198X Ialah Perpaduan Unik dari 5 Game ‘Retro’ 80-an

Meski kita telah sampai di sebuah era di mana game bergrafis cantik dengan gameplay adiktif bisa ditemukan di tiap tikungan, pesona permainan-permainan lawas tetap tidak tergantikan. Bagi gamer veteran, grafis pixelated serta musik 8-bit punya daya tarik tersendiri dan merupakan alasan mengapa ada banyak konsumen memburu NES Classic Edition serta mencintai retrogaming.

Tingginya minat gamer terhadap permainan retro direspons oleh para produsen hardware dan developer dengan sigap. Saat ini tidak sulit menemukan game indie populer bergaya ‘jadul’, misalnya Terraria, Stardew Valley, Hotline Miami, hingga Into the Breach. Tim Hi-Bit Studios Stockholm juga punya ketertarikan tinggi buat menggarap permainan bergaya retro, tetapi mereka memanfaatkan arahan desain yang sangat tidak biasa.

Tim developer asal Stockholm itu memperkenalkan 198X, yaitu game yang menjanjikan satu pengalaman retrogaming lengkap. Di sana, Hi-Bit Studios mencoba menghidangkan lima game arcade dengan genre berbeda: beat ’em up, shoot ’em up, balapan, action side-scrolling, dan role-playing. Semua itu dikemas dalam sebuah kisah yang boleh jadi pernah Anda alami.

198X 1

Sesuai judulnya, 198X mengambil latar belakang tahun 80-an. Permainan ini mengisahkan tentang remaja bernama Kid. Ia hidup di daerah pinggir kota, hidupnya berjalan monoton, hingga suatu saat Kid menemukan dunia baru lewat permainan video di arena arcade. Dan di sanalah developer membubuhkan twist menarik.

198X 2

Lewat tiap game yang dimainkan, gerakan baru yang dipelajari, serta musuh yang dikalahkan, sang protagonis menjadi lebih kuat dan batasan antara realita serta video game jadi kian mengabur. Kelima game arcade 198X terinspirasi dari tema klasik. Saya melihat sensasi Streets of Rage di beat ’em up, R-Type di shoot ’em up, Out Run di permainan racing, Shinobi di ‘ninja game‘, serta Phantasy Star di JRPG.

198X 3

Proyek pengembangan 198X dimulai di musim semi 2017. Statusnya saat ini masih dikerjakan, dibangun menggunakan engine Unity. Hi-Bit Studios berencana untuk melepas 198X di bulan Maret 2019 di empat platform game populer – yakni PC, PlayStation 4, Xbox One dan Nintendo Switch.

Developer juga tengah melangsungkan kampanye pengumpulan dana di Kickstarter. Mereka membutuhkan modal sebesar US$ 56 ribuan agar proses pengerjaan game berjalan lancar.

198X 4

Saya mungkin bisa membayangkan cara Hi-Bit Studios menyajikan kelima ‘permainan’ di 198X, namun saya sangat penasaran pada bagaimana developer menyatukan semua itu menjadi satu tema dan narasi.

198X 5

Console Handheld RetroStone Mampu Menjalankan Game Beda Platform dan Siap Dukung Multiplayer

Alasan mengapa keberadaan console handheld tergerus oleh smartphone adalah, perannya sebagai pengisi waktu luang melalui permainan-permainan santai tergantikan oleh game-game di perangkat mobile. Untuk bisa tetap bersaing, para produsen harus membekali produk mereka dengan fitur-fitur unik, serta konten yang bisa menarik perhatian konsumen di segmen tertentu.

Saat ini ada banyak penawaran hardware yang dispesialisasikan buat menjalankan game-game retro, baik dalam wujud home console maupun sistem handheld. Namun RetroStone kreasi inventor Pierre-Louis Boyer ini merupakan perangkat istimewa. RetroStone dirancang sebagai console portable open source, mampu melakukan banyak hal yang tidak sanggup dikerjakan produk sejenis.

RetroStone disiapkan agar bisa mengoperasikan game retro di platform berbeda: Gameboy, Gameboy Color, Gameboy Advance, Super Nintendo, Mega Drive/Genesis, Atari, MaMe dan lain-lain. ROM bisa diinstal cukup dengan memindahkannya via thumb drive USB. Dan berkat dukungan di sisi konektivitasnya, kita bahkan bisa menikmati permainan di mode multiplayer hingga lima pemain.

