Mengawali BTS Pro Series, BOOM Esports Libas TNC Predator 2-0

Setelah pada ESL One Los Angeles Online League divisi Dota 2 BOOM Esports berhasil mendapat peringkat ketiga, kali ini BTS Pro Series menjadi pertandingan lainnya yang diikuti oleh Dreamocel dan kawan-kawan. BTS Pro Series merupakan liga online yang memperebutkan total hadiah sebesar US$50.000 (sekitar Rp787 juta) yang diselenggarakan oleh salah satu penyelenggara ternama di skena Dota 2, Beyond the Summit.

Dalam liga ini, BOOM Esports bertanding dengan 7 tim lainnya dari Asia Tenggara, yaitu Fnatic, TNC Predator, Team Adroit, Geek Fam, CR, T1, dan Reality Rift. Dua laga perdana mereka adalah melawan Reality Rift dan juga TNC Predator.

Melawan Reality Rift yang berisikan Drew, AlaCrity, kYxY, Hustla dan Nutz, BOOM Esports malah keteteran. Bertanding dalam seri best-of-3 mereka harus mengaku kalah 2-0.

Sumber: VP ESports
Sumber: VP ESports

Pertandingan selanjutnya BOOM Esports bertemu dengan musuh bebuyutan mereka, TNC Predator. Sejauh ini, BOOM Esports kerap kali gagal menundukkan tim asal FIlipina tersebut.

Namun kali ini BOOM Esports tampil ganas, dan segera libas mereka dua kali berturut-turut. Pada game pertama, BOOM Esports sebenarnya sudah sempat hampir kalah, karena Barrack atas sudah berhasil dihancurkan.

Namun mereka membalikkan keadaan setelah dapat momentum di menit 24, dan itu menjadi keunggulan yang terus menggelinding bagai bola salju sampai Ancient TNC Predator hancur di menit 31.

Game kedua BOOM Esports tampil dengan lebih percaya diri, apalagi Mikoto mendapatkan Ember Spirit, salah satu hero yang berhasil menjadi sorotan pada gelaran sebelumnya, ESL One Los Angeles Online League.

Benar saja, BOOM Esports mengendalikan jalannya pertandingan sampai menit 20 dengan perolehan kill 16-3. Ini membuat TNC Predator tak berdaya, kembali memaksa kYxY dan kawan-kawan ketik GG, menyerah kalah di menit 31.

Brando Oloan, manajer tim Dota 2 BOOM Esports memberi komentarnya seputar semangat tim menghadapi jadwal The International yang terombang-ambil karena dampak wabah COVID-19, juga dalam menghadapi laga ini.

“Anak-anak di sini masih punya semangat yang sama, yang penting terus berkembang sambil menunggu The Internasional karena target kita adalah masuk TI. Kami fokus untuk terus jadi lebih baik dari hari sebelumnya dan optimis bisa masuk final dalam BTS Pro Series ini.” Ucap Brando kepada Hybrid.

Laga selanjutnya mereka akan mereka menghadapi Fnatic, yang diselenggarakan pada tanggal 16 April 2020 mendatang. Fnatic selama ini juga kerap menjadi batu sandungan besar bagi BOOM Esports. Akankah mereka bisa mengulang kesuksesan seperti melawan TNC Predator?

Bagaimana Rencana Riot Games Dalam Pengembangan Komunitas Legends of Runeterra di Indonesia?

Beberapa waktu yang lalu Riot Games mengumumkan tanggal rilis dari Legends of Runeterra, game dengan genre Collectible Card Game (CCG), yang merupakan salah satu dari beberapa game terbaru yang sedang mereka kembangkan. Lewat sebuah rilis, Riot Games mengungkap bahwa Legends of Runeterra akan rilis pada tanggal 1 Mei 2020 mendatang untuk PC dan Mobile (Android dan iOS).

