Developer Detroit: Become Human akan Kerjakan Game Star Wars Baru?

Pengembang game asal Perancis, Quantic Dream dikenal lewat karya-karyanya yang selalu menitikberatkan pada narasi dan juga konsekuensi. Game-game seperti Detroit: Become Human, Heavy Rain, dan Beyond Two Souls memang menjadi ciri khas dari Quantic Dream.

Lalu bagaimana jadinya bila style game tersebut dibawa ke game Star Wars? Mungkin itulah yang akan terjawab bila kabar terbaru ini terbukti benar. Rumor bahwa Quantic Dream tengah mengembangkan game Star Wars ini awalnya muncul dari penulis Dualshockers sekaligus leaker, Tom Henderson.

Lewat postingan di akun Twitternya, Tom mengunggah salah satu adegan di dalam game Detroit: Become Human milik Quantic Dream yang ditimpa dengan dua buah light saber, senjata ikonik dari Star Wars.

Postingan tersebut memang tidak memiliki caption, namun Tom memberikan like kepada semua komen yang berhubungan dengan Quantic Dream tengah mengerjakan game Star Wars. Hal ini menguatkan indikasi bahwa itulah makna dari foto yang ia unggah tersebut.

Star Wars memang menjadi salah satu franchise film yang terbilang sukses diadaptasi ke game. Game-game seperti Star Wars: Knight of the Old Republic yang tengah di-remake, Star Wars: Battlefront, hingga yang terakhir adalah Star Wars Jedi: Fallen Orders memang menunjukkan bahwa franchise ini sangat diminati.

Game-game Star Wars itu pun cukup bervariasi mulai dari action-adventure, first-person shooter, hingga pinball. Maka, akan sangat menarik bila nantinya terdapat game Star Wars yang menitikberatkan game-nya pada narasi karakter, konflik, serta pilihan para gamer yang akan mempengaruhi jalan ceritanya.

Sebelumnya, franchise tentang perang galaksi ini memang telah memiliki daftar panjang game adaptasi yang tengah dikerjakan mulai dari remake Knight of the Old Republic oleh Aspyr, game open-world baru dari Ubisoft, hingga game LEGO terbaru yang berjudul LEGO Star Wars: The Skywalker Saga.

Sayangnya, rumor ini memang tidak memiliki kekuatan pendukung apapun untuk menjamin kebenarannya. Terlebih pihak Quantic Dream maupun Lucasfilm/Star Wars juga belum memberikan konfirmasi apapun mengenai rumor ini.

Haruskah Game Memiliki dan Menyusupkan Idealisme?

Pekerjaan sebagai seniman, seperti dari penulis, komikus, desainer, dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan seni, sering dianggap sebelah mata. Padahal, selama pandemi, kita sadar betapa pentingnya karya seni, mulai dari film, buku sampai game. Bayangkan jika Anda tidak boleh keluar dari rumah selama berminggu-minggu tanpa hiburan apapun, tanpa buku untuk dibaca, tanpa film untuk ditonton, dan tanpa game untuk dimainkan.

Namun, buku dan film tak melulu digunakan sebagai hiburan, tapi juga sebagai media edukasi. Buku dan film juga bisa digunakan sebagai cara bagi seseorang untuk membahas isu sosiopolitik atau menunjukkan idealisme mereka. Misalnya, dalam seri Percy Jackson and The Olympians, Rick Riodan membuat sang tokoh utama dan banyak tokoh penting lainnya mengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan disleksia dengan tujuan untuk menunjukkan pada anak-anak yang memang mengidap ADHD atau disleksia di dunia nyata bahwa mereka juga memiliki potensi.

Sama seperti buku dan film, game juga bisa menjadi media bagi sang kreator untuk menyampaikan idealismenya atau untuk mengangkat isu sosiopolitik yang mereka anggap penting.

Perlukah Memasukkan Idealisme Dalam Game?

