T-CASH’s Focus as Agnostic Product and Plan to Spin Off From Telkomsel

Telkomsel’s mobile money product which already developed since 2015, T-CASH, has gone through several changes in the edge of 2017. Next year, T-CASH will try to be “free” from Telkomsel and become an independent platform (agnostic); able to use by wider audiences, not only Telkomsel users.

T-CASH’s CEO Danu Wicaksana said to DailySocial, public adoption in 2017 shows positive trend, visible from T-CASH registered users that have reached 10 millions in 34 provinces.

“In 2017, T-CASH will be focused on building strong CICO (Cash-In-Cash-Out) points ecosystem throughout Indonesia, both in big and small cities, adding T-CASH use case and services, strengthening merchant networks receiving T-CASH, improving platform’s reliability and performance, both mobile app and its backend system.”

In addition, T-CASH will improve awareness regarding products and guidelines for larger public to gain new users.

About 2018’s plan, Wicaksana, who previously was Berrybenka’s Managing Director, clearly said to continue his commitment in providing various kinds of innovative products and services for public, in order to support cashless society ecosystem.

“Few examples of innovative technology we plan to develop is e-KYC (electronic-Know Your Customer), dynamic QR code, face-recognition login technology and so on. For services, we offer various kinds of financial products to our customers such as insurance, loan and others,” said Wicaksana.

Spin off plan

To be able to grow faster, T-CASH plans to spin off from Telkomsel and run as an independent business. Related to the plan, Wicaksana confirms there is indeed a future intention.

In claiming to be agnostic product, T-CASH’s next strategy is to serve public without having to be Telkomsel users.

“We have plans in several months ahead to make T-CASH as an agnostic product of electronic money. It can be used by customers from any mobile network operators in Indonesia,” Wicaksana concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pencapaian T-CASH dan Rencana Transformasi Menjadi Platform Agnostik Tahun 2018

T-CASH bisa dibilang masih dikenal masyarakat sebagai bagian tak terpisah dari layanan pengguna Telkomsel. Untuk memastikan semua layanan T-CASH bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas, hari ini CEO T-CASH Danu Wicaksana menjabarkan pencapaian dan rencana ke depan T-CASH.

“Pada hari ini kami ingin menyampaikan informasi terkini soal T-CASH yang selama satu tahun terakhir telah mengalami peningkatan jumlah active user hingga empat kali lipat dan fokus kepada dua segmentasi pasar, yaitu mikro dan lifestyle.”

Sebelumnya Danu telah mengungkapkan bahwa T-CASH akan menjadi layanan yang agnostik. Rencananya, kuartal pertama tahun 2018, layanan tersebut akan tersedia secara umum.

“Dengan rencana tersebut kami ingin menjadi layanan mobile money yang bersifat independen dan bisa berkolaborasi, bukan hanya dengan operator telekomunikasi lain, namun juga korporasi hingga pemerintah,” kata Danu.

Dengan kehadiran produk yang bersifat agnostik tersebut, target T-CASH adalah mendapatkan pengguna baru dalam jumlah masif di luar pengguna Telkomsel.

Fokus ke pertumbuhan pengguna aplikasi mobile

Sejak diluncurkan hingga kini, T-CASH telah memiliki 10 juta pengguna T-CASH yang terdaftar, 60 juta transaksi per tahun (annual), dan mengklaim sebanyak 90% pengguna merasakan pengalaman yang baik saat menggunakan T-CASH.

Dari empat user interface yang dimiliki T-CASH (USSD, NFC Sticker, Mobile App, dan Web-Check Out), sebagian besar pengguna T-CASH masih memanfaatkan USSD untuk menikmati T-CASH. Jumlah pengguna aplikasi mobile dianggap masih kurang.

Hal tersebut kemudian menjadi fokus T-CASH selanjutnya, yaitu mengubah persepsi penggunaan T-CASH yang kebanyakan menggunakan sticker dan USSD.

“Kami menyadari dari sekian banyak pengguna yang ada di Indonesia tidak semua memiliki smartphone untuk penggunaan aplikasi mobile T-CASH, karena alasan itulah penggunaan USSD melalui SMS masih dominan. Namun ke depannya kami ingin mendorong lebih banyak pengguna untuk memanfaatkan aplikasi mobile,” kata Danu.

Sementara untuk pengisian T-CASH, atau yang dikenal dengan istilah CICO (Cash-in Cash-out), yang paling banyak digunakan adalah pengisian memanfaatkan ATM, ritel modern (Indomaret dan merchant), Grapari Telkomsel, dan Bang T-CASH.

