Cilsy Kembangkan Platform Marketplace Konten Belajar Teknologi

Tidak sedikit orang yang memulai bisnis berdasarkan hobi atau pengalamannya. Hal ini juga yang dilakukan Rizal Rahman bersama beberapa rekannya. Memiliki latar belakang pendidikan teknologi dan jaringan, ditambah pengalaman yang kurang menyenangkan terkait sulitnya mencari materi belajar, membuat mereka memutuskan mengembangkan Clisy.

Rizal menyebut Cilsy sebagai marketplace yang berisi tutorial seputar teknologi. Layanan tersebut menargetkan dua pengguna potensial, (1) para profesional atau praktisi yang menjual konten tutorial dan (2) siapa saja yang membutuhkan materi belajar.

Untuk menjaga kualitas materi, Rizal dan tim terlebih dulu menyusun kurikulum. Selain bahasa penyampaian juga dikelola sebaik mungkin dalam proses kurasi agar mudah dipahami pengguna.

“Bagi instruktur jauh lebih menguntungkan mengajar di Cilsy dibanding menjadi blogger atau vlogger di Youtube. Selain mereka memiliki kesempatan berbagi skill kepada ribuan murid, di Cilsy mereka akan mendapat bagi hasil penjualan tutorial secara pasti tanpa perlu harus pusing melakukan marketing, SEO, mencari viewers dan lain-lain,” jelas Rizal.

Mulai diperkenalkan pada April tahun 2017, Cilsy mengklaim sudah memiliki lebih dari 3000 pengguna. Adapun beberapa konten materi yang sudah ada meliputi jaringan komputer, sistem server, hingga devops. Untuk ke depannya Rizal juga merencanakan akan menambah konten-konten di Cilsy meliputi materi IoT, data science, dan pemrograman.

“Saya dulu lulusan SMK TKJ, seharusnya bisa menjadi praktisi di bidang IT. Namun kenyataannya banyak teman-teman sekelas dan sejurusan saya malah berujung menjadi buruh pabrik. Mereka bisa begitu karena selama masa belajar di sekolah sangat sulit mendapat materi-materi yang berkualitas dan mudah dipahami,” ujar Rizal menceritakan alasan dirinya mengembangkan Cilsy.

Bereksperimen dengan Kuasai.id

Memiliki visi untuk menjadi marketplace IT Tutorial terbesar pertama di Indonesia fokus Cilsy saat ini adalah terus memproduksi konten berkualitas untuk mencetak lulusan-lulusan terbaik. Salah satu usaha mewujudkan hal tersebut tim bereksperimen dengan menghadirkan Kuasai.id. Bagian dari Cilsy yang memungkinkan pengguna bertatap muka dengan instruktur secara live memanfaatkan video call.

“Karena selama berjalannya Cilsy kita menemukan dua behavior pengguna, yaitu yang ingin bisa belajar fleksibel dan yang ingin live tatap muka dengan instruktur,” terang Rizal.

Selanjutnya startup asal Bandung ini akan terus berusaha untuk memperbanyak kerja sama dengan instruktur kenamaan dari kalangan profesional dan industri. Ia menargetkan untuk bisa mempunyai 200 instruktur berkualitas tahun ini.

“Targetnya kami bisa mempunyai 200 instruktur dan merambah kategori data science, IoT, dan programming. Lebih memperkaya pilihan tutorial dan lebih banyak menjangkau user,” tutup Rizal.

Misi Founda Hadirkan “Kelas Pelatihan” untuk Calon Entrepreneur Muda

Perkembangan industri bisnis saat ini yang mulai didominasi kalangan milenial menjadi salah satu alasan mengapa FOUNDA didirikan. Kepada DailySocial, Founder FOUNDA Albert Palit mengungkapkan, dengan membuat suatu wadah yang bisa dimanfaatkan talenta muda belajar langsung dari pakarnya, hal ini diharapkan bisa menambah lebih banyak entrepreneur baru dari kalangan milenial.

Bersama dengan Christian Marpaung (Co-Founder) dan Vito Waris (Business Development Director), FOUNDA ingin meningkatkan kemampuan dan wawasan calon entrepreneur muda melalui kelas dan pelatihan.

“Misi kami memberikan ruang lebih kepada para kalangan millenial dalam menginspirasi orang melalui pesan yang ingin mereka sampaikan. Tidak hanya menginspirasi tetapi FOUNDA juga akan mengedukasi mereka dalam cara berbisnis,” kata Albert.

Jalin kemitraan strategis dengan partner

Melalui “Founda Day of Innovation”, FOUNDA mengajak para influencer, offline
influencer, community leader, dan inspirator mudah untuk bergabung sebagai partner Founda. Nantinya mereka bisa berbagi pengalaman dan wawasan kepada calon entrepreneur muda dengan memberikan coaching clinics / kelas untuk soft skill dan hard skill yang diharapkan bermanfaat untuk FOUNDA partner serta komunitas mereka.