Jika ditanya apa alasan saya bermain game, saya akan menjawab sebagai hiburan. Bermain game menjadi salah satu bentuk escapism, cara bagi saya, dan gamer-gamer lainnya, untuk sejenak mengalihkan perhatian dari kenyataan. Dan tidak ada yang salah dengan itu. Karena manusia tidak didesain untuk bekerja tanpa henti 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 365 hari setahun.

“Kita harus meluangkan waktu untuk istirahat, tidak peduli apakah bentuk kegiatan untuk mengisi waktu luang tersebut,” tulis Barton Goldsmith, Ph.D., LMFT dalam Psychology Today. “Waktu luang berfungsi untuk memberikan kesempatan pada tubuh, pikiran, dan hati Anda untuk bersantai dan mengisi energi kembali.”

Bermain game merupakan kegiatan yang banyak orang lakukan untuk mengisi waktu luang mereka. Pada awalnya, video game hadir dalam format yang sangat sederhana. Namun, seiring dengan berkembangnya industri game, game yang muncul pun menjadi semakin kompleks. Di permukaan, Anda bisa melihat bagaimana grafik dalam sebuah game menjadi semakin realistis dengan gameplay yang semakin beragam. Lebih dari itu, tema yang diangkat dalam sebuah game juga menjadi semakin beragam. Developer juga semakin berani untuk mengangkat topik berat, seperti demokrasi, terorisme, perang, atau rasisme.

Lalu, apa bedanya game dengan buku atau film? Buku dan film adalah media yang baik untuk menyampaikan cerita. Namun, pembaca dan penonton merupakan peran pasif. Sebagai pembaca atau penonton, Anda tidak akan bisa mengubah alur cerita. Lain halnya dengan game. Saat bermain game, Anda menjadi pelaku aktif. Anda bisa memilih untuk mengambil tindakan sesuai dengan moral Anda. Tidak berhenti sampai di situ, Anda juga akan menghadapi konsekuensi dari pilihan yang Anda ambil. Misalnya, dalam trilogi Mass Effect, keputusan Anda untuk membunuh atau melepaskan Rachni Queen — satu-satunya penyintas dari spesies Rachni — pada game pertama akan memiliki dampak pada jalan cerita di game ketiga.

Rachni Queen di Mass Effect 3. | Sumber: Flickr/Ryan Somma
Rachni Queen di Mass Effect 3. | Sumber: Flickr/Ryan Somma

Saya tidak mengatakan bahwa game lebih superior dari buku atau film. Hanya saja, game bisa memberikan pengalaman yang berbeda pada Anda jika dibandingkan dengan buku atau film.

Bagaimana Cara Mengangkat Topik Politik Dalam Game?

Game adalah media hiburan. Jadi, ketika muncul isu sosiopolitik di dalamnya, sebagian orang mungkin akan protes, “Jangan bawa-bawa politik ke game!” Sayangnya, tampaknya hal itu tak lagi bisa dihindari. Ketika game hendak menyajikan dunia yang realistis — terlepas dari setting waktu dalam game — mau tidak mau, ia pasti akan memiliki konsep dan masalah yang merefleksikan dunia nyata. Yang penting adalah bagaimana sang kreator menampilkan isu atau menyisipkan idealisme mereka dalam game sehingga para pemain tetap bisa menikmati game itu.

Ketika game mengangkat isu politik, mudah saja bagi developer untuk memasukkan tokoh politik populer, seperti Barack Obama atau Donald Trump. Sayangnya, jika developer melakukan ini, game mereka justru bisa menjadi tak lagi relevan dalam beberapa waktu ke depan. Isu sosiopolitik sebaiknya disampaikan sebagai ide atau konsep yang membuat para pemainnya menjadi penasaran dan tertarik untuk berdiskusi lebih banyak tentang sebuah isu.