RetroStone 2

Console handheld ini memiliki wujud balok, dengan ukuran yang tidak terlalu besar atau kecil sehingga nyaman ketika di tangan. Dimensinya adalah 130x90x25-milimeter. Untuk menyajikan konten, RetroStone mengusung layar LCD berwarna seluas 3,5-inci. Lalu sebagai input kendali, Boyer dan tim 8BCraft memanfaatkan susunan tombol ala controller Super Nintendo Entertainment System (termasuk pada desain dan warna).

RetroStone 3

Selain itu, terdapat empat tombol R1/L1 R2/L2 di sisi punggungnya. Di unit prototype, mereka diposisikan seperti action button. Tapi atas permintaan calon konsumennya, Boyer akan mengubah penempatannya lagi agar lebih ergonomis.

RetroStone 4

RetroStone dibekali tidak kurang dari empat port USB 2.0, memungkinkan kita menyambungkan empat controller di sana. Selain itu ada sebuah port HDMI, slot microSD, dan tiga buah tombol kecil untuk pengaturan LCD.

Perangkat diotaki oleh prosesor quad-core H3 1,2GHz, dibekali RAM sebesar 1GB, penyimpanan internal 8GB atau 16GB, serta ditenagai unit baterai 3.000mAh. Berbicara soal performa hardware, Boyer bilang bahwa prosesor H3 jauh lebih bertenaga dibanding Raspberry Pi 3. Dan uniknya lagi, RetroStone juga bisa disambungkan ke monitor, keyboard dan mouse, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai PC.

RetroStone dapat dipesan sekarang di situs Kickstarter. Produk dijajakan seharga mulai dari € 130 (sekitar US$ 160), dan akan mulai dikapalkan pada bulan Juni 2018.

Buat saya, bagian terbaik dari RetroStone ialah keleluasaan penggunaannya. Selain siap mendukung platform game retro berbeda, dengannya, kita bisa menikmati game bersama-sama dalam perjalanan atau dijadikan console retro di ruang keluarga.

Retro-Bit Ungkap Beragam Produk Unik yang Bisa Memuaskan Dahaga Retrogaming

CES biasanya sarat dengan pengungkapan produk-produk flagship, purwarupa-purwarupa unik, serta perangkat-perangkat inovatif. Namun tentu saja beragam teknologi yang ada di sana menjangkau bermacam-macam ranah, termasuk satu segmen hiburan spesifik yang belakangan kembali jadi sorotan berkat hadirnya NES dan SNES Classic Edition: retrogaming.

Di CES 2018, produsen hardware dan aksesori console retro Retro-Bit memamerkan sejumlah produk baru yang bisa memuaskan dahaga Anda terhadap pengalaman gamingold-school‘ di era 90-an. Di antara banyaknya penawaran mereka itu, lima produk tampak lebih menonjol karena fitur dan keistimewaannya. Ini dia:

 

GoRetro Portable

Retro-Bit 5

Mengusung konsep ala Game Boy, tapi bedanya, ia ditunjang oleh koleksi permainan sebanyak lebih dari 300 judul (Retro-Bit punya rencana buat menambah lagi jumlahnya). GoRetro Portable memiliki baterai internal yang bisa menjaganya tetap menyala selama 10 jam, dapat diisi ulang lewat port USB. Retro-Bit menawarkan dua pilihan warna, yakni biru muda dan abu-abu, atau hitam dengan bumbu merah.

Console handheld retro ini akan tersedia di bulan September, dijajakan seharga US$ 35.

 

Super Retro Trio Plus

Retro-Bit 6

Merupakan versi baru perangkat multi-console garapan Retro-Bit. Ketika NES dan SNES ‘mini’ hanya dapat menjalankan game-game dari Nintendo, Super Retro Trio Plus siap mendukung cartridge Nintendo Entertainment System, SNES, hingga Sega Genesis. Model baru ini juga dibekali port HDMI, siap menyuguhkan resolusi 720p dengan visual yang tajam, kompatibel ke tiga jenis controller berbeda, dan memiliki switch NTSC serta PAL.

Produk rencananya akan mulai dipasarkan di akhir Januari 2018 seharga US$ 80.

