TWS Baru Sony Lebih Ringkas dari Sebelumnya, Tapi Kinerjanya Lebih Baik dan Baterainya Lebih Awet

Pasar TWS saat ini sudah sangat berbeda dari dua tahun yang lalu. Di tahun 2019, TWS dengan active noise cancellation (ANC) masih segelintir dan rata-rata berharga mahal. Sekarang, bahkan TWS dengan banderol di bawah satu juta rupiah pun sudah ada yang menawarkan ANC.

Singkat cerita, TWS murah semakin bagus kualitasnya, dan TWS premium pun sudah seharusnya lebih unggul lagi. Nampaknya inilah yang hendak dibuktikan Sony melalui TWS terbarunya, Sony WF-1000XM4. Sesuai namanya, ia merupakan penerus langsung dari Sony WF-1000XM3 yang dirilis dua tahun silam.

Desain fisiknya sudah berubah cukup drastis, dan ukuran beserta bobotnya telah menyusut sekitar 10% jika dibandingkan pendahulunya. Juga ikut disempurnakan adalah eartip-nya, yang kini terbuat dari bahan busa polyurethane yang lembut sekaligus elastis. Berkat perubahan-perubahan di sektor desain ini, WF-1000XM4 diklaim bisa lebih ‘lengket’ di telinga.

Berbeda dari pendahulunya, WF-1000XM4 telah mengantongi sertifikasi IPX4, yang berarti ia siap digunakan walaupun hujan tengah mengguyur. Perlu dicatat, yang tahan air cuma unit TWS-nya saja, sedangkan charging case-nya tidak. Case-nya sendiri sudah menciut sekitar 40% dibandingkan milik pendahulunya, dan kini kompatibel dengan Qi wireless charging.

Selain menjanjikan ergonomi yang lebih baik, WF-1000XM4 turut mengunggulkan kinerja ANC beserta kualitas suara yang lebih superior, salah satunya berkat penggunaan chip baru bernama V1. Menurut Sony, chip ini mampu menyuguhkan performa pemblokiran suara yang lebih efektif lagi ketimbang chip QN1e milik generasi sebelumnya.

WF-1000XM4 juga mengemas driver 6 mm baru yang memiliki volume magnet 20% lebih besar. Dampaknya bukan cuma reproduksi suara bass yang lebih baik, melainkan juga berpengaruh terhadap kinerja ANC secara keseluruhan berkat kemampuannya menghasilkan sinyal pemblokir yang sangat presisi di frekuensi rendah. WF-1000XM4 juga mendukung LDAC, codec besutan Sony yang mampu mentransmisikan data dalam jumlah tiga kali lebih banyak (maksimum hingga 990 kbps) ketimbang codec Bluetooth konvensional.

Speak-to-Chat, fitur unik yang menjadi unggulan headphone Sony WH-1000XM4, kini juga tersedia di TWS ini. Berkat fitur ini, setiap kali pengguna berbicara dengan seseorang, audio akan dihentikan secara otomatis, dan mode transparency bakal aktif dengan sendirinya sehingga pengguna dapat mendengarkan suara di sekitarnya secara jelas. Saat percakapan telah usai, audio akan kembali diputar secara otomatis.

Sony mengklaim kinerja mikrofon di WF-1000XM4 lebih bisa diandalkan berkat penambahan sensor bone conduction, yang bertugas menangkap hanya getaran yang berasal dari suara pengguna. Alternatifnya, pengguna juga bisa mengaktifkan mode transparency dengan menyentuh dan menahan earpiece sebelah kiri.

Kabar baiknya, semua penyempurnaan ini bisa dihadirkan tanpa mengorbankan aspek yang paling penting, yakni baterai. Pada kenyataannya, WF-1000XM4 justru punya daya tahan baterai yang lebih baik lagi daripada pendahulunya: 8 jam per charge, atau total 24 jam bersama charging case-nya, dan itu dengan fitur ANC selalu menyala. Kalau ANC-nya dimatikan, perangkat malah bisa beroperasi hingga 12 jam per charge, atau total 36 jam.

