Console Handheld RetroStone Mampu Menjalankan Game Beda Platform dan Siap Dukung Multiplayer

Alasan mengapa keberadaan console handheld tergerus oleh smartphone adalah, perannya sebagai pengisi waktu luang melalui permainan-permainan santai tergantikan oleh game-game di perangkat mobile. Untuk bisa tetap bersaing, para produsen harus membekali produk mereka dengan fitur-fitur unik, serta konten yang bisa menarik perhatian konsumen di segmen tertentu.

Saat ini ada banyak penawaran hardware yang dispesialisasikan buat menjalankan game-game retro, baik dalam wujud home console maupun sistem handheld. Namun RetroStone kreasi inventor Pierre-Louis Boyer ini merupakan perangkat istimewa. RetroStone dirancang sebagai console portable open source, mampu melakukan banyak hal yang tidak sanggup dikerjakan produk sejenis.

RetroStone disiapkan agar bisa mengoperasikan game retro di platform berbeda: Gameboy, Gameboy Color, Gameboy Advance, Super Nintendo, Mega Drive/Genesis, Atari, MaMe dan lain-lain. ROM bisa diinstal cukup dengan memindahkannya via thumb drive USB. Dan berkat dukungan di sisi konektivitasnya, kita bahkan bisa menikmati permainan di mode multiplayer hingga lima pemain.

RetroStone 2

Console handheld ini memiliki wujud balok, dengan ukuran yang tidak terlalu besar atau kecil sehingga nyaman ketika di tangan. Dimensinya adalah 130x90x25-milimeter. Untuk menyajikan konten, RetroStone mengusung layar LCD berwarna seluas 3,5-inci. Lalu sebagai input kendali, Boyer dan tim 8BCraft memanfaatkan susunan tombol ala controller Super Nintendo Entertainment System (termasuk pada desain dan warna).

RetroStone 3

Selain itu, terdapat empat tombol R1/L1 R2/L2 di sisi punggungnya. Di unit prototype, mereka diposisikan seperti action button. Tapi atas permintaan calon konsumennya, Boyer akan mengubah penempatannya lagi agar lebih ergonomis.

RetroStone 4

RetroStone dibekali tidak kurang dari empat port USB 2.0, memungkinkan kita menyambungkan empat controller di sana. Selain itu ada sebuah port HDMI, slot microSD, dan tiga buah tombol kecil untuk pengaturan LCD.

Perangkat diotaki oleh prosesor quad-core H3 1,2GHz, dibekali RAM sebesar 1GB, penyimpanan internal 8GB atau 16GB, serta ditenagai unit baterai 3.000mAh. Berbicara soal performa hardware, Boyer bilang bahwa prosesor H3 jauh lebih bertenaga dibanding Raspberry Pi 3. Dan uniknya lagi, RetroStone juga bisa disambungkan ke monitor, keyboard dan mouse, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai PC.

RetroStone dapat dipesan sekarang di situs Kickstarter. Produk dijajakan seharga mulai dari € 130 (sekitar US$ 160), dan akan mulai dikapalkan pada bulan Juni 2018.

Buat saya, bagian terbaik dari RetroStone ialah keleluasaan penggunaannya. Selain siap mendukung platform game retro berbeda, dengannya, kita bisa menikmati game bersama-sama dalam perjalanan atau dijadikan console retro di ruang keluarga.

Retro-Bit Ungkap Beragam Produk Unik yang Bisa Memuaskan Dahaga Retrogaming

CES biasanya sarat dengan pengungkapan produk-produk flagship, purwarupa-purwarupa unik, serta perangkat-perangkat inovatif. Namun tentu saja beragam teknologi yang ada di sana menjangkau bermacam-macam ranah, termasuk satu segmen hiburan spesifik yang belakangan kembali jadi sorotan berkat hadirnya NES dan SNES Classic Edition: retrogaming.

