Nexticorn 2023 Angkat Tema “Kalibrasi Ulang Industri Teknologi”

HUB.ID Summit X Nexticorn 2023, konferensi internasional hasil kolaborasi Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan Nexticorn Foundation, bakal digelar pada 15-16 September 2023 di Nusa Dua, Bali.

Pada tahun kelima ini mengangkat tema “Recalibrating the Industry: Indonesia’s Tech Investment Moving Forward”. Melalui topik ini, Nexticorn ingin menyoroti dinamika investasi teknologi di Indonesia dan Asia Tenggara. Sembari mendiskusikan strategi kalibrasi ulang untuk menavigasi ketidakpastian dan transisi sektor teknologi (termasuk AI, Sustainability, dll); serta upaya/solusi yang dapat dilakukan oleh para pemain industri.

Direktur Ekonomi Digital Kominfo I Nyoman Adhiarna menyampaikan, Kominfo melalui HUB.ID berkomitmen untuk terus mendorong akselerasi transformasi digital tanah air, melalui penyelenggaraan kegiatan bagi startup selama satu minggu di Bali, yakni HUB.ID Summit x Nexticorn 2023 dan HUB.ID Accelerator Partner Day x NexBe Fest 2023.

“Dengan merangkul berbagai pemangku kepentingan dalam kolaborasi ini, kami ingin memperluas pengembangan ekosistem digital agar semakin banyak startup digital yang bertumbuh dan juga berkembang, khususnya pada startup early-stage binaan HUB.ID dengan mempertemukan mereka dengan investor baik di ranah lokal maupun global,” ucapnya dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, kemarin (4/9).

Founding Board Member Nexticorn Foundation David Rimbo menambahkan, Nexticorn kali ini menghadirkan full-spectrum coverage dari startup yang akan berpartisipasi, mengingat HUB.ID berfokus pada startup tahap awal dan Nexticorn pada startup tahap lanjutan. Diharapkan konferensi ini dapat menjadi jalan bagi semua pihak agar dapat secara bersama-sama menemukan solusi terkait tantangan-tantangan yang dihadapi semua sektor startup teknologi.

“Kami senang sekali dapat kembali menyelenggarakan Nexticorn Summit yang kali ini berkolaborasi dengan HUB.ID,” kata David.

Menurutnya, kemajuan pesat dalam teknologi beberapa tahun terakhir telah memberikan dampak yang besar terhadap masyarakat dan perekonomian di seluruh dunia, termasuk AI, teknologi keberlanjutan, dan lainnya.

Oleh karenanya, melalui Summit kali ini, pihaknya juga ingin menggali lebih dalam lanskap saat ini dan potensi teknologi masa depan yang akan membentuk dan mendorong industri teknologi di Indonesia, Asia Tenggara, dan seluruh dunia di tahun-tahun mendatang.

Kegiatan Nexticorn 2023

Kegiatan dalam bentuk konferensi dan business matchmaking ini diharapkan menjadi titik temu yang dapat mendorong kemajuan startup teknologi Indonesia dengan membuka akses pertemuan antara venture capital global dan startup teknologi dari skala early stage, growth, sampai late stage.

HUB.ID akan mendatangkan 50 startup dan 50 venture capital. Sementara Kemkominfo mengundang 80 startup dan lebih dari 100 venture capital dari lokal maupun global yang akan bakal hadir di Bali. Selama dua hari penuh, para startup dan venture capital terpilih akan mengikuti berbagai rangkaian acara yang mengikuti sesi diskusi panel dan turut dihadiri oleh para pembicara ternama dan sesi matchmaking.

Sebagai catatan, Kemkominfo melalui Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, Direktorat Ekonomi Digital mendorong akselerasi bisnis startup digital di Indonesia melalui program HUB.ID dengan dua aktivitas utama, yakni HUB.ID Accelerator yang membuka akses sinergi dan kerja sama bisnis dengan perusahaan swasta, BUMN, lembaga pemerintah pusat/daerah, dan lembaga riset/institusi pendidikan.

HUB.ID Accelerator telah membantu lebih dari 90 startup digital sejak 2021, dan aktivitas lainnya adalah HUB.ID Summit, yang fokus pada fasilitasi pertemuan bisnis antara startup digital dengan venture capital.