 

R-Type Returns

Retro-Bit 2

Setelah dilepas di SNES pada tahun 1991 dan 1993, game Super R-Type dan R-Type III bisa Anda nikmati kembali melalui bundel ‘multi-cart‘ Retro-Bit bernama R-Type Returns. Harganya tidak mahal, dapat dimiliki cukup dengan mengeluarkan uang sebesar US$ 40 saja. Jika kebetulan Anda seorang penggemar beratnya, Retro-Bit juga menawarkan edisi kolektor seharga US$ 60 – berisi boks khusus, stiker-stiker dan satu set pin.

 

Holy Diver

Retro-Bit 3

Juga merupakan paket re-release, Holy Diver adalah game platforming kreasi tim Irem, dilepas di tahun 1989 di NES. Tadinya, developer berniat untuk merilisnya di Amerika, namun Holy Diver tak pernah dipublikasi di luar Jepang karena masalah lisensi. Retro-Bit telah memperoleh hak buat meluncurkannya secara resmi dan akan bisa dinikmati mulai bulan Mei nanti. Permainan dijajakan di harga US$ 35, kecuali jika Anda memilih versi kolektor – dibanderol US$ 60.

 

Wireless Sega Controllers

Retro-Bit 1

Terdiri dari varian controller Sega Genesis, Saturn, dan Dreamcast yang kompatibel ke platform game modern – di antaranya PC, console, Mac dan Android. Produk ini merupakan buah dari hasil kolaborasi antara Retro-Bit dan Sega. Harga serta waktu ketersediaannya belum diumumkan, tapi yang pasti, Anda membutuhkan dongle agar controller bisa terkoneksi ke Xbox One dan PlayStation 4.

Sumber: Gamespot.

Terlahir Kembali, Commodore 64 Mini Siap Saingi NES Classic Edition

Retrogaming memang punya konsumen setianya sendiri, namun kepopularitasan segmen ini meroket di triwulan keempat 2016 berkat pelepasan NES Classic Edition. Kesuksesan tak terduga dari console ‘klasik modern’ tersebut mendorong Nintendo untuk menggarap penerusnya, Super Nintendo Entertainment System Classic Edition, yang belum lama ini dirilis.

Namun sebelum perusahaan hiburan Jepang itu mengungkap eksistensi dari NES Mini, startup bernama Retro Games telah lebih dulu menyingkap gagasan serupa. Lewat situs crowdfunding Indie Gogo, tim asal Inggris tersebut memperkenalkan versi baru komputer 8-bit yang dilepas kurang lebih 35 tahun silam. Namun langkah mereka sempat terhenti karena developer gagal mengumpulkan modal yang dibutuhkan.

Commodore 64 Mini 2

Namun mereka tidak kehilangan semangat. Minggu lalu, Retro Games memperkenalkan kembali produk itu, kini mengusung nama baru, Commodore 64 Mini (di-update dari ‘The 64’). Dan mungkin sudah bisa Anda terka, perangkat ini merupakan miniatur dari PC terlaris di zamannya itu, dengan penyajian yang khas, dipadu konektivitas modern.

Meski lebih mungil, Commodore 64 Mini memiliki arahan desain identik dengan C64 klasik: papan ketik berwarna hitam berada di sisi atasnya, dipadu empat tombol function abu-abu di sebelah kanan. Tubuhnya dibalut warna biege familier, kemudian device juga dilengkapi branding warna-warni, pola garis-garis horisontal di area atas keyboard, serta lampu indikator power di pojok kanan atas.

Commodore 64 Mini 1

Volume tubuhnya sendiri hanya separuh dari Commodore 64, sehingga bisa lebih mudah dibawa-bawa. C64 Mini dilengkapi dua port USB di sebelah kanan, sehingga siap mendukung dua periferal kendali tambahan buat dimainkan dua orang; HDMI agar dapat tersambung ke display modern, dan port micro-USB untuk mentenagainya. Selain itu, paket penjualan turut disertai unit joystick ‘bergaya klasik’.

Commodore 64 Mini 4

Commodore 64 Mini menjanjikan pengalaman pengoperasian serupa C64 lawas. Koleksi permainan yang dibundel di sana juga lebih banyak dari punya NES ataupun SNES Classic Edition, dengan total 40 game. Di daftar itu, Anda bisa menemukan judul-judul legendaris semisal Uridium, Paradroid, Hawkeye, Nebulus dan Monty Mole. Lalu buat menyempurnakan sensasi menggunakan Commodore 64, device turut dibekali opsi filter – di antaranya ada CRT, scanline emulation, serta Pixel Perfect.