Di Amerika Serikat, Sony WF-1000XM4 saat ini sudah dijual seharga $280 (± Rp3,99 juta), alias $50 lebih mahal daripada pendahulunya. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni hitam dan silver. Semoga saja harganya di Indonesia bisa lebih murah daripada kursnya, seperti kasusnya pada Sony WH-1000XM4.

Sumber: The Verge dan Sony.

Google Umumkan Pixel Buds A-Series, Mirip TWS Pertamanya tapi dengan Harga Lebih Murah

Dibandingkan Apple dan pabrikan-pabrikan lain, Google memang agak terlambat bermain di ranah TWS. TWS pertamanya, Pixel Buds 2 diluncurkan di bulan Oktober 2019, sekitar enam bulan setelah Apple mengungkap AirPods generasi kedua. Namun itu rupanya bukan alasan bagi Google untuk tidak mendalami kategori perangkat audio yang sangat populer ini lebih jauh lagi, dan pada akhirnya merambah lebih banyak konsumen.

Mereka baru saja mengumumkan Pixel Buds A-Series, versi lebih terjangkau ketimbang Pixel Buds 2 yang sudah agak berumur itu. Sebagai perbandingan, Pixel Buds 2 dijual seharga $179, sedangkan Pixel Buds A-Series dihargai cuma $99 saja. Tentu saja, ada beberapa fitur yang harus dipangkas agar Google bisa tetap mengambil untung di harga tersebut.

Beberapa fitur yang dipangkas di antaranya adalah dukungan wireless charging untuk case-nya, dukungan gestur yang lebih terbatas (tidak ada gestur swipe untuk mengatur volume), fungsi noise reduction untuk panggilan telepon maupun suara angin, serta fitur Attention Alerts (yang memungkinkan perangkat untuk mendeteksi suara-suara penting seperti sirene atau suara bayi menangis, lalu menurunkan volume secara otomatis).

Jadi seandainya salah satu dari fitur-fitur di atas dirasa penting, maka konsumen bisa memilih Pixel Buds 2 ketimbang Pixel Buds A-Series. Sebaliknya, kalau mereka bisa memaklumi absennya fitur-fitur tersebut, maka mereka bisa menghemat cukup lumayan dengan menggaet Pixel Buds A-Series.

Di luar fitur-fitur tadi, Pixel Buds A-Series cukup identik dengan Pixel Buds 2. Bahkan wujud fisiknya bisa dibilang sama persis, dengan perbedaan hanya pada motif warnanya, serta ukuran sirip penyangganya yang sedikit lebih kecil. Driver yang tertanam juga mempunyai diameter 12 mm, bahkan bentuk charging case-nya pun sama, dan perangkat tetap mempertahankan sertifikasi ketahanan air IPX4.

Dalam sekali pengisian, baterai Pixel Buds A-Series diklaim tahan sampai sekitar 5 jam pemakaian, atau sampai 24 jam kalau dipadukan bersama daya milik charging case-nya. Fitur fast charging tak lupa disediakan, di mana perangkat mampu memberikan waktu pemakaian selama sekitar 3 jam meski hanya di-charge selama 15 menit.

$99 memang belum bisa dikatakan murah, tapi setidaknya Google Pixel Buds A-Series masih lebih terjangkau daripada AirPods ($159) maupun penawaran dari sejumlah pabrikan ternama lainnya.

Sumber: The Verge dan TechCrunch.

Xiaomi Ungkap FlipBuds Pro, TWS Pertamanya yang Dibekali Active Noise Cancellation

Pasar TWS terus bertambah besar di tahun 2021 ini. Apple masih menguasai sebagian besar pangsa pasar, akan tetapi gap-nya sudah tidak sejauh di tahun-tahun sebelumnya. Mengintai di belakangnya adalah Xiaomi, yang sampai kemarin rupanya belum punya TWS dengan active noise cancellation (ANC) sama sekali.

