Razer Fintech Akuisisi E2Pay untuk Perluas Layanan di Indonesia

Lebih dikenal sebagai perusahaan pengembang hardware, khususnya untuk gaming, Razer merilis entitas terpisah Razer Fintech untuk melayani segmen finansial.

Razer Fintech mengklaim saat ini sudah menjadi salah satu jaringan pembayaran digital O2O terkemuka di Asia Tenggara. Perusahaan disebutkan telah memproses lebih dari miliaran dolar untuk total nilai pembayaran.

“Kami memiliki teknologi yang bisa menghadirkan fraud detection, risk management, dan lainnya. Memudahkan merchant untuk melakukan integrasi hanya dalam satu platform, sehingga tidak perlu lagi untuk mencari mitra [fintech] lebih dari satu,” kata CEO Razer Fintech Lee Li Meng.

Kepada DailySocial, Li Meng mengungkapkan, untuk memperluas bisnis mereka di pasar Indonesia, Razer Fintech melakukan akuisisi terhadap PT E2Pay Global Utama (E2Pay), salah satu fasilitator pembayaran digital B2B2C dan pemilik lisensi e-money.

Platform yang telah mendapatkan izin Bank Indonesia sejak tahun 2018 ini dikenal sebagai pengembang solusi payment gateway. Membidik segmentasi B2B, E2Pay menyajikan solusi yang dapat diintegrasikan untuk sistem pembayaran berbagai sumber, mulai dari internet/mobile banking, kartu kredit, e-money, hingga virtual account.

“Akuisisi E2Pay memungkinkan mempercepat masuknya kami ke Indonesia, salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat ekonomi digital di Asia Tenggara. Juga dapat melayani kebutuhan pembayaran digital dengan lebih baik dari merchant regional dan global kami,” kata Li Meng.

Melalui akuisisi ini, Razer Fintech dan E2Pay berupaya memberikan kontribusi bagi GMV Indonesia yang diharapkan mencapai $124 Miliar pada tahun 2025.

“Kami berharap sinergi antara E2Pay dan Razer Fintech akan memungkinkan kedua organisasi memanfaatkan para merchant kami untuk tumbuh, memperluas, dan meningkatkan jangkauan platform kami di seluruh Asia Tenggara,” kata Chairman E2Pay Rudy Danandjaja.

Selain solusi payment gateway E2Pay yang sudah digunakan banyak platform markeplace, mereka juga memiliki solusi M-Bayar sebagai platform e-money. Salah satu mitra terpopuler M-Bayar adalah platform transfer antar bank Flip.

Setelah Indonesia, Razer Fintech memiliki rencana mengakuisisi mitra baru di Bangladesh untuk memperkuat posisi perusahaan di kawasan regional.

E2Pay Prepares m-Bayar App After Acquiring E-Money License from Bank Indonesia

Bank Indonesia (BI) has recently issued another e-money license, it’s for PT E2Pay Global Utama for its product m-Bayar. In the license number, it has been issued since May 22, 2018. However, it’s valid for operational per September 2018.

E2Pay was previously known as payment gateway solution developer. Aiming for B2B segment, E2Pay provides an app to be integrated for payment system from many sources, from internet/mobile banking, credit card, e-money, and virtual account. The service might be needed for e-commerce or other apps requiring payment channel.

M-Bayar turns into B2C product of E2Pay, targeting consumers directly. In the form of payment app, m-Bayar has some features, such as mDeals, mBills, mShop, mTransfer, mDonation, mPromo, mEdu, and mServices. Currently, only mDeals and mDonation apps are fully available in the App Store and Google Play.

mDeals is a service for various kinds of vouchers, such as top-up balance, electricity, and many more. On the other hand, mDonation connects customers with the social support organizer.

When you see the kinds of features prepared, m-Pay has the intention to become an all-in-one app for all types of payments. It includes shopping, education, and other bills. It goes along the product mission from many other previous providers which already received and acquired the e-money license.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

E2Pay Dapatkan Lisensi E-money Bank Indonesia, Matangkan Aplikasi m-Bayar

Bank Indonesia (BI) baru-baru ini kembali merilis lisensi uang elektronik (e-money), kali ini diberikan kepada PT E2Pay Global Utama untuk produk m-Bayar. Dalam nomor izin, tertera bahwa lisensi tersebut sudah diterbitkan sejak 22 Mei 2018. Akan tetapi tanggal efektif operasional yang diberikan baru per September 2018.

E2Pay sendiri sebelumnya dikenal sebagai pengembang solusi payment gateway. Membidik segmentasi B2B, E2Pay menyajikan aplikasi yang dapat diintegrasikan untuk sistem pembayaran dari berbagai sumber, mulai dari internet/mobile banking, kartu kredit, e-money, hingga virtual account. Layanan tersebut biasanya dibutuhkan di situs e-commerce atau aplikasi yang memerlukan kanal pembayaran.

