DJI Resmikan Toko Retail Pertamanya di Tiongkok

Di era penjualan yang serba online ini, membangun toko fisik mungkin terasa seperti menghambur-hamburkan uang. Namun itulah yang dilakukan DJI. Pabrikan drone asal Tiongkok tersebut belum lama ini meresmikan toko retail fisik pertamanya di kota kelahirannya, Shenzhen.

Toko ini sangatlah megah. Luas bangunannya 800 meter persegi, dan konstruksinya didasari oleh konsep lingkaran, menandakan bentuk putaran baling-baling milik drone besutan DJI. Terdapat sejumlah zona khusus di dalamnya: ada sebuah teater, lounge, counter reparasi dan area demonstrasi.

DJI Flagship Store

Tidak seperti toko-toko retail milik Apple, Samsung, dan lain sebagainya, toko milik DJI ini tak bisa dijadikan ajang hands-on bagi para pengunjung. DJI menugaskan sejumlah pilot berpengalaman untuk mendemonstrasikan kebolehan tiap-tiap drone-nya. Hal ini bisa dimaklumi karena saya yakin tidak ada pengunjung yang mau diseruduk drone akibat pengunjung lain sedang mencoba-coba menerbangkannya untuk pertama kalinya.

Kendati demikian, toko ini tetap akan menjadi ajang pameran dari lini drone yang dimiliki DJI. Utamanya adalah lini Phantom 3, Inspire 1, Matrice 100, Guidance maupun Spreading Wings. Produk non-drone macam gimbal Ronin dan kamera 4K Osmo juga bakal dijual secara langsung di toko ini.

DJI sendiri sering disebut-sebut sebagai Apple-nya industri drone, dan kehadiran toko retail perdana ini tampaknya akan semakin memantapkan gelar tersebut. Kalau tak percaya, lihat saja foto di bawah dan perhatikan kemiripannya dengan yang terjadi ketika sebuah Apple Store baru diresmikan.

DJI Flagship Store

DJI Flagship Store

DJI Flagship Store

Sumber: DJI dan PR Newswire.

Mobil Hybrid Berteknologi Autopilot Rinspeed Etos Punya Drone Sebagai Asistennya

Namanya mungkin terdengar asing di telinga konsumen awam, tetapi antusias otomotif mengenal Rinspeed sebagai pakar modifikasi sekaligus spesialis restorasi kendaraan klasik. Mulai tahun 1991, perusahaan asal Swiss itu turut berkecimpung dalam desain mobil konsep. Salah satu karya terunik mereka ialah sQuba, mobil sekaligus kapal selam yang terinspirasi dari film James Bond.

Dalam penciptaan kreasi terbarunya, Rinspeed memutuskan buat mengadopsi teknologi futuristis dan segala hal yang berpotensi mempermudah pengendara. Mereka memperkenalkan mobil konsep Etos (ditulis Σtos). Seperti tren populer saat ini, Rinspeed mencoba mengeksplorasi gagasan self-driving, namun tidak mengurangi level kewaspadaan pengemudi terhadap lingkungan di sekitarnya. Uniknya lagi, Etos turut didampingi oleh drone.

Rinspeed Etos 02

Penampilan luar Rinspeed Etos diramu supaya mewakilkan premis kecanggihannya, tapi boleh jadi Anda merasa sedikit familier. Itu karena sebetulnya, Etos memanfaatkan basis dari BMW i8, sebuah mobil sport hybrid yang telah mulai dipasarkan sejak pertengahan 2014. Etos mengusung perpaduan struktur aluminium dan serat karbon, ditambah kaca atap Gorilla persembahan Corning.

Di bagian interior, Etos memiliki setir retractable ZF TRW. Ketika Anda mengaktifkan autopilot, kemudi akan bersembunyi di dashboard, memperluas ruang dalam kendaraan. Anda bisa bersantai sambil membaca buku, atau menyaksikan video melalui dua buah layar curved ultra-HD 21,5-inci. Segmen ‘infotainment‘ Etos didukung oleh teknologi Harman Connected Car, dapat merespon perintah suara, gesture, dan input berupa sentuhan.