Misalnya, isu diskriminasi dan rasisme. Untuk mengangkat topik diskriminasi ke dalam game, Anda tidak perlu harus membuat game tentang Indonesia di zaman Orde Baru (sebentar, jadi ada yang jualan nasi goreng di depan…) atau menjadikan Martin Luther King Jr. sebagai karakter. Anda tetap bisa menemukan masalah diskriminasi dan rasisme bahkan saat Anda memainkan Dragon Age, yang mengambil setting dunia dark fantasy.

Di Thedas (seri Dragon Age), Elf sempat menjadi budak selama beberapa generasi. Dan setelah itu, meski sebagian Elf berusaha untuk hidup berdampingan dengan manusia, mengadopsi budaya manusia, toh perlakuan yang diterima oleh Elf tetap berbeda dari manusia. Bukankah apa yang terjadi pada Elf di Thedas sama seperti warga Indonesia keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di Indonesia, memiliki KTP Indonesia, tapi masih sering didiskriminasi hanya karena memiliki mata sipit?

Pemukiman Elf di kota. | Sumber: Wikia
Pemukiman Elf di kota. | Sumber: Wikia

Oke, mari jadikan Detroit: Become Human sebagai contoh lain. Dalam game ini, daripada isu sosiopolitik, Anda akan dihadapkan pada pertanyaan filosofis: apa yang membuat manusia, manusia? Ketika sebuah android, yang merupakan ciptaan manusia, memiliki kesadaran, apakah ia pantas untuk disejajarkan dengan manusia? Namun, game ini juga menunjukkan masalah yang muncul ketika peran manusia sebagai pekerja bisa digantikan oleh android.

Memang, sekarang, kita belum bisa membuat artificial intelligence yang bisa berpikir layaknya manusia, tapi, kita telah memasuki era Revolusi Industri 4.0. Era ketika mesin mulai bisa menggantikan tugas manusia. Dalam Detroit: Become Human, kita melihat bagaimana jumlah pengangguran terus naik karena keberadaan android. Selain itu, tingkat kelahiran juga mengalami penurunan karena manusia lebih memilih untuk menjadikan android sebagai kekasih.

Dan jangan salah, isu-isu berat tidak melulu tampil di game RPG. Game action stealth seperti Metal Gear Solid pun bisa digunakan sebagai media untuk menyampaikan idealisme seseorang. Faktanya, setelah diluncurkan, Metal Gear Solid 2 sempat diprotes karena dianggap terlalu “preachy” dengan mengangkat tema soal konspirasi, politik, dan perang. Pada 2003, saat mengembangkan Metal Gear Solid 3, Hideo Kojima menjelaskan alasan mengapa MGS 2 mengangkat tema-tema tersebut.

MGS 2 mengangkat tema tentang konspirasi dan politik. |Sumber: Vice
MGS 2 mengangkat tema tentang konspirasi dan politik. |Sumber: Vice

“Ketika kami masih kecil, ada gerakan anti-nuklir di seluruh dunia. Namun, pada abad ke-21, tidak ada gerakan serupa, padahal ancaman penggunaan senjata nuklir di era ini justru semakin nyata… Banyak pemain MGS 2 yang merasa bahwa game ini terlalu memaksakan pesan moral. Tapi, kita tidak bisa berharap bahwa Hollywood akan membuat film seperti Planet of the Apse atau muncul manga seperti Barefoot Gen (yang bercerita tentang tragedi bom atom yang dijatukan di Hiroshima). Karena itulah, saya ingin memasukkan pesan anti-perang dan anti-nuklir sebanyak mungkin. Setidaknya dalam MGS,” kata Kojima, dikutip dari PC Gamer.

Kojima menjelaskan, ketika itu, dia merasa bahwa industri hiburan terlalu fokus pada merchandise dan pada cara untuk memaksimalkan keuntungan. “Hal ini berlaku di industri film, buku, dan musik. Mereka fokus untuk membuat produk yang bisa dijual,” katanya. “Tidak ada pesan yang disampaikan oleh sang kreator. Bisnis dan penjualan menjadi Prioritas Nomor Satu. Bagaimana nasib anak-anak di generasi berikutnya yang belajar menggunakan produk-produk tersebut?”