Commodore 64 Mini 3

Retro Games belum mengabarkan kapan tepatnya Commodore 64 Mini akan dirilis (yang pasti dilepas tahun ini), namun mereka sudah membuka lagi gerbang pre-order. Harganya jauh lebih murah dibanding saat produk ini diperkenalkan tahun lalu, yaitu hanya US$ 70.

Sumber: The64.com.

Lewat Sega Forever, Sega Hadirkan Game-Game Klasik Mereka di Perangkat Mobile

Walaupun mayoritas gamer sudah beralih ke platform baru, tidak berarti game-game lawas kehilangan peminatnya. Komunitas retrogaming kini semakin subur berkat semakin banyaknya cara buat menikmati hobi tersebut. Solusi berupa emulasi atau koleksi console game klasik memang masih jadi andalan, tapi beberapa produsen juga telah merilis ulang console tua mereka.

Lewat NES Classic Edition dan Atari Box, Nintendo serta Atari mengambil arahan tradisional buat memikat retro gamer. Tapi sebagai rival besar Nintendo di era console 16-bit, Sega memutuskan untuk menggunakan strategi berbeda. Tahun lalu, sang publisher memperkenalkan Sega Mega Drive Classic Hub, yaitu sebuah ‘bundel’ di Steam yang memungkinkan Anda bisa menikmati puluhan permainan klasik. Kali ini, Sega mencoba melebarkan sayapnya ke segmen mobile lewat Sega Forever.

Sega Forever adalah layanan penyajian permainan lawas, disiapkan untuk Android dan iOS. Servis ini baru saja dirilis, tepatnya pada tanggal 22 Juni 2017, dengan lima game sebagai hidangan pembuka: Sonic the Hedgehog, Altered Beast, Phantasy Star II, Kid Chameleon dan Comix Zone. Sega tentu saja punya agenda buat memperluas koleksinya tiap bulan, dan Anda bisa memberi masukan cukup lewat komentar di Facebook.

Layanan ini bisa dinikmati gratis, dan akan didukung game-game dari era console berbeda. Selain Mega Drive (Genesis), nantinya Anda dapat memainkan judul-judul Master System hingga Dreamcast. Sega Forever juga ditunjang oleh sejumlah fitur modern, contohnya kemampuan save, leaderboard, fitur bermain offline, serta kompatibilitas ke unit controller wireless.

Sejumlah judul seperti Altered Beast, Phantasy Star 2, serta Sonic The Hedgehog memang sudah tersedia di mobile. Dan jika Anda telah memilikinya, versi Sega Forever dapat dinikmati tanpa iklan.

Sayangnya ada sejumlah masalah menodai momen peluncuran Sega Forever. Beberapa orang mengeluh, fitur-fitur di sana tidak bekerja sempurna, misalnya pada opsi ‘recover purchase‘. Kemudian saat game dijalankan, performanya lebih buruk dari versi sebelumnya. Berdasarkan analisis Eurogamer, kendala ini disebabkan karena prosedur porting ke engine Unity.

Game-game tersebut didesain untuk berjalan di 60 frame rate per detik. Emulator mencoba menyuguhkan konten di tingkatan itu namun gagal, dan hanya dapat mencapai kisaran 45fps.

Akibatnya, pengalaman bermain jadi buruk. Gerakan jadi sering tersentak, tidak lancar, dan sering kali frame rate-nya anjlok. Lucunya, permainan-permainan Sega Forever malah tersaji lebih mulus di handset tua (seperti iPhone 3GS) karena emulasinya lebih optimal.

Sumber: Sega.

Usung Desain Modular, Console RetroBlox Bisa Membaca CD Maupun Cartridge Game Lawas

Ada beberapa cara untuk memuaskan rasa haus bernostalgia dengan game-game lawas: memanfaatkan emulator atau menikmati remake buatan fans merupakan metode termudah; namun tentu saja tidak sedikit orang yang menginginkan pengalaman autentik, dan mereka rela mengeluarkan banyak uang demi berburu produk seperti NES Classic Edition atau console premium.

Tentu saja tersedia alternatif lainnya. Beberapa startup sudah banyak menawarkan  hardware khusus untuk menjalankan permainan klasik, juga memanfaatkan teknik emulasi. Kekurangannya adalah, tidak ada sensasi memasukkan cartridge atau compact disc ke slot. Hal inilah yang ingin dihadirkan kembali oleh tim developer asal Los Angeles melalui diperangkat bernama RetroBlox.

