Fore Coffee’s Expansion Plan After Raising 147 Billion Rupiah Funding

After raising a US$9.5 million or around 147 billion Rupiah funding, Fore Coffee looks for more opportunity to expand and added more outlets as currently reach 100 units in total. They’ve also expanded business to Bandung, Surabaya, and Medan. Since 2018, Fore Coffee app is claimed to have positive results in sales with increasing team numbers.

The Co-founder, Elisa Suteja told DailySocial that Fore Coffee has achieved business growth after closing the series A funding in April 2019 with an additional US$1 million for the previous US$8.5 million. It was led by East Ventures. Participated also in this round, SMDV, Pavilion Capital, Agaeti Venture Capital, and some angel investors.

“In addition to the expansion, we’ll also increase collaboration with some local brands,” Suteja said.

Previously, Fore Coffee has strategic partnership with Airy, a partnership-based Accommodation Network Operator (ANO) company in Indonesia. The synergy has marked a strong commitment from both companies towards the 1000 locations movement.

This year, Fore has set some targets. One is to ensure the best service for customers, although they found a change in customers’ behavior.

“Customer behavior will develop along with market developments. I think 2019 is an interesting year for Indonesian customers, with many encouragement to use a number of different digital wallets, influencing how comfortable they feel to transact through their cellphones. We see fewer people using cash nowadays,” she added.

In Indonesia, Fore has several competitors. One of them is the startup backed by Alpha JWC Ventures named Kopi Kenangan. They have just closed around US$ 20 million series A funding in December 2019.

In terms of product, it has countless rivals due to the rising popularity if coffeeshop business, especially targeting the productive age group. Another example of a similar business is Janji Jiwa.

Business challenge during pandemic

herbal drinks
Introlducing herbal drinks in time of pandemic

Amid the Covid-19 outbreak, it’s another challenge for Fore Coffee to stay in the game. However, with the existing potential, the company seeks to see and learn from the current conditions, to run ‘business as usual’. The company also seeks to learn from the current crisis to make a better company. Customers can have Fore Coffee as per usual with the delivery service through the Fore, GoFood or GrabFood applications.

Fore has launched a strategic step by introducing a series of Traditional Herbal products to meet the urban demands for local flavored herbal beverages. The two newest menus, Wedang Uwuh and Temulawak Rumbu are available at Fore Coffe outlets and online delivery.

“Through online sales and delivery, Fore’s target is to bring traditional Indonesian native drinks closer to the Indonesian people and easily accessible, therefore, customers can have a taste of it any time, especially during this period. With a simple application, customers can also send drink gifts to family and relatives,” Suteja said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Berhasil Kumpulkan Dana 147 Miliar Rupiah, Fore Coffee Genjot Ekspansi

Setelah mengumpulkan pendanaan sekitar US$9,5 juta atau setara 147 miliar Rupiah, Fore Coffee masih terus genjot ekspansi pasar, untuk terus menambah jumlah outlet yang saat ini sudah sekitar 100 unit. Mereka juga telah memperluas layanan ke Bandung, Surabaya, dan Medan. Sejak dirilis tahun 2018 lalu, aplikasi Fore Coffee diklaim mengalami pertumbuhan penjualan positif dan telah memiliki jumlah tim yang terus bertambah.

Kepada DailySocial Co-founder Elisa Suteja mengungkapkan, pertumbuhan bisnis banyak terjadi setelah Fore Coffee menutup pendanaan seri A bulan April 2019 lalu, dengan tambahan US$1 juta melengkapi perolehan di putaran sebelumnya US$8,5 juta. Pendanaan tersebut dipimpin oleh East Ventures. Turut bergabung SMDV, Pavilion Capital, Agaeti Venture Capital, dan beberapa angel investor turut terlibat dalam putaran pendanaan tersebut.

“Selain melakukan ekspansi, kami juga makin giat menjalin kemitraan dengan beberapa brand lokal,” kata Elisa.

Sebelumnya Fore Coffe juga telah menjalin kemitraan strategis dengan Airy, perusahaan Accommodation Network Operator (ANO) di Indonesia yang berbasis kemitraan. Sinergi menandakan komitmen kedua perusahaan dalam gerakan ekspansi di 1000 titik lokasi.