“Selain itu kami juga mulai menerima banyak penyaluran dana yang diinisiasi oleh pemerintah, korporasi, hingga remittance memanfaatkan T-CASH,” kata Danu.

Hadirkan pinjaman (lending) kepada UKM

Dengan konsep baru yang mulai dikembangkan selama satu tahun terakhir, T-CASH memiliki enam strategi framework, di antaranya adalah fokus kepada airtime, offline merchant payment, online payment, remittance/P2P transfer, transportasi dan financial services (asuransi dan pinjaman). Semua kerangka tersebut bakal diterapkan secara bertahap oleh T-CASH sebagai kerangka yang solid.

“Untuk remittance sendiri hanya T-CASH yang memiliki proses secara real time, yaitu uang yang ditransfer melalui T-CASH ke bank-bank yang terdaftar sudah bisa secara langsung diterima oleh pengguna,” kata Danu.

Sementara untuk transportasi, T-CASH memiliki rencana untuk menjalin kerja sama dengan Blue Bird dan TransJakarta sebagai penyedia layanan pembayaran. Sementara untuk segmen Financial Services, yang saat ini masih dalam tahap pengembangan, bisa dimanfaatkan pihak terkait untuk melihat credit scoring pengguna.

“Kami juga telah bekerja sama dengan bank BTPN, BNI, dan BTN dalam hal pemberian modal dalam jumlah beragam kepada UKM di seluruh Indonesia,” kata Danu.

Target T-CASH selanjutnya

Selain memisahkan diri dengan Telkomsel dan menjadi perusahaan yang independen, rencana T-CASH selanjutnya adalah memperkuat customer base yang saat ini sudah berjumlah 10 juta menjadi 100-120 juta dalam waktu 5 tahun ke depan. Pada tahun 2019-2020 mendatang, T-CASH berencana masuk ke tahap scale-up, dilanjutkan dengan menjadi pemain utama hingga tahun 2021 mendatang.

T-CASH akan bersaing dengan sejumah layanan pembayaran berbasis server lainnya, termasuk yang diinisiasi perusahaan telekomunikasi, perbankan, maupun startup. Yang terakhir ini contohnya seperti Go-Pay dan DANA.

“Sebagai layanan yang berbasis server, T-CASH diharapkan bisa menjadi mobile money provider nomor satu di Indonesia, sekaligus mendorong inklusi finansial dan cashless society di Indonesia,” tutup Danu.

Application Information Will Show Up Here

Fokus T-CASH Jadi Produk Agnostik dan Rencana “Spin Off” dari Telkomsel

Produk layanan mobile money Telkomsel yang telah dikembangkan sejak tahun 2015 lalu, T- CASH, di akhir tahun 2017 banyak mengalami perubahan. T-CASH tahun depan disebut akan mencoba “lepas” dari bayang-bayang Telkomsel dan menjadi platform tersendiri (agnostik) sehingga bisa dimanfaatkan kalangan yang lebih luas, tak sebatas pengguna Telkomsel.

Kepada DailySocial, CEO T-CASH Danu Wicaksana mengungkapkan, Adopsi masyarakat di 2017 ini menunjukkan tren positif, terlihat dari jumlah pengguna terdaftar T-CASH saat ini sudah mencapai lebih dari 10 juta pengguna terdaftar di 34 provinsi di Indonesia.

“Di 2017 ini, T-CASH memiliki fokus untuk membangun ekosistem CICO (Cash-In Cash-Out) points yang kuat di seluruh wilayah Indonesia, baik di kota besar maupun kecil, menambah layanan dan fungsi/kegunaan (use case) T-CASH, memperkuat jaringan merchant-merchant ritel yang menerima T-CASH, meningkatkan kehandalan dan performa dari platform teknologi T-CASH, baik di aplikasi mobile maupun sistem di backend-nya.”

Selain itu T-CASH juga ingin meningkatkan awareness mengenai produk dan cara penggunaan T-CASH ke lebih banyak masyarakat Indonesia, untuk menambah jumlah pengguna.

Disinggung tentang rencana di tahun 2018 mendatang, Danu yang sebelumnya adalah Managing Director Berrybenka menegaskan akan terus berkomitmen untuk senantiasa menghadirkan beragam inovasi produk dan layanan bagi masyarakat, guna mendukung terciptanya ekosistem cashless society.