Itu semua berubah dengan diumumkannya Xiaomi FlipBuds Pro. Ini merupakan TWS paling premium dari Xiaomi sejauh ini, dan fitur unggulannya adalah ANC yang mampu meredam suara-suara di sekitar sampai 40 dB, kira-kira sehening di dalam perpustakaan kalau kata Xiaomi sendiri.

Untuk mewujudkannya, Xiaomi membekali FlipBuds Pro dengan tiga buah mikrofon di setiap unitnya: satu untuk menangkap dan mengisolasi suara-suara di sekitar, satu untuk menangkap suara pengguna, dan satu lagi untuk memastikan suara pengguna tidak teredam tanpa disengaja. Untuk output-nya, masing-masing unitnya mengandalkan dynamic driver berdiameter 11 mm.

Guna semakin memaksimalkan kinerjanya, Xiaomi turut membekali FlipBuds Pro dengan chip Bluetooth kelas premium besutan Qualcomm, QCC5151. Secara teknis, chip ini tak hanya mendukung konektivitas Bluetooth 5.2 saja, melainkan juga teknologi-teknologi seperti Google Fast Pair, Qualcomm TrueWireless Mirroring, Qualcomm Adaptive Active Noise Cancellation, maupun codec aptX Adaptive.

Ketika digunakan bersama ponsel-ponsel Xiaomi seperti Mi Mix Fold, Mi 11 Series, Mi 10 Series, Redmi K40 Series, Redmi K30 Series, maupun Redmi Note 9 Pro, perangkat juga bisa beroperasi dalam latensi yang sangat rendah. Dengan kata lain, TWS ini juga cocok untuk dipakai dalam sesi gaming.

Melihat desainnya, tidak bisa dipungkiri kalau TWS ini tampak seperti AirPods Pro versi hitam legam. Baterainya diklaim mampu bertahan sampai 7 jam pemakaian (5 jam kalau ANC-nya dinyalakan terus), atau total 28 jam jika digabung dengan charging case-nya. Selain via kabel USB-C, case-nya juga dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger.

Di Tiongkok, Xiaomi menjual TWS ini seharga 799 yuan, atau kurang lebih sekitar 1,8 jutaan rupiah. Sayang sekali sejauh ini belum ada informasi terkait kapan Xiaomi bakal membawanya ke negara-negara lain.

Sumber: GSM Arena dan GizmoChina.

Penjualan TWS Sangat Kuat di Tahun 2020, dan Akan Lebih Kuat Lagi Tahun Ini

Coba amati barang-barang yang ada di meja kerja Anda sekarang. Kalau boleh menebak, kemungkinan besar ada setidaknya satu barang yang baru Anda beli ketika pandemi melanda. Entah itu smartphone baru, laptop baru, keyboard baru, mouse baru, webcam baru, atau TWS baru, barang-barang tersebut umumnya kita beli dengan tujuan untuk melancarkan aktivitas WFH.

Berhubung pandemi masih belum kunjung berakhir, dan kita juga masih harus terus bekerja dari rumah masing-masing, penjualan produk-produk seperti di atas tadi semestinya juga masih akan bertumbuh pesat tahun ini. Untuk kategori TWS misalnya, laporan terbaru Counterpoint memprediksi peningkatan penjualan hingga 33% secara global dibanding tahun lalu, dengan estimasi sekitar 310 juta unit TWS terjual di sepanjang 2021.

Angka tersebut bakal terdengar semakin mengesankan setelah melihat laporan tahun lalu. Di tahun 2020, Counterpoint mencatatkan pertumbuhan pasar TWS global hingga 78% dari tahun sebelumnya. Sebanyak 233 juta unit TWS berhasil terjual di tahun 2020, sebagian besar dari kelas bawah dan menengah.