Melihat banyaknya potensi anak muda yang ingin memiliki bisnis sendiri, FOUNDA menawarkan wadah untuk membuat bisnis tersebut ke dalam bentuk produk, mulai dari desain, produksi hingga pengiriman ke customer.

Salah satu fokus Founda adalah pemanfaatan media sosial dan bagaimana platform tersebut bisa membantu talenta muda mengembangkan bisnis. Melihat perkembangan ini, FOUNDA ingin memberikan inovasi lebih yang dapat meningkatkan aktualisasi para influencer, offline influencer, dan community leader.

Saat ini FOUNDA telah memiliki 15 partner dan masih mengembangkan bisnis secara bootstrap. Sebagai School of Founders untuk menghasilkan para entrepreneur yang kompeten, FOUNDA ingin menjadi platform yang dimanfaatkan oleh calon entrepreneur untuk belajar dan mengembangkan skill yang dimiliki.

“Tidak hanya kalangan milenial, FOUNDA juga memberikan wadah untuk para inspirator dan community leader, karena FOUNDA memiliki misi bahwa semua orang memiliki value-nya masing-masing yang bisa menginspirasi orang banyak,” kata Albert.

Melihat Besarnya Peluang Kebutuhan Teknisi Data, Skystar Ventures Lahirkan DQLab

Salah satu tren digital yang dibawa revolusi industri 4.0 adalah optimasi data — dalam artian mencoba memanfaatkan data yang ada di bisnis untuk dikonversi menjadi pengetahuan. Tak heran jika saat ini hampir setiap perusahaan membutuhkan tim data, baik dari sisi analis, teknisi, hingga pemrogram. Melihat peluang tersebut, DQLab hadir memberikan wadah berupa kanal pembelajaran soal data. Program-programnya memberikan pengajaran komprehensif tentang pengelolaan data dengan studi kasus industri.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang program DQLab, DailySocial telah berbincang Yovita Surianto selaku Program Director. Ia mendefinisikan DQLab sebagai program pembelajaran data science yang dikemas dengan metode praktik dan aplikatif berbasis proyek. Pendekatan tersebut diambil untuk membawa pengalaman dan kompleksitas riil terkait pengolahan data di perusahaan, khususnya di Indonesia. Program ini diinisiasi Universitas Multimedia Nusantara (dalam hal ini melalui Skystar Ventures) dan PHI-Integration.

“Visi kami menciptakan talenta data yang dapat berkontribusi secara tepat bagi perusahaan tempat mereka bekerja. Dengan terciptanya banyak talenta data yang dapat memberikan impact, akan menciptakan ekosistem data yang kuat untuk menuju Indonesia yang lebih data-driven,” terang Yovita.

Kebutuhan talenta data masih sangat besar

Mengutip hasil penelitian Microsoft dan IDC yang diterbitkan awal 2018 ini, dari 79% perusahaan di Indonesia yang tengah menjalankan proses transformasi digital, hanya 7% memiliki strategi digital secara menyeluruh. Dalam tulisan sebelumnya, DailySocial juga pernah membahas tentang transformasi digital, dua aspek berkaitan langsung dengan data, yakni data-driven strategy dan data analytics. Industri 4.0 yang mengarah ke digitalisasi dan otomasi, menuntut pelaku industri untuk cepat beradaptasi dengan perubahan.

“Banyaknya program edukasi teknis di Indonesia untuk membangun talenta transformasi digital adalah inisiatif yang tepat. Edukasi di bidang data science yang terstruktur dan tepat dapat membantu mengoptimalkan proses pengolahan dan analisis data. Kami percaya, exposure ke beragam studi kasus dan penanganan data akan membantu pemahaman para praktisi data, bukan hanya dalam penggunaan tools melainkan mengasah problem solving dan analytical skills,” lanjut Yovita.

Kondisinya saat ini perusahaan memiliki banyak sekali data, seiring dengan komputerisasi di berbagai segmen. Sayangnya, menurut Yovita, hingga saat ini masih banyak sekali permasalahan pada data sehingga belum layak untuk diolah menjadi pengetahuan yang berguna dan menyebabkan hasil analisis menjadi kurang terpercaya. Isu-isu seperti struktur hingga redudansi data masih banyak dijumpai. Sementara di tengah kompetisi global, perusahaan perlu menjadi tangkas dan memutuskan sesuatu dengan cepat, tentu tidak hanya berdasarkan asumsi, melainkan analisis yang terukur.

“Pengolahan data yang tepat dapat memunculkan insight menarik untuk membantu pengambilan keputusan bagi bisnis. Contoh studi kasusnya: untuk menentukan paket produk yang tepat dan berdampak pada penjualan, melakukan proses segmentasi konsumen untuk membantu aktivitas pemasaran yang tertarget, menentukan variabel untuk memprediksi credit scoring, dan masih banyak lainnya,” jelas Yovita.

