Pengembang Playdate Pamerkan Sejumlah Game Bikinan Developer Pihak Ketiga

Mei tahun lalu, developer software kawakan Panic mengumumkan bahwa mereka sedang mengerjakan handheld console unik bernama Playdate. Playdate unik karena selain bernuansa retro, ia juga dilengkapi tuas semacam pedal sepeda yang dapat diputar, dan yang berfungsi sebagai salah satu input kontrol di samping sejumlah tombolnya.

Sejauh ini, Playdate baru bisa dinikmati oleh kalangan developer saja. Mereka dipersilakan untuk mengembangkan imajinasinya masing-masing menjadi game yang pantas dimainkan di Playdate, dan Panic sepertinya sudah tidak sabar untuk memamerkan teaser dari beberapa karya mereka.

Beberapa di antaranya tidak kalah unik dari hardware-nya itu sendiri. Salah satunya adalah sebuah game puzzle yang hanya bisa dikendalikan dengan memiring-miringkan Playdate, memanfaatkan komponen accelerometer yang terdapat di dalamnya.

Contoh lainnya, ada aplikasi kaligrafi yang memanfaatkan tuas putar Playdate untuk mengatur arah gerakan kuas, atau game balap mobil di mana pemain harus memakai tuas putarnya seandainya hendak nge-drift. Game sejenis Tetris pun semestinya juga bisa jadi lebih menarik apabila dikendalikan dengan tuas putarnya.

Demonstrasi yang lebih ekstrem turut dipamerkan oleh seorang developer yang berhasil mem-porting Doom ke Playdate, lalu memfungsikan tuas putarnya sebagai tuas pelatuk senjata chain gun yang selalu menjadi ciri khas dedengkot game FPS tersebut.

Namun tidak semua game diharuskan memakai tuas putarnya sebagai salah satu input kendali. Beberapa game ada yang tidak menggunakannya sekali pun, dan Panic tidak lupa menegaskan bahwa semua demo yang mereka pamerkan kali ini belum tentu nantinya bakal dirilis pada versi final Playdate.

Memangnya kapan versi final itu tersedia buat konsumen? Panic belum berani memberikan tanggal yang pasti, tapi mereka menjanjikan update besar dalam beberapa bulan ke depan, termasuk halnya detail program pre-order, serta judul dari 12 game yang sudah mereka siapkan untuk periode awal peluncuran Playdate.

Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, 12 game ini akan didistribusikan secara digital. Namun ketimbang merilis semuanya secara serentak, Panic akan mengirimnya satu per satu setiap minggu sebagai bagian dari pengalaman unik yang ditawarkan Playdate.

Seandainya tidak ada perubahan, Playdate akan dijajakan seharga $149, masih lebih terjangkau dibanding Analogue Pocket, reinkarnasi modern Game Boy yang akan dirilis tahun depan.

Sumber: Engadget.

Lyra Ialah Handheld Console ala Switch yang Siap Hidangkan Pengalaman Retrogaming

Selain kombinasi game eksklusif dan judul-judul blockbuster populer, satu kekuatan lain dari Switch ialah fleksibilitas. Kita tahu bahwa sebagian besar orang mengakses game-game Switch di mode portable, tetapi tentu saja perangkat berkonsep hybrid ini bisa dinikmati seperti home console standar dari depan televisi. Kemampuan tersebut tidak bisa ditiru oleh produk-produk current-gen kompetitor.

Namun beberapa produsen masih melihat adanya kesempatan untuk bersaing dengan Switch. Salah satunya adalah Creoqode. Perusahaan desain dan teknologi asal London ini mencoba mengedepankan konsep retro dan nostalgia melalui produk bernama Lyra yang mereka ungkap di Kickstarter. Lyra merupakan console handheld yang ‘siap menghadirkan sejarah gaming di genggaman tangan Anda’.