Kesimpulan

Sejatinya, game adalah media hiburan. Kreator game tidak memiliki kewajiban untuk memasukkan elemen edukasi atau pesan moral dalam game yang mereka buat. Jika mereka ingin membuat game yang menjadikan tokoh sejarah sebagai makhluk supernatural yang bisa menjadi love interest sang pemain, kenapa tidak? Namun, jika developer ingin membahas isu sosiopolitik dalam game mereka, selama mereka bisa menyajikannya dengan baik, hal itu juga bukanlah masalah.

Sederet Game Blockbuster dan PlayStation Kini Jadi Judul Eksklusif Epic Games Store

Di momen peluncuran Epic Games Store, CEO Tim Sweeney sempat menyampaikan bahwa platform distribusi mereka itu tidak diciptakan untuk menyaingi Steam. Tapi kenyataannya, kompetisi tak bisa dihindari. Porsi pembagian keuntungan yang menggiurkan pertama-tama mendorong developer indie untuk bermigrasi. Lalu tak lama, studio-studio besar tergoda buat melakukan kesepakatan eksklusif dengan Epic.

Alhasil, game-game kelas berat seperti Metro Exodus dan The Division 2      sementara ini cuma bisa dibeli di Epic Games Store. Dan dalam waktu dekat Jumlahnya dipastikan akan bertambah banyak setelah perusahaan melakukan pengumuman besar di Game Developers Conference minggu ini. Epic mengabarkan bahwa ada sederet judul blockbuster lain yang dijadwalkan buat meluncur di layanan mereka, termasuk sejumlah permainan buatan Quantic Dream yang dahulu cuma tersedia di PlayStation.

Jangan tanya bagaimana mereka bisa merayu studio asal Perancis itu, namun hal ini merupakan kabar gembira bagi gamer PC dan – dilihat dari perspektif lebih luas – sebuah langkah strategis brilian Epic Games untuk menghimpun lebih banyak konsumen. Ada tiga game Quantic Dream yang nantinya bisa dinikmati via Epic Games Store, dua di antaranya adalah judul console last-gen Sony, yaitu Beyond: Two Souls, Heavy Rain, dan Detroit: Become Human. Betul sekali, Anda tak perlu membeli PS4 untuk memainkan Detroit.

Selain kreasi Quantic Dream, setidaknya ada dua permainan ‘most wanted‘ di 2019 yang rencananya hanya bisa diakses dari Epic Store, yakni game action-adventure baru karya tim pencipta Max Payne, Control; dan RPG fiksi ilmiah first-person buatan Obsidian, The Outer Worlds. Daftarnya tidak berhenti sampai di sana. Akan ada Afterparty (buatan talenta di belakang Oxenfree), Ancestors: The Human Odyssey, The Cycle, Industries of Titan, Kine, Journey to the Savage Planet dan Trover Saves di Universe.

Kejutan masih belum berhenti. The Sinking City dan Dangerous Driving turut bergabung di Epic Games Store dan bisa di-pre-order. Selanjutnya, sang penyedia layanan telah resmi meluncurkaan Roller Coaster Tycoon Adventures dan Satisfactory.

Kita tahu bahwa Epic Games melalui tahun 2018 dengan sangat sukses. Di tahun itu, mereka kabarnya meraup keuntungan sebesar US$ 3 miliar, dan perusahaan diestimasi memiliki nilai US$ 15 miliar. Tak sulit ditebak, keberhasilan Epic mendorong mereka untuk melakukan manuver-manuver agresif, seperti melakukan perjanjian dengan publisher/developer third-party serta menerapkan program bagi-bagi game gratis secara konsisten.

Saya sempat mendengar keluhan sejumlah rekan gamer pengguna Steam terkait kehadiran game secara eksklusif di Epic Store. Namun saya pribadi berpendapat, kompetisi ialah hal positif buat konsumen. Dengan munculnya penantang, Steam akan terdorong untuk terus menyempurnakan plaform-nya dan cara mereka ‘melayani’ developer.