DQLab dengan pendekatan berbasis komunitas

DQLab
Salah satu kegiatan komunitas di DQLab / DQLab

Saat ini sudah banyak program edukasi yang secara khusus mengajarkan tentang data science. Selain DQLab, ada juga Algoritma yang secara khusus menyelenggarakan workshop terpadu tentang data science. Pendekatan berbasis komunitas dinilai relevan oleh DQLab. Dengan pendekatan tersebut, DQLab menghubungkan berbagai pihak, mulai dari industri, praktisi, dan pengajar; untuk saling mengisi satu dengan lainnya. PHI-Integration sebagai mitra strategis DQLab adalah konsultan data di Indonesia. PHI-Integration fokus ke pengembangan konten, dan platform.

“Program DQLab terbuka untuk umum. Saat ini kami bekerja sama dengan beberapa perusahaan untuk memberikan rekomendasi data talents yang memenuhi kriteria. Untuk memberikan pemahaman proses dan teknik pengolahan data secara tepat, secara berkala kami melakukan sesi bedah kasus mengundang pakar data di industri,” tutup Yovita.

Baca juga seri tulisan tentang data science dari DailySocial:

  1. Bagian 1 – Dasar Data Science
  2. Bagian 2 – Big Data
  3. Bagian 3 – Business Intelligence
  4. Bagian 4 – Machine Learning

Mungkinkah Startup Fintech, Edtech, dan AI Jadi Unicorn Selanjutnya

Setelah GO-JEK, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak, siapa yang akan menjadi startup unicorn selanjutnya? Mungkinkah ada gebrakan dari sektor baru seperti fintech, edutech, bahkan artificial intelligence untuk menempati urutan kelima? Pertanyaan-pertanyaan tersebut saat ini memang baru bisa dijawab dengan beragam asumsi, berdasarkan iklim investasi di tiap lanskap investasi.

Tahun 2017 hingga sekarang banyak yang mengatakan sebagai tahunnya fintech di Indonesia. Memang, hal tersebut dibuktikan langsung dengan lahirnya banyak sekali pemain di industri, termasuk terciptanya regulasi baru yang secara khusus mengatur operasional fintech. Namun riuhnya industri apakah berbanding lurus dengan kepercayaan diri para pemain untuk menjadi unicorn selanjutnya.

Di sela-sela pagelaran Nexticorn 2018 di Bali, DailySocial menemui salah satu local investor yang fokus di fintech, yakni Eddi Danusaputro, Presiden Direktur Mandiri Capital Indonesia (MCI). Kami menanyakan seberapa percaya diri startup fintech di Indonesia untuk menjadi unicorn berikutnya. Eddi mantap memberikan jawaban optimis.

“Sangat optimis (startup fintech) bisa menjadi unicorn selanjutnya. Kita bisa melihat banyak startup fintech di Indonesia yang sudah mencapai Seri B, bahkan beberapa sudah Seri C. Fintech akan terus tumbuh karena secara proses bisnis menjadi enabler untuk banyak sektor, misalnya menjadi payment gateway atau sistem pembayaran,” terang Eddi.

Di tahun 2017 MCI menyiapkan dana mencapai 500 miliar Rupiah untuk diinvestasikan ke startup fintech. Kendati demikian Eddi menyampaikan tidak ada target khusus dari sisi nominal untuk penggelontoran investasi, yang jelas mereka menargetkan tiap tahun akan menginvestasi 3 – 4 startup baru. Tahun ini MCI sudah berinvestasi di Koinworks (Seri A) dan Investree (Seri B).

CEO & Presiden Direktur Mandiri Capital Indonesia
CEO & Presiden Direktur Mandiri Capital Indonesia

Melihat dari sisi regulasi, hampir setiap pemain fintech yang kami temui mengatakan “fintech is extremely regulated“. Di Indonesia, para startup diatur langsung operasionalnya oleh OJK dan Bank Indonesia. Sementara OJK sudah cukup banyak memberikan izin untuk startup berjenis p2p lending beroperasi, BI cukup alot dalam mengeluarkan perizinan startup berjenis e-money/e-wallet.

“Pemerintah cukup konservatif dalam meregulasi fintech, tapi itu sangat bisa dimaklumi. Karena pada akhirnya regulasi itu juga untuk melindungi konsumen dan membangun kepercayaan masyarakat untuk layanan fintech itu sendiri,” ungkap Eddy.

Bagaimana dengan edtech?

Kemenkominfo mengurasi beberapa startup yang dinilai potensial untuk mendapatkan pendanaan lanjut menuju unicorn. Selain fintech, ada kategori lain seperti SaaS, artificial intelligence, healthtech, dan edtech. Edtech menjadi yang menarik, karena tidak banyak startup yang bisa bertahan dan bertumbuh di lanskap ini. Pasalnya pendidikan secara online sendiri belum menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia.