Perangkat ini dirancang agar mampu mengemulasikan segala macam console yang pernah dirilis di era terdahulu. Itu artinya, Lyra mampu menjadi rumah bagi ratusan permainan klasik. Yang menariknya lagi adalah, Lyra punya sedikit kesamaan dengan Switch, yaitu ia dapat dihubungkan ke layar eksternal sehingga mempersilakan Anda untuk menikmati game bersama kawan. Hal ini tercapai berkat tersedianya konektivitas HDMI plus port USB buat menyambungkan controller tambahan.

Lyra mempunyai penampilan memanjang, menyajikan layar TFT selebar 5-inci 800x480p yang diapit oleh rangkaian tombol – directional-pad di kiri dan action button XYAB di kanan. Perangkat dipersenjatai oleh Raspberry Pi CM3L yang menyimpan CPU quad-core ARM Cortex-A53 1,4GHz. Hardware lainnya boleh dikatakan cukup ‘sederhana’. Ada RAM LPDDR2 1GB, penyimpanan berbasis microSD seluas 16GB (bisa Anda tambah lagi), serta ditenagai baterai 3000mAh.

Lyra 2

Selain disiapkan sebagai console handheld retro, Lyra juga bisa bekerja layaknya komputer personal. Dengannya, Anda bisa menjelajahi internet, mengirim email, menonton video, bahkan belajar mengenai coding. Kita hanya tinggal menyambungkan mouse dan keyboard, lalu Lyra berubah jadi PC portable.

Lyra 4

Salah satu aspek paling menarik dari Lyra adalah, Creoqode menyajikannya dalam dua jenis paket. Pertama ialah edisi RTG atau ready-to-go. Dengan memilih varian ini, perangkat bisa langsung digunakan ketika Anda mengeluarkannya dari bungkus. Namun jika Anda menginginkan sedikit tantangan, produsen juga menyediakan bundel DIY (do-it-yourself). Paket ini mempersilakan Anda untuk merakitnya sendiri. Jangan cemas, prosesnya tidak membutuhkan skill teknis khusus, hanya memakan waktu 15 menit.

Lyra 3

Saat ini Creoqode tengah melangsungkan kampanye penggalangan dana di Kickstarter. Di situs crowdfunding itu, Lyra dijajakan seharga mulai dari £ 150 atau kisaran US$ 187. Jika agenda Creoqode berjalan sesuai rencana, produk rencananya akan didistribusikan pada bulan Desember 2019.

Produksi PlayStation Vita Dihentikan, Kini Nintendo Jadi Satu-Satunya Penyedia Console Handheld Current-Gen

Di momen perayaan ulang tahun keduanya, Nintendo Switch memberikan harapan bagi para penikmat permainan di console portable. Namun dengan bertambah seriusnya game-game mobile serta kemunculan sejumlah smartphone gaming, konsumen di segmen itu terus tergerus. Dan mulai bulan Maret ini, berkuranglah satu kompetitor Nintendo di kancah persaingan perangkat gaming handheld.

Terhitung tinggal 1 Maret 2019 kemarin, Sony secara resmi mengumumkan penghentian produksi PlayStation Vita, setelah produk ini berkiprah selama hampir delapan tahun. Rencana tersebut sebetulnya telah diungkap oleh senior vice president Hiroyuki Oda bulan September tahun lalu. Di kesempatan itu, Oda mengungkapkan bahwa timnya akan ‘menyetop proses manufaktur serta distribusi Vita di tahun depan’.

PlayStation Vita melakukan debutnya di penghujung 2011, disiapkan untuk meneruskan perjuangan PS Portable. Vita awalnya dirancang untuk menyajikan pengalaman bermain game-game kelas AAA di mana pun Anda berada. Konsep ini diambil sang produsen sebagai respons populernya tren ‘bermain game di mana saja’ saat itu. Edisi pertama Vita menyajikan layar sentuh kapasitif OLED berukuran 5-inci, sepasang joystick analog, tombol di bagian muka dan bahu, serta konektivitas Bluetooth, Wi-Fi dan 3G opsional.