Sumber: Epic Games.

10 Game yang Paling Ditunggu-Tunggu di 2018

Alexander Graham Bell pernah bilang: ketika satu pintu tertutup, pintu lainnya akan terbuka. 2017 dimeriahkan oleh game-game menakjubkan yang sudah pasti meninggalkan banyak kenangan manis, membuat kita sedikit sedih untuk mengucapkan selamat jalan. Namun gamer tentu telah siap buat menyongsong 2018 dan segala kehebohan yang dijanjikan olehnya.

Ada banyak sekali permainan yang begitu dinanti di tahun depan. Untuk mempersempit daftarnya, saya hanya memilih judul-judul blockbuster saja dan tidak menyertakan game indie (mohon maaf The Last Night dan A Way Out!); walaupun bahkan setelah disaring, jumlahnya tetap membuat kewalahan. Beberapa judul di bawah sebetulnya sempat muncul di daftar most wanted tahun lalu, tapi ia kembali muncul di sini akibat penundaan.

Ini dia 10 permainan yang paling ditunggu di 2018:

 

10. Detroit: Become Human

Q1/Q2 2018
Melalui Detroit, Quantic Dreams mencoba menciptakan karya yang lebih unik lagi dari Heavy Rain dan Beyond: Two Souls. Tidak ada ‘game over‘ di permainan sci-fi action-adventure ini, tetapi karakter-karakter utama di sana bisa tewas akibat pilihan Anda, sementara narasi akan terus berjalan.

 

9. Darksiders III

2018
Setelah terkatung-katung selama bertahun-tahun akibat bangkrutnya THQ, petualangan Empat Penunggang Kuda akan dilanjutkan tahun depan. Di Darksiders III, Anda bermain sebagai Fury, seorang penyihir dan Penunggang Kuda paling misterius yang ditugaskan menumpas ‘Tujuh Dosa Mematikan’.

 

8. Spider-Man

Q1/Q2 2018
Mencoba menciptakan lagi fenomena yang sempat menggemparkan PlayStation, Sony menggandeng Insomniac Games untuk menggarap permainan Spider-Man eksklusif di PlayStation 4. Spider-Man 2018 menyajikan petualangan baru, tidak terikat film, komik, ataupun meneruskan game-game sebelumnya.

 

7. God of War

Q1 2018
Setelah tujuh permainan God of War terdahulu mengangkat latar belakang mitos Yunani, kali ini Sony mengajak Anda bertualang ke negeri buas yang dihuni oleh dewa-dewi Skandinavia. Anda kembali bermain sebagai Kratos, tapi ia tak lagi sendiri. Dalam perjalanannya, Kratos ditemani oleh sang putra, Atreus.

 

6. Kingdom Hearts III

2018
Kingdom Hearts III sudah mulai dikerjakan lebih dari satu dekade lalu, tapi peluncurannya mengalami penundaan berkali-kali. Kabar terbaru mengenai waktu perilisan game muncul di acara D23 2017 pertengahan tahun ini, dibarengi oleh trailer yang mempertemukan Sora dengan tokoh-tokoh Toy Story.

 

5. Anthem

Q4 2018
Anthem menggabungkan beberapa unsur dari game bertema sci-fi berbeda: penggunaan mecha seperti Titanfall, gameplay co-op mirip Destiny, di-setting di dunia open world ala Mass Effect: Andromeda. Untuk memastikan narasinya tak mengecewakan, BioWare kembali mempekerjakan novelis Drew Karpyshyn buat menulis ceritanya.

 

4. Shadow of the Colossus

6 Februari 2018
Eksistensi versi PlayStation 4 permainan action-adventure legendaris arahan sutradara Fumito Ueda ini diungkap Sony di E3 2017. Pengerjaan remake  dilakukan oleh tim Bluepoint. Seluruh aset permainan digarap dari nol lalu developer juga mengusung skema kendali baru, namun aspek gameplay-nya sama sekali tidak diubah.