RetroBlox 4

RetroBlox adalah console game retro berkonsep modular. Interface unik ‘Element Modules’ di sana memungkinkannya membaca game dari cartridge serta dapat tersambung ke unit controller lawas. Tak hanya itu saja, RetroBlox juga dilengkapi optical disk drive yang kompatibel dengan permainan PlayStation pertama. Berkatnya, Crash Team Racing sampai Final Fantasy VII di PSX dapat dimainkan kembali.

RetroBlox 2

Element Modules turut berperan sebagai sistem autentikasi. Begitu cartridge diselipkan di sana, maka game segera masuk ke koleksi digital Anda. Hebatnya lagi, fitur RetroBlox tidak kalah canggih dari console current-gen. Pengguna dapat memamerkan permainan itu di Facebook atau Twitter, serta menyiarkan sesi bermain ke platform live stream seperti Twitch dan YouTube. Proses mengganti permainan juga mudah, Anda tinggal mencabut cartridge dan menggantinya dengan game lain – tak berbeda dari NES ataupun Sega Genesis.

RetroBlox 3

Permainan-permainan yang ditangani RetroBlox disuguhkan dalam resolusi full-HD melalui teknik upscale sehingga kontennya tidak terlihat kontras dengan HDTV kebanggaan di ruang keluarga Anda. Tentu saja para retrogamer hardcore tetap bisa menikmati game klasik via TV tua mereka.

RetroBlox 1
Element Modules dari RetroBlox.

Console ini mengusung teknologi Hybrid Emulation, yaitu sebuah teknik membaca chip di dalam cartridge-cartridge permainan yang pada dasarnya sulit diemulasi. Berkatnya, hardware RetroBlox mendukung penuh library game klasik. Dan dengan Hybrid Emulation, sistem mampu meminimalisir keterlambatan input ketika unit gamepad tua tersambung ke Element Modules.

Hingga saat artikel ini ditulis, produsen belum menginformasikan harga dan kapan produk tersedia. Rencananya, RetroBlox akan diperkenalkan lebih resmi melalui kampanye crowdfunding di bulan April 2017 nanti. Di sana kemungkinan developer akan mengungkap pula detail teknisnya lebih lengkap.

RetroBlox 5

Sumber: RetroBlox.com.

RetroEngine Sigma Ialah Console Game dan Media Player Sebesar Walkman Klasik

OnLive mungkin boleh dikatakan sebagai nama yang memperkenalkan konsep microconsole, tapi device ini baru betul-betul jadi populer setelah serbuan platform mobile di semua ranah. Console-console berukuran mini tersebut memanjakan penggunanya dengan ratusan ribu permainan, bahkan memungkinkan kita menikmati judul-judul lawas, seperti kreasi Doyodo ini.

Memang ada banyak pilihan produk microconsole tersedia sekarang, namun startup dari Santa Monica itu lebih fokus pada dua hal: penyajian retrogaming dan penggunaan yang sederhana. Termotivasi karena judul-judul permainan klasik mulai naik daun kembali, Doyodo juga bermaksud memberi kemudahan dalam mengaksesnya. Hasilnya adalah sebuah perangkat bernama RetroEngine Sigma.

RetroEngine Sigma 1

Begitu melihatnya, wujud RetroEngine Sigma segera mengingatkan saya pada cassette player Sony Walkman jadul, apalagi dengan tubuh berwarna perak – berdimensi 110×8533,5mm. Fungsi dua tombol di depan dapat Anda konfigurasi, lalu Sigma juga dibekali dua port USB standar, satu microUSB, dan port HDMI. Device mendukung segala jenis gamepad wired misalnya controller Xbox, DualShock hingga keyboard dan mouse.

Tiap unit RetroEngine Sigma dibundel bersama 15 game, bisa segera dimainkan setelah perangkat dikeluarkan dari bungkus. Lalu lewat software installer di tablet atau smartphone, user diperkenankan membubuhkan lebih banyak permainan. Prosesnya sangat simpel, Anda tinggal menentukan ROM yang bisa diinstal dengan browser atau dicantumkan di adaptor kartu microSD.

RetroEngine Sigma 2

RetroEngine Sigma turut dilengkapi konektivitas Wi-Fi 11b/g/n, memudahkan kita mengelola konten dan menyambungkan perangkat ke network di rumah. Sebagai tambahan, Doyodo turut menawarkan dongle Bluetooth (akan menyusul) sehingga controller bisa terkoneksi tanpa kabel. Hebatnya lagi, RetroEngine Sigma juga dapat dijadikan komputer desktop berkat pemakaian Armbian OS dengan XFCE dan app Kodi Media Center.