Di CES 2018, produsen hardware dan aksesori console retro Retro-Bit memamerkan sejumlah produk baru yang bisa memuaskan dahaga Anda terhadap pengalaman gamingold-school‘ di era 90-an. Di antara banyaknya penawaran mereka itu, lima produk tampak lebih menonjol karena fitur dan keistimewaannya. Ini dia:

 

GoRetro Portable

Retro-Bit 5

Mengusung konsep ala Game Boy, tapi bedanya, ia ditunjang oleh koleksi permainan sebanyak lebih dari 300 judul (Retro-Bit punya rencana buat menambah lagi jumlahnya). GoRetro Portable memiliki baterai internal yang bisa menjaganya tetap menyala selama 10 jam, dapat diisi ulang lewat port USB. Retro-Bit menawarkan dua pilihan warna, yakni biru muda dan abu-abu, atau hitam dengan bumbu merah.

Console handheld retro ini akan tersedia di bulan September, dijajakan seharga US$ 35.

 

Super Retro Trio Plus

Retro-Bit 6

Merupakan versi baru perangkat multi-console garapan Retro-Bit. Ketika NES dan SNES ‘mini’ hanya dapat menjalankan game-game dari Nintendo, Super Retro Trio Plus siap mendukung cartridge Nintendo Entertainment System, SNES, hingga Sega Genesis. Model baru ini juga dibekali port HDMI, siap menyuguhkan resolusi 720p dengan visual yang tajam, kompatibel ke tiga jenis controller berbeda, dan memiliki switch NTSC serta PAL.

Produk rencananya akan mulai dipasarkan di akhir Januari 2018 seharga US$ 80.

 

R-Type Returns

Retro-Bit 2

Setelah dilepas di SNES pada tahun 1991 dan 1993, game Super R-Type dan R-Type III bisa Anda nikmati kembali melalui bundel ‘multi-cart‘ Retro-Bit bernama R-Type Returns. Harganya tidak mahal, dapat dimiliki cukup dengan mengeluarkan uang sebesar US$ 40 saja. Jika kebetulan Anda seorang penggemar beratnya, Retro-Bit juga menawarkan edisi kolektor seharga US$ 60 – berisi boks khusus, stiker-stiker dan satu set pin.

 

Holy Diver

Retro-Bit 3

Juga merupakan paket re-release, Holy Diver adalah game platforming kreasi tim Irem, dilepas di tahun 1989 di NES. Tadinya, developer berniat untuk merilisnya di Amerika, namun Holy Diver tak pernah dipublikasi di luar Jepang karena masalah lisensi. Retro-Bit telah memperoleh hak buat meluncurkannya secara resmi dan akan bisa dinikmati mulai bulan Mei nanti. Permainan dijajakan di harga US$ 35, kecuali jika Anda memilih versi kolektor – dibanderol US$ 60.

 

Wireless Sega Controllers

Retro-Bit 1

Terdiri dari varian controller Sega Genesis, Saturn, dan Dreamcast yang kompatibel ke platform game modern – di antaranya PC, console, Mac dan Android. Produk ini merupakan buah dari hasil kolaborasi antara Retro-Bit dan Sega. Harga serta waktu ketersediaannya belum diumumkan, tapi yang pasti, Anda membutuhkan dongle agar controller bisa terkoneksi ke Xbox One dan PlayStation 4.

Sumber: Gamespot.

Terlahir Kembali, Commodore 64 Mini Siap Saingi NES Classic Edition

Retrogaming memang punya konsumen setianya sendiri, namun kepopularitasan segmen ini meroket di triwulan keempat 2016 berkat pelepasan NES Classic Edition. Kesuksesan tak terduga dari console ‘klasik modern’ tersebut mendorong Nintendo untuk menggarap penerusnya, Super Nintendo Entertainment System Classic Edition, yang belum lama ini dirilis.

Namun sebelum perusahaan hiburan Jepang itu mengungkap eksistensi dari NES Mini, startup bernama Retro Games telah lebih dulu menyingkap gagasan serupa. Lewat situs crowdfunding Indie Gogo, tim asal Inggris tersebut memperkenalkan versi baru komputer 8-bit yang dilepas kurang lebih 35 tahun silam. Namun langkah mereka sempat terhenti karena developer gagal mengumpulkan modal yang dibutuhkan.

Commodore 64 Mini 2

Namun mereka tidak kehilangan semangat. Minggu lalu, Retro Games memperkenalkan kembali produk itu, kini mengusung nama baru, Commodore 64 Mini (di-update dari ‘The 64’). Dan mungkin sudah bisa Anda terka, perangkat ini merupakan miniatur dari PC terlaris di zamannya itu, dengan penyajian yang khas, dipadu konektivitas modern.