Memang menarik jika melihat jajaran game terbaru besutan Riot Games. Masing-masing dari mereka seakan tampil untuk menyaingi game terpopuler dari masing-masing genre. Legends of Runeterra bisa dibilang hadir untuk menyaingi Hearthstone, game kartu digital besutan Blizzard Entertainment.

Membahas soal posisi Legends of Runeterra sebagai pesaing Hearthstone dan usaha mereka mengembangkan komunitas lokal, terutama di Indonesia, Hybrid lalu mencoba menghubungi Riot Games. Diwakili oleh Jennifer Poulson, selaku Head of Growth & Launch, Southeast Asia, Hong Kong, and Taiwan, Riot Games, berikut hasil wawancara tersebut:

Bagaimana strategi Riot Games untuk bisa memenangkan persaingan genre CCG, mengingat sudah ada Hearthstone, dan banyaknya game lain dalam genre ini?

Kami berusaha memikirkan masak-masak bagaimana bisa menyajikan Legends of Runeterra dengan cara yang berbeda. Kami juga jadi bersemangat untuk dapat mengutak-atik genre ini secara lebih jauh. Apa yang bagus dari genre ini dipertahankan, apa yang tidak bagus ditingkatkan, dan bahkan jika perlu menambahkan elemen baru. Ini kami lakukan semata-mata karena tujuan utama kami adalah membangun game kartu terbaik yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.

Legends of Runeterra dibuat dengan latar cerita berupa perpanjangan semesta League of Legends. Jadi harapannya adalah nanti para pemain tidak hanya sekadar bermain, tapi juga bisa mendalami lebih jauh cerita dari dunia Runeterra dan berbagai karakternya di dalam game ini.

Sumber: Asiaone
Jennifer Poulson, saat diwawancara oleh Asia One membahas soal kasus perilaku seksis Riot Games yang sempat marak beberapa waktu lalu. Sumber: Asiaone

Kami berusaha tetap mempertahankan elemen League of Legends di dalam game ini, salah satunya lewat elemen Champion, yang tetap bisa naik level dan punya skill serupa seperti League of Legends. Jadi walaupun ini adalah game kartu, Anda tetap bisa melihat aksi ala League of Legends seperti Lux menembakkan laser, Draven yang melempar pisau, atau Tryndamere yang sulit untuk mati.

Tantangan terbesar dalam membuat LoR adalah memastikan game ini mudah dimainkan namun tetap mempertahankan kedalaman strategi, serta menciptakan META atau kemungkinan menang yang beragam. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan menerapkan Active Round System, yang memperkenankan pemain untuk bereaksi walau bukan mereka tidak sedang dalam giliran untuk jalan.

Tak hanya itu kami juga ingin membuat Legends of Runeterra menjadi game CCG yang setara bagi semua orang. Kami ingin semua pemain tetap setara dalam persaingan, terlepas dari seberapa banyak uang yang mereka habiskan untuk game ini.

Untuk mencapai hal itu maka kami memutuskan membuang sistem random card pack berbayar dan memilih menggunakan model progression based on objective dengan kesempatan bagi pemain untuk mendapatkan kartu bernilai tinggi.

Akankah Riot Games mengembangkan komunitas lokal? Apakah Riot Games juga akan mengembangkan komunitas di Indonesia?

Misi utama dan ciri khas Riot Games adalah komitmen kami kepada komunitas. Ini berarti kami senantiasa menempatkan pemain sebagai prioritas utama dalam segala sesuatu yang kami kerjakan. Salah satu caranya adalah dengan mendengarkan masukan langsung dari pemain, membangun komunitas, dan bersikap terbuka serta transparan terhadap komunitas.

Karena itu kami akan memanjakan komunitas online kami lewat beberapa kegiatan seperti turnamen online berkelanjutan untuk Legends of Runeterra, namun di Singapura. Tetapi bukan berarti komunitas Indonesia ditinggalkan, karena kami punya server Discord Legends of Runeterra SEA sebagai sarana komunikasi dengan komunitas Asia Tenggara.