Agar RetroEngine Sigma bisa menjalankan seluruh fungsinya, Doyodo membenamkan chip Allwinner H3 berisi prosesor quad-core Cortex A7 1,2GHz dan GPU Mali 400 MP2, RAM DDR3 512GB, lalu tenaganya dipasok oleh unit power supply internal 5V 2A. Untuk medium penyimpanan, produsen memanfaatkan kartu microSD 16 atau 32GB.

Doyodo menyampaikan bahwa mereka belum mempunyai agenda untuk menjual RetroEngine Sigma secara retail. Produk ini hanya dapat Anda beli melalui situs crowdfunding  Indie Gogo, dan selama masa pengumpulan dana berlangsung di sana, Sigma bisa Anda miliki dengan mengeluarkan uang sebesar US$ 70 (atau US$ 90 untuk paket lengkap berisi controller dan SD card 32GB).

Console IndieGo Dirancang Untuk Jalankan Semua Game Retro

Berkat dorongan faktor nostalgia dan kesuksesan bundel kompilasi permainan di era console generasi keenam dan ketujuh, retrogaming kembali memperoleh perhatian. Sejumlah developer mencoba meramu karya digital dengan gaya klasik, sedangkan tim lain malah fokus pada penciptaan hardware pendukungnya. Ares Computer masuk dalam kategori kedua.

Kita sudah melihat beberapa mesin gaming retro dengan penyajian unik contohnya The Polycade dan Tiny Arcade, namun developer dari Jerman itu mengambil pendekatan lebih praktis, layaknya penyuguhan console modern. Lewat Kickstarter, Ares memperkenalkan IndieGo, sebuah platform permainan all-in-one buat menjalankan judul-judul lawas. Produk diklaim memberikan kita akses ke ribuan game tua, ditenagai penerus OS Commodore Amiga.

IndieGo 03

IndieGo hadir dalam wujud balok, hampir menyerupai komputer mungil apalagi dengan case mini-ITX-nya. Komponen terpenting IndieGo ialah DVD-RW build-in, digunakan untuk mengoperasikan game-game Amiga CD32, Sony PlayStation, Sega Saturn, Sega CD, TurboGrafx, SNES (Super Famicom), dan Sega Genesis (Mega Drive). Sejumlah permainan memerlukan file ROM tambahan, tetapi proses instalasinya sangat mudah.

Console spesialis game klasik ini memanfaatkan board Raspberry Pi 2 (atau Ordroid C1/XU4) sebagai jantungnya, ditopang RAM 1/2GB dan flash memory 32GB. Ia dilengkapi reader SD card, sepasang port USB, dan kompatibilitas USB joypad. DVD-RW ditugaskan buat menangani permainan-permainan PC, PlayStation dan Amiga CD32. Ares Computer menegaskan, IndieGo mereka tidak sama seperti console retro sejenis, yang pada dasarnya hanya menyodorkan Raspberry dengan RetroPie.

IndieGo 02

Elemen andalan yang tidak kalah krusial dari IndieGo adalah IndieGo OS. Ia diracik berbasis EmulationStation, Kodi, Aeros, AMC, EmuLA dan IndieGo Marketplace. Platform dirancang secara terbuka sehingga Anda bebas melakukan modifikasi. Di sana, Ares turut menyertakan game-game shareware pre-installed, antara lain Doom, Quake, Duke Nukem, dan Whacky Wheels, serta versi full Jim Power. Sisanya bisa diakses lewat app store.

Tentu retrogaming tidak akan lengkap tanpa dukungan aksesori kendali, dan Ares tidak lupa membundel IndieGo bersama gamepad mirip DualShock dan Super Nintendo (tanpa merek). Developer juga menyediakan adapter tambahan, jika Anda kebetulan mempunyai gamepad SNES atau Mega Drive yang masih berfungsi.

Ares Computer kabarnya hanya memproduksi IndieGo dalam skala kecil, dan tidak mempunyai rencana untuk melangsungkan kampanye kedua. Jadi jika Anda tertarik, sebaiknya segera pesan Indie Go sekarang di Kickstarter. Bundel console-OS dijajakan mulai dari ‎€ 150 atau sekitar US$ 163.