Apa Itu Linktree, Serta Kegunaannya untuk Bisnis Online dan Kreator Konten

Jika Anda sering memperhatikan akun bisnis online dan content creator, Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan link bertuliskan ‘linktr.ee’ pada bio profil bisnis atau kreator tersebut. Link tersebut adalah link yang dibuat pada situs bernama Linktree. Apa itu Linktree? Dan apa kegunaannya untuk bisnis online dan akun kreator?

Seperti yang Anda ketahui, pada profil media sosial, biasanya Anda hanya bisa menambahkan satu tautan yang mengarah ke satu situs. Tapi, pada beberapa situasi, Anda mungkin ingin menambahkan lebih dari satu tautan ke profil media sosial Anda. Nah, Linktree hadir untuk mengatasi masalah tersebut.

Apa Itu Linktree?

Linktree adalah sebuah situs pembuatan link yang di dalamnya bisa memuat lebih dari satu link. Tautan dari Linktree ini dapat Anda cantumkan pada bio media sosial dan platformplatform lainnya.

Linktree menghadirkan solusi untuk permasalahan yang sebelumnya telah dibahas, dimana Anda ingin mencantumkan lebih dari satu tautan, namun platform yang Anda gunakan hanya mendukung untuk pencantuman satu link saja.

Tidak hanya link, Linktree juga menawarkan banyak fitur yang terbagi menjadi empat paket pilihan, mulai dari paket gratis hingga paket premium. Contoh fitur yang bisa Anda tambahkan selain link adalah galeri NFT dan pembayaran digital.

Untuk melihat paket Linktree selengkapnya, Anda dapat mengunjungi situs Linktree dan ke menu Pricing atau langsung klik di sini.

Kegunaan Linktree untuk Bisnis Online dan Content Creator

Pada dasarnya, Linktree dapat digunakan oleh siapa saja. Namun, bagi bisnis online dan kreator konten, fitur-fitur pada Linktree akan sangat membantu. Apa saja ya kegunaan atau manfaat dari menggunakan Linktree ini? Berikut adalah rangkuman informasinya.

Promosi Lintas Platform

Menggunakan Linktree memungkinkan Anda untuk mencantumkan beberapa tautan ke dalam satu link. Link yang ditambahkan ini bisa berupa link media sosial lain atau berbagai link e-commerce jika Anda adalah pemilik bisnis.

Dengan fitur menambahkan banyak link ini, promosi lintas platform dapat lebih mudah dilakukan karena audiences dapat mengetahui berbagai platform yang Anda gunakan dan dapat memilihnya sesuai kebutuhan.

Contohnya, pada bisnis online, calon pelanggan dapat mengetahui platform e-commerce apa saja yang dimiliki oleh online shop tersebut dan dapat memilih satu e-commerce yang ingin digunakan untuk bertransaksi.

Branding Akun Lebih Baik

Manfaat kedua dari menggunakan Linktree adalah membangun personal branding lebih baik. Menggunakan Linktree dan mencantumkannya pada bio media sosial Anda dapat membuat bisnis atau akun Anda terlihat profesional. Mengapa begitu?

Penggunaan Linktree membuktikan kepada audiences bahwa Anda tidak hanya hadir pada satu platform, melainkan banyak platform. Hal tersebut menunjukkan bahwa Anda ingin mempermudah orang-orang untuk bisa menemukan Anda di berbagai platform tersebut.

Selain itu, fitur untuk menyisipkan logo dan banner pada halaman Linktree juga dapat meningkatkan kredibilitas akun atau toko Anda di mata audiences.

Mendukung Penjualan Afiliasi

Anda tentu sudah tidak asing dengan konsep pemasaran afiliasi. Biasanya afiliasi dilakukan oleh para influencer atau kreator untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari komisi penjualan suatu produk.

Mencantumkan link affiliate pada Linktree yang bisa diakses dengan mudah oleh audiences kapan saja akan memudahkan penjualan produk afiliasi yang oleh influencer maupun kreator.

Nah, itu dia sekilas informasi mengenai Linktree dan manfaatnya untuk bisnis serta kreator konten. Dengan menggunakan Linktree, Anda dapat memaksimalkan satu kolom tautan pada bio media sosial Anda dengan baik. Pengunjung profil Anda dapat mengakses platformplatform lain yang Anda gunakan hanya dengan satu klik.

TipTip Resmi Diluncurkan, Bercita-cita Bangun Ekosistem Konten Kreator Indonesia

Platform monetisasi untuk kreator konten, TipTip, meresmikan kehadiran mereka pada Rabu (13/7) setelah sebelumnya telah mengantongi pendanaan yang dipimpin oleh East Ventures. Dalam acara peluncuran yang diadakan di Sheraton Gandaria City ini, turut diumumkan Triawan Munaf sebagai Presiden Komisaris TipTip.

TipTip sendiri memosisikan diri sebagai layanan yang mengisi kesenjangan akan beberapa fitur penting yang dihadapi oleh kreator konten di negara-negara berkembang di wilayah Asia Tenggara, seperti kurangnya peluang monetisasi, pembayaran lokal & integrasi KYC (know-your-customer) yang terbatas, serta tantangan terkait pembuatan & distribusi konten melalui perangkat smartphone.

Albert Lucius selaku Founder & CEO TipTip mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki berbagai talenta dan konten yang berkualitas, namun besarnya potensi dari ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia masih belum tersalurkan secara optimal karena sulitnya membangun target audiensi. Platform ini hadir dengan peluang monetisasi untuk para konten kreator tanpa memerlukan audiensi yang besar.

Meskipun platform ini mengedepankan monetisasi, konten yang tersedia bukan berarti tanpa kurasi. Perusahaan mengaku memiliki tim terpisah untuk kurasi para kreator dan memastikan bahwa kualitas konten yang disajikan tidak menyalahi aturan terlebih untuk setiap monetisasi yang berlangsung dalam platform. Hal ini menjadi salah satu proposisi nilai yang ditawarkan TipTip.

Triawan Munaf yang turut hadir dalam kesempatan tersebut juga mengungkapkan bahwa setelah hampir lima tahun ia mencoba membangun ekonomi kreatif bersama Bekraf, ia mengaku bahwa saat ini negara kita membutuhkan sebuah ekosistem lokal.  Menurutnya, TipTip memiliki semua dukungan yang terbaik untuk menciptakan ekosistem kreator yang kuat. “Dari Indonesia untuk Indonesia. Keep creating ideas, keep creating money,” tambahnya.

Selain dari sisi monetisasi, TipTip juga berperan sebagai jembatan untuk supply dan demand para kreator konten. Perusahaan juga sudah bekerja sama dengan beberapa korporasi. “Kuncinya, kita pemain lokal, kita identifikasi solusi lokal yang mengarah ke kominitas. Kita mengedepankan transparansi dari tipping para followers. Para kreator juga diharapkan untuk memperbaiki kualitas. Semakin banyak menyentuh komunitas, maka semakin banyak monetisasi,” tambahnya.

Willson Cuaca yang turut hadir dalam acara ini mengungkapkan bahwa krisis pandemi menimbulkan pergeseran kebiasaan, salah satunya konsumsi masyarakat akan media. Kini terjadi demokratisasi konten yang memungkinkan semua orang yang punya talenta bisa terfasilitasi.

“Namun kebanyakan platform yang hadir adalah dari luar negeri, TipTip bercita-cita ingin menciptakan ekosistem kreator ekonomi yang sudah terlokalisasi. Harapannya, perusahaan juga bisa membangun flywhee effect. Semakin banyak komponen yang dibangun, maka semakin banyak yang terjangkau dan berpartisipasi,” ungkapnya.

Untuk menikmati solusi TipTip, para pengguna baik konten kreator maupun masyarakat hanya perlu mengunjungi websitenya untuk melakukan registrasi. Aplikasi TipTip sendiri sudah tersedia dan bisa diunduh di platform Android, untuk para pengguna iOS bisa segera menikmati layanan ini di bulan Agustus 2022.

Strategi hyperlocal

Ketika disinggung mengenai platform global yang saat ini lebih banyak digunakan, Albert menjelaskan bahwa pihaknya mengedepankan strategi hyperlocal dan menjangkau komunitas. Suatu hal yang sulit untuk bisa dieksekusi oleh para pemain global. Strategi ini diharapkan bisa menjangkau komunitas serta kreator konten yang lebih luas lagi.

Albert mengambil contoh Amazon dengan layanan e-commerce global, namun tetap di tanah air yang merajai adalah platform lokal seperti Tokopedia. “Hal ini bisa terjadi karena mereka eksekusinya lokal. Kita di TipTip tidak hanya terintegrasi dengan sistem KYC dan Dukcapil, dari sisi pembayaran juga terintegrasi dengan bank lokal dan e-wallet. Kita juga menggunakan strategi dari komunitas ke komunitas,” ungkapnya.