HarukaEdu menjadi salah satu startup edtech yang direkomendasikan dalam Nexticorn. Kami menemui Novistiar Rustandi, Co-Founder & CEO HarukaEdu, untuk menanyakan pendapatnya soal menjadi unicorn selanjutnya. Ia memaparkan bahwa model bisnis akan menjadi kunci untuk melahirkan valuasi tinggi untuk startup edtech. Ia mencontohkan keberhasilan salah satu startup luar bernama 2U.com.

“Di luar negeri ada 2U.com, itu juga menjadi benchmark produk baru kami Pintaria. Platform ini menghadirkan layanan blended-learning, semacam kuliah online. Dulu 2U.com mencapai valuasi $1 miliar saat mereka hanya memiliki 12 ribu pengguna. Per tahun 2018 ini penggunanya sudah mencapai 32 ribu, valuasi pun meningkat senilai $4,8 miliar. Di edtech, akuisisinya sekali, tapi pelanggan akan bayar selama 4 tahun,” jelas Novistiar.

Pintaria menjadi produk terbaru HarukaEdu dengan konsep live long learning portal. Novistiar menceritakan pengembangan produk ini didasarkan pada kebutuhan generasi masa kini untuk terus belajar. Banyak pekerjaan lama yang sudah mulai dikikis dengan otomasi, mengharuskan setiap pekerja harus selalu memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan industri.

Cara kerja Pintaria dimulai dengan memberikan perspektif kompetensi industri yang bisa dipilih sesuai ketertarikan pengguna. Selanjutnya pengguna akan dihubungkan dengan lembaga yang menyediakan pengajaran secara online. Saat ini sudah bekerja sama dengan beberapa kampus, sehingga dipastikan sertifikat yang didapat diakui legal.

Co-Founder & CEO HarukaEdu
Co-Founder & CEO HarukaEdu

“Banyak pekerjaan lama mulai hilang, misalnya penjaga pintu tol atau kasir. Sementara banyak pekerjaan baru muncul, misalnya data scientist atau AI trainer. Revolusi industri 4.0 memang memberikan tantangan sendiri, tapi dengan memiliki prinsip harus selalu belajar, kita bisa terus mengikuti perkembangan zaman. Itu menjadi potensi bisnis yang coba diakomodasi HarukaEdu,” terang Novistiar.

Menutup perbincangan, tahun ini HarukaEdu juga dalam proses penyelesaian proses pendanaan tahap baru untuk akselerasi bisnis.

Artificial intelligence sebagai pendorong revolusi

Digitalisasi besar-besaran yang akan terjadi dalam revolusi industri 4.0 konon akan banyak didorong oleh artificial intelligence (AI) dan internet of things (IoT). Artinya terbuka peluang yang cukup signifikan untuk startup yang bergerak di bidang tersebut untuk menjadi pemimpin bisnis digital ke depannya. Demi mendapatkan perspektif, kami menemui juga Co-Founder & CEO Kata.ai Irzan Raditya.

Disrupsi ekonomi yang melibatkan AI mulai banyak terasa, bahkan nilainya bisa menjadi sangat besar. Irzan mengungkapkan, salah satu penelitian menyebutkan ekonomi yang dihasilkan dari AI di Asia Tenggara saja sudah mencapai $400 miliar. Hal ini disebabkan kebutuhan dari industri itu sendiri, untuk menghadirkan teknologi yang lebih advanced.

Co-Founder & CEO Kata.ai
Co-Founder & CEO Kata.ai

“Ada kebutuhan untuk membuat teknologi semakin personalized dan advanced. Dari sini jelas, masa depan startup AI akan sangat diminati. AI juga dikatakan menghadirkan disrupsi di berbagai jenis pekerjaan, namun juga menghadirkan ekonomi baru dan memberikan efisiensi kepada industri dalam menjalankan proses bisnisnya,” ujar Irzan.

Kata.ai memang dikenal sebagai startup yang menyasar segmentasi B2B. Melalui produk berbasis chatbot, mereka mendampingi banyak perusahaan menghadirkan otomasi, khususnya untuk pelayanan pelanggan. Lalu berkaitan dengan kepercayaan diri startup AI untuk menjadi unicorn, Irzan mengatakan peluangnya sangat besar.

“Untuk fundraising, setiap startup pastinya membutuhkan. Kami sendiri akan banyak update nanti di Desember, termasuk produk-produk baru. Misi kami jelas, mendampingi bisnis memiliki fitur kecerdasan, dengan menghadirkan akses ke AI engine,” sambung Irzan.