Rinspeed Etos 03

Lalu apa fungsinya drone? Rinspeed memilih tipe UAV dari DJI, dapat digunakan untuk bermacam-macam tugas seperti mengirim buket bunga, atau diperintahkan mengambil foto selfie sampai merekam video saat Anda sedang berkendara. Sewaktu tidak aktif, quad-copter bersemayam di drone pad, berada di bagian belakang Etoz. Platform pendaratan itu menyimpan 12.000 buah lampu LED customizable, bisa Anda jadikan message board.

Terdapat delapan kamera HD di luar, menyuguhkan tampilan panorama seluas 180 derajat ke depan serta belakang, tanpa titik buta. Di situasi-situasi rumit misalnya jalan sempit atau parkir, fitur Curb View (memperlihatkan pandangan langsung ke roda) menyala otomatis. Kemudian di perjalanan, sistem navigasi menayangkan tampilan 3D dari gedung, pohon, stasiun, dan lain-lain.

Rencananya, Rinspeed Etos akan dipajang secara perdana di acara Consumer Electronics Show 2016 tanggal 5 Januari nanti.

Rinspeed Etos 04

Sumber: Rinspeed. Via Digital Trends.

DJI Siapkan Kamera Pendeteksi Panas untuk Drone

Drone sebagai hobi atau sebagai perangkat kesayangan seorang sutradara kedengarannya sudah biasa. Tapi drone untuk keperluan SAR (search and rescue) atau agrikultur barulah terdengar sedikit tidak umum. Ranah ini memang bukan untuk kalangan mayoritas konsumen, namun bukan berarti DJI sebagai pabrikan drone nomor satu dunia bakal mengesampingkannya begitu saja.

Pada kenyataannya, DJI sedang menyiapkan senjata baru agar drone besutannya bisa bertugas dengan baik dalam skenario-skenario seperti di atas. Mereka menggandeng sebuah perusahaan ahli di bidang teknologi thermal imaging, FLIR Systems, guna mengembangkan kamera pendeteksi panas buat drone.

Kamera tersebut nantinya akan dinamai Zenmuse XT. Ia kompatibel dengan drone DJI Inspire 1 maupun Matrice M100, sama seperti kamera mirrorless Zenmuse X5. Hal itu juga berarti Zenmuse XT bakal dilengkapi teknologi stabilization dari gimbal milik drone yang terbukti andal sekaligus teknologi transmisi sinyal Lightbridge yang mempunyai jarak amat jauh.

DJI Zenmuse XT

Teknologi pendeteksi panas rancangan FLIR sendiri dapat menghasilkan gambar dengan resolusi hingga 640 x 512 pixel. Karena benar-benar bisa memantau suhu suatu objek, kamera ini pada dasarnya dapat melihat dalam kegelapan maupun di balik kabut atau asap tebal, sehingga akan sangat ideal di tangan tim pemadam kebakaran atau tim inspeksi lainnya.

Kehadiran teknologi pendeteksi panas ini tentu saja akan membuka potensi pengguna drone yang jauh lebih luas lagi. Belum ada keterangan terkait berapa harga kamera Zenmuse XT ini, tapi rencananya ia akan dirilis pada kuartal pertama tahun 2016. Di saat yang sama, DJI juga menyatakan bahwa ke depannya bakal ada lebih banyak produk lagi yang merupakan hasil kolaborasi dengan FLIR Systems.

Sumber: DJI.

Drone Keamanan dari Secom Ini Bisa Mendeteksi Wajah dan Mengikuti Penyusup

Orang awam mungkin menganggap drone sebagai mainan terbang canggih, biasanya dilengkapi kemampuan foto atau videography mumpuni. Namun sebetulnya, UAV telah lama diterapkan buat fungsi militer serta keamanan. Dan berkat makin terjangkaunya komponen-komponen drone, para produsen mulai meraciknya untuk keperluan yang lebih umum.

Belum lama, tim asal Jepang bernama Secom memperkenalkan quad-copter yang berpotensi jadi mimpi buruk para kriminal. Dipasarkan untuk konsumen kelas enterprise, Secom Drone ialah sebuah robot terbang pengawas dan penjaga keamanan. Ia dijanjikan mempunyai kapabilitas pintar, ditopang sistem otomatis serta teknologi imaging mumpuni, sengaja diciptakan buat memonitor bangunan-bangunan besar serta bidang tanah berukuran luas.