Salah satu alasan di balik pesatnya pertumbuhan pasar TWS selama tahun 2020 tentu adalah tren WFH itu tadi. Menurut Counterpoint, konsumen tidak segan membeli produk teknologi maupun aksesori lain untuk meningkatkan pengalamannya bekerja atau belajar dari rumah. Meski begitu, penjualannya lebih terfokus di kelas bawah dan menengah karena kondisi ekonomi yang melemah.

Untuk tahun ini, penjualan TWS dari segmen bawah dan menengah diprediksi masih akan tetap kuat. Namun seiring menurunnya penyebaran COVID-19 berkat vaksinasi, demand terhadap TWS high-end diperkirakan bakal meningkat secara drastis mulai akhir kuartal ketiga 2021. Jadi jangan heran kalau beberapa brand ternama bakal meluncurkan TWS baru di kuartal keempat tahun ini.

Menurut Counterpoint, salah satu yang paling diantisipasi adalah TWS anyar dari Apple, yang bakal menjadi yang pertama semenjak AirPods Pro diluncurkan dua tahun sebelumnya. Prediksinya, TWS baru besutan Apple ini bakal menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan pasar TWS mulai kuartal keempat 2021 sampai tahun depan.

Apple diprediksi juga masih akan menjadi brand terbesar di kategori TWS dengan pangsa pasar sebesar 27%, disusul oleh Xiaomi di urutan kedua dengan 9%, dan Samsung di urutan ketiga dengan 7%.

Sumber: Counterpoint via GSM Arena. Gambar header: Depositphotos.com

Lypertek PurePlay Z7 Adalah TWS Premium dengan Triple Hybrid Driver

Lypertek bukanlah nama pertama yang muncul di pikiran ketika membicarakan mengenai earphone nirkabel. Mereka hanyalah sebuah perusahaan kecil asal Tiongkok yang baru memulai kiprahnya di industri audio pada tahun 2017, dan saya tidak terkejut seandainya Anda baru pertama kali mendengar namanya sekarang.

Kendati demikian, fakta tersebut tidak mencegah mereka untuk masuk ke ranah TWS premium. Produk terbarunya, Lypertek PurePlay Z7, dirancang agar dapat bersaing dengan deretan TWS lain yang dijual di kisaran harga $200, dan ini merupakan lompatan drastis dari produk-produk Lypertek sebelumnya, yang semuanya dibanderol kurang dari $100.

Agar bisa tampil menonjol di tengah penawaran dari sejumlah brand premium, PurePlay Z7 mengandalkan konfigurasi triple hybrid driver. Jadi yang tertanam di masing-masing earpiece-nya bukan cuma satu driver berjenis dynamic saja, melainkan juga dua driver ekstra berjenis balanced armature. Balanced armature driver ini Lypertek rancang sendiri demi mencapai performa yang optimal dalam ukuran yang lebih kecil dari biasanya.

Menurut Lypertek, hasilnya adalah suara mid-range yang jernih, high yang ekspansif, dan bass yang bertenaga namun terkontrol. Satu hal yang mungkin terdengar agak mengecewakan adalah absennya fitur active noise cancellation (ANC), akan tetapi setidaknya perangkat ini masih dibekali mode ambient sound, yang dapat diaktifkan melalui aplikasi pendampingnya di smartphone.

Dari segi konektivitas, PurePlay Z7 menggunakan Bluetooth 5.2, lengkap dengan dukungan codec AAC dan aptX Adaptive, serta teknologi TrueWireless Mirroring besutan Qualcomm agar koneksinya bisa semakin stabil. Namun mungkin bagian yang paling istimewa adalah baterainya.