Arkademi Ramaikan Industri Teknologi Pendidikan Indonesia

Arkademi adalah startup teknologi pendidikan yang baru melakukan soft launch pada awal tahun ini. Konsep yang dibawa adalah membuat kelas-kelas online untuk membantu masyarakat mendapatkan akses ilmu dan membantu mentor menyebarkan ilmunya. Startup yang berkantor di Jakarta ini optimis bisa menyediakan sebuah layanan yang bisa memiliki sumbangsih bagi pendidikan di Indonesia.

Mulai dikembangkan sejak tahun 2017, melakukan soft launching pada awal 2018 dan resmi menjadi badan usaha beberapa bulan lalu capaian Arkademi tergolong cukup baik. Berdasarkan data internal sampai dengan bulan September 2018, Arkademi telah memiliki 35 kelas dan 22 mentor, dengan pengguna aktif mencapai lebih dari 3000 pengguna. 970 di antaranya adalah pengguna / siswa kelas berbayar. Hal ini membuat Arkademi cukup percaya diri dengan konsep dan model bisnis yang mereka usung.

“Pada prinsipnya Arkademi adalah sebuah marketplace platform yang melayani dua kategori user, provider (mentor dan instruktur), dan siswa. Sehingga kami mesti menciptakan dan mengembangkan teknologi yang berorientasi dan bermanfaat bagi kedua sisi pasar tersebut,” terang Founder Arkademi Hilman Fajrian.

Hilman sendiri melihat industri layanan teknologi pendidikan (edtech) di Indonesia masih sangat baru. Namun dengan data-data yang ada, industri ini cukup menjanjikan di masa depan. Kemajuan teknologi dan adopsinya dirasa mampu mengubah cara belajar. Saat ini cara-cara belajar pun terus berubah, diskusi mengenai pelajaran sering di lakukan melalui platform pesan instan hingga media sosial. Arkademi hadir untuk membantu menyediakan tempat belajar yang dilengkapi dengan fitur-fitur yang memudahkan mentor maupun siswa mengelola sumber belajar mereka.

Platform Arkademi memiliki fitur-fitur layanan dengan konsep MOOC (Massive Open Online Cource). Di sana mentor bisa mengunggah kursus beserta video-video pelengkapnya. Sementara para pengguna yang berperan sebagai siswa bisa ikut mendaftar kelas dan mengikuti setiap kurikulum yang telah ditetapkan mentor melalui sebuah dashboard.

“Sebenarnya belajar secara online bukanlah hal baru bagi generasi milenial yang merupakan market kami. Mereka belajar melalui group-group media sosial ataupun Messanger. Tantangannya adalah mengadopsi social learning yang lebih terstruktur, tertarget, namun juga memberi pengalaman engagement yang minimal sama dengan social learning yang dilakukan saat ini melalui medium-medium lain. Karena itu kami sesegera mungkin merilis mobile app untuk memenuhi kebutuhan akan pengalaman social learning dan mobile learning tersebut agar menghasilkan kualitas engagement yang bisa diterima pengguna,” imbuh Hilman.

Arkademi, yang berada di bawah naungan PT Arkademi Daya Indonesia, berhasil mengamankan pendanaan dari beberapa investor yang terhubung melalui jejaring Facebook. Hilman bercerita bahwa saat ini mereka berhasil mendapatkan lebih dari 1 miliar rupiah dari para investor tersebut. Rencananya investasi tersebut akan digunakan untuk beberapa pengembangan baik dari segi bisnis maupun dari segi riset dan teknologi.

Beberapa langkah strategisnya adalah membuka Arkademi Lab & Studio di kawasan Jakarta Selatan, merekrut anggota tim seperti developer dan content creator, hingga mencoba menjalin kerja sama dengan lembaga kursus dan korporasi di Jakarta dan sekitarnya. Mereka juga bakal event-event untuk menarik para siswa bergabung dan menggunakan Arkademi sebagai platform belajar.

Edtech Service “NexGen English Online” Enters Indonesian Market

Indonesia have a large market for millennials. It triggers “Nexgen English Online”, an English language learning app company from California, United States, to expand to Indonesia. Nexgen takes some apps claimed to have artificial intelligence technology to help Indonesians learn English.

“Indonesia has great potential. Aside from being a member of the G20, Indonesia also has more than 60% people in the productive age of the total population, and young generations who are tech-savvy,” Artnandia Priaji, Nexgen’s Chief Representative Officer, said.

Nexgen English Online has officially held the exclusive license to distribute content from DynEd International. Priaji mentioned the tagline used for solutions they offered is: “Valid, Simple, and Certified”.

In Indonesia, they’ll compete with some similar platform, such as Squline and Bahaso.

“We applied adaptive learning using artificial intelligence that allows users to learn the necessary content during the lesson. In addition, we also applied the learning method from neuroscience research through the human nature study includes listening, speaking, seeing, and writing,” he added.

Nexgen app called Neo Study is available on Android platform. He explained further that their app was prepared to make users becoming fluent in English by saying the right pronunciation on repeat with the advanced speech recognition technology. With this implementation, the articulation, speed, and emphasis on words will be trained as well.

“This solution was found when we saw many people out there having good grades in grammar but can’t communicate properly and correctly, meanwhile in the working / social area, verbal communication is essential to convey messages. It’s why we recommend students to study every day using score/gamification for users to prevent disinterested situation,” Priaji explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Layanan SaaS Edtech “NexGen English Online” Masuk Pasar Indonesia, Targetkan Anak Muda

Indonesia adalah pasar yang besar untuk generasi milenial. Anggapan ini yang melatarbelakangi Nexgen English Online, perusahaan aplikasi belajar bahasa Inggris asal California, Amerika Serikat, untuk berekspansi ke Indonesia. Nexgen membawa sejumlah aplikasi yang diklaim dilengkapi kemampuan teknologi kecerdasan buatan untuk membantu masyarakat Indonesia belajar Bahasa Inggris.

“Indonesia memiliki potensi yang besar. Selain merupakan member dari G20 Indonesia juga memiliki lebih dari 60% dari total populasi berada di umur produktif, anak muda yang sangat tech-savvy dan negara kepulauan besar dengan akses ke pendidikan berkualitas yang membuatnya menjadi lebih sulit,” terang Chief Representative Officer Nexgen Artnandia Priaji.

Nexgen English Online secara resmi memegang lisensi ekslusif distribusi konten pembelajaran Bahasa Inggris dari DynEd International. Dengan pengalaman yang dimiliki DynEd, konten dan metode pembelajaran yang disajikan aplikasi Neo Study menjanjikan pembelajaran yang efektif. Artnandia menyebutkan pihaknya memiliki tagline untuk solusi yang mereka tawarkan, yaitu “Terbukti, Lancar dan Terjamin”.

Di Indonesia, layanan ini akan berkompetisi dengan sejumlah platform lokal sejenis, seperti Squline dan Bahaso.

“Kami menerapkan adaptive learning dengan menggunakan artificial intelligence yang memungkinkan pengguna mempelajari konten yang sangat dibutuhkan oleh masing-masing pengguna pada saat pembelajarannya. Selain itu kami juga menerapkan metode pembelajaran yang didapat dari hasil riset neuroscience melalui pembelajaran alamiah manusia, yaitu mendengar, mengucap, melihat, dan menulis,” imbuh Artnandia.

Aplikasi Nexgen dinamai Neo Study yang tersedia untuk platform Android. Artnandia lebih jauh menjelaskan bahwa aplikasi mereka disiapkan untuk membuat pengguna menjadi lebih fasih dalam berbahasa Inggris dengan cara melakukan pengulangan pengucapan secara tepat dan berulang-ulang menggunakan teknologi advanced speech recognition. Dengan penerapan teknologi tersebut, artikulasi, kecepatan, dan penekanan kata bisa menjadi sangat terlatih.

“Solusi ini kami temukan ketika kami melihat bahwa banyak di luar sana mereka yang memiliki nilai grammar tinggi tetapi tidak bisa berkomunikasi secara baik dan benar, padahal di dunia kerja / sosial komunikasi secara verbal adalah hal utama untuk menyampaikan pesan. Itu kenapa kami menganjurkan untuk siswa rutin belajar setiap harinya dan menggunakan score / gamification supaya pengguna tidak jenuh dalam belajar Bahasa Inggris,” terang Artnandia.

Application Information Will Show Up Here

Ragam Layanan Teknologi Pendidikan di Indonesia

Berbelanja online sudah menjadi bagian gaya hidup masyarakat di kota-kota besar di Indonesia. Demikian pula penggunaan aplikasi transportasi online. Semua kebiasaan tersebut terbentuk dalam beberapa tahun belakangan. Semakin meluas dan menguat tiap tahun berkat tumbuhnya industri startup di Indonesia. Ada satu sektor lagi yang mulai tumbuh dan seharusnya bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat. Belajar secara online.

Makin banyak startup yang menyediakan layanan untuk belajar secara online di Indonesia. Mulai dari startup asli Indonesia, seperti Ruangguru, KelasKita, MauBelajarApa, hingga layanan luar negeri yang masuk ke Indonesia, seperti Quipper dan Brainly.

Ada banyak bentuk konsep dan model bisnis yang diusung masing-masing penyedia layanan. Ada yang berkonsep kursus on demand, kursus live berbasis panggilan video (video call), hingga berbentuk platform tanya jawab. Semua berkembang dengan target pasar masing-masing dan mengusung tujuan yang sama, mengubah cara belajar dan memudahkan akses belajar.

Video on demand pembelajaran

Bentuk startup yang mengusung konsep video on demand ini cukup banyak di Indonesia. Bahkan tersedia untuk beragam jenis materi atau tingkat pembelajaran. Ruangguru, salah satu layanan teknologi pendidikan paling populer di Indonesia pun mulai menyajikan konten-konten video yang bisa dimainkan kapan pun oleh pengguna.