Besar harapan kami para pemain Indonesia bisa bergabung dengan komunitas ini dan mulai terlibat secara aktif, sehingga suara kalian dapat kami tampung dan kami tindak lanjuti sesuai dengan harapan kalian.

Legends of Runeterra akan rilis untuk PC dan Mobile pada tanggal 1 Mei 2020 mendatang. Untuk saat ini, Anda dapat melakukan pre-registrasi terlebih dahulu pada laman sea.playruneterra.com. Apakah Anda juga tidak sabar untuk mencoba game kartu yang satu ini?

T1 Adakan Turnamen Valorant

Valorant, game terbaru dari Riot Games, masih belum resmi diluncurkan. Meskipun begitu, telah muncul pertanyaan apakah Riot tertarik untuk mengembangkan scene esports dari game shooter tersebut. Ini tidak aneh, mengingat League of Legends merupakan salah satu game esports paling populer di dunia. Organisasi esports ternama pun menunjukkan ketertarikan untuk membuat tim Valorant.

Faktanya, T1 merekrut mantan pemain Counter-Strike: Global Offensive, Braxton “swag” Pierce untuk menjadi pemain pertama dari tim Valorant mereka. Tak berhenti sampai di situ, T1 juga akan menyelenggarakan turnamen Valorant. Melalui akun resmi Twitter mereka, T1 mengatakan bahwa mereka akan mengadakan T1 Valorant Invitational pada 16 April, menurut laporan dari Dot Esports.

T1 bukanlah satu-satunya organisasi esports yang menunjukkan ketertarikan pada Valorant. Sebelum T1, 100 Thieves juga mengungkap bahwa mereka akan mengadakan turnamen Valorant pada 14 April 2020. Salah satu hal yang membedakan turnamen yang diadakan dua organisasi esports ini adalah fokus turnamen. Tujuan T1 mengadakan turnamen Valorant adalah untuk mengadu tim mereka dengan para kreator konten dan pemain terbaik dari game buatan Riot tersebut. Sementara 100 Thieves fokus untuk menampilkan tim yang berisi kreator konten mereka.

Memang, hype atas Valorant sangat tinggi. Salah satu buktinya, Valorant sukses memecahkan rekor penonton concurrent di Twitch meski ia masih ada dalam tahap beta. Selain itu, mantan pemain CS:GO profesional, Michael “Shroud” Grzesiek juga mengatakan bahwa Valorant adalah game yang sangat bagus. Namun, Riot sendiri tak banyak berbicara soal rencana mereka dalam mengembangkan scene esports dari Valorant.

Scene esports tumbuh dari sebuah game. Harapan kami saat meluncurkan Valorant adalah agar game ini memiliki ekosistem esports yang besar, jika memang itu yang diinginkan oleh para fans,” kata Executive Producer, Riot Games, Anna “SuperCakes” Donlon, seperti yang dikutip dari Dot Esports. Meskipun begitu, dia juga menyebutkan bahwa Riot berharap, ekosistem esports Valorant akan tumbuh dari komunitas.

Grand Final MPL ID Season 5, Kembalinya Tahta ke Pangkuan Sang Raja

Bak cerita lama yang terulang kembali, ajang puncak MPL ID Season 5 menyajikan rivalitas tertua di skena Mobile Legends Indonesia, EVOS dengan RRQ. Liga kasta utama Mobile Legends: Bang-Bang ini memang unik, karena selalu menyajikan cerita-cerita tak terduga. Namun anehnya, cerita tak terduga yang terjadi sepanjang babak Regular Season seakan tak berarti, karena laga final kerap kali tertutup oleh sang dua raksasa.

Babak Regular Season MPL ID Season 5 kita melihat Bigetron Alpha, mendominasi musim dengan perolehan menang-kalah 11-3. Namun masuk babak Playoff, mereka harus tersungkur tak berdaya saat menghadapi EVOS di upper-bracket dan ONIC Esports di lower-bracket.