Meski lebih mungil, Commodore 64 Mini memiliki arahan desain identik dengan C64 klasik: papan ketik berwarna hitam berada di sisi atasnya, dipadu empat tombol function abu-abu di sebelah kanan. Tubuhnya dibalut warna biege familier, kemudian device juga dilengkapi branding warna-warni, pola garis-garis horisontal di area atas keyboard, serta lampu indikator power di pojok kanan atas.

Commodore 64 Mini 1

Volume tubuhnya sendiri hanya separuh dari Commodore 64, sehingga bisa lebih mudah dibawa-bawa. C64 Mini dilengkapi dua port USB di sebelah kanan, sehingga siap mendukung dua periferal kendali tambahan buat dimainkan dua orang; HDMI agar dapat tersambung ke display modern, dan port micro-USB untuk mentenagainya. Selain itu, paket penjualan turut disertai unit joystick ‘bergaya klasik’.

Commodore 64 Mini 4

Commodore 64 Mini menjanjikan pengalaman pengoperasian serupa C64 lawas. Koleksi permainan yang dibundel di sana juga lebih banyak dari punya NES ataupun SNES Classic Edition, dengan total 40 game. Di daftar itu, Anda bisa menemukan judul-judul legendaris semisal Uridium, Paradroid, Hawkeye, Nebulus dan Monty Mole. Lalu buat menyempurnakan sensasi menggunakan Commodore 64, device turut dibekali opsi filter – di antaranya ada CRT, scanline emulation, serta Pixel Perfect.

Commodore 64 Mini 3

Retro Games belum mengabarkan kapan tepatnya Commodore 64 Mini akan dirilis (yang pasti dilepas tahun ini), namun mereka sudah membuka lagi gerbang pre-order. Harganya jauh lebih murah dibanding saat produk ini diperkenalkan tahun lalu, yaitu hanya US$ 70.

Sumber: The64.com.

Usung Desain Modular, Console RetroBlox Bisa Membaca CD Maupun Cartridge Game Lawas

Ada beberapa cara untuk memuaskan rasa haus bernostalgia dengan game-game lawas: memanfaatkan emulator atau menikmati remake buatan fans merupakan metode termudah; namun tentu saja tidak sedikit orang yang menginginkan pengalaman autentik, dan mereka rela mengeluarkan banyak uang demi berburu produk seperti NES Classic Edition atau console premium.

Tentu saja tersedia alternatif lainnya. Beberapa startup sudah banyak menawarkan  hardware khusus untuk menjalankan permainan klasik, juga memanfaatkan teknik emulasi. Kekurangannya adalah, tidak ada sensasi memasukkan cartridge atau compact disc ke slot. Hal inilah yang ingin dihadirkan kembali oleh tim developer asal Los Angeles melalui diperangkat bernama RetroBlox.

RetroBlox 4

RetroBlox adalah console game retro berkonsep modular. Interface unik ‘Element Modules’ di sana memungkinkannya membaca game dari cartridge serta dapat tersambung ke unit controller lawas. Tak hanya itu saja, RetroBlox juga dilengkapi optical disk drive yang kompatibel dengan permainan PlayStation pertama. Berkatnya, Crash Team Racing sampai Final Fantasy VII di PSX dapat dimainkan kembali.

RetroBlox 2

Element Modules turut berperan sebagai sistem autentikasi. Begitu cartridge diselipkan di sana, maka game segera masuk ke koleksi digital Anda. Hebatnya lagi, fitur RetroBlox tidak kalah canggih dari console current-gen. Pengguna dapat memamerkan permainan itu di Facebook atau Twitter, serta menyiarkan sesi bermain ke platform live stream seperti Twitch dan YouTube. Proses mengganti permainan juga mudah, Anda tinggal mencabut cartridge dan menggantinya dengan game lain – tak berbeda dari NES ataupun Sega Genesis.

RetroBlox 3

Permainan-permainan yang ditangani RetroBlox disuguhkan dalam resolusi full-HD melalui teknik upscale sehingga kontennya tidak terlihat kontras dengan HDTV kebanggaan di ruang keluarga Anda. Tentu saja para retrogamer hardcore tetap bisa menikmati game klasik via TV tua mereka.