PlayStation Vita 1

Vita meluncur dengan cukup sukses. Di momen pelepasannya, produk terjual lebih dari 200 ribu unit di kawasan Amerika dan 300 ribu unit di Jepang. Saya ingat bagaimana sejumlah media memuji aspek desain serta sistem operasi yang berjalan mulus. Namun tampaknya ada sedikit kesalahan perhitungan di pihak Sony. Dalam periode setahun setelah tersedia, penjualan Vita ternyata stagnan, serta hanya ada sedikit permainan blockbuster yang dirilis di sana.

Sebagai respons terhadap keadaan ini, Sony mengerahkan segala upaya untuk merangkul developer-developer independen asal negara Barat serta publisher game level menengah di Jepang. Langkah tersebut cukup efektif dalam menggenjot penjualan Vita di negara asalnya serta membangun userbase setia di kawasan lain – meski populasinya tidak terlalu banyak.

PlayStation Vita 2

PlayStation Vita sempat memperoleh satu kali revisi dengan panggilan Vita Slim. Sesuai namanya, edisi ini 20 persen lebih ramping dan 15 persen lebih ringan dari varian standar. Sony meng-upgrade daya tahan baterainya serta melengkapinya bersama memori internal sebesar 1GB. Tapi sebagai kompensasinya, layar OLED digantikan oleh LCD yang lebih murah.

Hal paling menyedihkan dari penghentian produksi PlayStation Vita adalah, Sony tak punya rencana untuk menggarap pewarisnya. Dengan begini, Nintendo menjadi satu-satunya penyedia perangkat gaming portable di era console generasi kedelapan – tanpa menghitung produk berkonsep retro dan metode emulasi tentunya.

Via Polygon.

Musisi Rap Soulja Boy Luncurkan 2 Console Game Baru

DeAndre Cortez Way yang lebih dikenal dengan nama panggung Soulja Boy adalah seorang musisi rap, produser dan wirausahawan. Namanya melambung lewat single Crank That yang ia rilis di internet dan menjadi hit nomor satu di Amerika Serikat dalam waktu singkat. Tapi mungkin tak semua orang tahu bahwa Soulja Boy ternyata juga merupakan gamer.

Di minggu lalu, sang rapper kelahiran Chicago itu membuat kejutan tak terduga lewat peluncuran dua console game dengan brand-nya sendiri. Hardware-hardware tersebut terdiri dari dua varian, yaitu home console tradisional dan sistem handheld. Dalam meracik kedua produk ini, Soulja Boy mengusung pendekatan yang telah terbukti efektif: tema nostalgia dan fleksibilitas akses ke game retro di platform berbeda.

Lewat perangkat-perangkat ini, Soulja Boy mempersilakan kita menikmati game-game lawas. SouljaGames versi home console kabarnya dapat menjalankan permainan PlayStation, NeoGeo, Sega, Game Boy Advance, Nintendo Entertainment System, PC, serta didukung oleh koleksi ‘SouljaGames’ berisi tak kurang dari 800 game.

SouljaGame 2

800 judul merupakan jumlah yang sangat banyak, tapi tunggu sampai Anda mengetahui berapa game pre-installed yang siap disuguhkan SouljaGames Handheld: 3.000 permainan. Selain itu, device ini dijanjikan mampu mengoperasikan konten-konten platform Switch, 3DS, Vita, NeoGeo, Game Boy Color serta Advance.

SouljaGame 5

Tentu saja, pertanyaan yang kini muncul adalah, apakah Soulja Boy memperoleh lisensi resmi dari pemegang platform? Belum ada penjelasan lebih rinci dari produsen, namun dugaan sementaranya, boleh jadi sebagian besar game tersebut belum mendapatkan izin dari pemegang IP. Dan hal itu bisa memberi masalah pada Soulja Boy di masa yang akan datang. Nintendo dikenal sangat protektif terhadap kreasi-kreasi mereka dan belakangan sang produsen sedang gencar menggugat situs-situs penyedia ROM.

SouljaGame 3

SouljaGame Console memiliki desain ala Xbox One, dengan dimensi 20x16x4-sentimeter dan bobot 1,2kg. Paket penjualan disertai sepasang unit controller yang menyerupai DualShock 3, dan berdasarkan gambar, home console ini turut dibekali konektivitas modern serta legacy: ada HDMI, USB, AV-out, dan slot kartu TF. Di situs SouljaWatch.com, perangkat dijajakan di harga retail US$ 200, namun saat ini sedang mendapatkan diskon jadi US$ 150.