 

3. Metro Exodus

Q4 2018
Imajinasi luar biasa penulis Dmitry Glukhovsky yang dituangkan ke medium video game membuat seri Metro berhasil mengumpulkan fans setia. Seperti pendahulunya, Metro Exodus lagi-lagi menitikberatkan elemen survival horror dan stealth. Namun bedanya, permainan menyuguhkan formula open world.

 

2. Monster Hunter World

26 Januari 2018
Game terbaru di seri Monster Hunter ini menjanjikan peta permainan yang jauh lebih luas, peralihan antar-zona yang mulus, serta mode multiplayer co-op online empat pemain. Versi PC-nya akan tiba lebih lambat dari versi Xbox One dan PS4 karena developer butuh lebih banyak waktu untuk mengoptimalkannya.

 

1. Red Dead Redemption 2

Q2 2018
Seharusnya dilepas pada paruh kedua 2017, Rockstar mengakui mereka memerlukan waktu lebih panjang buat memoles mahakarya selanjutnya yang akan membawa Anda sekali lagi ke era ‘Old West’. Red Dead Redemption 2 kembali menghidangkan petualangan single-player dan narasi epik khas Rockstar, dipadu ‘komponen’ multiplayer online.

Sony Kembali Jagokan Game dan Konten Eksklusif PlayStation 4 di E3 2017

Pengumuman console baru memang membuat perhatian khalayak tertuju pada sang rival, namun Sony terlihat percaya diri dengan persiapan mereka menghadapi E3 2017. Absennya penyingkapan hardware anyar digantikan oleh beragam demo permainan eksklusif PlayStation 4, termasuk pengungkapan remake dari game ‘paling berpengaruh di industri’ kreasi Team Ico.

Gran Turismo Sport

Lewat trailer berjudul Join The Human Race, Sony mengumumkan waktu rilis permainan simulasi balap Gran Turismo Sport, jatuh di musim gugur tahun ini. Permainan bisa dinikmati di PlayStation 4 dan juga PlayStation 4 Pro.

Hidden Agenda

Tim pencitpta game horor Until Dawn, Supermassive Games, membahas kreasi teranyar mereka yang diberi judul Hidden Agenda. Permainan ini mengombinasikan elemen film serta game, dan temanya mengingatkan saya pada Hard Rain. Hidden Agenda ialah satu dari beberapa permainan berkonsep PlayLink, yaitu game yang seru untuk dimainkan bersama tanpa mewajibkan dukungan controller.

Superhot VR

Setelah menjadi hit di PC, game shooter indie unik Superhot akan dapat dinikmati dalam mode virtual reality via Sony PlayStation VR.

Tropico 6

Keberadaan permainan simulasi pengelolaan kota keenam di seri Tropico diungkap melalui trailer sinematik di acara stream pre-conference Sony.

Undertale

Jika melewatkannya di PC, para pemilik console game current-gen Sony sebentar lagi bisa menikmati permainan independen fenomenal Undertale. Anda juga dapat membeli Collector’s Edition-nya, dibundel bersama booklet, soundtrack dan liontin musik bersepuh emas.

Uncharted: Lost Legacy

Lost Legacy disiapkan untuk para fans Uncharted yang masih haus akan petualangan seru berburu harta karun. Chloe Frazer dan Nadine Ross jadi tokoh utamanya, dan lewat trailer, Sony perlihatkan sekilas perjalanan mereka mencari artefak bangsa India.

Horizon Zero Dawn: The Frozen Wilds

Masih belum mau mengucapkan selamat jalan pada Aloy? Kabar gembira, Guerilla Games mengungkap expansion pack pertama untuk Horizon Zero Dawn berjudul The Frozen Wilds. Downloadable content ini membawa Aloy ke daerah baru yang bersalju.

Days Gone

Sony memperlihatkan video gameplay baru permainan open-world bertema zombie apocalypse, Days Gone. Di sana, kita ditunjukkan bahwa gerombolan mayat hidup bukanlah satu-satunya bahaya yang mengancam nyawa.