Dalam diskusi singkat di sela-sela acara, Albert mengaku bahwa TipTip bukan hanya sekedar layanan live streaming. Lebih dari itu, platform ini menawarkan solusi yang sangat menyeluruh dan spesifik untuk setiap pasar para kreator kontennya. Perusahaan juga terlibat dalam penyediaan supply kreator dan konten untuk korporasi yang membutuhkan jasa (demand).

Menurut data TipTip, hingga saat ini sudah ada lebih dari 500 kreator yang tergabung. Masing-masing kreator disinyalir bisa membawa sekitar 20 pengikut yang menghasilkan sekitar 10 ribu pengguna. “Kita memproyeksikan pertumbuhan tiga kali lipan di tahun ini. Harapannya beberapa tahun ke depan bisa mencapai puluhan ribu pengguna,” ungkap Albert.

Industri kreator konten di Indonesia

Pertumbuhan konten kreator di Indonesia disebut mengalami pertumbuhan yang cukup besar, pasar industri ini di Indonesia diprediksi mencapai 4 triliun hingga 7 triliun Rupiah pada waktu mendatang. Berdasarkan Opus Creative Economy Outlook 20201, sektor ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar 1,1 triliun rupiah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan menyerap 17 juta tenaga kerja.

Selain TipTip, sudah ada beberapa platform yang menyediakan wadah untuk content creator, influencer, dan brand untuk memanfaatkan kegiatan pemasaran dengan konsep tersebut. Mulai dari platform seperti PartipostAnyMind GroupHiip, hingga Lynk.id yang bertujuan memberikan tools terpadu kepada kreator.

Application Information Will Show Up Here

YouTube Shorts Rayakan Hari UMKM dengan Kampanye #SambilanCuan Bersama Kreator dan Digitalpreneur

Pada 27 Juni 2022 lalu, YouTube Shorts mengajak masyarakat untuk merayakan Hari UMKM Internasional bersama kreator dan entrepreneur ternama, antara lain Jerome Polin, Sonia Basil, dan Christie Basil, melalui kampanye bernama #SambilanCuan.

Melalui kampanye #SambilanCuan ini, masyarakat diajak mengikuti jejak para digitalpreneur ternama tersebut untuk meraih kesuksesan mengembangkan bisnis melalui pemanfaatan media YouTube Shorts. YouTube Shorts adalah salah satu fitur pada YouTube yang dapat digunakan oleh para pelaku UMKM membagikan konten-konten promosi atau hiburan terkait usaha mereka.

Dalam acara yang bertajuk “Jadi yang Pertama Tau Bersama YouTube Shorts #SambilanCuan” kemarin (27/06), Jerome Polin, Sonia Basil, dan Christie Basil membagikan banyak tips dan pengalaman berharga mereka dalam membangun bisnis di era digital.

Jerome Polin, pemilik channel YouTube Nihongo Mantappu dan Menantea, berbagi cerita serunya dalam memulai channel YouTube dan bisnis F&B miliknya. Ia menjelaskan bahwa channel YouTube Nihongo Mantappu ia mulai dari kesulitan yang dialaminya dalam menemukan channel YouTube untuk belajar bahasa Jepang. Kemudian, hal yang sama juga mendasari bagaimana ia membuat Menantea. Berangkat dari eksperimen bersama teman-temannya dan kesadaran bahwa belum adanya bisnis teh buah di Indonesia membuat Jerome Polin akhirnya memutuskan untuk membuka Menantea.

Tidak hanya Jerome, Sonia Basil juga membagikan pengalamannya dalam merintis bisnis Cakeology sejak awal hingga sekarang. Sonia mengakui bahwa alasan pertama ia membuat konten pembuatan kue adalah ingin mengedukasi masyarakat terkait cake decorating. Tak disangka, ternyata banyak respon positif yang ia dapat dari pembuatan konten tersebut. Dengan bantuan teknologi digital dan platform video singkat seperti YouTube Shorts, kini Sonia bisa mengembangkan usahanya lebih besar dengan beberapa karyawan dari yang sebelumnya hanya ia jalankan seorang diri.

Pada kesempatan yang sama, Christie Basil, pemilik bisnis gaun byChristieBasil, juga ikut sharing bagaimana konten dan teknologi telah mengubah bisnisnya ke arah yang lebih baik. Berkat konten yang sering ia buat, kini Christie tak jarang menemui klien yang sengaja menggunakan jasanya untuk bisa masuk ke kontennya. Dari situ dapat dilihat bahwa konten membawa usaha Christie menjangkau market yang tidak direncanakan atau bahkan tidak pernah terpikirkan oleh dirinya sendiri sebelumnya.

Tidak dapat dipungkiri, pemanfaatan teknologi dan media melalui pembuatan konten membawa dampak yang sangat besar bagi sebuah usaha. Satu tips penting yang dibagikan oleh Jerome, Sonia, dan Christie untuk siapapun yang ingin mulai membuat konten adalah jadilah unik.

Temukan keunikan Anda dan bagikan pengalaman, cerita, atau behind the scene bisnis Anda melalui kampanye #SambilanCuan YouTube Shorts guna mengikuti jejak ketiga kreator ternama Indonesia di atas meraih keuntungan dari pemanfaatan teknologi digital.

Tips Sukses Wawancara dan Public Speaking Ala Content Creator VINA A Muliana

Bagi kamu yang sedang mencari pekerjaan pastinya sudah tidak asing lagi dengan job interview. Nah, tahapan wawancara ini biasanya dilakukan setelah kamu lolos seleksi berkas. Umumnya tahapan wawancara ini digunakan oleh perekrut untuk mengetahui tentang diri kamu lebih dalam lagi dan menentukan apakah kamu memiliki kriteria yang sesuai dengan perusahaan tersebut. Nah, faktor yang menjadi pendukung lancarnya tahapan wawancara ini adalah skill public speaking.

Soft skill ini memiliki peran penting dalam tahapan wawancara, tetapi terkadang tidak semua orang memiliki skill public speaking yang cukup. Akan tetapi bagi kamu yang memiliki sifat pemalu, pastinya akan terkendala saat berbicara atau berkomunikasi. Apalagi jika situasi yang dihadapkan adalah sebuah tes wawancara untuk masuk ke perusahaan impian kamu. Jangan sampai kamu melewatkannya begitu saja!

Nah, untuk itu kamu harus memiliki persiapan yang cukup untuk mengikuti wawancara, salah satunya dengan menerapkan beberapa tips sukses dalam wawancara dan melatih public speaking.

Sukses Wawancara Dengan Rumus Tanya Puji Reaksi Ala Content Creator Vina A Muliana

Sebenarnya ada banyak tips yang bisa membuat kamu menjadi lebih percaya diri untuk bisa public speaking agar wawancara kerja bisa sukses. Salah satunya adalah dengan dengan mengikuti rumus Tanya Puji Reaksi yang diinisiasi oleh Vina A Muliana, Content Creator dan Senior Associate Culture Measurement and Program Development MIND ID.

Rumus Tanya Puji Reaksi ini cocok banget bagi fresh graduate yang memiliki sifat pemalu ketika harus berhadapan dengan tes wawancara kerja. Berikut penjelasannya!

1. Tanya

Rumus yang pertama adalah tanya. Umumnya saat tahapan wawancara HRD akan bertanya kepada kandidat, kamu bisa mencoba untuk bertanya kembali untuk membuat percakapan open-ended. Sehingga, bisa meningkatkan interaksi saat sesi wawancara.

2. Puji

Puji di sini adalah dengan menyebutkan sesekali nama pewawancara saat memberikan jawaban, hal ini bisa berguna untuk menciptakan unsur pujian dan kedekatan dengan pewawancara yang nantinya bisa menciptakan chemistry yang baik antara kedua belah pihak.

3. Reaksi

Menurut Vina, rumus yang terakhir adalah reaksi. Rumus ini sangat penting dalam tahapan wawancara. Biasanya di sesi terakhir saat wawancara, pewawancara akan memberikan kesempatan kepada kamu untuk bertanya. Untuk itu gunakan kesempatan ini untuk bertanya dan memberikan reaksi atas apa yang sudah didiskusikan sebelumnya.

Tips Mengasah Public Speaking Bagi yang Memiliki Sifat Pemalu

Tentunya ketiga rumus di atas juga harus dikolaborasikan dengan skill public speaking yang baik agar wawancara bisa berjalan lancar. Namun, jangan khawatir Vina juga memberikan beberapa tips mengasah public speaking supaya kamu bisa lolos wawancara.

