ini untuk menunjuk kapabilitas Google Assistant, termasuk dalam bentuk instalasi besar yang ditempatkan di pintu utama. Google juga menempatkan tim, di semua booth yang mendukung Google Assistant, seandainya ada pengunjung yang ingin tahu lebih lanjut tentang fitur ini.

Amazon, meskipun tidak seagresif Google, telah menggandeng setidaknya 50 brand yang bisa memanfaatkan “kepintaran” Alexa.

Di luar keduanya, masih ada Siri dari Apple, Bixby dari Samsung, Clova dari LINE, dan Cortana dari Microsoft yang bermain di ranah yang sama.

Tahun 2020 menjadi tipping point

Dalam sesi keynote-nya, President dan Kepala Divisi Consumer Electronics HS Kim memberikan komitmen bahwa Samsung, saat ini produsen perangkat consumer electronics terbesar di dunia, akan menerapkan konsep IoT untuk semua produknya di tahun 2020.

Itu artinya tidak ada lagi produk elektronik di rumah yang “tidak pintar”. Semua produk akan terhubung dan asisten akan menjadi perekat yang memudahkan komunikasi antara produk satu dan lainnya. Bixby, asisten yang dikembangkan Samsung, akan menjadi “bintang” jika semuanya mulus sesuai rencana.

DSCF4235

Kehadiran konektivitas 5G, yang ditargetkan mulai tersedia tahun 2019 mendatang, menjadi katalisator penting. Seharusnya tidak ada lagi penghalang di jalan tol bebas hambatan 5G untuk menghubungkan televisi, kulkas, mesin cuci, kamera pengintai, AC, hingga mobil kita.

Kerentanan teknologi

Tentu saja tidak ada teknologi yang tanpa celah. Isu BlueBorne atau Dolphin Attack adalah dua hal awal yang bisa digunakan untuk meng-exploit teknologi seperti ini. Dengan semakin banyaknya pemanfaatan asisten di berbagai perangkat, diyakini akan semakin banyak serangan yang terjadi.

Jika kita sudah “pusing” seandainya sebuah perangkat komputer yang kita miliki terkena hack atau virus, apa yang terjadi jika seluruh perangkat elektronik di rumah dikuasai oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab?

Suatu utopia lain adalah seandainya asisten menjadi terlalu pintar dan justru malah memiliki pikiran tersendiri. Di film 2001: A Space Odyssey, HAL berubah menjadi tokoh antagonis utama karena merasa terancam dengan potensi pemutusan daya karena adanya malfungsi. Sebagai asisten, manusia haruslah tetap menjadi pengontrol utama setiap kegiatannya.

LINE Perkenalkan Smart Speaker “Wave”, Penjegal Google Home

Ketika LINE mengumumkan diri ikut meramaikan pengembangan teknologi kecerdasan buatan melalui kreasinya Clova, kelahiran produk gadget pintar berlabelkan LINE hanyalah perkara waktu. Dan terbukti, pada tanggal 15 Juni 2017 kemarin mereka resmi memperkenalkan smart speaker pertama yang dinamai Wave. Wave ini bukan satu-satunya, karena LINE telah mempersiapkan beberapa perangkat yang tengah berbaris di dapur kerja mereka, seperti Champ yang juga berfungsi sebagai smart speaker dan juga perangkat bernama Face yang berfungsi sebagai smart display.

Wave mempunyai fungsionalitas seperti Amazon Echo, Google Home atau HomePod keluaran Apple. Seperti ketiga speaker pintar tersebut, Wave dapat melakukan tugas berdasarkan input suara, seperti memberikan informasi janji temu di kalender, cuaca, daftar tugas (to-do), terintegrasi dengan perangkat rumah pintar di sekitarnya dan lain-lain. Bahkan pengguna dapat mengakses percakapan di aplikasi LINE dari Wave.

Tapi sebagaimana fungsi utamanya yakni sebagai perangkat pengeras suara, Wave mempunyai kemampuan audio yang lebih dioptimalkan. Komponen pengeras suaranyaterdiri dari 2.5 inci Woofer berdaya 20W dan juga 1 inci Tweeter dengan daya 5W. Modal input 4 mikrofon yang terhubung langsung ke voice input processor, membuat Wave bisa mengenali suara secara presisi sehingga mampu memainkan musik sesuai yang diminta oleh penggunanya. Untuk memuaskan dahaga bermusik pemiliknya, Wave menyediakan lebih dari 40 juta lagu yang tersedia di LINE Music. Perangkat dapat mengatur dan menyortir lagu-lagu tersebut sesuai preferensi pengguna, termasuk merekomendasi lagu berdasarkan mood.

smart speaker line wave

Jeroan LINE Wave sendiri dimotori oleh prosesor Qualcomm quad-core APQ8009 yang mempunyai kecepatan clock di 1,3GHz, ditemani RAM DDR3 sebesar 1GB dan penyimpanan internal menggunakan EMMC berkapasitas 8GB. Memperoleh koneksi WiFi dan Bletooth, Wave juga ditopang baterai sebesar 5.000 mAh.