Melihat video demonstrasi unggahan Kyodo News, desain Secom Drone tampak lebih futuristis dibanding UAV videography standard. Tubuhnya bulat, diikuti empat lengan melengkung. Baling-baling berada di bawahnya, dilindungi bingkai melingkar dari plastik transparan yang saling menyambung. Rancangannya menyerupai miniatur UFO. Drone memiliki ukuran 570x570x225-milimeter dan berbobot 2,2-kilogram sudah termasuk baterai.

Secom Drone dilengkapi sabuah kamera dan lampu LED, berfungsi untuk memotret individu-individu mencurigakan beserta kendaraan yang mereka gunakan. Prosedur kerjanya seperti ini: UAV Secom diletakkan di atas landing pad sekaligus unit charging agar ia selalu siap diaktifkan. Ketika penyusup terdeteksi, drone akan segera melesat dan melayang setinggi tiga sampai lima meter di atas tersangka.

Tak cuma terbang, Secom Drone sanggup mengikuti target, bergerak di kecepatan mencapai 10-kilometer per jam. Sembari melacak, kamera turut berusaha mengambil foto wajah sang penyusup, alat transportasi, serta area di sekitarnya. Data-data tersebut – berupa informasi warna kulit, tipe kendaraan, nomor pelat, dan lain-lain – segera dikirim ke server pusat, dan sistem akan menganalisis level bahaya serta urgensi.

Secom Drone 02

Bagi Anda yang belum familier dengan Secom, mereka adalah perusahaan pribadi spesialis keamanan, telah memperluas layanannya ke negara-negara Asia, termasuk Indonesia, Australia dan Selandia Baru. Secom menawarkan bermacam-macam sistem alarm, CCTV, solusi kontrol akses, sampai penyediaan petugas keamanan. Tapi tentu, mereka belum mampu mengalahkan kecanggihan Secom Drone.

Secom Drone disajikan sebagai servis berlangganan. Satu unit drone ditawarkan di harga ¥ 800.000 (US$ 6.575), dan Anda perlu mengeluarkan biaya sebesar ¥ 5,000 (US$ 40) per bulan.

Via Digital Trends. Sumber: Secom.co.jp.

Disebut Sebagai Smart Drone Pertama di Dunia, 3DR Solo Mendarat di Indonesia

Sudah hampir sembilan tahun berlalu semenjak Chris Anderson dan anak-anaknya merakit drone dengan memanfaatkan komponen Lego Mind Machine. Kini perusahaan yang ia pimpin bersama Jordi Muñoz, 3D Robotics, diakui sebagai produsen drone komersil terbesar asal Amerika Serikat. Dan tim 3DR baru saja mengumumkan kabar gembira buat para antusias quad-copter di Tanah Air.

Developer sekaligus pemasok barang-barang teknologi dan robotik, Halo Robotics, baru saja mengumumkan penandatanganan perjanjian distribusi dengan 3D Robotics untuk menghadirkan Solo ke nusantara. Melalui langkah ini, Indonesia menjadi negara Asia pertama tempat 3DR Solo mendarat. Solo merupakan seri flagship ciptaan perusahaan asal Berkeley tersebut, dibekali beragam fitur canggih hingga 3DR tak ragu menyebutnya sebagai drone pintar pertama di dunia.

3DR Solo 05

Saking pintarnya, 3DR berpendapat bahwa Solo kurang pantas disebut drone. Apa yang membuatnya begitu cerdas? Pertama, produsen menanamkan sistem autopilot Pixhawk 2. Lalu ia beroperasi dengan dua komputer berkecepatan 1GHz, satu terdapat di unit copter, dan satu lagi di controller. Mereka berdua tersambung lewat sinyal Wi-Fi khusus, dimediasi sistem 3DR Link.

3DR Solo 04

Melalui dua komputer itu, 3DR bisa membagi tugas tiap-tiap fungsi Solo. Bagi drone videography pada umumnya, autopilot adalah tulang punggung, kerusakan pada sistem ini dapat berakibat fatal. Tapi berkat pembagian peran – Smart Shots, transmisi video HD dan kendali kamera GoPro di satu komputer; dan autopilot di komputer lain – peluang kegagalan sistem jadi berkurang drastis.