SouljaGame 4

SouljaGame Handheld sendiri mempunyai penampilan persegi panjang dan menyajikan layar seluas 3-inci. Layout tombolnya familier, menyerupai sistem gaming portable lain. Anda dapat menemukan slot kartu TF dan port audio 3,5mm di bagian bawah, lalu juga dipersilakan menyambungkannya ke televisi. Di periode sale ini, produk bisa Anda miliki dengan mengeluarkan uang sebesar US$ 100.

Via The Verge.

SupaBoy SFC Ialah Console Super Nintendo Dalam Wujud Handheld

Nintendo adalah satu dari sedikit produsen perangkat game handheld yang masih bertahan di tengah agresifnya gempuran permainan mobile. Bahkan karena handheld gaming telah menjadi identitas sang perusahaan hiburan asal Jepang, konsep ini diimplementasikan dalam perancangan Nintendo Switch yang merupakan hybrid antara home console dengan device game portable.

Namun karena tidak mendukung disc dan absenya fitur backward compatibility ke 3DS dan Wii U, Switch mungkin bukanlah sistem favorit pecinta permainan retro. Nintendo memang telah menyediakan NES dan SNES Classic Edition, tapi kedua produk itu tidak bisa dinikmati secara mobile. Solusi atas keterbatasan ini diberikan oleh satu brand third-party bernama Hyperkin melalui perangkat SupaBoy SFC.

Hyperkin SupaBoy SFC 1

Sederhananya, SupaBoy SFC adalah Super Nintendo Entertainment System berwujud handheld. Dalam perancangan produk, Hyperkin benar-benar berpedoman pada desain aksesori Nintendo. SupaBoy SFC mempunyai penampilan seperti versi besar dari gamepad SNES dengan bagian pinggir bundar. Uniknya, perangkat ini bisa menyajikan game secara mandiri tanpa perlu terhubung ke televisi.

Hyperkin SupaBoy SFC 2

Hyperkin SupaBoy SFC memiliki tubuh berdimensi 280x203x76-milimeter dan berat 930-gram. Di bagian tengah, Anda disuguhkan layar LCD seluas 4,3-inci dengan aspek rasio yang bisa berubah antara 4:3 dan 16:9. Di sampingnya, Anda akan menemukan layout kendali familier: directional pad di kiri dan action button A-B-X-Y di kanan. Hyperkin memindahkan fungsi Start dan Select ke kiri atas, dekat D-Pad; lalu menyediakan sepasang trigger button di area telunjuk.

Hyperkin SupaBoy SFC 3

Selain itu, SupaBoy SFC juga dibekali oleh speaker stereo dan port audio. Anda turut dipersilakan menyambungkan controller Super Nintendo di sana untuk menikmati permainan lawas bersama seorang kawan lagi, memanfaatkan SupaBoy SFC seperti memakai home console standar. Ia kompatibel ke televisi berlayar 19:6, tersambung melalui kabel analog AV out.

Hyperkin SupaBoy SFC 4

Dan berkat kehadiran SupaBoy SFC, koleksi cartridge game yang begitu Anda sayangi (dan mungkin sudah berdebu) bisa berguna kembali. Perangkat ini mempunyai slot untuk tempat memasukkan cartridge di sisi atas. Selanjutnya, SupaBoy SFC ditenagai oleh unit baterai Li-Ion rechargeable yang menjanjikan sesi gaming selama 10 jam non-stop.

SupaBoy SFC sudah bisa dipesan di situs Hyperkin atau Amazon, bisa dimiliki cukup dengan mengeluarkan uang US$ 100.

Di Amazon, Hyperkin SupaBoy SFC dibanderol di harga yang setara dengan SNES Classic Edition. Kini pertanyaannya adalah: apakah Anda lebih memilih produk asli Nintendo, atau perangkat third-party yang siap mendukung cartridge?