Dalam pelaksanaan HUB.ID Summit 2022 telah memfasilitasi 80 startup digital dan 80 venture capital dan berhasil menciptakan 800 pertemuan bisnis. Dari pelaksanaan HUB.ID telah memberikan dampak langsung dan tidak langsung bagi bisnis startup digital yang difasilitasi dan menunjukkan pertumbuhan dengan indikator penambahan investasi baru senilai lebih dari $10 juta sampai dengan semester I 2023.

Nexticorn Summit pada tahun sebelumnya telah berhasil mempertemukan lebih dari 300 founder startup dan C-Level dari startup terbaik Indonesia yang telah terkurasi, menghadirkan lebih dari 250 partners dan principals dari venture capital terkemuka baik di ranah lokal maupun global, serta mengadakan 800 sesi business matchmaking selama dua hari terselenggaranya konferensi.

David menuturkan, berkaitan dengan beragamnya tahapan startup yang bakal berpartisipasi. Kali ini, pihaknya akan mengundang lebih banyak kategori investor agar sumber pendanaan untuk startup kian beragam. Sejumlah family offices sudah diundang untuk turut hadir di Bali pada pekan depan.

“Dari tahun kemarin, untuk sourcing pendanaan kita memperkenalkan dari tech VC, limited partners, sekarang kita mulai buka jalur ke famiy offices. Kami ingin hadirkan tech startup di Indonesia tetap hidup dan mereka yang membutuhan pendanaan urgent bisa terealisasi berkat sumber pendanaan yang lebih bervariasi,” pungkasnya.

Nexticorn Gelar “Karpet Merah”, Dukung Lebih Banyak Startup Indonesia Jadi Unicorn

Konferensi internasional yang bertajuk “Next Indonesia Unicorn (NextIcorn): Digital Paradises Weekend” diadakan Kemenkominfo pada 13-14 Oktober 2018 di Bali. Tujuan utama acara ini ialah membuka peluang startup potensial di Indonesia untuk menemukan investor dalam pendanaan tingkat lanjut (di atas Seri B), sehingga berkesempatan menjadi “unicorn” selanjutnya. Selain konferensi, acara juga diisi dengan kesempatan meeting dan pitching para startup dan diskusi panel mengenai masa depan industri digital.

Dalam pembukaannya, David Rimbo, Managing Partner Ernst & Young Indonesia, mengatakan bahwa melalui platform Nexticorn ada tiga aspek utama yang disediakan, yakni untuk mempromosikan startup, menghubungkan startup dengan investor, dan menjadi direktori startup potensial. Startup yang mendapatkan akses ke “karpet merah” tersebut dikurasi secara ketat oleh pihak komite, pun demikian dengan investor yang diundang. Secara khusus Nexticorn fokus mendatangkan investor potensial dan memiliki track record menghasilkan unciron.

“Di Nexticorn Summit II kami menghadirkan 125 venture capital dari 13 negara dan 88 startup. Selama dua hari ini, kami mencatat ada sekitar 709 pertemuan antara startup dan investor yang akan dilakukan,” sebut David dalam presentasi pembukanya.

Beberapa startup yang berhasil masuk dalam kurasi di antaranya Salestock (e-commerce), Kata.ai (artificial intelligence), Modalku (fintech), Koinworks (fintech), Harukaedu (edtech), Halodoc (healthtech), Moka (SaaS) dan lain-lain. Sementara beberapa venture capital global maupun lokal yang berhasil didatangkan termasuk Accel Partners, SoftBank Ventures Korea, Temasek, Yahoo! Japan Capital, LINE Ventures, East Ventures, Eight Roads, Quona, Reinventure, Jubilee Capital Management, dan lain-lain.

Nexticorn 2018
Statistik gelaran Nexticorn 2018 yang disampaikan dalam pembukaan acara / DailySocial

Satu lagi unicorn sebelum tahun 2019

Kemenkominfo menargetkan, tahun 2019 nanti Indonesia akan memiliki 5 startup unicorn. Setelah GO-JEK, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak, artinya tinggal kurang satu lagi. Pemerintah cukup optimis bisa mencapai target tersebut, bahkan bisa saja melebihi. Hal tersebut disampaikan Menkominfo Rudiantara saat memberikan sambutan keynote dalam Nexticorn di hari pertama. Di hadapan investor, menteri yang akrab disapa Chief RA ini turut memberikan dorongan mengapa mereka perlu investasi di startup Indonesia.