3DR Solo 11

3DR Solo 09

Di sesi demonstrasi, chief revenue officer Colin Guinn menekankan betapa mudahnya mengoperasikan Solo. Ia bisa terbang cukup dengan menekan satu tombol, memberikan kesempatan bagi user paling awam untuk mengambil gambar serta video ala profesional. Sistem drone berjalan penuh secara otomatis, menjaga prosedur penerbangan tetap stabil, sehingga Anda segera mendapatkan sudut-sudut sinematik. Inilah kapabilitas Smart Shots.

3DR Solo 08

3DR Solo 10

Dengannya, 3DR Solo bisa melakukan bermacam-macam manuver. Satu contohnya ialah mode Cablecam, di mana drone seolah-olah terpaut ke kabel virtual. Ia akan bergerak mengikuti jalur, dan Anda dibebaskan mengarahkan kamera. Atau silakan gunakan mode Orbit, memerintahkan Solo mengelilingi objek target pilihan, dan kita dibebaskan menentukan jarak. Anda juga dapat mengaktifkan fitur Selfie atau Follow – hands-free, merekam segala gerakan pengguna.

3DR Solo 06

3DR Solo 12

Peracikan Solo dilakukan 3D Robotics bersama tim GoPro, dan tentunya drone dioptimalkan buat action camera tersebut. Untuk sekarang ia menjadi satu-satunya quad-copter UAV yang menawarkan fungsi streaming video HD dari device GoPro langsung ke perangkat bergerak dengan jarak mencapai 800-meter, plus fitur-fitur eksklusif lain berkat integrasi kedua device.

3DR Solo 01

Unit controller tidak kalah spesial. Komponen ini dibentuk menyerupai gamepad, rancangannya ergonomis dan didesain spesifik demi mendukung fotografi udara. Dan tetap berpedoman pada bentuk ala periferal gaming, 3DR bahkan mencantumkan tombol pause, buat mengerem dan menghentikan drone di udara. Disediakan pula app khusus untuk perangkat iOS dan Android, dengan kemudahan konfigurasi akses ke tampilan live atau satellite view, mengendalikan arah GoPro, bahkan kita bisa mengustomisasi respons controller.

3DR Solo 07

3DR Solo kompatibel dengan GoPro Hero3, 3+, dan Hero4. Buat streaming video, drone menyuguhkan resolusi 720p. Ia dapat terbang selama 20 sampai 25 menit (ditopang baterai 5.200mAh), sanggup melesat mencapai kecepatan 89-km/jam, dan bisa membawa beban maksimal 420-gram. Bobotnya sendiri ialah 1,8kg, sudah meliputi kamera GoPro dan gimbal, mempunyai tinggi 25cm dan lebar 46cm.

3DR Solo 13

Colin Guinn sempat menjelaskan bahwa Solo akan sangat sempurna buat mengabadikan keindahan alam Indonesia, dengan contoh skenario menerbangkan drone tersebut di pantai pulau Bali. Saya penasaran apakah Solo turut didukung daya tahan terhadap cuaca, dan menanyakannya pada Guinn. Ia bilang, bagian eksterior drone memang diramu sedemikian rupa supaya memperkecil potensi kerusakan, namun tetap rentan terhadap air serta pasir.

Jika hal yang tidak diinginkan itu terjadi, 3DR telah menyiapkan jalan keluar. Biasanya unit rusak harus diperbaiki secara keseluruhan, memakan waktu sampai dua bulan. Solusi mereka adalah mengusung desain modular. Ketika salah satu motor tidak bekerja, kita bisa melepasnya sendiri – entah untuk diganti atau diperbaiki.

3DR Solo masuk ke pasar Indonesia secara resmi pada tanggal 14 Desember 2015. Harganya tidak murah. Ia dijajakan di Rp 17 juta, atau Rp 24 juta sudah termasuk gimbal.

DJI Ciptakan Drone Pintar untuk Para Petani

Drone bukan lagi sekedar mainan atau barang hobi. Banyak videografer yang telah membuktikan pengaplikasian drone di bidang profesional. Kini DJI semakin memperkuat bukti tersebut dengan merambah ke bidang pertanian lewat DJI Agras MG-1.