Memberikan Afirmasi Positif Untuk Diri Sendiri

Tips yang pertama adalah coba untuk menarik napas dalam dan berikan vibes positif untuk diri kamu sendiri, kalau kamu bisa dan mampu untuk berbicara. Hal ini berguna untuk menambah kepercayaan diri dan apa yang kamu pelajari tidak terbuang sia-sia. Kemudian, jangan lupa lupa untuk selalu tenang.

Hindari Tatapan Mata Secara Langsung

Apabila kamu harus berhadapan dengan audience yang banyak, coba hindari untuk menatap mata mereka dan tatap ke arah pelipis atau dahi audience. Dengan melakukan trik ini kamu bisa meningkatkan kepercayaan diri, loh!

Namun, jangan menggunakan trik ini ketika melakukan tahapan wawancara yang biasanya dilakukan one by one,karena bisa memberikan sinyal jika kamu tidak menghargai lawan bicara.

Perbanyak Baca Buku

Salah satu faktor yang bisa membuat public speaking berjalan lancar adalah kamu harus bisa memiliki beragam koleksi kata. Sehingga, kamu perlu banyak membaca buku untuk menambah kosa kata, tetapi perlu diingat untuk menggunakan kata-kata yang bisa dimengerti oleh audience atau lawan bicara kamu.

Nah, itu adalah beberapa tips mengasah public speaking yang untuk kamu yang memiliki sifat pemalu agar sukses dalam tahapan wawancara. Tentunya, masih banyak tips dan trik yang akan diberikan oleh Vina A Muliana yang bisa kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari atau  juga mengembangkan karir.

Untuk mendengarkan lebih jauh terkait tip dan trik sekaligus sejuta inspirasi dalam berkarir, kamu bisa menghadiri event Young On Top, yaitu Young On Top National Conference (YOTNC) 2022 yang  akan dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2022 di Kota Kasablanka, Kasablanka Hall lt 3, Jakarta Selatan. Selain Vina A Muliana, tentunya akan hadir 12 speaker ternama seperti Grace Tahir, Ernanda Putra, Ricky Silaen yang siap memberikan inspirasinya kepada kamu. Tunggu apalagi, langsung daftar sekarang juga melalui www.youngontop.com/yotnc

Kiat Sukses Affiliate Marketing untuk Content Creator dan Pemula oleh Accesstrade

Affiliate marketing adalah salah satu bisnis yang kini banyak dipilih untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Tidak hanya oleh para content creator atau influencer, mereka yang pemula pun bisa ikut menerapkan kiat-kiat untuk sukses mendapatkan penghasilan melalui affiliate marketing.

Prayudho Rahardjo selaku CEO Interspace Indonesia yang menaungi salah satu platform affiliate terbesar di Indonesia, yakni Accesstrade, membagikan kiat sukses untuk menjadi seorang affiliate marketer.

Namun, sebelum masuk ke tips sukses menjalankannya, mari simak dan pahami apa itu yang dimaksud dengan affiliate marketing menurut CEO Interspace Indonesia, Prayudho.

Apa Itu Affiliate Marketing?

Affiliate marketing merupakan salah satu kegiatan marketing dimana pemilik usaha menggunakan jasa para affiliate marketer untuk membantu memasarkan produk mereka.

Nantinya, Anda sebagai affiliate marketer akan mendapatkan keuntungan berupa komisi apabila mereka berhasil mencapai goals dengan menuntun customer melakukan actions. Actions di sini bisa berupa transaksi, registrasi, dan lain-lain.

Tugas Affiliate Marketer

Untuk bisa mencapai goals yang disebutkan di atas dan mendapatkan keuntungan dari affiliate marketing, seorang affiliate marketer harus menjalankan tugasnya dengan baik. Berikut adalah tugas-tugas seorang affiliate marketer yang disampaikan oleh Prayudho:

  • Mempromosikan produk dari campaign yang Anda pilih di platform affiliate marketing melalui website, blog, atau media sosial.
  • Memahami dan mematuhi aturan yang berlaku pada campaign yang Anda pilih.

Persiapan untuk Menjadi Affiliate Marketer

Apapun pekerjaan yang Anda tekuni, persiapan selalu menjadi hal terpenting yang harus dilakukan. Dengan persiapan, Anda dapat menjalankan segala sesuatunya dengan lebih baik, meskipun itu adalah kali pertama Anda.

Hal yang sama juga berlaku untuk menjadi seorang affiliate marketer. Sebelum Anda terjun menekuni bisnis afiliasi, Prayudho berpesan untuk mempersiapkan beberapa hal seperti berikut ini.

Siapkan Media Promosi

Sumber: Pixabay

Mengingat tugas utama affiliate marketer adalah melakukan promosi, maka mempersiapkan media promosi merupakan salah satu hal yang penting untuk dilakukan. Saat ini terdapat banyak sekali media promosi yang dapat Anda gunakan untuk mempromosikan produk affiliate yang Anda pilih.

Website, YouTube, Instagram, Facebook, TikTok, bahkan platform untuk chatting. Platform apapun bisa digunakan untuk affiliate marketer mempromosikan produk,” ujar Prayudho.

Kenali Produk yang Akan Dipromosikan

Persiapan selanjutnya adalah dengan mengenali produk yang akan Anda promosikan. Pengetahuan Anda akan produk tersebut tentunya akan membantu Anda ketika mempromosikannya.

Tentukan Target Audiens

Selain mempersiapkan media promosi dan pengetahuan produk, Anda juga perlu menentukan target audiens sebelum mulai menjalankan tugas Anda sebagai affiliate marketer. Target audiens atau target market ini sangat penting karena akan menentukan bagaimana nantinya Anda akan melakukan promosi.

Memahami Kemampuan Dasar Promosi Produk

Melakukan promosi memang terdengar mudah untuk dilakukan. Namun, ternyata ada cara untuk bisa melakukan promosi produk secara efektif yang bisa diterapkan oleh affiliate marketer. Pengetahuan itulah yang harus dipahami dan diubah menjadi kemampuan.

Prayudho juga membagikan beberapa tips promosi produk efektif untuk para affiliate marketer yang akan dibahas di bawah ini.

Kiat Sukses Menjalani Affiliate Marketing

Mendapatkan penghasilan tambahan dengan menjadi affiliate marketer tidaklah sulit. Terlebih lagi bagi Anda yang sebelumnya sudah sering membuat konten dan memiliki audiens sendiri.

Berikut ini terdapat beberapa tips yang dibagikan oleh Prayudho tentang bagaimana cara memilih produk/campaign afiliasi dan cara promosi efektif agar sukses sebagai affiliate marketer.

Tips Memilih Project atau Produk

Sebelum menentukan project atau produk yang akan Anda promosikan, pastikan Anda sebelumnya telah menganalisis target market atau audiens Anda.

“Pastikan Anda mengetahui niche market dan target audiens Anda, mau ke arah mana dan siapa orang-orang yang akan menjadi target promosi. Cari tahu apa ketertarikan mereka dan kebiasaan mereka. Setelah hal-hal tadi sudah jelas, baru pilih produk affiliate yang dirasa tepat untuk target audiens Anda,” jelas Prayudho.

Dengan menyesuaikan produk affiliate dengan minat dan kebutuhan audiens, maka konten promosi yang Anda buat dapat lebih mudah diterima oleh audiens. Sehingga, kemungkinan audiens untuk melakukan action yang Anda inginkan juga semakin besar.

Tips Promosi yang Efektif dan Sukses

Sebelumnya telah disampaikan bahwa memahami cara promosi yang efektif merupakan sebuah persiapan penting agar promosi Anda berjalan dengan sukses. Tapi, apa yang menjadi tolak ukur sebuah promosi dikatakan sukses?

Prayudho menjelaskan bahwa sebuah promosi yang dilakukan affiliate marketer dikatakan sukses jika berhasil mendapatkan kepercayaan audiens dan audiens melakukan action yang diharapkan.

“(Promosi dikatakan sukses) ketika promosi yang dilakukan oleh affiliate marketer berhasil menarik perhatian target audiens dan terjadi action, misal transaksi. Hasil action tersebut juga valid dan organik, pembeli pun memiliki kepercayaan yang baik dengan si affiliate marketer,” katanya.

Lalu, bagaimana agar bisa mendapatkan kepercayaan audiens sehingga memudahkan promosi? Berikut informasi dari Prayudho.

Konsisten Dalam Membuat Konten Promosi

Sumber: Pixabay

Konsisten merupakan hal terpenting untuk bisa mendapatkan kepercayaan audiens. Dengan konsisten membuat konten promosi, audiens dapat menilai bahwa Anda serius dalam memberikan informasi terkait produk-produk yang mereka minati.