Dalam sekali pengisian, Lypertek mengklaim daya tahan hingga sekitar 10 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya sanggup menyuplai 70 jam daya ekstra. Tidak adanya ANC jelas membantu meningkatkan daya tahan baterainya secara signifikan, tapi di pasaran sendiri cukup jarang ditemukan TWS non-ANC lain yang mampu beroperasi hingga 10 jam nonstop. Sebagai bonus, charging case-nya juga bisa diisi ulang secara nirkabel.

Rencananya, Lypertek akan memasarkan PurePlay Z7 mulai bulan Juni mendatang. Di Amerika Serikat, harganya dipatok $199.

Sumber: Trusted Reviews dan Forbes.

Bowers & Wilkins Luncurkan TWS Pertamanya, PI7 dan PI5

Pabrikan audio kenamaan asal Inggris, Bowers & Wilkins, baru saja mengungkap TWS perdananya. Bukan cuma satu, melainkan langsung dua sekaligus, yakni PI7 dan PI5. Seperti yang sudah bisa ditebak dari brand sekelas B&W, keduanya sama-sama mengusung desain yang tampak premium.

Wujud keduanya boleh serupa, tapi ada perbedaan yang cukup signifikan di antaranya. Khusus pada PI7, ia datang bersama sebuah charging case pintar yang merangkap peran sebagai adaptor Bluetooth, sehingga pengguna dapat menjadikan perangkat-perangkat non-Bluetooth sebagai sumber audio untuk PI7, atau bahkan sistem hiburan bawaan kabin pesawat sekalipun.

Caranya cukup dengan menyambungkan charging case menuju ke sumber audio yang diinginkan via kabel USB-C ke 3,5 mm yang termasuk dalam paket penjualan. Dari situ audio akan otomatis diteruskan ke kedua earpiece secara nirkabel. Sungguh ini merupakan kapabilitas unik yang sangat jarang ditemui di TWS lain.

Juga unik untuk PI7 adalah dukungan teknologi aptX Adaptive, yang mampu mengatur tingkat kompresi audio secara dinamis demi memastikan koneksi yang selalu stabil. Tentu saja perangkat ini juga menawarkan active noise cancellation (ANC) yang bersifat adaptif, dan total ada enam buah mikrofon yang tersematkan padanya.

Bowers & Wilkins PI5 / Bowers & Wilkins

PI5 di sisi lain hanya mengemas empat mikrofon, dan ia hanya menggunakan teknologi aptX versi standar. ANC masih menjadi fitur standar pada PI5, akan tetapi charging case-nya tidak bisa merangkap peran menjadi adaptor Bluetooth seperti milik PI7 tadi.

Untuk baterainya, PI7 diyakini mampu beroperasi hingga 4 jam dalam sekali pengisian, sedangkan charging case-nya bisa menyuplai hingga 16 jam daya ekstra. PI5 sedikit lebih baik, dengan daya tahan hingga 4,5 jam, dan 20 jam untuk charging case-nya. Kedua perangkat sama-sama tahan air dan debu dengan sertifikasi IP54, dan charging case-nya sama-sama mendukung pengisian secara nirkabel.

Di Amerika Serikat, Bowers & Wilkins saat ini telah memasarkan PI7 seharga $399, sedangkan PI5 jauh lebih terjangkau dengan banderol $249. Masing-masing tersedia dalam dua warna, yakni hitam dan putih, namun khusus untuk PI7, ada aksen emas baik di unit earpiece maupun charging case-nya.

Sumber: The Verge.

Skullcandy Dime Adalah TWS Murah Meriah Seharga $25

Setiap orang pasti punya kriteria prioritas tersendiri dalam memilih TWS. Ada yang memprioritaskan kualitas suaranya, ada yang mementingkan kenyamanannya, dan ada juga yang tidak mau membeli seandainya tidak ada fitur ANC (active noise cancellation). Namun tidak jarang juga prioritasnya adalah perkara harga.