MG-1 sangat berbeda dari drone biasa. Ia juga tak bisa disebut quadcopter karena mengusung 8 rotor. Dirinya pun tak dilengkapi kamera, melainkan alat penyemprot pupuk cair, lengkap dengan tangki berkapasitas 10 liter.

Menurut klaim DJI, kinerja drone anti-air dan anti-korosi ini sangatlah efisien – lebih dari 40 kali lipat lebih efisien ketimbang menyemprot secara manual. Setiap jamnya, MG-1 sanggup menjangkau lahan seluas 4 hektar.

DJI Agras MG-1

MG-1 punya kecepatan maksimum 8 meter per jam. Selagi mengudara, komponen radar microwave akan memindai apa saja yang berada di bawah drone. Dengan demikian, MG-1 dapat mengatur ketinggian secara otomatis berdasarkan jarak optimal antara alat penyemprot dan tanaman. Ia juga bakal menyesuaikan deras tidaknya semprotan berdasarkan kecepatannya mengudara.

Penyemprotan ini bisa dilakukan secara otomatis, semi-otomatis atau manual menggunakan remote control. Hal lain yang cukup menarik adalah, putaran setiap baling-balingnya ikut membantu pergerakan pupuk cair yang disemprotkan ke bawah.

Dari segi fisik, MG-1 tak cuma menarik berkat penggunaan 8 rotor. Ia turut mengemas sistem pendingin yang cerdas, memanfaatkan udara dari luar yang masuk lewat ventilasi di bagian depan bodinya, lalu disalurkan ke masing-masing rotor supaya tidak cepat panas.

DJI turut membekalinya dengan kemampuan mengingat lokasi terakhir penyemprotan. Jadi semisal baterainya akan habis, ia akan kembali secara otomatis untuk di-charge. Setelah terisi penuh, MG-1 akan terbang kembali menuju titik terakhir penyemprotan dilakukan dan melanjutkan tugasnya. Saat sedang tak digunakan, lengan masing-masing rotornya bisa dilipat ke dalam agar mudah dibawa-bawa.

DJI Agras MG-1

Sejauh ini kita bisa melihat bahwa DJI Agras MG-1 bukanlah produk yang ditujukan untuk konsumen secara umum. DJI berencana memasarkannya terlebih dulu di Tiongkok dan Korea, baru setelah itu menyusul ke kawasan lain. Harganya belum diketahui secara pasti, tapi dikabarkan bisa mencapai angka $15.000.

Mengingat Indonesia merupakan negara yang cukup memprioritaskan sektor agrikultur, saya kira DJI juga akan tertarik memasarkan Agras MG-1 di sini sesegera mungkin.

Sumber: SlashGear dan The Verge.

Tech Forward Conference Singkap Potensi IoT di Ranah VR, AR, dan Robotik

Ada fakta-fakta menarik seputar Internet of Things. 87 persen penduduk planet Bumi sama sekali belum pernah mendengar istilah tersebut, padahal mesin ATM masuk dalam kategori IoT dan mulai dimanfaatkan sejak 1974. Lalu di 2008, perangkat yang tehubung ke internet sudah melewati total populasi manusia. Dan sekarang terhitung ada 4,9 miliar objek telah ‘saling terhubung’.

Angka-angka di atas memang fantastis, dan sebagai upaya menyibak potensi Internet of Things, tema tersebut diangkat di acara Tech Forward Conference 2015. Sederhananya, IoT ialah jaringan objek elektronik yang mampu mengumpulkan dan bertukar data. Ia membuka jalan bagi bermacam-macam ranah, dari wearable, agrikultur, produksi, hingga smart city serta smart home. Dan di artikel ini, saya akan fokus pada robotik, augmented reality serta VR.

Tech Forward Conference 2015 01

Mengapa drone boleh dibilang merupakan bagian dari IoT? Jawabannya bisa kita lihat dari tren penggunaan unmanned aerial vehicle di lini foto dan videography. Di sesi presentasinya, Gatot Budiman dan Dony Riyanto menuturkan bagaimana drone adalah masa depan Internet of Things. Alasannya karena mereka tidak statis, ‘deployable‘, fleksibel dalam membawa beban, dapat diprogram untuk misi berbeda, dan tidak ada kriteria desain.