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh Fore. Salah satunya memastikan untuk bisa memberikan layanan terbaik kepada pelanggan, meskipun adanya perubahan kebiasaan dari target pelanggan.

“Perilaku pelanggan akan berkembang seiring dengan perkembangan pasar. Saya pikir tahun 2019 adalah tahun yang menarik bagi pelanggan Indonesia, dengan banyaknya dorongan untuk menggunakan sejumlah dompet digital yang berbeda, memengaruhi bagaimana mereka merasa nyaman bertransaksi melalui ponsel mereka. Kami melihat semakin sedikit orang menggunakan uang tunai saat ini,” kata Elisa.

Di Indonesia, Fore memiliki beberapa pesaing. Salah satunya startup yang mendapat dukungan awal dari Alpha JWC Ventures, yakni Kopi Kenangan. Mereka baru saja menutup pendanaan seri A pada Desember 2019 lalu berkisar US$20 juta.

Dari sisi produk, rivalnya lebih banyak lagi, karena bisnis minuman kopi memang tengah naik daun, khususnya menargetkan kalangan usia produktif. Salah satu pemain yang turut mendapatkan peruntungan adalah Janji Jiwa.

Tantangan jalankan bisnis saat pandemik

Luncurkan produk jamu saat pandemik
Luncurkan produk jamu saat pandemik

Di tengah persebaran Covid-19 ini, menjadi tantangan tersendiri bagi Fore Coffee untuk tetap bisa menjalankan bisnis. Namun melihat potensi yang ada, perusahaan berupaya untuk melihat dan belajar dari kondisi saat ini agar ‘business as usual’ tetap bisa berjalan. Perusahaan juga berupaya untuk memastikan bisa belajar dari krisis saat ini untuk menjadikan perusahaan yang lebih baik. Fore Coffee tetap dapat dinikmati langsung dengan layanan delivery melalui aplikasi Fore, GoFood, atau GrabFood.

Salah satu langkah strategis yang dilakukan Fore Coffee adalah meluncurkan seri produk Jamu Tradisional untuk memenuhi kebutuhan konsumen urban atas produk minuman herbal bercita rasa lokal. Dua menu terbaru tersebut, yaitu Wedang Uwuh dan Temulawak Rempah tersedia di store Fore Coffe dan dipesan secara online.

“Melalui penjualan online dan delivery, target Fore ingin membawa minuman tradisional asli Indonesia lebih dekat dengan masyarakat Indonesia dan mudah dijangkau sehingga dapat dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja, terutama di waktu seperti ini. Dengan pengaturan aplikasi yang mudah, customer juga dapat mengirimkan minuman ini kepada keluarga dan kerabatnya” ujar Elisa.

Application Information Will Show Up Here

Startup Kedai Kopi On Demand “Koppi” Resmi Meluncur

Konsumsi kopi yang terus meningkat di ibukota menginspirasi Koppi untuk membawa inovasi baru di bisnis kedai kopi. Koppi hadir untuk menjawab isu yang selama ini dihadapi konsumen setiap kali menikmati kopi.

Model bisnis Koppi cukup sederhana. Konsumen hanya perlu mengunduh aplikasi untuk melakukan pemesanan kopi (pre-order) atau menu minuman lainnya yang disediakan. Berikutnya mereka menentukan waktu pengambilan pesanan (pick up) atau memanfaatkan layanan kurir (delivery).

Perusahaan bekerja sama dengan layanan kurir sepeda Westbike Messenger untuk pengantaran dengan jarak maksimal 2 km. Ada lima kurir terdedikasi dari Westbike di tiap gerai yang siap melayani pengantaran.

Apabila di atas 2 km, Koppi menggunakan jasa GrabFood dengan jarak maksimal pengantaran 15 km. Untuk pembayarannya Koppi telah bekerja sama dengan Go-Pay dan kartu kredit.

Founder dan CEO Koppi Tony Arifin menuturkan Koppi hadir untuk mengakomodasi kebutuhan serta tren ngopi masyarakat perkotaan. Hal ini bisa dilihat dari menjamurnya kedai kopi di Jakarta dari skala kecil sampai besar.