Alasan pertama yang disampaikan karena lingkungan bisnis yang sangat kondusif. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil dalam 10 tahun terakhir. Di samping itu, pemerintah melalui regulasinya turut memberikan kelonggaran akses, terbukti banyaknya investor global yang sudah terlebih dulu menjangkau pasar bisnis di Indonesia. Peran pemerintah dalam menginkubasi dan mengakselerasi startup turut ditunjukkan sebagai keseriusan pemerintah dalam membangun industri digital.

“Jika bicara prospek, tahun 2030 Indonesia banyak disebut akan masuk dalam 5 besar negara ekonomi terbesar di dunia. Hal ini turut didorong oleh bonus demografi, pada tahun 2030 nanti akan ada 180 juta populasi di usia produktif. Jadi tidak hanya berpeluang sebagai pangsa pasar, namun juga pusat bisnis. Kita sangat percaya diri dengan visi Pak Presiden untuk menjadi digital economy country,” terang Rudiantara.

Sedikit regulasi, banyak memfasilitasi

Rudiantara juga menyampaikan, untuk mencapai tujuan tersebut, menjadi ekonomi digital Asia, Indonesia harus banyak berbenah. Sebagai kementerian yang memiliki banyak kendali dalam urusan digital, pihaknya mengklaim telah melakukan reformasi birokrasi. Termasuk terus mendorong penumbuhan infrastruktur yang dapat mendukung ekonomi digital, salah satunya Palapa Ring yang sudah mulai menghubungkan berbagai titik penting di seluruh penjuru dunia.

“Kominfo bukan kementerian yang old school, untuk menumbuhkan bisnis tidak hanya bertindak sebagai regulator, tapi fasilitator dan akselerator. So, less regulator, more facilitator. Because for me, best regulation is less regulation,” seru Rudiantara.

Meski demikian pemerintah juga menyadari, di samping peluang besar ada isu fundamental yang harus segera diselesaikan untuk merealisasikan ambisi tersebut, yakni ketersediaan talenta kompeten. Ini senada dengan apa yang sering disampaikan oleh banyak founder startup. Untuk itu, pemerintah melalui unit yang dimiliki akan terus mendorong peningkatan kualitas SDM, khususnya di bidang teknologi dan pengembangan.

“Kami punya program untuk memberangkatkan talenta potensial untuk belajar ke Bangalore, Beijing dan Silicon Valley. Kenapa di sana? Karena kalau belajar mengembangkan produk digital kita harus memilih tempat yang sesuai. Di sana saya lihat menjadi lingkungan yang pas untuk menyelesaikan isu talenta tadi,” tambah Rudiantara.

Nexticorn 2018
Program sinergi pemerintah, industri, dan universitas untuk peningkatan talenta / DailySocial

Di samping itu pemerintah turut mendorong industri teknologi yang ada di Indonesia untuk turun tangan menyelesaikan masalah ini. Beberapa perusahaan teknologi, seperti Cisco dan Microsoft, sudah berkomitmen untuk bersama-sama membangun sebuah silabus dengan standardisasi industri untuk menjadi kurikulum “Digital Talent Scholarship” yang tengah direncanakan pemerintah.

Selain dengan industri, program tersebut bekerja sama langsung dengan universitas dalam menyediakan fasilitas pendidikan dan pengajaran. Untuk menjangkau ke lebih banyak tempat, Kemenkominfo juga akan bekerja sama dengan startup pendidikan seperti Ruangguru dalam menyebarkan akses ke pendidikan teknologi.

IPO adalah Penilaian Sebenarnya Perusahaan Teknologi yang “Disruptive”

Kamis (28/4), Indonesia E-Commerce Summit & Expo (IESE) 2016 yang digelar pertama kalinya oleh Indonesia E-Commerce Associaton (idEA) bekerja sama dengan Dyandra memasuki hari kedua. Di hari keduanya, sesi Summit IESE 2016 membahas mengenai lanskap mobile commerce, pendanaan, logistik, hingga perlindungan konsumen di lanskap e-commerce Indonesia.