Tech Forward Conference 2015 03

Drone terdiri dari sejumlah komponen yang menjadikannya device IoT, misalnya sistem komunikasi, software, GPS, sensor, kamera dan lain-lain. Di segi komersial, umur adopsinya tergolong sangat muda dan menjanjikan. Para narasumber bilang, salah satu alasan mengapa drone naik daun ialah, tak seperti dunia penerbangan, ia tidak menuntut standard terlalu tinggi. Anda cukup membutuhkan keseriusan buat mempelajarinya. Buktinya, ahli aerial imaging UAV Gatot Budiman turut berprofesi sebagai guru seni rupa.

Tech Forward Conference 2015 10

Naik ke jenjang yang lebih umum, Internet of Things membuat robot jadi lebih merakyat dan dapat diaplikasikan ke fungsi edukasi. Founder Saft7 Robotics Firmansyah Saftari mengatakan, bermacam-macam opsi kit microcontroller sangat memudahkan khalayak berkecimpung di dunia robotik. Ia sempat memamerkan dua desain di Saft7, yaitu Arm Robot, robot berbentuk lengan; dan Alien Robot, mempunyai empat kaki dan berbentuk mirip laba-laba.

Tech Forward Conference 2015 09

Dan ternyata, Firmansyah bukan cuma mahir di bidang robot. Ia juga menaruh minat di produksi video 360 dan virtual reality. Video 360 merupakan jenis rekaman yang menampilkan adegan spherical atau melingkar, di mana kamera merekam ruangan dari segala sudut. Ketertarikan ini Firmansyah tuangkan dengan merancang swivel mount untuk camera action sejenis GoPro, dan menjualnya secara komersial.

Tech Forward Conference 2015 06

Berbicara soal VR, tentu kita harus mendengar penjelasan langsung dari mereka yang berkecimpung langsung dalam industri. Tim pelaksana Tech Forward Conference 2015 tak lupa mengundang Fabien Feintrenie selaku CEO dan co-founder Noodles LLC, tim special effect dan digital arts – turut mengerjakan film animasi seperti komedi horor Rubber, Wrong, Reality dan Wrong Cops. Noodles juga fokus pada pembuatan konten virtual reality, sempat mengajak peserta konferensi buat menjajal karya mereka via Oculus Rift DK2.

Tech Forward Conference 2015 07

Kepada Feintrenie, saya bertanya mengenai teknologi VR apa yang paling dinanti oleh Noodles. Dalam perspektif produsen konten, ia memerlukan model kamera 360 model terbaru dengan kapabilitas ‘mendeteksi cahaya tertentu’, kabarnya baru dirilis tahun depan (sekali lagi memperlihatkan bagaimana device dan tema Internet of Things saling terkoneksi, meskipun tidak secara langsung).

Tech Forward Conference 2015 04

Di ranah augmented reality, Octagon Studio asal Bandung memberikan presentasi mengenai metode Internet of Things mengubah cara manusia berinteraksi dengan informasi digital. Contoh kreasi mereka yang sudah dirilis ke publik adalah kartu-kartu AR interaktif, dikombinasikan bersama aplikasi mobile.

Tech Forward Conference 2015 05

Buat sekarang, implementasinya memang lebih ditujukan untuk edukasi multimedia, dan dirancang agar kompatibel ke perangkat-perangkat kelas entry-level sampai level menengah. Namun demikian, Lukman Hakim selaku technical manager Octagon sempat menyatakan pada saya bahwa mereka sedang mengembangkan konsep hiburan augmented reality yang lebih ambisius, dan juga telah lama melirik VR.

Laju pertumbuhan Internet of Things tidak bisa dibendung, dan apa yang Anda saksikan saat ini hanyalah permulaan. Analis memperkirakan, lima tahun lagi, akan ada 50 miliar device elektronik saling tersambung satu sama lainnya.

Amazon Pamerkan Iterasi Terbaru dari Drone Pengirim Barangnya

Hampir dua tahun telah berlalu sejak Amazon memperkenalkan ide pengiriman barang dengan drone. Didapuk Amazon Prime Air, inisiatif ini rupanya terus dikembangkan oleh Amazon selagi menunggu lampu hijau dari Federal Aviation Administration (FAA).