Lebih menarik lagi adalah ketika harga yang terjangkau itu datang dari brand yang cukup terkenal. Perangkat yang akan kita bahas ini adalah salah satu contohnya. Namanya Skullcandy Dime, dan harga jualnya tidak lebih dari $25, atau sekitar 360 ribuan rupiah.

Di rentang harga ini, saya kira sulit mencari penawaran serupa dari brand audio kenamaan lainnya. Kata “Dime” bukan cuma mengindikasikan harganya yang murah, tetapi juga dimensinya yang mungil. Saking kecilnya, charging case-nya bahkan lebih ringkas ketimbang kebanyakan kunci mobil.

Melihat ukurannya yang imut-imut, tentu tidak adil jika kita memasang ekspektasi terkait baterai yang awet. Dalam sekali pengisian, Dime hanya bisa beroperasi selama 3,5 jam nonstop. Charging case-nya sendiri mampu menyuplai 8,5 jam daya ekstra, sehingga total daya tahan baterainya jika digabungkan adalah 12 jam.

ANC juga sudah pasti absen di sini, demikian pula fitur seperti pengoperasian berbasis sentuhan. Satu kompromi lain yang juga harus dimaklumi adalah port yang digunakan oleh charging case-nya, yang rupanya masih menggunakan Micro USB ketimbang USB-C.

Kalau semua itu bisa dimaklumi, maka semestinya Dime bisa menjadi alternatif yang menarik. Dime mengemas driver berdiameter 6 mm, dan eartip silikonnya bisa diganti-ganti dengan tiga ukuran yang berbeda. Perangkat juga diklaim tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4. Untuk mengoperasikannya — baik untuk mengatur volume atau memanggil voice assistant — pengguna bisa memanfaatkan sebuah tombol yang terdapat di masing-masing earpiece.

Semoga saja suara yang dihasilkannya tidak sekecil ukuran maupun harganya. Seperti yang saya bilang, Skullcandy Dime saat ini sudah dijual seharga $25 di Amerika Serikat. Pilihan warna yang tersedia ada empat: hitam, abu-abu, hijau, dan biru. Alternatifnya, tentu saja Skullcandy juga punya beberapa model TWS lain yang berharga lebih mahal sekaligus berfitur lebih lengkap.

Sumber: Digital Trends.

OPPO Enco X Adalah TWS Tercanggih OPPO Hasil Kolaborasinya Bersama Dynaudio

Melalui sebuah live stream yang diunggah ke YouTube tadi malam (31/3), OPPO Indonesia secara resmi memperkenalkan TWS terbaru sekaligus tercanggihnya, OPPO Enco X. Tidak main-main, perangkat ini merupakan hasil kolaborasi langsung antara OPPO dan brand audio terkemuka asal Denmark, Dynaudio.

Layaknya perangkat audio high-end, fokus utama Enco X adalah menghadirkan kualitas suara terbaik dalam desain yang premium. Hal ini dicapai lewat implementasi desain coaxial dual-driver yang umumnya hanya bisa kita jumpai pada perangkat-perangkat audio kelas atas. Jadi berbeda dari kebanyakan TWS yang umumnya hanya dibekali satu unit driver saja, Enco X mengemas dua unit driver yang berbeda pada masing-masing earpiece-nya.

Driver yang pertama adalah yang berjenis magnetic balanced membrane dengan diameter 6 mm, bertugas untuk mengatasi suara-suara pada frekuensi tinggi. Di belakangnya, ada dynamic driver sebesar 11 mm dengan tiga lapisan berbahan komposit yang bertanggung jawab untuk mengolah suara pada frekuensi menengah dan rendah. Keduanya diposisikan pada sumbu paralel demi memastikan hasil audio yang alami dan berkualitas tinggi.

Struktur driver yang unik itu bukanlah hasil penemuan secara instan. Selama pengembangan Enco X, OPPO sempat mengeksplorasi 30 jenis material dan 152 komponen yang berbeda, tidak ketinggalan pula 120 modifikasi struktural sebelum akhirnya memutuskan desain akustik finalnya.