Dinamika pendanaan startup di Indonesia

Managing Partner Ideosoursce Andi S. Boediman dalam seisi Money In, Money Out di IESE 2016 hari kedua
Managing Partner Ideosoursce Andy S. Boediman dalam seisi Money In, Money Out di IESE 2016 hari kedua

Industri digital di Indonesia kini sedang tumbuh dan e-commerce mencuat menjadi salah satu sektor yang paling dilirik. Potensi pasar yang besar, membuat Indonesia seolah-olah menjadi tambang emas baru bagi para stakeholder di industri digital. Pelaku startup digital mulai menjamur, investor mulai menanam modal, dan pemerintah pun dibuat sibuk menata semua perubahan yang terjadi begitu cepat.

Indonesia masih belum beranjak jauh dari garis mulai. Untuk mendorong agar bisa melaju lebih jauh, ekosistem yang sehat perlu dibentuk. Salah satu elemen ekosistem yang selalu disuarakan adalah pendanaan atau penanaman modal, baik itu dari asing maupun dalam negeri.

Bisnis menanam modal sendiri bukan bisnis jangka pendek, butuh waktu untuk mendapatkan keuntungan. Strategi exit pun biasanya sudah direncanakan ketika menanam modal di startup, seperti Merger & Acquisition (M&A)  atau penawaran saham publik (IPO).

[Baca juga: Masa Depan “Exit” Startup di Asia Tenggara adalah Merger dan Akuisisi, Bukan IPO]

Di Indonesia sendiri diprediksikan akan lebih banyak terjadi M&A dalam dua atau tiga tahun ke depan dibanding IPO. Pun demikian, Managing Partner TAS – Ernst & Young David Rimbo dalam sesi panel diskusinya di IESE 2016 menyebutkan bahwa IPO adalah penilaian sesungguhnya sebuah startup dalam hal menciptakan ‘gangguan’ dan nilai.

David mengatakan:

“Penakaran sebenarnya nilai [startup] itu munculnya dari saat IPO. In between, seperti fundraising, itu hanya intangible valuation play istilah teknisnya. Tapi benar-benar real value add daripada [startup] teknologi, diri sisi disruption dan value creation, itu divalidasi saat investor publik percaya nilainya sebesar itu. Itu menurut saya acuan [exit] yang seharunya ke sana.”

“Tahun ini, […] kalau dari sudut pandang aktivitas VC, itu agak melambat […] karena tahun ini kita [Indonesia] belum lihat ada tech listing yang carry the value. Kalau dilihat pada masa awal, di saat perusahaan-perusahaan ini tumbuh dan masih ‘merah’, dari sisi persepsi investor publik khususnya di capital market konvensional itu tidak menarik. Makanya hanya menarik bagi VC yang melihat masih ada delta yang bisa di-capture. Tujuannya tetap ada exit di IPO, atau trade sale dengan strategic” lanjut David.

[Baca juga: Moxy dan Bilna Merger Membentuk MoxyBilna (Sekarang Orami)]

Menurut Partner Convergence Ventures Donald Wihardja, ada alasannya sendiri untuk masing-masing industri dalam melakukan trade sale. Memang market acquisition itu mahal tetapi di Indonesia, khususnya industri e-commerce, sudah kelihatan ke depannya mengarah ke arah sana. M&A ini akan menurut Donald akan rapid dalam 2-3 tahun ke depan, sehingga saat ini adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi.

Startup yang ingin mendapatkan modal dari VC pun terkadang memiliki keraguan untuk pitching. Alasannya berbagai macam hal, salah satunya takut ide startup-nya kurang menarik. Dalam hal ini, Managing Partner Ideosource Andi S. Boediman mengingatkan bahwa eksekusi idelah yang paling penting.