Selain itu, rutin membagikan konten promosi juga dapat membuat audiens terbiasa menikmati konten Anda dan mudah menerima promosi di dalamnya.

Memberikan Review Produk yang Jujur dan Objektif

Tips kedua untuk membangun kepercayaan audiens adalah dengan memberikan review yang jujur serta objektif terhadap produk yang Anda promosikan.

“Membangun hubungan yang baik dengan target audiens serta membangun kepercayaan dengan calon pembeli (dapat dilakukan) dengan cara memberi review yang jujur dan objektif akan produk yang dipromosikan,” kata Prayudho.

Selalu Perhatikan Aturan Tiap Campaign

Setiap campaign afiliasi memiliki peraturan dan goals yang berbeda-beda. Jadi, pastikan Anda selalu memperhatikan aturan dan instruksi yang ada agar dapat dengan mudah menentukan bagaimana cara Anda melakukan promosi.

Bagaimana Cara Sukses Menjadi Affiliate Marketer untuk Pemula?

Prayudho mengatakan bahwa menjadi affiliate marketer bukan hanya peluang bagi mereka yang sebelumnya sudah aktif di media sosial, melainkan mereka yang baru membuat akun juga berkesempatan untuk sukses menjadi affiliate marketer.

Hanya saja untuk Anda yang memulai dari nol memerlukan effort lebih untuk membangun audiens Anda sendiri.

Jika bingung bagaimana memulainya, Anda bisa mengikuti beberapa tips dan trik di bawah ini untuk mengawali perjalanan Anda sebagai affiliate marketer.

Buat Konten yang Simple Tapi Bermanfaat

Tips pertama adalah dengan membuat konten yang simple namun dengan isi yang bermanfaat. Anda juga dapat memanfaatkan topik-topik yang tengah trending dan menggunakan visual yang menarik.

Bangun Personal Branding yang Menyenangkan

Untuk bisa menarik audiens, membangun personal branding pada media promosi yang Anda gunakan termasuk penting untuk dilakukan.

“Buat pribadi kita tampil menyenangkan di platform-platform online yang kita jadikan tempat promosi produk affiliate marketing. Dari sini, orang akan memilih sendiri mana sosok affiliate marketer atau influencer yang cocok atau relate dengan mereka.”

Tak dapat dipungkiri, bisnis affiliate marketing memang memiliki potensi yang sangat besar ke depannya. Hal yang sama juga diakui oleh Prayudho. Melihat potensi tersebut, ia juga menyampaikan bahwa Accesstrade kini akan semakin fokus mengembangkan pasar bagi para advertiser (pemilik usaha) dan publisher (affiliate marketer).

Hal ini tentu merupakan kesempatan yang bagus untuk Anda yang ingin mulai menekuni bisnis affiliate marketing, terutama melalui platform Accesstrade, serta menerapkan kiat sukses menjadi affiliate marketer seperti yang telah dibagikan di atas.

Header by Pixabay.

Catatan Menarik dari Petinggi EMTEK dan IDN Terkait Masa Depan Media

Masih dalam sesi lanjutan Fortune Indonesia Summit 2022, dua pemimpin media besar, Managing Director EMTEK Susanto Hartono dan Founder dan CEO IDN Media Winston Utomo memaparkan beberapa catatan menarik terkait “The Future of Media”.

Perkembangan internet mengubah cara masyarakat mengonsumsi konten. Jika dulu kita terbiasa menggunakan media televisi untuk menikmati tayangan, kini kita dapat menonton melalui perangkat dengan layar kecil. Apa artinya bagi industri media?

Konsumsi konten

Saat membuka sesi, Sutanto menyebut bahwa TV punya peran penting terhadap konsumsi konten. TV memiliki jangkauan siaran yang luas dan sumber pendapatannya jelas, yakni iklan. Namun, perkembangan digital mulai menggeser peran TV terkait konsumsi konten.

Masyarakat mulai menikmati tayangan video melalui perangkat pintar. Kehadiran platform digital juga memudahkan kreator untuk mencari sumber pendapatan. Ia menyadari tren pergeseran ini, bahkan sebelum pandemi Covid-19 terjadi.

“Konsumsi konten pada platform digital membuat terjadi demokratisasi. Orang bisa pilih konten yang ingin ditonton dan content provider menjadi tidak bergantung pada perusahaan besar terkait konten apa yang akan disiarkan,” ujar Sutanto.

Bagi konglomerasi media EMTEK, ujar Sutanto, akselerasi digital ini mendorong perusahaan untuk berinvestasi di platform OTT Vidio. Meski konsumsi konten tumbuh cepat, platform juga harus memikirkan kelangsungan bisnis dengan strategi monetisasi.

Format konten

Sementara itu, Winston Utomo menyoroti tentang evolusi pada format konten, mulai dari koran, TV, hingga internet. Dengan evolusi ini, ia menekankan pentingnya beradaptasi terhadap perubahan format. Kebutuhan konten akan tetap ada, tetapi format konten akan berubah mengikuti perkembangan zaman. Jika tidak beradaptasi, tentu akan ditinggalkan audiens.

Saat ini, format konten yang banyak kita konsumsi di era digital beragam, mulai dari konten video dengan durasi pendek, medium, hingga panjang. Ada pula konten berformat livestreaming.

“Penting pula untuk maintain loyalitas audiens. Bukan berarti, audiens yang pindah [platform] tidak baik. Ini justru memacu kami untuk membuat konten yang lebih baik,” ujarnya.

Di sisi lain, Sutanto justru menyoroti fenomena seleksi alam yang akan terjadi, baik pada platform maupun kreator. Meningkatnya variasi konten dinilai akan memunculkan beragam kebutuhan audiens. “Pada akhirnya audiens tidak mungkin memakai semua platform. Audiens akan memilih platform yang sering dipakai,” tuturnya.

Maka itu, ia menilai perlu ada strategi multiplatform dan variasi konten untuk memberikan keseimbangan bisnis. Di EMTEK, platform Vidio akan menjadi fokus utama, sedangkan media televisi menjadi pelengkap. Pihaknya juga mendorong kolaborasi untuk mengakomodasi berbagai variasi konten. Salah satunya konten olahraga sebagai sumber monetisasi bagi audiens yang mau membayar (willing-to-pay).

Industri menjanjikan

Menurut Winston, tak hanya publisher dan platform yang punya peran penting di media digital, tetapi juga content creator. Menariknya, mengutip sebuah riset, ia menyebut bahwa potential revenue yang dapat diperoleh oleh kreator di 2025 dapat menyamai potential revenue perusahaan teknologi raksasa, seperti Facebook dan Google.

Dengan pertumbuhan digital sebesar 20% setiap tahunnya, ini membuat content creator menjadi salah satu profesi menjanjikan di masa depan karena siapapun dapat membuat konten.

Sementara Sutanto menilai bahwa konsumsi konten digital justru membuka peluang bagi media untuk memanfaatkan data analitik. Ini dapat memungkinkan media untuk melihat stickineess audiens. Berbeda dengan televisi yang mengandalkan data rating Nielsen dan kurang akurat untuk mengetahui stickiness audiens.

“Kita bisa tahu berapa banyak audiens yang menonton lebih dari lima menit. Ini menunjukkan kualitas penonton dan membantu memprediksi konten yang dapat diproduksi sesuai targeted market. Ada formulasi,” tutupnya.

Kreator Wiralagabae Berkarya Sambil Mengurangi Limbah Lewat Konten dan Bisnis Upcycle

Mendaur ulang barang atau limbah tidak terpakai menjadi sesuatu yang bernilai jual adalah salah satu solusi untuk menyelamatkan lingkungan. Upcycle adalah proses kreatif mengubah barang tidak terpakai menjadi sebuah barang yang memiliki nilai seni dan berguna. Saat ini sudah banyak sekali yang menekuni hobi upcycle. Salah satunya adalah Wira.

Wira Laga Bachtiar, pemilik akun Instagram Wiralagabae, merupakan seorang content creator dengan jenis konten pembuatan barang-barang upcycle. Tidak hanya membuat konten terkait upcycle, Wira kini juga mulai menekuni bisnis penjualan barang-barang hasil upcycle karya dirinya dengan bantuan digitalisasi.

Bagaimana kisah Wira hingga berhasil menghasilkan uang dan menjadi kreator sukses dari hobi upcycle? Berikut informasi yang dibagikan oleh Wira untuk Anda.

Bermula dari Hobi yang Dijadikan Konten

Bagi kebanyakan orang, barang-barang seperti botol bekas, gelas minuman plastik bekas, atau karet tutup galon tidaklah lebih dari sebuah sampah. Namun, bagi Wira, barang-barang tersebut adalah barang-barang yang menuntunnya hingga ke titik dimana ia berada sekarang.