Console Handheld RetroStone Mampu Menjalankan Game Beda Platform dan Siap Dukung Multiplayer

Alasan mengapa keberadaan console handheld tergerus oleh smartphone adalah, perannya sebagai pengisi waktu luang melalui permainan-permainan santai tergantikan oleh game-game di perangkat mobile. Untuk bisa tetap bersaing, para produsen harus membekali produk mereka dengan fitur-fitur unik, serta konten yang bisa menarik perhatian konsumen di segmen tertentu.

Saat ini ada banyak penawaran hardware yang dispesialisasikan buat menjalankan game-game retro, baik dalam wujud home console maupun sistem handheld. Namun RetroStone kreasi inventor Pierre-Louis Boyer ini merupakan perangkat istimewa. RetroStone dirancang sebagai console portable open source, mampu melakukan banyak hal yang tidak sanggup dikerjakan produk sejenis.

RetroStone disiapkan agar bisa mengoperasikan game retro di platform berbeda: Gameboy, Gameboy Color, Gameboy Advance, Super Nintendo, Mega Drive/Genesis, Atari, MaMe dan lain-lain. ROM bisa diinstal cukup dengan memindahkannya via thumb drive USB. Dan berkat dukungan di sisi konektivitasnya, kita bahkan bisa menikmati permainan di mode multiplayer hingga lima pemain.

RetroStone 2

Console handheld ini memiliki wujud balok, dengan ukuran yang tidak terlalu besar atau kecil sehingga nyaman ketika di tangan. Dimensinya adalah 130x90x25-milimeter. Untuk menyajikan konten, RetroStone mengusung layar LCD berwarna seluas 3,5-inci. Lalu sebagai input kendali, Boyer dan tim 8BCraft memanfaatkan susunan tombol ala controller Super Nintendo Entertainment System (termasuk pada desain dan warna).

RetroStone 3

Selain itu, terdapat empat tombol R1/L1 R2/L2 di sisi punggungnya. Di unit prototype, mereka diposisikan seperti action button. Tapi atas permintaan calon konsumennya, Boyer akan mengubah penempatannya lagi agar lebih ergonomis.

RetroStone 4

RetroStone dibekali tidak kurang dari empat port USB 2.0, memungkinkan kita menyambungkan empat controller di sana. Selain itu ada sebuah port HDMI, slot microSD, dan tiga buah tombol kecil untuk pengaturan LCD.

Perangkat diotaki oleh prosesor quad-core H3 1,2GHz, dibekali RAM sebesar 1GB, penyimpanan internal 8GB atau 16GB, serta ditenagai unit baterai 3.000mAh. Berbicara soal performa hardware, Boyer bilang bahwa prosesor H3 jauh lebih bertenaga dibanding Raspberry Pi 3. Dan uniknya lagi, RetroStone juga bisa disambungkan ke monitor, keyboard dan mouse, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai PC.

RetroStone dapat dipesan sekarang di situs Kickstarter. Produk dijajakan seharga mulai dari € 130 (sekitar US$ 160), dan akan mulai dikapalkan pada bulan Juni 2018.

Buat saya, bagian terbaik dari RetroStone ialah keleluasaan penggunaannya. Selain siap mendukung platform game retro berbeda, dengannya, kita bisa menikmati game bersama-sama dalam perjalanan atau dijadikan console retro di ruang keluarga.

PocketStar Ialah Console Handheld Retro Sebesar Gantungan Kunci

Untuk bisa bertahan dari serbuan permainan-permainan mobile yang semakin canggih, produsen perangkat gaming handheld tak hanya harus berkomitmen penuh dalam menyiapkan konten, mereka juga perlu menawarkan keunikan di produk tersebut. Dan setidaknya ada dua aspek yang jadi andalan satu kreasi desainer asal Jerman ini: ukuran super-mini serta sensasi ‘fisik’ ala bermain console handheld.

Melalui situs crowdfunding Kickstarter, sebuah tim (atau boleh jadi seorang inventor, identitasnya sedikit misterius) yang menamai dirinya Zepsch memperkenalkan PocketStar, yaitu sistem gaming portable sebesar gantungan kunci yang dirancang untuk menjalankan permainan-permainan ala retro. Kreatornya menjelaskan, pembuatan perangkat ini terinspirasi dari Nintendo Game Boy yang dilepas di tahun 80-an.