WAVE dijadwalkan akan mulai dijual di Jepang pada musim gugur tahun ini (Agustus-November 2017) dengan harga 15.000 yen atau sekitar Rp 1,8 juta-an (belum termasuk pajak). Sebelum perilisan resmi, LINE akan membuka advance sales pada bulan Mei-Agustus 2017 dengan harga 10.000 atau Rp 1,2 juta-an.

LINE Shopping

Di kesempatan yang sama, LINE juga mengumumkan satu fitur lainnya, LINE Shopping yang menghadirkan portal layanan belanja langsung dari aplikasi. Jepang akan jadi tempat peluncuran perdananya.

Line shopping

Kehadiran LINE diharapkan dapat menjadi sarana baru yang mudah bagi pengguna untuk mencari dan melihat-lihat barang melalui aplikasi LINE, tanpa harus memasang atau menjalankan aplikasi lainnya. Demi mempermudah pencarian, LINE Shopping menyiapkan berbagai kriteria untuk jadi penyaring, seperti nama barang, kategori, nama toko, dan lain-lain. Di portal ini, tak hanya dapat melihat-lihat barang incaran, pengguna juga bisa langsung membeli dan melakukan pembayaran.

Integrasi Clova dan Toyota SDL

Berikutnya, LINE juga telah menggandeng Toyota untuk membentangkan sayap bisnisnya ke sektor otomotif melalui integrasi kecerdasan buatan miliknya, Clova dan SDL atau Smart Device Link kreasi Toyota. Sebagai informasi, SDL adalah teknologi yang menghubungkan mobil ke perangkat pintar seperti smartphone atau tablet. Melalui aliansi bisnis ini, LINE dan Toyota akan mengeksplor peluang-peluang baru yang dapat menghubungkan LINE Clova dengan SDL, untuk membuat layanan mobil terhubung dengan menggunakan teknologi asisten suara dengan tujuan mengomersialisasikan layanan ini pada tahun 2018.

Sumber gambar Theinvestor.

Line Perkenalkan Clova, Asisten Virtual ‘Berdarah’ Asia

Selain sama-sama merupakan asisten virtual, apa persamaan lain dari Alexa, Siri dan Google Assistant? Mereka sama-sama datang dari daerah barat, sehingga pada akhirnya kurang begitu relevan dalam penggunaan sehari-hari di kawasan Asia.

Di Asia, salah satu pihak yang cukup paham dengan pola penggunaan konsumen adalah Line. Baik aplikasi pesan instan maupun layanan-layanannya yang lain sudah dipakai secara rutin oleh ratusan juta konsumen di Asia, dan sekarang mereka ingin memanfaatkan pengetahuan yang berharga itu untuk mengembangkan platform artificial intelligence (AI) berbasis cloud bernama Clova.

Sesuai dugaan, Clova adalah singkatan dari Cloud Virtual Assistant. Fungsinya mirip-mirip seperti trio asisten virtual yang saya sebutkan tadi, mengandalkan teknologi speech recognition dan natural language understanding guna berinteraksi dengan pengguna via percakapan yang terdengar alami.

Clova dapat memberikan beragam informasi, mulai dari ramalan cuaca sampai berita-berita terkini maupun terjemahan bahasa, semuanya tanpa mewajibkan pengguna menyentuh layar ponsel. Cukup gunakan perintah suara, maka Clova akan merespon sesuai permintaan.

Teknologi-teknologi yang pada akhirnya membentuk platform Clova / Line
Teknologi-teknologi yang pada akhirnya membentuk platform Clova / Line

Line sepertinya banyak belajar dari Amazon maupun Google. Pasalnya, produk pertama yang akan datang membawa integrasi Clova nantinya adalah sebuah speaker pintar bernama Wave, yang rencananya akan diluncurkan di Jepang dan Korea pada musim panas mendatang. Bersamaan dengan itu, mereka juga akan merilis Clova App untuk smartphone.

Rencana lebih ke depan lagi tidak luput dari perhatian Line. Mereka turut mengumumkan kemitraannya dengan Sony Mobile maupun produsen mainan TOMY guna mengembangkan potensi Clova. Sejenak saya langsung kepikiran sebuah headset buatan Sony yang mengusung integrasi Clova, tapi Sony sendiri juga punya Xperia Ear, jadi mungkin saya terlalu berkhayal.

Line memastikan Clova akan segera menyusul ke negara-negara lain setelah ia dirilis di Jepang dan Korea terlebih dulu. Bisa jadi ini merupakan asisten virtual pertama yang relevan dengan penggunaan konsumen tanah air nantinya.