Konfigurasi driver yang unik tersebut turut dikawinkan dengan fitur-fitur canggih lain, seperti misalnya teknologi Dynamic Bass Enhancement Engine (DBEE) 3.0 untuk meningkatkan kejernihan suara bass secara signifikan, maupun dukungan Low-Latency High-Definition Audio Codec (LHDC) yang memungkinkan proses streaming audio dalam resolusi yang lebih tinggi melalui Bluetooth (versi 5.2) sehingga range suara yang dihasilkan bisa lebih detail.

Seperti yang sudah bisa kita tebak dari suatu TWS kelas atas, Enco X turut dilengkapi fitur active noise cancellation (ANC) yang dapat diatur intensitasnya sesuai kebutuhan. Transparency Mode pun juga tersedia sehingga pengguna dapat mendengarkan suara di sekitarnya ketika dibutuhkan tanpa harus melepas perangkat dari telinganya.

Semua itu dikemas dalam rangka yang premium dengan bobot hanya 4,8 gram. Ketangguhannya dijamin oleh sertifikasi ketahanan air dan debu IP54, dan perangkat juga mendukung kontrol sentuh pada bagian tangkainya demi memudahkan penggunaan.

Terkait baterainya, Enco X diklaim bisa tahan sampai 5,5 jam pemakaian (tanpa ANC), atau total 25 jam kalau dipadukan bersama charging case-nya. Selain menggunakan kabel USB-C, charging case-nya juga dapat diisi ulang dengan memaanfaatkan Qi wireless charging.

OPPO Enco X

Enco X bisa dibilang merupakan akumulasi inovasi OPPO di bidang audio selama 15 tahun. Hal ini bisa kita lihat dari dua hal. Yang pertama adalah magnetic balanced membrane driver itu tadi, yang sebenarnya merupakan hasil miniaturisasi dari teknologi yang sama yang digunakan pada headphone OPPO PM-1. Kedua, charging case Enco X banyak mengadopsi elemen desain milik MP3 X3, yang tidak lain merupakan salah satu produk audio pertama OPPO dari 15 tahun yang lalu.

Mengenai pemasarannya, OPPO Enco X rencananya akan mulai dijual pada tanggal 7 April dengan harga resmi Rp2.199.000. Sebelumnya, OPPO juga akan menggelar flash sale eksklusif terlebih dulu di Shopee pada tanggal 4 – 6 April dengan promo cashback Rp200.000. Untuk warnanya, Enco X tersedia dalam pilihan warna hitam atau putih.

Sasar Gamer Mobile, Logitech Luncurkan Earphone Logitech G333

Portofolio produk brand sebesar Logitech tentu mencakup banyak kategori sekaligus. Namun selama ini ternyata mereka cukup jarang menyentuh kategori earphone, dan itulah mengapa perangkat bernama Logitech G333 berikut ini pantas mencuri perhatian.

Logitech menyebutnya sebagai earphone gaming pertama mereka. Namun kalau kita telusuri, perangkat ini tampak identik seperti Logitech G333 VR yang dirilis bersamaan dengan virtual reality headset Oculus Quest 2. Namanya pun sama persis, namun hilangnya label “VR” pada namanya tentu menandakan target pasar yang lebih luas.

Lewat G333, Logitech pada dasarnya juga ingin menyasar kalangan gamer mobile. Ini bisa dilihat dari kelengkapan aksesori yang disertakan dalam paket penjualannya, yang rupanya juga meliputi sebuah adaptor USB-C untuk konektor 3,5 mm-nya. Jadi untuk konsumen yang smartphone-nya tidak dilengkapi headphone jack, mereka tetap bisa menggunakan G333 dengan bantuan adaptor tersebut.