“Jangan khawatir dengan ide Anda [para pelaku startup]. Your idea is cheap. Setiap orang dalam ruangan [Summit] ini punya banyak ide. Masalah sebenarnya adalah bagaimana mengeksekusi itu. Jangan datang ke VC dan meminta menandatangani ‘my non disclosure agreement’, mereka akan bilang ‘I don’t care about your idea’. Jangan berlaku seperti punya mimpi besar. Your dream is not that valuable [di mata VC],” ujar Andy.

Lanskap mobile commerce dan dinamika hambatan e-commerce lainnya di Indonesia

Suasana pameran IESE 2016 hari kedua
Suasana pameran IESE 2016 hari kedua

Selain pendanaan, hari kedua IESE 2016 juga membawakan topik-topik menarik lainnya. Seperti state of mobile commerce di Indonesia, solving logistic, national payment gateway, perpajakan, hingga perlindungan konsumen.

Indonesia saat ini sering disebut sebagai negara mobile first, namun ini masih berada di tahap awal. Menurut CEO Shopee Chris Feng, konteksnya di Indonesia saat ini adalah mengenai maturity of market. Sangat bijak bila pilihan yang ada disederhanakan, bukan memberikan banyak pilihan. Seiring dengan waktu, pasar akan belajar, dari sana pilihan akan bisa ditambah lebih banyak.

CEO Indosat Alexander Rusli, CEO Alfaonline Cathrine Hindra Sutjahyo, dan Head of Indonesian Market UC Web Donald Ru yang turut hadir dalam sesi State of Mobile Commerce di Indonesia percaya bahwa meski tren mobile first di Indonesia masih berkembang, namun arahnya pasti ke sana.

Kualitas aplikasi mobile akan semakin dioptimalkan berbagai industi, beriringan dengan kualitas telekomunikasi dan infrastruktur dan penyedia konten yang turut membaik. Selanjutnya, Indonesia akan menjadi negara mobile first yang sesungguhnya.

Dengan lebih dari 17 ribu pulau, menjadikan Indonesia sebagai negara yang unik untuk industri e-commerce, khusunya dari sektor logistik. Tak ada yang memungkiri bahwa butuh kolaborasi dari berbaagai provider logistik di Indonesia untuk memecahkan masalah ini.

Tapi, itupun akan butuh waktu karena masing-masing provider logistik memiliki standarisasi pengiriman, first dan last mile, yang berbeda-beda. Sistem standar seperti kode pos yang sudah sangat baik disusun pun dirasa harus dioptimalkan kembali agar para pelaku terkait dapat memanfaatkannya secara optimal. Itu adalah kesimpulan yang bisa ditarik dalam sesi Solving Logistik in Indonesia.

Di sesi tersebut, ada CEO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro yang hadir sebagai moderator. Selain itu Interim CEO PT Pos Logistics Indonesia Yan Hendry Jauwena, VP Marketing elevenia Madeline Ong de Guzman, dan Presiden Direktur JNE Mohamad Feriadi juga turut hadir sebagi pembicara.

Pembicara lain yang turut hadir di hari kedua ini adalah, CEO Redmart Roger Egan yang berbagi kisahnya mendirikan dan menjalankan Redmart dengan strategy O2O dan Assistant Minister of Finance for Tax Oversight Puspita Wulandari yang kembali menekankan kembali bahwa aturan pajak untuk e-commerce tak berbeda dengan bisnis konvensional perdangan.

Di samping itu masih ada Founder dan Principal Doku Budi Syahbudin, Director Digital Banking & Teknologi Mandiri Rico Usthavia Frans, Busines Director Artajasa Anthoni Morris dan Ketua Tim Bidang National Payment Gateway Bank Indonesia Dananto dalam sesi yang membahas mengenai National Payment Gateway (NPG). Saat ini NPG sendiri masih dalam digodok oleh BI dari sisi regulasi.

IESE 2016 hari kedua dibuka oleh Chairman Inacham Liky Sutikno yang menyebutkan bahwa ada peluang besar bagi UKM untuk memasarkan produknya ke China. Kemudian ditutup dengan diskusi mengenai perlindungan konsumen yang dibawakan oleh Head of Legal & Government Relation Lazada Sari Kacaribu dan Sekjen Kemendag Srie Agustina.

IESE 2016 akan berlangsung tiga hari, dari 27 April – 29 April 2016 dengan mengambil tempat di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang.