Faspay Perluas Cakupan Bisnis, Luncurkan Sejumlah Layanan di Luar “Payment Gateway”

Tahun ini menjadi momentum penting bagi Faspay yang kini tidak lagi sekadar platform payment gateway saja. Tepat menjelang tutup tahun kemarin, perusahaan meresmikan tiga inovasi terbaru, yakni Faspay Dana Usaha, API Faspay Billing, dan fasilitas tarik tunai di Alfa Group.

Dihubungi oleh DailySocial, CEO Faspay Eddy Tju menuturkan, inovasi di atas ini melengkapi misi perusahaan yang ingin memberdayakan bisnis untuk pembayaran digital dengan menciptakan cara yang lebih baik dan ampuh untuk bisnis dalam mengelola uang baik untuk menerima pembayaran atau melakukan pembayaran kapan saja dan di mana saja.

“Kami memiliki visi untuk membangun platform transaksi keuangan agar membantu bisnis tumbuh dengan mempercepat tingkat adopsi pembayaran digital dan transaksi keuangan lainnya,” ucapnya, Jumat (6/1).

Dengan demikian, Faspay punya empat produk utama, yaitu collection system atau penerimaan dana (Faspay Business & Faspay Billing), disbursement system atau pengiriman dana (Faspay SendMe), dan pinjaman modal bisnis (Faspay Dana Usaha). Faspay sendiri beroperasi dengan dua izin, yaitu izin payment gateway dan transfer dana dari Bank Indonesia.

Dijelaskan lebih jauh, Faspay Dana Usaha adalah buah hasil kerja sama dengan KoinWorks untuk menyediakan dana pinjaman tambahan hingga Rp2 miliar untuk merchant Faspay. Tentunya, ke depan akan ditambah mitra fintech lending agar dapat mendukung lebih banyak bisnis merchant. “Produk ini akan melengkapi layanan Faspay sehingga dapat menjadi solusi digital yang sifatnya hulu ke hilir.”

Berikutnya, layanan tarik tunai di Alfa Group adalah pengembangan fitur tambahan dari Faspay SendMe. Layanan ini digunakan oleh merchant yang hendak mendistribusikan dananya secara massal dan real-time, penerima dana dapat melakukan tarik tunai di seluruh gerai Alfa Grup. Alhasil, penerima dana yang belum memiliki akses perbankan dapat terlayani.

Terakhir, API Faspay Billing yang merupakan pengembangan dari produk sebelumnya, dulu tanpa API. Kehadiran API dapat mempermudah integrasi dengan situs atau aplikasi milik merchant Faspay. Merchant dapat mengirim tagihan online (invoice), menerima pembayaran dari beragam pilihan channel pembayaran, dan dapat disesuaikan sistem tagihannya sehingga tidak perlu pengecekan secara manual.

“Selama tahun 2020, Faspay menyadari adanya potensi dan tantangan pasar yang harus dipenuhi oleh perusahaan seperti Faspay untuk para pelaku bisnis agar semakin mudah dalam mengakselerasi dan mengadopsi solusi pembayaran digital.”

Eddy melanjutkan, selain tiga inovasi baru di atas, sebenarnya perusahaan juga meluncurkan dua layanan lainnya, yakni Faspay Billing Lite dan ECWID plug-in. Di samping itu, perusahaan juga mengumumkan berbagai kerja sama baru dengan kanal pembayaran, dari GPN, QRIS, ShopeePay, DANA, BCA Virtual Acccount Aggregator, hingga CIMB Niaga Virtual Account.

CEO Faspay Eddy Tju / Faspay
CEO Faspay Eddy Tju / Faspay

Perkembangan merchant dan rencana berikutnya

Diklaim saat ini Faspay berhasil mengumpulkan lebih dari 2 ribu merchant. Mereka mayoritas bergerak di fintech, layanan keuangan, pariwisata, dan ticketing & travel. Namun, menurut catatan perusahaan, ada tiga kategori bisnis yang tumbuh paling melesat transaksi bisnisnya pada tahun lalu. Mereka adalah industri F&B tumbuh hingga 340% dari tahun sebelumnya, diikuti fesyen meningkat 103%, dan layanan IT 94%.

“Fakta ini menunjukkan pelaku bisnis semakin menyadari tren dan pergeseran perilaku belanja menuju online semakin meningkat. Oleh karenanya, mereka mencari cara untuk berinovasi menghadirkan cara efektif dalam meningkatkan penjualan, salah satunya mengadopsi layanan pembayaran online atau payment gateway seperti Faspay.”

Ia mengutip laporan dari Kantar, bahwa rata-rata jumlah transaksi tunai menurun dari 48% pada sebelum Covid-19, menjadi 37% pasca Covid-19. Pada saat yang sama, frekuensi transaksi e-wallet meningkat menjadi 25% dari 18%. “Data-data ini menunjukkan seiring dengan bergesernya perilaku belanja pelanggan menuju online, bisnis pembayaran online seperti salah satunya Faspay juga turut berkembang.”

Kendati belum bersedia untuk merinci lebih dalam, Eddy mengungkapkan perusahaan akan terus berinovasi pada tahun ini. Ia hanya menuturkan layanan-layanan baru ini akan tetap ditujukan untuk membantu bisnis konvensional untuk mulai menggunakan solusi pembayaran digital. “Layanan yang dihadirkan juga akan semakin memudahkan pebisnis untuk menerima dana, mengirim dana, maupun meminjam modal bisnis.”

Pemain sejenis Faspay, yakni Moka juga telah berkembang lebih dari sekadar payment gateway. Bersama dengan induknya, Gojek, merilis GoStore untuk menyasar segmen social commerce, memungkinkan pengguna membuat dan mengelola toko online-nya. GoStore telah terhubung otomatis dengan GoPay dan sistem pembayaran kartu debit/kredit dan GoSend untuk kebutuhan logistik.

Fitur Transfer Faspay SendMe Jadi Salah Satu Inovasi Tahun Ini

Tahun lalu Faspay mengalami perjalanan yang cukup penting bagi bisnis dan operasinya secara keseluruhan. Selain menjadi payment gateway yang pertama mendapatkan lisensi resmi dari Bank Indonesia, mereka juga mendapatkan pertumbuhan empat kali lipat dari tahun sebelumnya. Di tahun 2019 ini mereka mencoba terus menggenjot pertumbuhan dengan sejumlah inovasi baru dan kemitraan strategis.

Salah satu inovasi yang sudah dilakukan adalah dengan menghadirkan layanan baru transfer dana Faspay SendMe. Layanan ini telah mengantongi izin resmi dari Bank Indonesia dengan nomer sertifikat 20/237/DKSP/84 yang dikeluarkan pada akhir 2018 silam.

Menurut keterangan pihak Faspay, layanan tersebut dihadirkan karena melihat kebutuhan pelaku usaha untuk mengirimkan dana ke banyak rekening dalam waktu yang bersamaan yang dapat digunakan untuk disbursement, refund, pay to supplier dan payroll karyawan.

Selain itu, di awal tahun ini, Faspay juga menjalin kerja sama dengan Ovo dan Akulaku. Keduanya akan hadir sebagai sebagai kanal pembayaran terbaru untuk lebih memudahkan masyarakat dalam bertransaksi, salah satunya dengan pilihan pembayaran menggunakan mekanisme cicilan melalui Akulaku.

Faspay berharap bahwa Ovo dan Akulaku akan menjadi pilihan kanal pembayaran baru yang dapat mendukung percepatan inklusi keuangan di Indonesia. Dengan lebih dari 1500 mitra yang bergabung Faspay telah memproses dua juta transaksi setiap tahunnya untuk 100 bank di Indonesia.

“Beberapa prestasi dan inovasi yang Faspay lahirkan di awal tahun 2019 ini tentunya menjadi sebuah bentuk komitmen dari Faspay untuk memberikan layanan terbaik bagi semua pelaku usaha (merchants). Kami merasa senang dan bangga bakan penghargaan yang diberikan oleh Frost & Sullivan namun kami juga semakin terpacu untuk terus memberikan layanan yang handal dan up-to-date. Kami berharap inovasi-inovasi yang kami hadirkan akan mendukung pertumbuhan inklusi keuangan di Indonesia yang ditargetkan untuk mencapai angka 75% di akhir tahun 2019 ini,” terang CEO Faspay Eddy Tju.