Monster Hunter: World

Game teranyar di franchise Monster Hunter Capcom menunjukkan dirinya di konferensi E3 2017 Sony, diberi judul Monster Hunter World. Di sana, Anda bisa berpetualangan dan berburu bersama tiga pemain lain. Game akan tersedia di PlayStation 4, Xbox One, dan juga PC tahun depan.

Shadow of the Collosus

Diluncurkan untuk PlayStation 2, Shadow of the Colossus seringkali disebut-sebut sebagai permainan terpenting sepanjang masa, sebuah contoh bagaimana video game merupakan karya seni. Ia memperoleh pujian dari banyak pihak dan penjualannya pun cukup tinggi. Dan di era console generasi kedelapan ini, Sony berniat untuk me-remake-nya.

Marvel vs. Capcom Infinite

Trailerstory‘ kedua permainan fighting yang dibintangi karakter-karakter dari jagat Marvel dan Capcom dipamerkan di panggung Sony di E3 2017.

Call of Duty: WWII

Porsi multiplayer dari permainan first-person shooter blockbuster anyar Activion diperlihatkan lewat trailer yang sangat stylish. Call of Duty: WWII akan dilepas pada tanggal 3 November 2017.

The Elder Scrolls V: Skyrim VR

Sebentar lagi Anda dapat menikmati pengalaman berjelajah di provinsi Skyrim dan berburu naga dalam mode virtual reality.

StarChild

Game bertema sci-fi baru ini dirancang untuk dimainkan di PlayStation VR.

The Inpatient

The Inpatient ialah game horor eksklusif untuk PlayStation VR, dikembangkan oleh para taltenta di belakang Until Dawn.

Bravo Team

Game Bravo Team untuk PlayStation VR juga ditampilkan.

Moss

Disiapkan pula untuk PlayStation VR, Moss adalah game petualangan bertema fabel yang mengingatkan saya pada buku Tale of Despereaux.

God of War

Trailer gameplay God of War bertajuk ‘Be A Warrior’ ini menampilkan aksi seru kratos dan putranya menghadapi makhluk-makhluk mitologi.

Detroit: Become Human

Teknologi grafis dan motion capture wajah yang digunakan di game ciptaan Quantic Dream ini sangat mengagumkan. Silakan saksikan sendiri di trailer-nya.

Destiny 2

Di trailer Destiny 2 kali ini, narasi dilakukan oleh tokoh antagonis, Ghaul. Untuk PlayStation 4, Bungie sudah menyiapkan konten eksklusif.

Spider-Man

Gameplay trailer Spider-Man sepanjang hampir sembilan menutup konferensi pers Sony di E3 2017.

 

Di E3 2016, Sony Unggulkan Game-Game Eksklusif dan Fokus Pada PlayStation VR

Hal yang sedikit mengecewakan dari konferensi Sony di E3 2016 ialah ketiadaan pengumuman hardware baru – padahal banyak di antara kita yang menanti kabar soal Neo. Sebagai kompensasinya, mereka mengungkap banyak sekali permainan eksklusif, termasuk proyek Sony bersama Hideo Kojima. Dan mendekati pelepasan PSVR, fitur virtual reality turut mereka implementasikan di sejumlah game.

Death Stranding

Akhirnya proyek baru Hideo Kojima dan Sony mendapatkan sebuah judul: Death Stranding. Tampaknya meneruskan pengembangan Silent Hills yang dibatalkan, permainan dibintangi aktor Norman Reedus, diperkenalkan dalam trailer berdurasi tiga menit. Sayangnya selain video bertema abstrak tersebut, belum ada rincian apapun mengenai Death Stranding, termasuk tanggal rilisnya.