Startup yang digawangi Adamas Belva Devara dan Iman Usman tersebut sudah memiliki banyak fitur dan layanan, salah satunya Ruangbelajar yang diresmikan setahun silam. Layanan tersebut memungkinkan pengguna yang berlangganan mendapatkan akses ke video tutorial yang dirumuskan pengajar, lengkap dengan kurikulum dan tahapan belajar yang sesuai dengan kurikulum yang digunakan sekolah. Konsep Ruangbelajar juga dilengkapi dengan layanan Ruangguru On-the-Go, kumpulan video belajar dari Ruangguru yang disajikan dalam format penyimpanan OTG.

Hal yang sama juga bisa ditemui di layanan Quipper Video. Baik Ruangguru dan Quipper pun sama-sama fokus pada pembelajaran formal, salah satunya SMP dan SMA. Membantu para siswa lulus hingga menemukan universitas idaman.

Meramu konsep serupa namun segmen yang sedikit berbeda adalah KelasKita, IndonesiaX, hingga StudiIlmu. Semuanya mengusung konsep on demand untuk masyarakat umum dan para profesional. Ada yang menyuguhkan secara gratis ada juga yang berbentuk kursus premium.

Konsep ini membawa unsur fleksibilitas yang tinggi sehingga tidak mengganggu keseharian para penggunanya. Dengan dikombinasikan dengan kurikulum, review, dan evaluasi, video on demand menjadi pilihan untuk belajar di luar lembaga pendidikan atau institusi formal.

Pembelajaran langsung jarak jauh

Salah satu perkembangan pembelajaran dengan video adalah dengan pembelajaran langsung melalui panggilan video (video call). Hal ini contohnya disajikan Squline, layanan untuk belajar beragam bahasa. Termasuk dalam layanan Squline adalah pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Jepang, sampai bahasa Mandarin.

Biasanya pembelajaran jarak jauh ini dilengkapi dengan pilihan kelas atau privat. Pengguna akan mendapatkan kurikulum dan akses ke sistem pembelajaran (atau sering disebut Learning Management System). Di sana pengguna bisa mengunduh materi, mengerjakan evaluasi, hingga melihat laporan hasil belajar.

Di dalam pembelajaran online, guru atau mentor diharuskan “online” di jam dan hari yang sama atau menyesuaikan jika berbeda zona waktu. Selanjutnya pembelajaran akan dilakukan melalui sambungan video kelompok atau privat. Tanya jawab melalui percakapan langsung (chat) dan interaksi lainnya.

Salah satu kelebihan konsep belajar seperti ini adalah pengajar bisa langsung bertatap muka dan berkomunikasi dengan siswa sehingga membangun suasana seperti kelas offline pada umumnya.

Online to offline

Konsep online to offline nyatanya tidak hanya dimiliki layanan e-commerce. Di sektor layanan teknologi pendidikan konsep ini diusung beberapa startup, di antaranya MauBelajarApa dan Pintaria yang dikembangkan HarukaEdu.

MauBelajarApa mengusung konsep portal untuk mengetahui informasi mengenai penyelanggaraan workshop atau pelatihan offline dengan berbagai kategori. Pengguna yang mendaftar bisa langsung mendaftarkan diri untuk setiap kursus atau workshop yang dipilih dan menyelesaikan pendaftaran. Selanjutnya kursus akan diseleggarakan di tempat yang ditentukan secara offline.

Sementara Pintaria, menggabungkan konsep belajar online (e-learning) dengan pertemuan tatap muka. Pintaria juga menawarkan program kuliah (formal) dari beberapa universitas dengan metode e-learning dan tatap muka. Konsep online dan offline ini biasanya menggabungkan kemudahan mengelola materi, evaluasi dan kurikulum secara online dengan pembelajaran offline yang bisa berinteraksi langsung di kelas dengan mentor dan anggota kelas lainnya.

Portal tanya jawab pelajaran

Konsep tanya jawab ini cukup unik. Brainly adalah pelopornya. Layanan ini mengembangkan sebuah portal yang memungkinkan pengguna saling membantu belajar dalam bentuk tanyak jawab. Pengguna bisa bertanya sekaligus menjawab.

Di Indonesia Brainly cukup banyak digunakan para pelajar. Baik itu hanya untuk membantu dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah. Mereka juga bisa menggunakan platform ini untuk mencoba memecahkan masalah pengguna lainnya. Dalam perkembangannya, Brainly berencana menyuguhkan konten-konten video sebagai media penjelasan solusi terhadap pertanyaan para penggunanya.