RetroBlox 1
Element Modules dari RetroBlox.

Console ini mengusung teknologi Hybrid Emulation, yaitu sebuah teknik membaca chip di dalam cartridge-cartridge permainan yang pada dasarnya sulit diemulasi. Berkatnya, hardware RetroBlox mendukung penuh library game klasik. Dan dengan Hybrid Emulation, sistem mampu meminimalisir keterlambatan input ketika unit gamepad tua tersambung ke Element Modules.

Hingga saat artikel ini ditulis, produsen belum menginformasikan harga dan kapan produk tersedia. Rencananya, RetroBlox akan diperkenalkan lebih resmi melalui kampanye crowdfunding di bulan April 2017 nanti. Di sana kemungkinan developer akan mengungkap pula detail teknisnya lebih lengkap.

RetroBlox 5

Sumber: RetroBlox.com.

Sega Mega Drive Mini dan Handheld Siap Tandingi Miniatur Nintendo NES

Saat diumumkan, NES Classic Edition membuat para gamer veteran tersenyum bahagia. Console ini membawa segala macam hal yang diidamkan pecinta permainan retro, dari mulai game-game legendaris hingga penampilan klasik. Tapi tanpa dukungan internet dan ekspansi penyimpanan, miniatur NES itu memang terasa terbatas. Kabar baiknya, sang rival punya alternatif yang tak kalah menarik.

Masih di momen perayaan ulang tahun Sonic the Hedgehog ke-25, perusahaan Jepang yang dulu pernah berduel sengit dengan Nintendo di era perang console 16-bit menyingkap rencana untuk merilis versi baru dari Sega Genesis – atau Mega Drive di luar kawasan Amerika Serikat. Perangkat hadir dalam tua pilihan model, yaitu sistem console berukuran mungil ‘Classic Game Console’ dan wujud handheld ‘Ultimate Portable Game Player’.

Sejumlah aspek membuat Sega Mega Drive anyar itu lebih unggul dibanding NES Classic. Pertama, ketika hardware ‘modern-klasik’ Nintendo hanya menyimpan 30 permainan, console Sega ini dibekali 80 game build-in. Dan jika kebetulan Anda masih menyimpan koleksi cartridge, varian Classic Game Console Mega Drive juga dibekali port orisinil sehingga kita bisa menikmati kembali permainan-permainan lawas tersebut.

Sega mini Mega Drive 1

Kemudian tak seperti NES mini, produsen turut menyediakan opsi untuk memperluas penyimpanan internalnya. Memang belum diinformasikan lebih rinci seberapa besar kapasitas storage dari console, tapi ekspansi tampaknya bisa dilakukan dengan menambahkan kartu SD. Lalu ketika 80 game tersebut belum mampu memuaskan dahaga retro Anda, Anda dapat men-download permainan-permainan lain dari internet. Sebagai tambahan, kita juga disajikan fitur USB charging.

Bundel Sega Mega Drive Classic Game Console disertai dua unit controller wirelessplug and play‘ dengan desain yang khas – bertubuh seperti kacang, memiliki D-pad, enam action button dan sepasang tombol menu/start.

Sega mini Mega Drive
Sega Mega Drive Ultimate Portable Game Player.

Tipe Ultimate Portable Game Player menyuguhkan konten serupa versi console mini Mega Drive, tetapi tentu saja tanpa gamepad tambahan dan tidak dapat disambungkan ke televisi. Device menyuguhkan layar LCD seluas 3,2-inci, baterai build-in yang di-charge dengan kabel USB, port kartu SD, serta mendukung file berformat .BIN dan .SMD.

Berbeda dari NES Classic Edition yang betul-betul diproduksi Nintendo, kedua hardware Mega Drive ini tidak diciptakan langsung oleh Sega. Perusahaan gaming Jepang itu memberikan lisensi pada tim Tiongkok, At Games.

Sega Mega Drive Classic Game Console dan Ultimate Portable Game Player dijajakan seharga US$ 65. Pre-order telah dibuka di situs FunStockRetro, dan segera dirilis di bulan Oktober 2016 nanti.

Via GamesRadar.