Menjelang akhir tahun, Amazon kini siap memamerkan iterasi terbaru dari drone pengirim barang buatannya. Dalam sebuah video demonstrasi yang dibawakan oleh mantan pembawa acara Top Gear, Jeremy Clarkson, tampak bahwa prototipe barunya memiliki ukuran yang lebih besar, sanggup terbang hingga ketinggian sekitar 120 meter dan menempuh jarak 24 kilometer.

Drone ini bisa mengangkut barang seberat kurang lebih 2 kilogram, dan estimasi waktu pengiriman yang dijanjikan masih sama, yakni 30 menit setelah konsumen melakukan pemesanan. Melihat videonya, tampak bahwa kecepatan maksimumnya kemungkinan bisa mencapai angka 100 km/jam.

Clarkson lanjut menjelaskan bahwa drone ini juga dilengkapi kemampuan untuk mengenali kondisi di sekitarnya sekaligus menghindari objek yang menghalangi rutenya. Saat drone sudah hampir tiba di tujuan, konsumen akan mendapatkan notifikasi. Selanjutnya konsumen mungkin bisa menyiapkan halaman rumahnya dengan menempatkan semacam karton berlogo Amazon sebagai indikator lokasi drone mendarat.

Amazon Prime Air

Namun yang lebih menarik lagi adalah, ini bukan satu-satunya drone yang bakal ditugaskan Amazon. Nantinya bakal ada sejumlah model yang disesuaikan dengan kondisi tiap-tiap daerah. Saya pribadi menduga ada model yang berukuran kecil untuk mengakomodasi pengiriman ke hunian apartemen.

Sejauh ini Amazon tampaknya belum berani mengungkapkan tanggal pasti beroperasinya layanan Amazon Prime Air. Merujuk pada pernyataannya di tahun 2013 kemarin, mereka butuh paling lambat 4 – 5 tahun lagi – baik untuk pengembangan maupun uji kelayakan. Jadi sepertinya kita masih harus menunggu dua tahun lagi sebelum Amazon Prime Air bisa terealisasi untuk publik.

Sumber: VentureBeat.

Parrot Bebop 2 Diungkap, Andalkan Daya Baterai 2x Lipat dan Performa Lebih Ngebut

Pabrikan drone asal Perancis, Parrot, kembali mengumumkan kehadiran produk terbarunya, Bebop 2. Drone ini merupakan penerus langsung dari Parrot Bebop yang diluncurkan tahun lalu. Meski mengusung label “2”, pembaruan yang diusung sejatinya tidak begitu banyak.

Fisik Parrot Bebop 2 kurang lebih sama seperti pendahulunya. Konsep desainnya pun tidak berubah: posisi kamera masih terletak pada bagian hidung. Tidak seperti drone lain yang mengandalkan gimbal, kamera ini tertanam di dalam bodi Bebop 2. Maka dari itu, Parrot turut membekalinya dengan sistem stabilizer berbasis software.

Dari segi kualitas, komponen optik milik kamera ini juga sama dengan yang terdapat di Bebop orisinil: 14 megapixel, 1080p dengan sudut pandang 180 derajat. Parrot merasa sejauh ini performanya masih cukup bagus. Anggapan ini tidak berlebihan, karena berdasarkan pengalaman para reviewer, kelemahan utama Bebop orisinil terletak pada konektivitasnya yang kurang stabil.

Kini, Bebop 2 diklaim bisa mempertahankan koneksi ke smartphone atau tablet dengan lebih baik. Sama seperti pendahulunya, Bebop 2 juga akan ditemani dengan komponen SkyController yang dijual dalam bundle terpisah. Dengan SkyController, jangkauan Bebop 2 bisa diperluas hingga mencapai angka 2 kilometer.

Parrot SkyController Black Edition

Terus, apa lagi yang baru dari Bebop 2? Menurut pengakuan Parrot sendiri, mereka berhasil mengurangi jumlah komponen-komponen yang bergerak di dalam Bebop 2, lalu menggantinya dengan software. Hal ini juga diyakini berdampak pada soliditas bodi drone itu sendiri.