Mulanya, ia tidak lebih dari hanya sekedar mencoba untuk membuat sesuatu yang berbeda dari barang-barang tak terpakai di sekitarnya. Hingga akhirnya percobaan tersebut menjadi sebuah hobi.

“Awal mula saya hanya mencoba-coba membuat sesuatu yang berbeda dari barang yang tidak terpakai di sekitar kita. Contohnya seperti membuat paperbag (dari) botol atau barang-barang lainnya yang kita anggap itu adalah sampah. Dan saya berfikir bahwa sampah ini bisa dikelola atau dikreasikan dengan model dan bentuk lainnya sehingga mempunyai nilai yang lebih dari sebelumnya,” ujar Wira.

Tidak hanya sampai di situ, kemudian Wira mulai membuat konten tentang hobinya tersebut sekitar dua tahun yang lalu. Ternyata, Wira mendapatkan respon positif dari pengguna media sosial yang menikmati kontennya. Dari situlah kemudian Wira fokus menekuni pembuatan konten dan bisnis barang-barang hasil upcycle-nya.

“Ketika saya membuat konten tentang up cycle itu banyak sekali komen positif dari para Netizen sampai sampai mereka ada yang mau membeli hasil karya up cycle saya. Dari sini saya berfikir ulang kenapa nggak saya bisniskan saja kenapa saya tidak membuat barang2 limited dari hasil upcycle,” lanjutnya.

Mengeksplor Internet untuk Mendapatkan Inspirasi

Inspirasi atau ide sangatlah penting bagi seorang content creator, termasuk Wira. Menurut Wira, era digital seperti saat ini sangat memudahkan ia dalam mencari inspirasi untuk konten-konten upcycle-nya. Banyak sekali platform yang bisa ia akses untuk mendapatkan inspirasi, mulai dari media sosial hingga platform search engine seperti YouTube dan Google. Hingga kemudian terciptalah barang-barang unik bernilai jual yang ia jadikan konten di media sosialnya.

“Dunia digital itu sangat mudah untuk diakses. Contohnya, saya mendapatkan inspirasi seperti di Pinterest, YouTube, Google, Facebook atau bahkan informasi-informasi dari sosial media lainnya. Inspirasi-inspirasi yang saya dapat dari beberapa sumber itu kemudian saya rangkum, lalu saya ubah sedikit menyesuaikan dengan barang yang akan saya upcycle, dan hasilnya akan menjadi barang-barang unik seperti yang sudah saya post di beberapa sosial media saya.”

Sangat Terbantu dengan Digitalisasi

Digitalisasi memang sangat memudahkan banyak orang, terutama para kreator dan pemilik bisnis. Wira juga mengaku bahwa digitalisasi berperan besar dalam karir dan bisnisnya. Menurutnya, digitalisasi sangat membantunya dalam menjangkau pasar yang lebih luas dengan konten-konten yang ia buat.

Bahkan, ketika pandemi, alih-alih semakin menurun, bisnis upcycle-nya justru mengalami perkembangan. Ia berpendapat bahwa hal itu dikarenakan meningkatkannya jumlah pengguna media sosial ketika pandemi.

“Justru pandemi yang kita alami kemarin itu membuat bisnis upcycle semakin berkembang karena rata rata orang di Indonesia ketika pandemi mereka banyak meluangkan waktu untuk di rumah. Nah, pada saat mereka di rumah, mereka itu sering ber-sosial media, sering membuka aplikasi sosial media yang di mana kesempatan kita sebagai kreator upcycle itu lebih banyak atau luas untuk di-notice oleh viewer,” kata Wira.

Prospek Bisnis Menjanjikan di Masa Depan

Bisnis upcycle memang masih terdengar asing di telinga banyak orang. Meski begitu, bukan berarti bisnis ini tidak memiliki prospek. Menurut Wira, prospek bisnis upcycle di Indonesia sangatlah menjanjikan.

“Untuk prospek bisnis upcycle sebenarnya sangat menjanjikan untuk di kemudian hari karena selain mengurangi limbah atau sampah, barang-barang yang dihasilkan dari upcycle itu tergolong unik dan pasarnya sudah ada baik dalam negeri maupun luar negeri.”

Jadi, selain mengurangi limbah, Anda juga bisa menghasilkan uang karena semakin banyaknya minat masyarakat terhadap produk-produk hasil upcycle seperti yang dibuat oleh Wira.

Selalu Update Tren adalah Kunci Bertahan

Siapapun bisa untuk mulai menekuni konten dan bisnis upcycle. Meski sering mengalami kendala, terutama perihal pesanan barang yang terbatas, namun Wira tetap mendukung dan memberikan pesan untuk siapapun itu yang ingin menggeluti bidang yang sama dengannya.

“Tips untuk pemula yang baru ingin menggeluti dunia upcycle, sering-seringlah mencari informasi dan tren-tren saat ini. Dengan begitu, kita bisa menyesuaikan hasil upcycle dengan model-model yang tidak ketinggalan jaman.”

Bermimpi untuk Memiliki Brand Sendiri

Setiap bisnis tentu memiliki harapan dan rencana ke depannya. Ketika berbicara hal tersebut, Wira mengungkapkan bahwa ia saat ini masih ingin menggeluti pembuatan konten dan bisnis upcycle-nya. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa ia ingin untuk memiliki brand sendiri suatu saat dengan tema yang masih berhubungan dengan upcycle.

Dengan eksplorasi tanpa batas di era digital seperti saat ini, Wiralagabae berhasil menarik minat banyak orang lewat konten upcycle yang ia buat sejak dua tahun lalu.

Selain berkarya, Wira juga turut andil dalam mengurangi limbah sampah dan mengedukasi masyarakat bahwa sampah bisa diubah menjadi barang bernilai jual. Tertarik mengikuti jejak Wira?

7 Ide Konten Youtube untuk Pemula, Bisa untuk Content Creator dan Bisnis

Sebagai content creator, Anda dituntut untuk selalu menyuguhkan konten untuk para subscribers Anda. Namun, membuat konten memang tidaklah mudah. Terlebih lagi jika Anda adalah YouTuber pemula yang belum memiliki banyak ide konten untuk channel YouTube Anda.

Tapi, jangan khawatir. Artikel ini akan membagikan beberapa ide konten yang cocok untuk digarap oleh YouTuber pemula atau Anda yang ingin mencoba mempromosikan produk melalui YouTube.

Ide Konten YouTube yang Mudah Dikerjakan

YouTube merupakan search engine platform kedua yang memiliki banyak pengguna setelah YouTube. Tak heran banyak yang berminat untuk mulai menghasilkan uang dari YouTube atau menjadikan YouTube platform promosi bisnis atau produk.

Jika tertarik untuk mulai membuat konten di YouTube, berikut ini terdapat beberapa ide konten ringan tapi menarik yang bisa Anda buat untuk mengawali YouTube channel Anda.

Tutorial

YouTube menjadi tempat utama yang dituju oleh banyak orang untuk mencari video-video tutorial. Mulai dari tutorial komputer, internet, memasak hingga tutorial memotong sayuran.

Selain banyak dicari, konten tutorial juga mudah digarap oleh para pemula yang belum terbiasa membuat video di YouTube. Anda bisa membuat video tutorial sesuai dengan minat, kemampuan, tema channel YouTube, atau tutorial penggunaan produk bisnis Anda.

Video Blogging (Vlog)

Ide konten selanjutnya adalah video blogging atau yang sering disebut dengan Vlog. Bentuk konten vlog ini merupakan video yang menunjukkan kegiatan sehari-hari Anda. Jenis konten satu ini juga populer dan banyak disukai oleh audiences, karena audience bisa mengethaui bagaimana kehidupan sehari-hari dari point of view orang lain.

Selain menunjukkan keseharian Anda, Anda juga bisa memberikan beberapa informasi mengenai kegiatan yang Anda lakukan atau hal yang Anda temui agar dapat menjadi insights bagi viewers.

Jika YouTube channel Anda adalah YouTube channel bisnis, Anda bisa mengajak penonton untuk melihat bagaimana situasi rumah produksi atau toko Anda di keseharian.

Review

Berikutnya, Anda juga bisa coba membuat konten review. Konten review ini bisa berupa review produk, film, buku, dan lainnya. Anda bisa memberikan informasi mengenai kelebihan dan kekurangan barang, film, atau buku tersebut.

Jenis konten ini juga sangat cocok bagi affiliate marketer untuk mempromosikan suatu produk dan mengajak penonton untuk membelinya melalui link affiliate yang bisa Anda cantumkan di deskripsi.