Ada banyak kesamaan antara Game Boy dan PocketStar dari sisi penampilan. Seperti ‘buyutnya’ itu, PocketStar mengusung desain simpel, memiliki sebuah layar, directional pad empat arah, dan dua tombol action. Bedanya adalah, ketika Game Boy mempunyai luas 148×90-milimeter, PocketStar hanya berukuran 50×30-milimeter – sangat mudah untuk disembunyikan dalam kantong atau dijadikan gantungan kunci.

PocketStar 2

PocketStar menyuguhkan panel seluas 0,94-inci dengan resolusi 96×64-pixel. Resolusinya memang tidak terlalu tinggi, namun ukuran layar yang kecil menjaga gambar tetap terlihat tetap tajam. Dan selain mendukung game, panel mungil ini juga bisa digunakan buat menampilkan gambar atau video.

PocketStar 1

Cara menggunakan PocketStar sangat mudah. Pertama-tama, taruh permainan, video singkat, atau foto di kartu MicroSD. Kemudian masukkan kartu tersebut ke slot yang sudah disediakan. Di versi retail-nya nanti, PocketStar akan dibekali fitur yang memungkinkan Anda menciptakan pixel art sendiri.

Sebagai otaknya, Zepsch memanfaatkan microchip ATSAM-D21G18A, berjalan di kecepatan 48MHz. Ia juga dibekali flash memory 256KB, sRAM 32KB, serta baterai internal 3,7-Volt yang dapat menghidangkan sesi bermain hingga 3-jam. Baterai itu bisa diisi ulang via port microUSB di sisi bawah.

Sebagai dukungan konten, Zepsch berencana untuk mengadaptasi sebanyak mungkin permainan legendaris ke PocketStar. Game-game tersebut bukanlah port asli, melainkan tiruan dari judul-judul terkenal, misalnya Pac-Man (jadi Pocketman), Tetris (Pocketris), Space Invaders (Tiny Invaders), hingga Pong (Ping Pong). Selain game, produsen juga mengembangkan app semisal kalkulator, timer, sampai generator angka random.

Saat ini Zepsch tengah melangsungkan kampanye pengumpulan dana di Kickstarter. Di sana, PocketStar dapat Anda pesan seharga € 35 (kira-kira US$ 43). Jika berhasil mencapai target, produk akan mulai didistribusikan pada bulan Mei 2018.

Menurut saya, PocketStar menyimpan satu hal yang hilang dari banyak console handheld modern: kesederhanaan penggunaan dengan game-game pengisi waktu yang mudah dinikmati kapan saja.

Super Nintendo 3DS XL Diungkap di Amerika, Konsumen Indonesia Bisa Memesannya

Nostalgia belakang melanda Nintendo. Perusahaan hiburan asal Jepang ini baru melepas home console ketujuh mereka, tapi tema retro terasa begitu kental setelah peluncuran NES dan SNES Classic Edition. Arahan serupa juga Nintendo implementasikan pada edisi khusus console handheld 3DS XL, yang dirilis  eksklusif di Jepang pada bulan April 2016.

Satu setengah sesudahnya, muncul kabar gembira buat para fans perangkat gaming portable Nintendo di seluruh dunia. Lewat Amazon, sang produsen membuka gerbang pre-order Super Nintendo 3DS XL, yaitu edisi spesial dari unit New 3DS XL. Munculnya produk ini di Amazon menandai pendaratan formal Super Nintendo 3DS XL di kawasan Amerika, dan memungkinkan konsumen di Indonesia untuk melakukan pemesanan.

Super Nintendo 3DS XL 2

Seperti yang diindikasikan oleh namanya, Super Nintendo 3DS XL mengusung elemen desain platform game 16-bit lawas milik Nintendo. Perangkat mempunyai tubuh berwarna abu-abu cerah yang khas, dan dalam kondisi tertutup, Anda akan disuguhkan decal berupa ‘tombol’ Power dan Reset ungu serta ‘tombol’ Eject kelabu familier. Saat dibuka, skema warna controller Super NES juga diterapkan pada tombol directional pad, stik analog, hingga action button.