ONIC Esports jadi tim lain yang juga tampil tak terduga. Terseok di babak Regular Season, mereka malah tampil prima di babak Playoff. Kalau di upper-bracket oleh RRQ, mereka mendapat momentum setelah kalahkan Bigetron di lower-bracket. Sayang, menghadapi semangat muda pemain-pemain EVOS, mereka tersungkur di peringkat 3, kalah 2-0.

Sumber: id-mpl.com
Sumber: id-mpl.com

Babak final menjadi sajian yang diidam-idamkan oleh para penonton, The El Clasico, EVOS vs RRQ. Tercatat laga antara dua organisasi esports terbesar di Indonesia ini sudah terulang sebanyak 3 kali sepanjang 5 musim MPL Indonesia. Pertemuan pertama mereka pada MPL ID Season 2, yang mana RRQ melenggang mulus jadi juara dengan skor 3-0, membuat EVOS bertahan menjadi raja tanpa mahkota.

Kutukan juara dua EVOS putus di musim keempat, saat laga El Clasico lagi-lagi terulang di babak Grand Final. Musim itu EVOS sedang dalam keadaan prima, mereka pun menjuarai MPL ID Season 4, bahkan sekaligus menjadi juara dunia di ajang M1 World Championship.

Musim ini, EVOS kembali terseok. Berada di peringkat 3 babak Regular Season, performa permainan EVOS cenderung inkonsisten. Salah satu penyebabnya mungkin karena pemain senior mereka yaitu Oura yang undur diri dari ajang kompetitif Mobile Legends setelah menyelesaikan musim terbaik mereka.

Walau EVOS terseok di Regular Season, namun laga final MPL ID Season 5 ternyata berlangsung dengan sengit. Menariknya, dalam pertandingan ini, RRQ selalu menang dominan, namun kemenangan EVOS didapatkan lewat usaha berlebih yang mereka lakukan.

Game pertama dan kedua contohnya. RRQ menangkan game hanya dalam 12 menit saja dengan keunggulan 10 ribu net-worth. Sementara EVOS harus memenangkan game kedua lewat pertarungan sengit, bahkan hampir kalah oleh RRQ, dengan durasi permainan selama 14 menit dan tanpa keunggulan net-worth yang begitu besar.

Game ketiga dan keempat keadaan malah berbalik. RRQ menang ngotot, pertandingan baru selesai setelah lord kedua dengan durasi permainan selama 20 menit, dan beda net-worth yang tipis-tipis sepanjang permainan. Setelahnya EVOS melawan balik dengan sangat galak. Harith dari Wann sunggu merepotkan RRQ, EVOS pun bisa selesaikan pertandingan dalam 12 menit, setelah satu kali Lord saja.

Entah apa yang terjadi, EVOS malah seperti kehilangan semua momentumnya pada game terakhir. RRQ menutup dengan dominasi yang sangat kuat, pertandingan berakhir dalam 11 menit, diselesaikan setelah satu kali push dengan Lord.

Seakan mengulang cerita laga final MPL ID Season 2, RRQ menjadi juara di MPL ID Season 5. Ini sekaligus jadi rekor tersendiri bagi RRQ di MPL, menjadi tim pertama yang bisa memenangkan liga kasta utama MLBB sebanyak dua kali.

Selamat bagi RRQ Hoshi! Perjuangan RRQ belum usai sampai di sini. Mereka akan melanjutkan perjuangan mereka di Mobile Legends South East Asia Championship 2020 (MSC 2020) nanti bersama EVOS Legends selaku runner-up dari MPL ID Season 5. Akankah Indonesia tetap mendominasi skena MLBB internasional? Mari kita doakan yang terbaik bagi kedua tim.

Cerita Tim UwU Gaming: Dari Andai-Andai Menjadi Nyata

Fighting game bisa dibilang sebagai salah satu esports tertua dalam ekosistem esports, selain dari Counter-Strike yang tak pernah mati sejak tahun 1999. Jika berpatok pada turnamen Evolution Championship Series saja, artinya komunitas fighting game sudah ada sejak dari tahun 1996. Kalau ditarik lebih jauh lagi, bibit skena ini malah mungkin sudah hadir sejak Street Fighter 2 versi arcade rilis pada tahun 1991.