Selanjutnya, Bebop 2 juga lebih ngebut, dengan kecepatan maksimum sekitar 34 km/jam. Daya tahan baterainya juga telah meningkat pesat. Kalau Bebop orisinil hanya bisa mengudara selama 12 menit dalam satu kali charge, Bebop 2 kini diklaim bisa beroperasi sampai 25 menit sekaligus.

Parrot Bebop 2

Selebihnya, Anda masih akan bertemu dengan sebuah drone bertubuh ringkas yang dibekali dengan komputer dan sederet sensor yang amat canggih, mulai dari accelerometer dan gyroscope sampai GPS dan sensor ultrasound.

Parrot Bebop 2 rencananya bakal mulai dipasarkan pada pertengahan Desember mendatang seharga $550. Bersamaan dengan itu, Parrot juga akan menawarkan bundle Bebop 2 dan SkyController seharga $800.

Sumber: The Verge dan Digital Trends.

Drone ‘Kertas’ PowerUp Dapatkan Upgrade Fitur Kamera Live Streaming

Didorong kecintaannya pada dunia penerbangan (dan fakta bahwa ia berprofesi sebagai pilot selama 25 tahun), Shai Goitein sukses menggabungkan mainan tradisional dan teknologi drone dengan produk bernama PowerUp. Premisnya unik, di mana kita bisa mengubah pesawat kertas menjadi mainan remote control. Namun sudah lebih dari setahun semenjak model terbarunya diperkenalkan.

Melalui platform crowdfunding yang sama ketika Goitein memulai proyek PowerUp, sang inventor mengumumkan versi terbaru dari kreasinya tersebut. Kali ini, Shai Goitein menamainya PowerUp FPV, yaitu sebuah drone pesawat kertas berkemampuan live streaming. FPV sendiri merupakan singkatan dari first-person view, dan perangkat mengajak Anda merasakan pengalaman terbang dengan ‘duduk di kokpit virtual’.

Penyajian PowerUp FPV cukup mirip dengan FLYBi atau Elf. Ia diklaim sebagai drone pesawat kertas pertama yang memiliki kamera live stream. Kontennya disalurkan real-time ke device penerima, dalam hal ini smartphone, dan Anda diberikan pilihan: mengendalikannya secara manual di layar sentuh, atau via head-mounted display virtual reality mobile semisal headset Cardboard lewat gerakan kepala.

PowerUp FPV 02

Developer menggandeng Parrot untuk menggarap teknologi kamera. Live stream tersambung melalui Wi-Fi dengan jangkauan lebih dari 90 meter. Lensanya sendiri memanfaatkan jenis ultra wide-angle, dan jika tidak diakses dari headset VR, kita dapat mengarahkan kamera ke sisi samping ataupun belakang. Video dan foto selama terbang akan disimpan dalam kartu microSD, kemudian datanya disalurkan wireless ke handset.

Jarak 90 meter memang terbilang pendek, tapi disesuaikan dengan laju PowerUp FPV yang tidak terlalu kencang, maksimal di kecepatan 32-kilometer per jam. Tim pimpinan Goitein turut menyediakan baterai 550mAh hot swap, sanggup aktif selama kurang lebih 10 menit sebelum Anda harus menukarnya. Pengoperasiannya dijanjikan tidak sulit, didukung kompatibilitas ke beberapa jenis headset. Untuk mempermudah proses penerbangan, PowerUp FPV dilengkapi fitur AutoPilot Assisted.

Untuk memakainya, kita tinggal menambahkan modul PowerUp pada pesawat kertas. Silakan tentukan sendiri rancangan pesawatnya – entah lebih cepat, mudah dikendalikan atau lebih akrobatik. Tak usah cemas soal ketangguhannya, bingkai PowerUp FPV terbuat dari kombinasi serat karbon dan nilon. Ia juga mampu mendeteksi tabrakan, otomatis mematikan motor dan baling-baling.

PowerUp FPV bisa Anda pesan sekarang di Kickstarter seharga mulai dari US$ 160 (lebih murah US$ 20 dibanding harga retail). Paket basic meliputi satu unit FPV, sebuah headset dan satu baterai.