Super Nintendo 3DS XL 1

Seperti yang ditunjukkan gambarnya, Super Nintendo 3DS XL mengikuti arahan desain edisi internasional Super NES. Sebelumnya, edisi khusus 3DS XL yang diperkenalkan Nintendo menyajikan rancangan ala Super Famicom. Perbedaan kedua varian hanya terletak pada komposisi warna dan decal.

Super Nintendo 3DS XL 3

Super Nintendo 3DS XL menyimpan spesifikasi hardware serupa tipe standar, dengan layar 3D yang lebih lebar dari New Nintendo 3DS. Device tak lupa dibekali fitur backward compatibility, siap menjalankan hampir seluruh permainan DS. Di dalam bundel penjualan, Nintendo turut menyertakan kode download gratis permainan Super Mario Kart, tapi unit adaptor AC dijual terpisah.

Belum diketahui apakah Nintendo punya agenda untuk menyediakan ‘edisi Super Nintendo’ buat New Nintendo 3DS. Sejauh ini, 3DS XL merupakan varian console handheld yang lebih laris dibanding adiknya itu, dengan komparasi penjualan 9,82 juta versus 2,49 juta unit (per 31 Desember 2016).

Rencananya, Super Nintendo 3DS XL akan meluncur pada tanggal 27 November 2017, kurang lebih dua minggu setelah pelepasannya di Eropa. Di Amazon, produk ini dibanderol seharga US$ 200, lebih murah dibanding Nintendo New 3DS XL Pikachu Yellow Edition dan Nintendo New 3DS XL Red.

Via The Verge.

Nintendo Umumkan Console Handheld Baru, Nintendo 2DS XL

Nintendo ialah satu dari sedikit perusahaan hiburan yang masih percaya diri pada konsep console portable di tengah gempuran perangkat bergerak. Belakangan, mereka harus beradaptasi menghadapi perubahan dengan turut melangkah ke ranah itu. Namun meski resmi bermain di segmen game mobile, tak berarti Nintendo berniat melepas dominasi mereka di handheld.

Setelah me-refresh 3DS kira-kira tiga tahun silam, kali ini giliran 2DS yang memperoleh upgrade. 2DS adalah versi entry-level dari 3DS, minus kemampuan 3D stereoscopic. Walaupun dipuji karena harganya lebih murah, 2DS mendapatkan banyak kritik, terutama terkait buruknya desain, kualitas suara, serta lemahnya daya tahan baterai. Mungkin hal ini memotivasi Nintendo buat meramu varian terbarunya, 2DS XL.

Nintendo 2DS XL 4

Di tanggal 27 April 2017 kemarin, Nintendo menyingkap agenda untuk meluncurkan versi lebih canggih dari 2DS: 2DS XL. Ia merupakan anggota ketiga keluarga sistem permainan handheld Nintendo, mengisi celah antara 2DS standar dan 3DS XL. Pelepasan Nintendo 2DS XL akan dibarengi bersama perilisan dua permainan blockbuster baru, yakni Hey! Pikmin and Miitopia.

Nintendo 2DS XL 1

“Tambahan baru di lineup hardware portable Nintendo menunjukkan komitmen kami di pasar handheld,” tutur Reggie Fils-Aime selaku presiden Nintendo Amerika di rilis pers. “Nintendo 2DS XL menyajikan desain clamshell yang cantik serta menawarkan keseimbangan terbaik antara harga dan performa.”

Berbeda dari 2DS dengan rancangannya yang buruk rupa, desain New Nintendo 2DS XL lebih menyerupai 3DS. Ia menyuguhkan dua layar di tiap komponen, tersambung via engsel, dengan bagian atas lebih besar dari bawah. Dibanding 2DS, panel di 2DS XL lebih luas 82 persen dan bobotnya juga lebih ringan.