Bidik Pasar Social Commerce, Faspay dan Xfers Hadirkan Xfas

Penyedia layanan pembayaran online Faspay mengumumkan layanan terbaru Xfas, yang merupakan hasil dari adopsi teknologi yang dimiliki perusahaan payment gateway Singapura Xfers, khusus membidik pasar social commerce di Indonesia.

Faspay memilih Xfers lantaran perusahaan tersebut memiliki produk utama Payment Link. Secara kualitas, produk tersebut diklaim menjadi salah satu mesin Xfers untuk memperoleh keuntungan sekitar Sing$ 50 juta sepanjang dua tahun terakhir.

Lewat adopsi teknologi Payment Link yang dimiliki Xfers, Faspay menjadi pihak pengelola layanan tersebut khusus di Indonesia.

“Kami pakai teknologi dari Xfers dan menjadi pengelolanya khusus di Indonesia. Kami juga sudah comply dengan aturan-aturan lokal, salah satunya dengan membuat server-nya di sini, tidak di Singapura. Untuk layanan ini, kami sudah invest miliaran Rupiah,” terang VP Business Development Faspay Eddy Tju, Rabu (26/4).

CEO Xfers Liu Tian Wei menambahkan, “Sebelum bermain di Indonesia, kami memang melakukan banyak studi untuk mempelajari budaya di sini. Dari situ kami simpulkan, menggandeng perusahaan lokal adalah langkah strategis kami untuk masuk ke Indonesia. Mengingat, potensi sosial commerce di sini sangat besar.”

Mengutip data yang dirili Asosiasi Fintech Indonesia, pertumbuhan perdagangan online saat ini didominasi oleh aktivitas jual beli yang berlangsung di social commerce, seperti Facebook, Instagram, BBM, Line, dan Whatsapp. Kendati masih menggunakan metode tradisional, namun transaksinya mencapai 2,7 juta per harinya.

Sayangnya, masih ada persoalan yang sering muncul dalam kegiatan jual beli di platform tersebut, yakni percakapan panjang antara penjual dan pembeli untuk mengetahui detil produk hingga metode pembayarannya.

Xfas diharapkan bisa menjadi solusi untuk kedua pihak karena mempercepat proses transaksi, mempermudah penerimaan pembayaran, sekaligus membantu kelola data barang masuk dan keluar.

Untuk menggunakan layanan ini, penjual harus mendaftarkan akun mereka di Xfas. Nantinya, mereka akan mendapat akses dashboard yang berisi catatan transaksi, stok barang, status pembayaran, hingga data rekapitulasi per minggunya.

Di dalam dashboard, penjual dapat membuat link khusus untuk disebarkan kepada calon pembeli lewat platform manapun. Calon pembeli akan menerima link tersebut dan diarahkan ke halaman pemesanan yang berisi informasi produk dengan beragam pilihan metode pembayaran.

Seluruh proses transaksi yang terjadi lewat link tersebut, baik pembeli dan penjual akan menerima notifikasi. Sehingga, diharapkan percakapan yang panjang dapat dipotong jadi lebih efisien.

“Sementara ini kami baru menyediakan metode pembayaran bank transfer. Ke depannya kami akan siapkan untuk kartu kredit dan [pembayaran melalui] convenience store.”

Untuk monetisasinya, setiap transaksi pembayaran lewat bank transfer pembeli akan dikenakan biaya sebesar 1% dari nilai transaksi dengan maksimal biaya Rp25 ribu. Untuk pembayaran via kartu kredit, pembeli akan dikenakan biaya sebesar 3% dari nilai transaksi dengan minimal Rp3 ribu.

Khusus untuk Xfas, Eddy menargetkan pihaknya dapat menjaring 5 ribu penjual dengan minimal 500 ribu transaksi pada tahun pertama layanan ini diluncurkan. Xfas juga diharapkan dapat memacu kinerja perusahaan dengan kenaikan transaksi yang diproses mencapai 2 juta pada tahun ini.