Secara fisik, G333 datang membawa konstruksi aluminium beserta kabel pipih sepanjang 1,2 meter yang terbuat dari bahan karet TPE (thermoplastic elastomer) yang fleksibel. Pada kabel yang menyambung ke earpiece sebelah kanannya, ada remote control kecil untuk mengatur volume dan playback, sekaligus yang mengemas sebuah mikrofon terintegrasi. Bobotnya secara keseluruhan hanya 19 gram (tidak termasuk adaptor USB-C).

Masing-masing earpiece-nya ditenagai oleh dua dynamic driver berdiameter 5,8 mm dan 9,2 mm. Tiap unit driver ini punya tugas yang berbeda, satu untuk menghasilkan suara di frekuensi mid dan high, satu untuk frekuensi low alias bass. Seperti kebanyakan earphone yang dijual di pasaran, G333 juga hadir bersama tiga pasang eartip silikon dengan ukuran yang berbeda-beda (S, M, L).

Di Indonesia, Logitech G333 sekarang sudah dijual secara resmi dengan harga Rp629.000 dan tiga pilihan kombinasi warna: hitam dengan aksen biru, ungu dengan aksen kuning, dan putih dengan aksen ungu muda. Selain adaptor USB-C dan eartip cadangan, paket penjualannya juga mencakup sebuah carrying pouch.

KEF Luncurkan TWS Perdananya, KEF Mu3

Meski sudah sangat terkenal di kalangan audiophile, KEF bukanlah brand yang kita ingat saat membicarakan mengenai headphone atau earphone. Pasalnya, sejak pertama didirikan 60 tahun yang lalu, KEF memang lebih berfokus mengembangkan speaker, khususnya yang masuk kategori studio monitor.

Itulah mengapa ketika KEF memutuskan untuk merambah segmen TWS, dunia perlu mengetahuinya. Mereka baru saja meluncurkan KEF Mu3, TWS perdananya yang siap bersaing dengan penawaran-penawaran high-end dari Bose, Sennheiser, Sony, maupun Apple.

Seperti halnya TWS premium, Mu3 datang membawa teknologi active noise cancellation (ANC), lengkap beserta mode ambient yang dapat diaktifkan menggunakan satu tombol. Konektivitasnya mengandalkan Bluetooth 5.0, dan unit kiri maupun kanannya akan terhubung ke perangkat secara bersamaan demi mewujudkan koneksi yang lebih stabil, bukan dengan memanfaatkan metode relay (cuma satu yang terhubung, sedangkan satunya menumpang).

Namun bukan KEF namanya kalau tidak mengedepankan soal kualitas suara. Driver 8,2 mm yang tertanam di Mu3 telah di-tune oleh tim engineer yang sama yang bertanggung jawab atas lini speaker KEF. Dengan kata lain, reputasi KEF jadi taruhan di sini.

Tidak kalah istimewa adalah baterainya. Dalam sekali pengisian, Mu3 diklaim dapat beroperasi hingga 9 jam nonstop, dan itu dengan ANC dalam posisi menyala (yang berarti bisa lebih awet lagi jika ANC-nya dimatikan). Charging case-nya sendiri mampu menyuplai hingga 15 jam daya ekstra, sehingga kalau ditotal pengguna bisa menggunakan perangkat ini selama 24 jam penuh tanpa perlu melibatkan seutas pun kabel.

Dari segi fisik, Mu3 tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX5, alias di atas sertifikasi milik AirPods Pro. Wujud industrial nan elegannya merupakan hasil pemikiran Ross Lovegrove, salah satu desainer kepercayaan KEF, dan paket penjualannya sudah mencakup tiga pasang ear tip cadangan dengan ukuran yang bervariasi.

Di Amerika Serikat, KEF Mu3 saat ini telah dijual dengan harga $249. Cukup terjangkau untuk standar KEF sendiri, sekaligus lebih murah daripada penawaran brand audiophile lain seperti Grado atau Devialet.

Sumber: Digital Trends dan What Hi-Fi.