Reaction Video

Seperti namanya, reaction video pada dasarnya adalah konten video dimana Anda menunjukkan reaksi atau berkomentar terhadap video orang lain. Video ini bisa berupa video YouTuber lain, video klip, video-video lucu di TikTok, atau video rekaman suatu acara.

Tips dan Trik

Jika Anda adalah seorang expert di suatu bidang, menguasai suatu bidang, atau memiliki pengalaman yang dapat dibagikan kepada penonton, maka Anda bisa membuat konten yang berisi tips, trik, atau sharing pengetahuan.

Meskipun konsep video ini adalah sharing dimana Anda akan berbicara di sepanjang video, tapi jangan lupa untuk tetap mengemasnya dengan menarik dan menghibur. Anda juga bisa menambahkan subtitle untuk berjaga-jaga apabila suara Anda tidak terlalu terdengar.

Video Opini

Ide konten ini cukup mirip dengan sebelumnya. Perbedaannya adalah pada jenis konten video ini Anda memberikan opini Anda terhadap suatu hal, namun tetap diiringi dengan fakta yang bisa Anda cari sebelumnya.

Jenis konten ini juga dapat menarik banyak penonton dan Anda juga bisa meningkatkan interaksi dengan mengajak penonton untuk mengutarakan pendapat versi mereka.

Kolaborasi

Kolaborasi merupakan ide konten yang sebenarnya cukup sulit untuk dibuat apabila Anda adalah seorang content creator pemula yang belum menjalin relasi dengan YouTuber lainnya.

Namun, jika Anda memiliki teman yang juga seorang YouTuber, maka Anda bisa mencoba ide konten kolaborasi ini. Anda bisa membuat konten challenge atau menggabungkan tema YouTube channel Anda dan teman Anda.

Ide konten ini juga cocok untuk mempromosikan bisnis melalui YouTube. Anda bisa berkolaborasi dengan YouTuber yang sudah dikenal banyak orang untuk mengenalkan bisnis Anda ke lebih banyak orang.

Nah, itu dia 7 ide konten YouTube yang cocok dibuat oleh Anda yang masih pemula dalam membuat konten video. Apapun jenis konten yang Anda buat, pastikan konten video tersebut dapat menghibur dan memberikan informasi lebih kepada penonton. Selamat mencoba!

Header by Pixabay.

Famous Allstars: Bentuk “Creator Venture” hingga Rencana Penggalangan Dana (Bagian II)

Ini adalah bagian II dari dua tulisan. Tulisan Bagian I menyajikan pandangan Co-CEO Famous Allstars Alex Wijaya dan Arief Rakhmadani tentang lanskap creator economy, monetisasi, hingga regulasi di Indonesia.  

Bagaimana perjalanan transisi ketika Famous dan Allstars merger?

Arief (Ar): Pasca-merger, Famous Allstars (FAS) punya tiga pilar bisnis, yaitu (1) agency yang menghubungkan brand dan kreator, (2) talent yang kini menjadi bagian dari ekosistem creator economy, dan (3) teknologi melalui platform Allstars.id. Bagi kami, tiga pilar ini menjadi landasan kuat untuk bergerak ke area yang berpotensi berkembang, baik ketika masuk ke Web2 maupun Web3.

Alex (Al): Biasanya saat merger, [bisnis] terpotong kanan-kiri karena ada duplikasi. Interestingly, ketika GoViral, Avenu, Indovidgram, dan KokikuTV bergabung menjadi Allstars, dan Allstars bergabung dengan Famous, seluruh model bisnisnya tidak saling menduplikasi.

Indovidgram bergerak di media yang berfokus pada pengembangan kreator di komunitas. Modelnya similar dengan KokikuTV dan Avenu, tapi masing-masing bergerak di bidang F&B dan beauty-fashion. Sementara, GoViral bergerak di community and buzzer. Ketika bergabung menjadi Allstars, seluruh pilar bisnis kami saling melengkapi satu sama lain. Meski bergerak di industri berbeda, tetapi tujuannya tetap sama.

Pada saat itu, Famous adalah conventional agency yang bekerja sama dengan brand untuk menciptakan influencer campaign marketing, project, atau strategy. Seluruh model bisnisnya saling bersinergi di mana Allstars jadi memiliki agency, menghubungkan dengan brand. Famous justru mendapatkan inventory yang bisa dibawa ke brand.

Bagaimana platform Allstars.id memenuhi ekspektasi para kreator dan brand?

Ar: Feedback dari kreator dan brand menjadi faktor mengapa bisnis FAS terus berkembang. Salah satu yang diinginkan brand pada influencer tech platform adalah kapabilitas untuk melihat kinerja secara demografi. Di Allstars.id, brand bisa melakukan pencarian berdasarkan delapan kategori demografi. Misalnya, sebuah brand ingin mencari kreator dari Surabaya dengan jumlah follower berkisar 1.000-10.000 dengan budget sekian. Justru banyak brand yang bekerja sama dengan influencer atau kreator skala kecil.

Tampilan cara kerja platform Allstars.id / Sumber: Famous Allstars

Dari sisi kreator, mereka ingin tahu berapa rate card untuk karyanya. Kami lalu bikin fitur kalkulator, semacam simulasi, untuk menghitung itu. Misalnya, biaya engagement rate 3% itu sekian harga yang pantas. Jadi, kami mengembangkan tools berdasarkan feedback dari mereka. Tim produk kami juga berikan masukan, seperti aspek keamanan dan pembayaran. Contoh lain, kami minta pertimbangan dari kreator, kapan idealnya withdraw saat proyek selesai.

Dalam waktu dekat, kami akan meluncurkan fitur measurement di platform Allstars.id untuk mengetahui performance dari kreator dan brand. Kapabilitas ini kemungkinan juga akan jadi platform independen (terpisah) karena banyak kreator dan brand yang ingin tahu kinerja mereka. Selain itu, kami juga sedang sesuatu yang menarik juga, yakni live streaming.

Dalam mengukur metrik sebuah campaign, bagaimana mengembangkan tools untuk akomodasi kebutuhan dari berbagai kategori brand?

Ar: Secara garis besar, kami mengembangkan tools dari pre-planning, campaign, hingga post-campaign. Misalnya, brand ingin menggunakan sebanyak 50 influencer untuk sebuah campaign. Brand ingin tahu berapa engagement rate atau konten yang dikerjakan kreator, sesuai kesepakatan atau tidak.

Sebetulnya, untuk metrik ini, kreator bisa saja lihat dari social media asset mereka. Tapi fitur kami kan langsung dalam satu platform. 

Untuk mengukur metrik berdasarkan kategori brand berbeda, sebetulnya ada banyak. Misal, Return of Investment (ROI), atau engagement rate dan cost per view sebagai standar metrik. Untuk saat ini, kami belum sedalam itu [mengembangkan tools] untuk metrik yang lebih kompleks, seperti jumlah penjualan yang dihasilkan dari sebuah campaign atau dari mana datangnya penjualan,

Al: Alasan kami bentuk Allstars.id sejak awal karena ingin mengakomodasi kebutuhan UMKM. Selama ini kebanyakan yang pakai agency adalah brand-brand besar. Tapi creator economy kan tidak cuma dibutuhkan oleh big brand, tetapi UMKM. Biaya agency itu mahal dan UMKM tidak mungkin pakai itu. Mereka butuh job, dengan jumlah follower yang kecil, bagaimana cara mereka monetisasi jasa atau karya. Apabila UMKM mendapat job, mereka dapat meningkatkan popularitas, skillset, dan audiens.

Bicara soal pengembangan inovasi, platform kami memampukan brand untuk filter kreator atau influencer yang mereka cari. Begitu juga sebaliknya, influencer juga bisa mencari brand. Selain itu, we take it further [kapabilitasnya] di mana brand dapat mencari kreator berdasarkan demografi follower-nya. Ini bisa menjadi starting point yang baik karena kami kembangkan kapabilitas dari sisi discoverability dan analitik yang lebih dalam.

Sumber: Famous Allstars

Dulu brand bikin campaign menggunakan jasa agency, mereka bertemu untuk diskusi, lalu buat laporan dalam bentuk power point. Di platform ini, aktivitas campaign dapat dimonitor di dashboard. Brand bisa pakai kapabilitas yang kami sediakan, misalnya tracking campaign secara real time, tidak perlu lagi agency kirim laporan dalam bentuk Power Point. Brand bisa memonitor kinerja influencer yang mereka pakai, seperti jumlah post, like, comment, atau berapa ROI yang diperoleh dengan budget sekian.

Seluruh kapabilitas ini akan membawa Famous Allstars ke next levelThat’s what we aim, kami push dari sisi teknologi, bukan cuma [mendigitalisasi] cara konvensional dari cara sebuah agency bekerja.