Banyak yang bilang bahwa ciri khas ekosistem ini adalah hubungan emosional komunitas yang begitu erat. Itu juga yang mungkin membuat pecinta fighting game, walau berbeda permainan, tetap bersatu di bawah bendera fighting game community atau FGC.

Skena Indonesia punya ceritanya sendiri. Advanced Guard bisa dibilang adalah salah satu sosok besar dalam perkembangan FGC Indonesia. Seiring waktu, FGC Indonesia terus berkembang. Berawal dari satu komunitas, kini FGC Indonesia jadi punya ragam komunitas dengan tujuannya masing-masing.

Beberapa waktu lalu kita sudah sempat menyorot DRivals, komunitas Tekken yang berkembang pesat secara prestasi di skena kompetitif Jabodetabek dan sekitarnya. Tetapi selain dari mereka, ada juga komunitas lain yang juga bergeliat lincah di skena Tekken Jabodetabek, yaitu UwU Gaming.

Siapa mereka? Apa yang ingin mereka capai? Saya berbincang dengan Simeon Handi Kurniadi, Co-Founder UwU Gaming mencoba mengetahui cerita di balik komunitas ini, dan perjalanannya menjadi tim esports. Simak hasil perbincangan saya berikut

Terbentuk dari Kelakar Pertemanan

Anda penggemar pop culture Jepang mungkin akan memandang kata ‘UwU’ dengan cara berbeda. Ini karena ‘UwU’ kerap kali digunakan di dalam lingkungan pergaulan, terutama pop culutre Jepang, sebagai emoticon. Pertama kali muncul di forum, UwU biasanya digunakan untuk mengekspresikan perasaan senang atau kebanggaan dengan wajah gemas ala anime.

Simeon Handi Kurniadi, Co-Founder UwU Gaming juga mengatakan bahwa emoticon tersebut menjadi inspirasi dari nama komunitas ini. Tetapi selain itu, nama UwU Gaming sebenarnya juga berasal dari plesetan organisasi esports yang bergeliat di FGC internasional yaitu UYU.

“Dulu alasan memberi nama UwU karena teringat emoticon yang lucu, terus juga karena ada tim profesional bernama UYU. Akhirnya nama UwU dipilih karena niat awal bikin tim ini sebetulnya hanya untuk iseng dan tidak berniat menjadi serius.” Ucap sosok yang kerap dipanggil Handikurr di dalam komunitas.

Menariknya, meski UwU punya konotasi yang imut, tim mereka menggunakan Serigala yang garang sebagai logo tim. Handikurr lalu menceritakan selayang pandang asal usul logo tersebut.

“Kalau ditanya kenapa logonya serigala, awalnya juga karena kelakar teman-teman saja. Pertama, emoticon wajah UwU kadang ditempatkan pada wajah serigala. Kedua, karena ‘uwu’ terdengar seperti suara auman serigala. Dari situ kami lalu membahas lebih jauh lagi alasan kenapa logonya harus serigala. Saya dan kawan-kawan terpikir bahwa Serigala adalah simbol keberanian bagi orang romawi dan mesir kuno. Jadi serigala dipilih jadi simbol komunitas kami sebagai doa, agar komunitas kami memiliki jiwa keberanian.” Tuturnya.

Sumber: UwU Gaming
Sumber: UwU Gaming

Orang tua kita kerap berkata bahwa nama adalah doa. Doa UwU Gaming menjadi komunitas yang berani pada akhirnya benar terpancar kepada mental anggota komunitas UwU Gaming. Mereka selalu dengan berani menantang siapapun di skena Tekken 7 Jabodetabek dan sekitarnya.

Bahkan, waktu itu tiga orang anggota mereka juga dengan berani mengadu nasib di Last Chance Qualifier Tekken World Tour Finals 2019, walau mungkin hasilnya hanya pengalaman berharga saja.