“Contoh beberapa inovasi teknologi yang kami rencanakan untuk dikembangkan ke depannya adalah e-KYC (electronic-Know Your Customer), QR code yang dinamis, teknologi login menggunakan pengenalan wajah, dan lain-lain. Untuk layanan, kami akan menawarkan berbagai produk finansial ke pelanggan-pelanggan kami, seperti asuransi, pinjaman, dan lain-lain,” kata Danu.

Rencana spin off

Untuk bisa mengembangkan bisnis lebih cepat, T-CASH rencananya akan keluar dari Telkomsel dan menjalankan bisnis secara independen. Disinggung terkait adanya rencana tersebut, Danu memberikan konfirmasi bahwa memang ada wacana tersebut ke depannya.

“Mengenai wacana akan dilakukannya spin off menjadi perusahaan sendiri, untuk saat ini proses tersebut masih kami terus diskusikan secara internal. Kami melihat adanya beberapa hal positif di dalam rencana ini. Kami akan menginformasikan kembali apabila sudah ada perkembangan signifikan mengenai hal ini,” kata Danu.

Mengklaim ingin menjadi produk yang bersifat agnostik, strategi T-CASH selanjutnya adalah melayani masyarakat tanpa harus menjadi pengguna Telkomsel terlebih dahulu.

“Kami telah memiliki rencana dalam beberapa bulan ke depan untuk menjadikan T-CASH sebagai suatu produk uang elektronik yang agnostik, sehingga bisa digunakan oleh pelanggan dari semua operator seluler di Indonesia,” tutup Danu.

Application Information Will Show Up Here

Danu Wicaksana Tinggalkan Posisi Eksekutif di Berrybenka, Pindah ke Telkomsel

Salah satu pentolan layanan fashion commerce lokal Berrybenka, Danu Wicaksana meninggalkan posisi lamanya di Berrybenka sebagai Managing Director. Di laman Linkedin-nya disebutkan Danu saat ini telah pindah bekerja sebagai TCash CEO, SVP Mobile Financial Service Telkomsel, mulai awal bulan Juni 2017.

Kepada DailySocial Danu mengungkapkan, tidak ada alasan khusus mengapa Danu melepaskan posisi strategisnya di Berrybenka, fashion commerce pertama yang dibangun Jason Lamuda. Posisi Danu sendiri saat ini di Berrybenka masih sebagai penasihat dan minority passive shareholder.

“Intinya adalah saya ingin mencoba sesuatu yang baru dan bermanfaat untuk orang banyak, menurut saya posisi baru ini adalah peluang yang terbaik untuk saya,” kata Danu.

Selama ini Danu Wicaksana dan Jason Lamuda terbilang sukses menjalankan bisnis Berrybenka yang saat ini makin diramaikan oleh kehadiran kompetitor lokal hingga asing.

“Hingga kini Berrybenka masih berjalan dengan baik, saya dan Jason bersyukur telah membangun tim dan sistem yang sudah siap,” kata Danu.

Kita tunggu kiprah Danu berikutnya mengembangkan layanan e-money Telkomsel.

Fashion Commerce Berrybenka Resmikan Toko Permanen Pertama

Konsep online-to-offline (O2O) menjadi strategi andalan terbaru fashion commerce Berrybenka. Setelah membuka 16 gerai Pop Up Store di beberapa kota besar di Indonesia, awal Maret 2017 Berrybenka meresmikan gerai permanen pertamanya di Mal Ciputra Cibubur. Koleksi yang dihadirkan di antaranya Berrybenka Label, Berrybenka Men, dan produk-produk Hijabenka.

Pembukaan pop-up store sebelumnya di Cibubur Junction merupakan salah satu pendorong pembukaan toko permanen di Mal Ciputra Cibubur. Terjadi peningkatan transaksi yang sangat signifikan setelah pembukaan pop-up store tersebut.

“Selama kami membuka pop-up store di Mal Cibubur Junction, kami melihat animo yang sangat tinggi dari warga Cibubur. Selain itu, kami juga mendapatkan peningkatan penjualan online di area Cibubur yang cukup signifikan yaitu sekitar 100-120% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini mendorong kita untuk membuka gerai permanen kami di Mal Ciputra Cibubur ini,” kata Managing Director Berrybenka Danu Wicaksana.