Sementara itu m-Bayar menjadi produk B2C dari E2Pay, menyasar kalangan konsumen secara langsung. Berbentuk aplikasi pembayaran, m-Bayar memiliki beberapa fitur, di antaranya mDeals, mBills, mShop, mTransfer, mDonation, mPromo, mEdu dan mServices. Saat ini baru mDeals dan mDonation yang sudah bisa digunakan penuh di App Store dan Google Play.

mDeals adalah layanan untuk pembelian berbagai voucher, seperti pulsa, listrik, dan sebagainya. Sementara mDonation menghubungkan pengguna dengan pihak penyelenggara bantuan sosial.

Jika melihat varian fitur yang sudah disiapkan, m-Bayar tampak ingin menjadi all-in-one apps untuk berbagai jenis pembayaran. Termasuk untuk berbelanja, membayar pendidikan, hingga berbagai tagihan lainnya. Senada dengan misi produk pembayaran dari berbagai penyedia yang sudah terlebih dulu hadir dan mendapatkan lisensi e-money.

Application Information Will Show Up Here

Kolaborasi Startup dan Korporasi Bisa Buka Peluang Baru

Tren bekerja di startup kini memang tengah naik daun di Indonesia. Startup bahkan menjadi salah satu pilihan utama untuk berkarier bagi anak muda masa kini. Sebut saja Go-Jek dan Tokopedia yang kini telah menjadi salah satu tujuan utama.

Ada banyak privilege yang dapat dinikmati saat bekerja di startup dibandingkan di korporasi. Selain fleksibel, startup juga membuka banyak peluang dan kreativitas untuk bisa menciptakan solusi atas berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Kendati demikian, baik startup dan korporasi juga memiliki tantangannya masing-masing. Bagi startup, tantangan untuk masuk ke pasar dirasa sulit karena berbagai keterbatasan. Sedangkan korporasi juga dituntut untuk selalu berinovasi dan mengikuti tren bisnis yang terus berubah.

Lalu, apa yang menjadi benang merah bagi keduanya?

Pada diskusi bertajuk “The Possibility of Collaboration Between Established Company and Startup”, CEO Bizcom Indonesia, Sendra Wong, mengungkapkan bahwa kolaborasi antara startup dan korporasi sangat diperlukan saat ini. Para pelaku bisnis perlu melihat kolaborasi sebagai perspektif baru dalam mendorong perusahaannya.

“Bekerja di startup dan korporasi sama-sama punya tantangan. Kalau berkolaborasi, keduanya bisa saling melengkapi dan memperoleh keuntungan,” ujar Sendra ditemui saat diskusi di Investor Gathering ke-17 yang dihelat Bizcom Indonesia di Jakarta, Kamis (26/7/).

Bentuk kolaborasi ini dapat mengacu pada keuntungan bersama atau mutual benefit. Ia mencontohkan bagaimana akhirnya transportasi konvensional berkolaborasi dengan penyedia layanan ride-sharing setelah sebelumnya sempat berkonflik panjang.

Lewat kolaborasi, startup penyedia ride-sharing dapat memperoleh keuntungan dari sisi reputasi hingga data milik perusahaan transportasi konvensional. Sebaliknya, perusahaan konvensional dapat memanfaatkan teknologi startup untuk mengoptimalkan bisnis mereka.

Lebih lanjut, sebetulnya ada banyak opsi bagi perusahaan korporasi untuk meningkatkan bisnisnya, misalnya merger atau akuisisi perusahaan lain sebagai strategi tepat ketimbang harus membentuk perusahaan baru dari nol.

Namun, Direksi Holding Jababeka Group, Sutedja Sidarta Darmono justru menilai berkolaborasi dengan startup membuka potensi lebih besar ketimbang memilih strategi merger atau akuisisi. Selain lebih efisien karena menghemat biaya, kolaborasi ini dapat menciptakan ekosistem baru.

“Contoh saja, kami sedang membangun township, banyak effort yang kami taruh pada proyek ini dengan high technology. Tapi ini bisa jadi ekosistem bagus untuk startup, karena bisa berkolaborasi dan mereka bisa berkembang,” ungkapnya pada kesempatan sama.

Menurut Division Head E2Pay, Ariyo Nugroho, kolaborasi ini dapat menguntungkan startup dari sisi SDM. Pasalnya, korporasi memiliki sumber daya manusia (SDM) dan modal yang lebih memadai.

“Sebagai startup, kita sebetulnya tidak punya luxury seperti perusahaan. Kita bahkan tidak bisa compete dengan salary. Ini menekankan pentingnya kolaborasi,” ujar Ariyo.

Sementara, Principal Alpha JWC, Erika Dianasari menambahkan, ketimbang menggunakan strategi build or buy, kolaborasi bisa menjadi langkah krusial bagi bisnis meski akan ada banyak distraksi.

“Bagi saya, talent atau human capital itu penting dan jadi aset bagi perusahaan. Startup pasti menemui challenge dan task untuk bisa menguasai pasar. Kolaborasi antar SDM bisa saling menguntungkan dan menghasilkan karya yang bagus.”