Dengan umurnya yang masih muda belia, UwU Gaming bergeliat begitu lincah di tengah komunitas FGC Jabodetabek. Namun, itu mungkin tidak tercapai jika Handikurr tidak pernah mengenal Tekken ataupun komunitas fighting game sebelumnya.

Handikurr lalu menceritakan awal ia mengenal Tekken dan FGC saat masih tinggal di Yogyakarta.

“Dulu saya pertama kali kenal FGC di Jogja, karena suka berkumpul dengan komunitas pop culture Jepang, yang kebetulan banyak pemain Tekken. Saya akhirnya ikut main dan buat komunitas fighting game di sana. Dulu komunitasnya bernama FAIJO (Fighting Games Jogja). Dari situ mulai kenal teman-teman yang sudah berkecimpung di FGC.” Cerita Handikur.

“Lalu setelah itu saya pindah ke BSD karena pekerjaan. Semenjak di sana, akses turnamen lebih dekat, jadi saya lebih sering berusaha untuk kumpul dengan teman-teman FGC yang ada di Jakarta. Sampai suatu hari saya ikut turnamen tag team DRivals di suatu kafe di Jakarta Barat pada tahun 2018. Pada saat itulah saya bertemu dengan Zul (V4NZER), Faris (JUST_FRS) dan Roku (Mitsuky). Mereka bisa dibilang pencetus lebih awal dari saya, karena ikut turnamen dengan nama tim uwu.” Handikurr menjelaskan awal alasan ia membentuk UwU.

Nama UwU sebenarnya sudah terlebih dahulu digunakan oleh tiga pemain tersebut. Tetapi Handikurr bisa dibilang menjadi sosok yang membuat UwU Gaming menjadi lebih serius, bukan hanya tim untuk kelakar, tapi menjadi komunitas dan rumah bagi para pemain Tekken 7 ataupun FGC secara keseluruhan.

“Waktu itu gara-gara saya lawan mereka di turnamen tersebut. Saat melawan mereka, saya tidak merasakan tekanan, malah enjoy dan merasa fun. Dari sana saya muncul ide, dan ajak mereka obrol-obrol. Dari obrolan tersebut, muncul angan-angan membuat tim esports, bikin jersey, konten-konten menarik, dan lain sebagainya. Lucunya adalah ternyata semua andai-andai saya dan kawan-kawan yang dipikirkan saat itu ternyata sudah hampir tercapai semua.. Hahaha.” Ucap Handikurr menceritakan pengalamannya membentuk UwU.

Sumber: UwU Gaming
Sumber: UwU Gaming

Mulai serius di tahun 2019, perkembangan UwU Gaming sebagai komunitas terbilang cukup cepat. Konten menjadi sarana mereka memperkenalkan FGC ke khalayak umum. Walau belum belum punya ribuan follower, tapi saya akui kanal media sosial UwU Gaming yang aktif dan punya desain grafis mumpuni jadi nilai jual tersendiri bagi komunitas mereka.

Selain media sosial, modal berikutnya UwU Gaming adalah markas yang jadi pusat aktivitas mereka. Markas ini juga tercipta secara tidak sengaja, karena salah satu anggota mereka dengan baik hati menawarkan menggunakan rumahnya yang sudah lama tidak dihuni, sebagai gaming house UwU Gaming.

“Markas atau gaming house kami sebenarnya adalah rumah kosong milik salah satu anggota kami, Hanifrexxx, yang berlokasi di Gaharu, Cipete, Jakarta Selatan. Kebetulan dia bersedia meminjamkan tempat tersebut untuk jadi tempat kumpul-kumpul. Akhirnya tempat itu kami resmikan menjadi markas komunitas UwU Gaming. Sebelumnya GH kami gunakan untuk main bareng dan membuat konten. Namun saat ini segala aktivitas kami hentikan lebih dulu, karena mengikuti anjuran pemerintah untuk mengisolasi diri selagi wabah COVID-19 sedang menyeruak.”