Lingkaran, an Edtech Startup, Does “Rebranding” to Boost Entrepreneurship

lingkaran.co (lingkaran) made an official rebranding, focused on realistic, relevant, and progressive values. With the brand new face, lingkaran tries to create a place for people to improve their skills and creativity, especially in the entrepreneurship area.

lingkaran is a creative education platform, founded in 2014 and having the vision to bridge formal education output with the professional world requirements. lingkaran provides training programs for various types of professional skills.

In producing programs and content, lingkaran collaborates with some parties; from communities, such as CreativeMornings Jakarta and Book for Good; from SMEs, such as Generasi90an and Semesta; and multinational companies include Telkomsel and HSBC. Currently, they have 500 programs, gather 5000 participants, and collaborate with some areas.

2018 to be a crucial year for lingkaran

Aside from rebranding, lingkaran has prepared some plans this year to deal with labor issues in the industry 4.0. One is to optimize the Digital Mastership. This program has been initiated since earlier last year aiming to prepare potential employees which suit the digital company.

“Led by experts and professionals, participants will have more insights in gaining competency and make a broader network to build a career in the industry. Digital Mastership was successfully held in two cities, Jakarta and Bandung,” lingkaran team wrote in the official release.

Entrepreneurship becomes a major issue to discuss. Observing from predictions of economic improvement in Indonesia and rapid forecasts for investment growth, lingkaran takes this as the perfect moment to invite and demonstrate entrepreneurship.

They also have a mission to be the home for people from different backgrounds feeling encouraged to learn and explore new potential every day. lingkaran wants to take the role of a bridge between what’s owned with what’s necessary.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

UstadzQu Bantu Masyarakat Temukan Guru Mengaji yang Kompeten

Berawal dari pengalaman kesulitan mencari guru ngaji yang dialami salah satu founder-nya, Endink Syarifuddin, UstadzQu kemudian diinsiasi. UstadzQu mencoba menjawab kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan ustaz yang berkompeten baik ilmu fiqih, aqidah, sejarah dan lainnya di bidang agama.

UstadzQu sudah melakukan soft-launching awal Juni silam. Tiga bulan berjalan, saat ini masih terus mengumpulkan respons penggunanya, baik dari sisi ustaz maupun masyarakat. Pihak UstadzQu juga tengah menggenjot pertumbuhan jumlah ustaz di sistem mereka dengan bekerja sama dengan beberapa ormas Islam.

“Saat ini kami sedang melakukan kerja sama dengan beberapa ormas Islam untuk pengayaan para ustaz. Sebetulnya kami sudah mendapatkan database lebih dari 10.000 ustaz, akan tetapi kami tidak ingin menginjeksi data ustaz ke database, kami ingin mereka mengikuti prosedur [dengan] mendaftar, kami verifikasi, dan masuk list,” jelas CEO UstadzQu, Yoga Rifai Hamzah.

UstadzQu juga telah bekerja sama dengan BNI Syariah untuk menyempurnakan layanan. Kerja sama keduanya berupa kesepakatan dalam hal pengembangan fitur dan promo.

“BNI Syariah berkomitmen untuk mendukung kami pada dua tahun pertama. Tentu saja nanti ada simbiosis mutualisme di antara kami, baik di dalam fitur yang akan kembangkan maupun dalam eventcyang diselenggarakan,” jelas Yoga.

Mencoba membangun ekosistem yang lengkap

Yoga dan segenap tim di UstadzQu cukup optimis dengan penerimaan masyarakat terhadap solusi yang ditawarkan. Dari hasil riset internal didapati fakta bahwa kebutuhan masyarakat urban tentang pemenuhan spiritualitas dianggap penting, namun wadah yang komprehensif.

Saat ini di dalam aplikasi UstadzQu sudah bisa dijumpai fitur pencarian ustaz, mencari masjid terdekat, dan fitur penjadwalan mengaji. Fitur-fitur lainnya disebutkan akan ditambahkan bertahap dalam beberapa waktu ke depan.

“Solusi dalam jangka pendek ini adalah tersedianya database ustaz kompeten di Jabodetabek, jamaah dapat memilih ustaz sesuai kompetensinya. Dan untuk ustaz sendiri dapat memperluas coverage dakwahnya dan dapat melakukan pengaturan jadwal yang selama ini dilakukan secara manual,” imbuh Yoga.

UstadzQu juga tengah menyiapkan sejumlah rencana jangka menengah dan jangka panjang. Seperti konten video dan podcast dari para ustaz, termasuk memfasilitasi jaringan produk halal yang dimiliki pengguna UstadzQu.

Yoga juga menjelaskan bahwa dalam tahun pertama UstadzQu ingin memberikan manfaat untuk para ustaz dan membantu pengguna mendapatkan akses ke ustaz yang kompeten. Sedangkan untuk tahun kedua UstadzQu sudah merencanakan untuk memberikan layanan premium dengan kurikulum, ustaz, dan konten yang lebih berkualitas.

Application Information Will Show Up Here