Nintendo 2DS XL 2

Layout-nya juga hampir identik seperti varian 3D: D-pad, thumb stick dan tombol home berada di jangkauan jempol kiri; lalu action button beserta tombol start dan select ada di kanan. Nintendo juga membubuhkan dua pasang tombol di belakang buat mengendalikan kamera serta sebagai input tambahan.

Nintendo 2DS XL 3

2DS XL juga memperoleh upgrade komponen, kini jadi lebih bertenaga. Ia kompatibel ke Amiibo, caranya cukup dengan men-tap figure tersebut di layar bawah. Dan berbeda dari Switch, 2DS XL didukung fitur backward compatibility, yang berarti tetap bisa menjalankan permainan-permainan lawas.

Nintendo 2DS XL rencananya akan dirilis pada tanggal 28 Juli nanti di kawasan Amerika Serikat. Produk dijajakan seharga US$ 150.

Via Nintendo Wire. Sumber: Nintendo.

Sony Punya Rencana Untuk Ciptakan Penerus PlayStation Vita yang Mirip Switch?

Merupakan console handheld tercanggih di awal pengenalannya, penjualan PlayStation Vita terpengaruh oleh meroketnya kepopularitasan smartphone sebagai platform permainan portable. Tapi meskipun jumlah penggunanya tidak begitu banyak, Vita secara mengejutkan terus memperoleh dukungan konten berkat kemunculan judul-judul independen.

Belum ada penjelasan detail dari Sony mengenai apa yang sedang disiapkan demi menjamin masa depan Vita, namun sang console maker asal Jepang itu tampaknya punya rencana untuk meramu penerus platform handheld mereka. Dilaporkan oleh pengguna forum NeoGAF ber-username Ponpo, Sony diketahui sempat mengajukan paten sebuah perangkat game portable baru.

Satu hal perlu digarisbawahi: meskipun info tersebut baru dipublikasi ke publik, pengajuannya sendiri telah dilakukan di tahun 2015. Hal paling menarik darinya adalah perangkat menyimpan sejumlah elemen Nintendo Switch – terutama pada bagian handle. Rancangannya juga mengingatkan saya pada tablet Razer Edge Pro Gaming. Tapi dengan arahan desain seperti ini, device jadi tidak se-elegan PS Vita standar.

PS Vita New 1

PS Vita New 2

Berdasarkan ilustrasi, perangkat mempunyai bagian layar yang diapit oleh dua handle gamepad. File paten tersebut memang tidak menyebutkan lebar panel-nya secara rinci, namun dengan mengomparasi besar tangan di gambar, ukurannya boleh jadi lebih lebar dari PS Vita (5-inci). Di area display, device mempunyai beberapa tombol pelengkap serta volume, port charging USB, speaker, mini HDMI, dan kemungkinan ada port audio.

PS Vita New 3

PS Vita New 6

Tentu saja yang membuat perangkat ini terlihat unik ialah komponen controller-nya. Bagian handle sangat menyerupai lekukan unit DualShock, dipadu tombol dan thumb stick familier. Ada directional pad di area tangan kiri dan action button di kanan, stik analog di samping layar, serta dua pasang trigger button di depan handle. Desain yang kurang ringkas di sana terbayarkan oleh tingginya aspek ergonomis.

PS Vita New 4

PS Vita New 5

Sayang selain dari ilustrasi, tidak ada info lagi yang bisa digali. Belum ada rincian mengenai spesifikasi, luas layar, konektivitas, kompatibilitas game serta apakah handle bisa dilepas atau tidak. Gambar tersebut juga tidak diiringi oleh penjelasan masing-masing kode.

Walaupun Sony masih belum menyerah, di tahun 2015 Shuhei Yoshida pernah bilang bahwa iklim handheld gaming masih belum sehat karena dominasi perangkat mobile.

Pengajuan paten sendiri tidak menjamin sang produsen akan membawa konsep ini ke tahap produksi. Dan jika Sony betul-betul memperkenalkannya secara resmi, sudah pasti khalayak akan mengomparasinya dengan Nintendo Swift. Semoga saja Sony tidak menamainya ‘PlayStation Shift’…

Sumber: Blog Esuteru.