Apa saja rencana yang tengah disiapkan FAS tahun ini?

Al: Di luar pengembangan fitur, kami percaya ada future plan yang menarik dan akan menjadi fokus kami selanjutnya, yakni creator venture.

Creator venture adalah sebuah kolaborasi antara FAS dan kreator untuk mendirikan sebuah bisnis. Ini bukan sesuatu yang baru, hanya istilahnya saja. Model bisnisnya pun lama. Contohnya, Geprek Bensu merupakan sebuah usaha yang didirikan oleh kreator/influencer. Contoh lain, Kylie Jenner mendirikan usaha skincare dan kosmetik.

Sebelumnya, kami sudah membentuk joint venture bersama RANS Entertainment untuk mendirikan media baru Bund Lifetainment, lalu investasi dari EMTEK untuk mendirikan 1ID Entertainment. Kedua, kami berkolaborasi secara individu dengan Bayu Skak, salah satu talent kami, untuk memproduksi film “Youwis Ben”.

Kami melihat creator venture akan menjadi the next wave to go. Ini menjadi salah satu cara kami melangkah ke level selanjutnya. Kami tak cuma menjadi stakeholder, mengelola talent, atau menghubungkan brand, tetapi juga memperat hubungan dengan memperdalam bisnis bersama kreator. Saya yakin setiap kreator punya passion, tetapi mungkin belum tentu bisa dijalankan atau dimodali sendiri. Di sini, mereka akan punya kepemilikan dari bisnis yang mereka bangun.

Apakah [cara ini] make sense untuk menjadi sustainable business? Selama ini kami kerja sama hanya sebatas commercial atau transactional deal. Tapi, kami ingin selanjutnya ingin menjadi partner, bukan agency atau managementCreator venture akan menjadi bagian penting untuk mengidentifikasi kreator mana yang bisa jalan bersama FAS.

Bagaimana model bisnis creator venture?

Al: Kami mengidentifikasi dua pilar menarik, yakni F&B dan beauty. Kami melihat kedua bisnis ini sustainable dan cukup everlasting, punya high growth margin, profit proven, dan industrinya tidak akan mati–bukannya tidak berdampak ya. Selain itu, ada banyak kreator atau influencer di dua sektor ini.

Kami eksplorasi sektor beauty di Indonesia, karena pemain lokal dan potensi pasarnya sangat besar di Indonesia. Kami lihat acceptance terhadap brand lokal sangat tinggi. Begitu juga dengan appetite pasar, mereka punya daya eksplorasi besar.

Esensi dari creator venture adalah kreator punya kepemilikan dari bisnisnya. Modelnya ada dua, (1) membentuk joint venture (JV) dan (2) memberikan investasi ke bisnis yang sudah dimiliki kreator. Variasi kepemilikan [saham] sesuatu kesepakatan, tetapi intinya bisa saling co-own.

Apakah FAS berencana untuk fundraising di 2022?

Al: Semua yang kami sampaikan di atas, mulai dari mencari talent, mengembangkan inovasi, dan membuat venture baru, that takes funding. Sejak bulan lalu, kami berbicara ke lebih dari sepuluh venture capital (VC). Goal kami, bukan soal funding semata dan neglect VC yang sudah pernah berinvestasi di FAS, tetapi mencari sinergi. Creator economy luas sekali, makanya VC yang dapat memenuhi goal kami menjadi penting karena mereka akan membawa dan menghubungkan FAS ke network yang lebih luas.

Dalam konteks creator venture, apabila salah satu VC yang kami jajaki punya expertise atau portofolio di F&B dan beauty, ini bisa memudahkan kami untuk mengembangkan bisnis tersebut. Jika ada talent hebat di F&B, kami bisa hubungkan ke jaringan yang dimiliki VC. Jadi, kami mencari expertise, network, dan portofolio agar kami dapat mengakselerasi bisnis yang akan kami bangun.

Terkait investasi dari EMTEK, tentu ada sinergi besar karena EMTEK adalah media mogul. Fokus kami tetap di media entertainment dan sinergi EMTEK akan memudahkan kami mengembangkan talent. EMTEK punya ekosistem, kami bisa berperan sebagai sourcing talent buat mereka juga. Itulah pilar kerja sama kami dengan EMTEK. It’s beyond than funding.

Lagipula, kami jadi lebih mudah membangun creator venture ini karena memanfaatkan ekosistem besar milik EMTEK untuk akselerasi pertumbuhan bisnisnya.

Famous Allstars: “Creator Economy” Indonesia Belum Capai Puncak Pertumbuhan, Ruang Eksplorasi Masih Besar (Bagian I)

Bagi Co-CEO Famous Allstars Alex Wijaya dan Arief Rakhmadani, industri creator economy Indonesia saat ini tengah memasuki periode yang mendebarkan. Mengapa? Perkembangannya begitu cepat, pasarnya sangat antusias, dan ada banyak ruang yang dapat dieksplorasi, baik dari sudut pandang kreator, inovator, hingga pemilik brand. 

Mereka punya pandangan demikian mengingat Famous Allstars atau FAS bukanlah pemain baru di industri ini. FAS telah lama menyaksikan perkembangan creator economy, dari ketika model monetisasinya masih konvensional hingga sekarang di mana kreator semakin independen berkarya.

Jika mengikuti perjalanannya, FAS berdiri dari penggabungan bisnis antara Famous dan Allstars pada 2019 silam. Famous menaungi channel-channel konten kreatif popular Indovidgram, KokikuTV, Avenu, dan Indovidgram pada 2012-2015. Sementara, Allstars adalah platform yang menghubungkan brand dengan influencer. FAS juga menerima pendanaan dari perusahaan konglomerasi media EMTEK Group dan bersinergi dengan RANS Entertainment di 2021.

Di sesi eksklusif ini, DailySocial merangkum obrolan panjang bersama Alex Wijaya dan Arief Rakhmadani terkait lanskap industri, monetisasi, hingga rencana bisnisnya tahun ini. Selengkapnya, kami sajikan dalam dua bagian.

Creator economy punya definisi luas sehingga ada anggapan influencer juga termasuk di dalamnya. Bagaimana Anda mendefinisikan kedua hal ini?

Alex (Al): Definisi influencer sesuai terjemahannya: seseorang yang memberikan pengaruh lewat kreasinya. Karena teknologi bergerak dengan cepat, terminologi itu–at least dari sudut pandang saya–menjadi sedikit insignificant.

Dulu influencer tidak exist di awal kami membangun bisnis ini. Seiring berjalannya waktu [konteks: influencer mulai populer], terminologi ini semakin berkurang. Influencer ingin disebut sebagai kreator. Kenapa? Karena mereka merasa menghasilkan sesuatu dan bentuknya bisa berbagai macam. Biasanya dulu kreator identik dengan hasil karya seni, sekarang berbeda. Konten video pendek bisa dikatakan sebagai kreasi. Jika hari ini, saya membuat konten digital di Instagram, YouTube, atau TikTok, saya bisa sebut diri sebagai kreator.

Creator economy ini menarik karena siapa saja dapat menjadi kreator dan influencer. Yang membedakan adalah skala dan kemampuannya. Bisa jadi saya kreator, tetapi skala kreativitasnya masih kalah dari kreator lain.

Contoh, istilah livestreamer pasti akan lebih besar lagi di masa depan. Apakah livestreamer disebut influencer atau content creator? Tentu bisa. Akan tetapi, livestreamer mungkin punya skillset berbeda dengan influencer karena influencer belum tentu bisa livestreaming. Sementara, influencer mungkin punya kemampuan copy writing yang baik, tetapi belum tentu bisa live selama satu jam. Youtuber belum tentu bisa livestreaming, karena kontennya sebagian besar recorded, bisa diulang, atau diedit.

Seniman menggambar nanti mungkin bakal dikenal sebagai NFT artist dalam 2-3 tahun lagi. Terminologinya berubah karena creator economy membentuk sebuah identitas dan lapangan kerja yang baru. Jadi, terminologi [baru] akan terus muncul seiring waktu karena industri creator economy akan semakin luas.

Di era kehadiran Web3, saat ini industri creator economy Indonesia ada di fase apa?

Arief (Ar): Saya pernah mengikuti talkshow yang diisi oleh Li Jin, Founder dan General Partner Atelier Ventures. VC ini banyak berhubungan dengan [startup] creator economy. Dalam paparannya, dia sebut ada empat fase creator economy.

Pertama, creator economy versi 1.0 itu ketika internet hadir di mana [setiap] individu bisa menjadi kreator. Lalu, di versi 2.0 kreator bisa reach [audiens] lewat platform. Di fase ini, kreator punya follower dan monetisasi lewat advertising dan sponsorship, yang mana [model ini] sedang banyak di Indonesia. Pada era 3.0, kreator menjadi independent business dan monetisasi langsung dari fans mereka. Nantinya akan ada creator economy 4.0 di mana kreator dan fans bisa berkolaborasi untuk membuat kreasi atau usaha bersama-sama.