“Penikmat kopi kini sudah menyebar ke segala lapisan usia, status sosial, dan gender. Tantangannya adalah bagaimana ngopi itu bisa lebih cepat dan mudah, terjangkau, dan rasa kopi harus berkualitas,” terangnya, Kamis (31/1).

Dia memaparkan, berdasarkan hasil survei internal Koppi ada beberapa isu menonjol yang memengaruhi seseorang untuk mengonsumsi kopi setiap hari, yakni masalah kecepatan, kemudahan, harga, dan kualitas rasa.

Responden mengaku enggan untuk mengantre lebih dari 15 menit hanya untuk membeli segelas kopi atau menunggu layanan pengantaran lebih dari 45 menit. Lamanya durasi pengantaran menyebabkan turunnya kualitas kopi. Membuatnya jadi tidak segar dan sudah encer.

Harga per cangkir kopi pun turut disorot. Responden mengaku kemampuan mereka untuk membeli kopi setiap hari hanya Rp15 ribu-Rp35 ribu. Di sisi lain, kendati banyak merek kopi menawarkan harga terjangkau, sayangnya tidak dibarengi dengan rasa yang ditawarkan seperti terlalu manis atau sebagainya.

“Kami hadir untuk mengatasi seluruh isu tersebut. Target konsumen kami adalah mereka yang rela mengeluarkan uang Rp15 ribu-Rp35 ribu untuk secangkir kopi dengan rasa terbaik.”

Tony mengaku pihaknya mendesain cup kopi tidak mudah tumpah dan dibungkus dengan boks khusus sehingga aman saat pengantaran ke lokasi tujuan. Untuk pengantaran dengan sepeda, diharapkan pesanan sampai dalam waktu maksimal 15 menit. Sementara dengan GrabFood maksimal 30 menit.

Apabila konsumen memilih pick up, pesanan sudah siap dalam waktu 1,5 menit. Proses singkat ini terjadi karena aplikasi Koppi sudah terintegrasi dengan mesin POS, sehingga pembayaran bisa langsung diterima.

Pemberdayaan petani kopi lokal dan difabel

Meski menjual kopi dengan harga terjangkau, Tony mengklaim pihaknya menjaga betul kualitas kopi yang dipakai. Koppi membeli kopi langsung dari petani kopi di Pengalengan, Jawa Barat dengan grade A tanpa syarat dan perantara.

Pihaknya akan menggandeng lebih banyak petani lokal, dengan seleksi yang cukup ketat. Koppi merekrut Hidenori Izaki yang pernah menyabet titel World Barista Champion 2014 sebagai Beverage Manager.

“Koppi hanya menggunakan kopi grade A, dipantau langsung oleh barista kami Hidenoki Izaki. Ke depannya tentu kami akan perbanyak gandeng petani kopi lokal agar konsumen punya banyak pilihan.”

Perusahaan juga berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi barista baik dari kemampuan teknis dan pengetahuan, serta memberikan kesempatan barista disabilitas (tuli). Dalam menjalankan program ini Koppi bekerja sama dengan komunitas Handai Tuli. Diharapkan setiap gerai Koppi akan ada dua barista disabilitas yang siap mengembangkan kemampuannya.

Terkait rencana Koppi pada tahun ini, Tony mengungkapkan pihaknya akan agresif buka 40 gerai di Jakarta dengan pemilihan di daerah perkantoran. Rencananya ada dua jenis gerai yang siap dibangun, yaitu gerai khusus pengantaran online dan sit-in.

Untuk target penjualannya, Tony memasang target yang cukup ambisius sekitar 500 cangkir setiap harinya. Koppi baru memiliki satu gerai yang siap menerima pesanan di Oakwood Kuningan, Jakarta.

Koppi mengaku terbuka untuk pendanaan eksternal untuk bantu merealisasikan visi dan misi perusahaan. Tony sendiri masih enggan menyebut perusahaan telah menerima pendanaan eksternal atau secara penuh masih menggunakan dana sendiri.

Application Information Will Show Up Here