God of War

Khusus buat penerus game hack’and’slash bertema mitos Yunani ini, Sony memutuskan untuk menghilangkan angka dari judulnya. Gameplay trailer menceritakan Kratos (kini berjanggut tebal) dan putranya, Charlie. Mereka berdua berburu di hutan bersalju, dan tak lama terseret ke dalam pertempuran bersama makhluk-makhluk mistis. Di akhir video, Charlie secara tidak sengaja memanah pundak Kratos.

Berdasarkan bocoran beberapa waktu lalu, God of War baru akan dilatarbelakangi mitos Skandinavia. Sejauh ini, tanggal rilisnya belum diumumkan.

The Last Guardian

Setelah masa pengembangan yang sangat lama, akhirnya Sony menyingkap tanggal pelepasan permainan terbaru Fumito Ueda (ia turut menggarap Ico dan Shadow of the Colossus). Video sekali lagi memperlihatkan hubungan dekat antara seorang anak dengan makhluk raksasa mirip griffin, ia namai Trico. Di ujung trailer, Trico mengeluarkan suara kesakitan, dan sang anak kecil bertanya pada sang raksasa apakah sayapnya patah. The Last Guardian meluncur tanggal 25 Oktober 2016 nanti.

Horizon: Zero Dawn

Seharusnya mendarat di tahun ini, penundaan selama beberapa bulan tampaknya bisa kita maklumi jika kreasi baru Guerilla Games tersebut ternyata seistimewa demonya. Di Horizon: Zero Dawn, Anda bermain sebagai gadis bernama Aloy dalam dunia open world yang cantik dan luas, dipenuhi robot-robot hewan. Sebagian porsi video fokus pada upaya Aloy mengalahkan monster mekanik cuma berbekal pisau dan panah.

Horizon: Zero Dawn akan diluncurkan tahun depan secara eksklusif di PlayStation 4.

Resident Evil VII

Para pengunjung acara Sony di E3 2016 menjadi saksi pengumuman perdana Resident Evil VII Biohazard, disiapkan untuk PlayStation 4, Xbox One dan PC. Saat ini masih belum jelas apakah permainan merupakan pelanjut seri Resident Evil atau digarap sebagai reboot. Menariknya, ada sejumlah kesamaan antara Resident Evil VII dan P.T. ciptaan Hideo Kojima. Jika benar begitu, berarti developer bersungguh-sungguh mengembalikan Resident Evil ke akarnya.

Di waktu rilisnya nanti, Resident Evil VII Biohazard akan didukung mode VR; dan sebentar lagi, pelanggan PlayStation Plus dapat menikmati demonya.

Detroit: Become Human

Diumumkan pertama kali di konferensi pers Sony di Paris Game Week tahun lalu, Detroit: Become Human adalah permainan sci-fi teranyar dari tim pencipta Heavy Rain dan Beyond: Two Souls. Demo memperlihatkan situasi penyanderaan, di mana pilihan dan keputusan Anda bisa memengaruhi hasilnya. Di sana, trailer gameplay memperkenalkan karakter android sekaligus detektif bernama Connor. Sejauh ini, Become Human belum memiliki tanggal rilis.

Days Gone

Mungkin merupakan jawaban atas franchise Dead Rising yang dipegang Microsoft. Meski demikian, Days Gone tampaknya mengangkat narasi yang lebih serius, menghidangkan formula action-adventure open world setelah virus zombie mewabah. Permainan menyajikan tokoh protagonis seorang biker, dikerjakan oleh tim Oregon Sony Bend – yaitu para kreator seri Syphon Filter.

Buat sekarang, belum ada detail soal waktu pelepasannya.

Selain judul-judul di atas, Sony turut mengumumkan agenda remaster Crash Bandicoot, game Spiderman baru, memamerkan gameplay trailer Call of Duty Infinite Warfare, Lego Stars Wars: The Force Awakens dan mengungkap informasi soal PlayStation VR.

Headset virtual reality khusus PlayStation itu akan dijual seharga US$ 400, dan didukung 50 permainan di waktu peluncurannya – termasuk Star Wars Battlefront X-Wing VR Missions, Batman Arkham VR, dan Farpoint VR.

Via Gamespot.