Sebelumnya CEO Berrybenka Jason Lamuda mengungkapkan pendanaan Seri C dari sejumlah investor lokal hingga asing senilai lebih dari $10 juta bakal digunakan untuk membuka lebih banyak pop up store sekaligus mendirikan toko permanen. Di tahun 2017 ini pop-up store Berrybenka juga akan semakin banyak dengan target 20 pop-up store baru, termasuk untuk kota-kota di luar pulau Jawa.

“Berrybenka ingin menjangkau pelanggan yang memang sudah nyaman untuk berbelanja secara offline lebih banyak lagi. Faktanya sebagian pelanggan Berrybenka yang berbelanja di gerai offline, setelah ditanya ternyata mereka tahu tentang Berrybenka tapi memang mereka lebih nyaman untuk datang ke toko untuk berbelanja,” kata Danu.

Fitur pilihan di toko permanen Berrybenka

Pop-up store Berrybenka diklaim mampu meningkatkan pertumbuhan pelanggan dan transaksi hingga 3-4 kali lipat. Dengan alasan tersebut Berrybenka kini lebih fokus dengan konsep O2O di kategori fesyen.

Pop-up store Berrybenka sendiri pertama kali dihadirkan pada bulan Februari 2016. Kita baru mulai gerilya membuka pop-up store mulai bulan Agustus 2016,” kata Danu.

Dalam mendukung usahanya, Berrybenka menerapkan beberapa fitur guna memberikan pengalaman belanja yang nyaman, mudah, dan terpercaya di toko permanen mereka. Fitur tersebut antara lain “Retur di Toko”, sebuah layanan yang memudahkan pelanggan mengembalikan barang yang telah dibeli secara online ke pop-up store.

Layanan lain yang juga tersedia adalah cara pembayaran “COD di Toko” yang memungkinkan pelanggan memilih produk yang diinginkan melalui situs Berrybenka dan mengirimkannya ke Pop Up Store tanpa harus membayar terlebih dahulu. Setelah pesanan sampai, pelanggan dapat mencobanya langsung sebelum membelinya.

“Sebagaimana disampaikan di awal tahun 2017, toko permanen ini merupakan salah satu strategi bisnis kita di tahun 2017. Saat ini kami masih fokus untuk menguatkan pop-up store dan toko permanen ini. Strategi lainnya mengembangkan layanan personal shopper ‘Stella’,” kata Danu.

Application Information Will Show Up Here

Berrybenka Hadirkan Pop Up Store di Kota Medan

Salah satu komitmen dari Berrybenka tahun 2016 ini adalah menghadirkan pengalaman online-to-offline (O2O) yang bertujuan untuk menjangkau penetrasi yang lebih luas, mendukung dan menjadikan Berrybenka sebagai fashion brand lokal terbesar dan menjadi fashion e-commerce yang customer focus. Rencana tersebut sebelumnya disampaikan secara langsung oleh CEO Berrybenka Jason Lamuda.

“Pelanggan adalah inspirasi terbesar dan alasan di balik semua hal yang kami lakukan. Tiga komitmen kami untuk tahun 2016 di antaranya adalah menghadirkan pengalaman online-to-offline (O2O) yang terintegrasi,” kata Jason.

Dalam kesempatan tersebut Jason juga memaparkan rencananya untuk menggelar pop up store di kota-kota besar Indonesia.

Setelah sebelumnya menggelar pop up store di Bandung, akhir bulan Januari ini, Berrybenka membuka pop up store di kota Medan, tepatnya mulai tanggal 29 Januari hingga 28 Februari 2016 di Mal Centre Point lantai dasar. Dalam kegiatan kali ini, Berrybenka bermitra dengan Bank Mandiri dan Indosat Ooredoo.

“Sebagai salah satu pelopor fashion e-commerce yang membawa pengalaman belanja online di Indonesia, Berrybenka terus bertumbuh dan menjadi destinasi belanja favorit bagi semakin banyak pelanggan kami. Tahun ini salah satu komitmen kami adalah menghadirkan pengalaman online-to-offline (O2O) yang terintegrasi demi menjangkau lebih banyak pelanggan di seluruh nusantara, salah satunya lewat pop up store di kota Medan ini,” kata  Managing Director PT Berrybenka Danu Wicaksana dalam rilisnya hari ini.

Berrybenka Pop Up Store menghadirkan kemudahan pengambilan produk di Pop Up Store via “COD (Cash On Delivery) Station” khusus untuk pelanggan di Medan dan sekitarnya, serta free wrapping box dengan kotak kemasan spesial Berrybenka edisi Valentine untuk pembelanjaan tertentu.