Dengan kemunculan Web3, bukan berarti creator economy 2.0 ini langsung ditinggalkan. Di fase ini, influencer menjadi content creator atau sebaliknya, akan terus berkembang. Kami melihat industri creator economy akan berevolusi. Seberapa cepat? Tergantung dari pasarnya. Tiongkok dan Amerika Serikat sudah menjadi kiblat untuk layanan livestreaming. Di sini, we just started. Banyak teman-teman di industri ini yang membuat platform untuk livestreaming, seperti GoPlay. It’s a very exciting industry we are in.

Famous Allstars juga mengeksplorasi apa yang dapat diakukan di fase ini. Bagaimana kita bisa memaksimalkan potensi di masing-masing fase, baik Web2 maupun Web3. Misalnya, apa yang dapat kami lakukan di influencer marketing? Apa yang dapat kreator lakukan dengan IP di Web3? Kami sudah melihat potensi itu dan sudah menghasilkan sesuaty. Especially di Web2 dan Web3, we are going to have exciting projects.

Posisi FAS saat ini sangat strategis karena kami sudah lama terjun di industri creator economy. Kami tahu ke mana, kami buat web series, kami tahu bagaimana cara memindahkan IP ini ke NFT. Ini menjadi menarik karena IP dari kreator harus dihargai, ownership itu sangat penting

Al: Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan teknologi di Indonesia sangat masif. Penetrasi internet sudah capai 70 persen dan penetrasi smartphone Indonesia terbesar keempat di dunia. Populasi kita besar.

Sebetulnya, influencer atau content creator kita sudah mulai dari 7-8 tahun lalu, tetapi infrastrukturnya belum matang. Sekarang smartphone dan paket data semakin murah. Ditambah populasi kita yang besar dan beragam. Faktor-faktor ini sangat signifikan untuk mendorong pasar creator economy di Indonesia.

Memang, industri creator economy 3.0 comes early di Indonesia. Bahkan era 2.0 saja belum mencapai puncak pertumbuhan (peak growth) di sini. Karena hal ini, seolah-olah ada overlap antara Web2 dan Web3 di Indonesia. Pertanyaannya, apakah kreator 3.0 akan menjadi pemain baru? Apakah kreator 2.0 harus convert ke 3.0? Jawabannya, tidak ada yang tahu. Menurut saya, Web3 masih sangat luas dan bisa berkembang cepat, tetapi use case-nya belum settle.

Poin utamanya, Web2 masih terlalu jauh [di Indonesia] sehingga potensi pasarnya, tanpa perlu jump ke Web3, masih akan tumbuh signifikan. It’s a very exciting moment ahead karena nanti kreator tak hanya bisa membuat karya, tetapi juga punyai Intellectual Property (IP). For now, it’s too early to tell.

Web2 masih akan tumbuh dengan cepat di Indonesia dalam lima tahun ke depan. Dari sisi supply, jumlahnya akan terus bertambah, meski belum ada data dari sisi demand. Kami meyakini pasar influencer capai Rp3 triliun, inipun merupakan conservative number. Brand masih menghabiskan budget di media konvensional. Jadi, supply dan demand kita belum peak.

Monetisasi karya di era Web3 menjadi lebih independen. Apakah brand deals masih akan relevan bagi kreator?

Al: Ada dua sumber monetisasi kreator. Pertama, brand kerja sama dengan kreator dalam bentuk apapun, baik itu ulasan, post, eksposur, talent, atau livestreaming. Sebagai perbandingan, livestreaming di Tiongkok dibayar per penjualan (pay per conversion). Di Indonesia, model ini belum ada, masih di bayar di muka. Intinya, the money comes from brands. Kedua, kreator kini bisa monetisasi dari fans atau Direct-to-Consumer (D2C). Contohnya, ada platform yang memampukan fans untuk kasih donasi ke kreator, bukan dari brand. Jadi, model monetisasi, baik dari brand maupun fans/audiens tidak akan hilang. Bahkan, ketika bicara potensi pasarnya, justru brand deals akan semakin besar.

Bagi kreator, ini justru menjadi exciting period karena revenue channel-nya bertambah. Dulu cuma andalkan brand, sekarang kreator bisa langsung monetisasi dari fans. Bagi seorang gamer, livestreaming dengan model donasi mungkin cocok untuk mereka. Tapi lima tahun lalu, mereka belum berpikir [hobi gaming] dapat menjadi sebuah profesi. I believe dari angle [monetisasi] manapun, the industry will get bigger. 

Ar: Bagi brandcreators give another marketing channel yang menarik. Mereka melihat bagaimana kreator membuat review secara organik atau memengaruhi teman-temannya untuk membeli sebuah produk. Ini pasti akan berkembang. Artinya, kesempatan [kolaborasi] dan revenue channel akan semakin besar seiring berkembangnya Web3. Bukan berarti Web2 hilang begitu saja. Justru Web2 dan Web3 bisa saling bergandengan tangan, ada interpendensi.

Ada 120 ribu influencer di platform kami, di mana mayoritas adalah influencer nano dan mikro dengan follower 1.000an hingga 100 ribuan. Kami tidak ingin hanya milking potensi pasar, tetapi juga mengembangkan sumber dayanya.

Bagaimana peran Anda dalam menentukan model monetisasi yang tepat bagi kreator?

Al: Famous Allstars tidak ikut menentukan harga jual kreator, tetapi penting memastikan bahwa kreator dan brand dapat bertransaksi aman di platform kami. Kita tahu pasti ada kekhawatiran. Dari sisi kreator, brand tidak membayar konten yang sudah dibuat. Begitu juga dengan brand, kreator ingin dibayar di muka, tetapi brand khawatir kontennya tidak dikerjakan.

Di platform ini, pembayaran baru akan diteruskan apabila kreator telah menyelesaikan pekerjaan sesuai brief dari brand. Demikian juga kreator, ada rasa aman bahwa mereka akan dibayar karena sistem pembayarannya melalui platform. Begitu pekerjaan selesai sesuai arahan, kreator akan menerima pembayaran. Jadi, tidak perlu tagih terus-terusan ke brand. Jadi, ini bukan soal menentukan monetisasi, tetapi bagaimana membuat ekosistem untuk memfasilitasi pelaku creator economy. 

Di samping itu, pasar creator economy di Indonesia masih sangat besar. Kami tidak ingin mendorong kreator existing saja. Justru perlu nurture talent-talent baru di masa depan. Banyak orang punya talent, tetapi belum ketemu dengan ekosistem dan wadah yang tepat. FAS berkomitmen untuk menemukan itu.

Bagaimana pandangan Anda mengenai regulasi untuk mewadahi industri creator economy di Indonesia?

Al: Ini masih early talk, tetapi kami berencana untuk bentuk asosiasi [creator economy]. Saya dan Arief secara paralel mulai bergerak untuk merangkul teman-teman di industri ini. Kami berupaya mengesampingkan business views. Kami sadar semakin besar industrinya, akan semakin baik buat pemain.

Kami lakukan ini sebelum bicara kebijakan. I think the first and foremost agenda adalah mengedukasi industri ini, baik itu soal potensi kreator, hak-hak yang diperoleh kreator, hingga bagaimana mengatasi sebuah masalah. Semua punya tujuan sama untuk edukasi industri.

Edukasi ini tak cuma kreator saja, tetapi juga brand. Di antara agency saja, selama ini belum ada standard rules. So, it’s a jungle out there. Industri ini berkembang sangat cepat, tapi pertumbuhan cepat tanpa dibatasi guide yang tepat bisa membuat industri chaos. Jadi, kami rasa penting bagi pemain lama untuk ikut edukasi sehingga pemain baru bisa belajar dari kesalahan-kesalahan kami tujuh tahun lalu. Kreator bisa belajar dari kreator yang sudah tumbang

Ar: Di FAS, kami juga melakukan edukasi, baik terkait konten, hak-hak kreator, Intellectual Property, hingga perpajakan. Tapi, kami ingin edukasi ini bersama stakeholder lainnya sehingga tidak dilakukan dengan cara sendiri. Apabila tidak ada keseragaman, industri creator economy bisa terkotak-kotakan.

Alangkah baiknya semua stakeholder bisa saling bekerja sama. Industri akan menjadi lebih kuat, kesempatan akan lebih besar tanpa adanya pagar yang bisa bikin sustainability industri berkurang. Bagaimanapun juga content creator is not just a banner, it’s a human being. Perlu ada trust dan kredibilitas.