Handikurr mengaku merasa tidak sangka dengan semua pencapaian yang mereka capai lewat komunitas ini dalam waktu yang singkat. “Karena ini semua berawal sebagai bercandaan dan ide iseng saja, jadi saya dan teman-teman kadang kaget kenapa UwU Gaming tiba-tiba sudah sampai di titik ini.” Ucapnya.

Perjalanan UwU Gaming Sampai Saat Ini

Walau masih seumur jagung, UwU Gaming terbilang aktif secara kompetitif dan giat berjibaku dalam berbagai ajang adu jotos Tekken 7 di Jabodetabek. Pengalaman bertanding para anggota UwU Gaming mungkin tidak gahar seperti para anggota DRivals, yang salah satunya sempat bertanding di Rev Major. Juga tidak galak seperti Muhammad Adriansyah Jusuf (MEAT), yang sudah dipercaya mewakili Indonesia untuk cabang esports Tekken 7 di SEA Games 2019.

Akan tetapi, passion mereka terhadap Tekken memunculkan sikap berani yang patut diacungi jempol. Seperti sempat saya sebut di awal artikel, ada tiga pemain UwU Gaming yang nekat adu nasib ikut Last Chance Qualifier TWT Finals 2019 di Bangkok, Thailand. Mereka adalah Clice.L, Nafilo, dan Ar’Fear. Hasilnya tentu bukan kemenangan karena yang dicari memang pengalaman saja.

Nafilo yang punya nama lengkap Olifan Okto Pradana sempat bercerita soal pertandingannya di LCQ TWT Finals 2019. Ia mengaku mendapat banyak sekali pengalaman selama bertanding di sana, terutama saat menghadapi pemain-pemain Pakistan yang tanggap merespon kesalahan gerakan yang ia lakukan.

Sumber: Instagram UWU Gaming
Sumber: Instagram UWU Gaming

“Selama perjalanan di sana, gue belajar bahwa ada kesalahan dari metode permainan gue selama ini, seperti memilih gerakan yang berisiko ketimbang gerakan yang lebih pasti. Walau cuma bermain selama 6 menit, tetapi gue mendapat pengalaman berharga yang bisa mengubah cara pandang gue terhadap cara main Tekken.” Ucapnya.

Untuk saat ini UwU Gaming tercatat sudah memiliki 16 anggota, dengan 2 di antaranya berdomisili di Yogyakarta. Prestasi yang anggota mereka kumpulkan juga lumayan banyak. Eka Widarma (Lazt) misalnya, sudah memenangkan beberapa turnamen di skena lokal Yogyakarta. Salah satu yang paling bergengsi adalah ketika ia menjuarai kompetisi Tekken di acara KAI Esports Exhibition pada tahun 2019 lalu.

UwU Gaming juga sempat beberapa kali mengikuti gelaran Hybrid Cup. Saat Hybrid Cup hadir dengan format tim, UwU Gaming turut bertanding dan mengirimkan dua timnya. Ketika itu ada UwU Sunflower yang berisikan Ar’Fear, Nafilo, dan JUST_FRS, dan UwU Melancholy yang berisikan Davai, Astha, dan Dipicu_Ikan. Tapi UwU Gaming sayangnya mendapat hasil yang kurang memuaskan dalam turnamen yang dimenangkan oleh DRivals on Air tersebut.

UwU Gaming juga mengikuti Hybrid Cup Series – Tekken 7 Rookie. Diwakili oleh Dipicu_Ikan, UwU Gaming mendapat pencapaian yang cukup baik, berhasil mencapai peringkat top 8, walau akhirnya kalah oleh DRivals.Downfall.

Sumber: UwU Gaming
Sumber: UwU Gaming

Tak hanya aktif berkompetisi, UwU Gaming juga kerap kali mengadakan beberapa kegiatan komunitas. Layaknya Hybrid IDN yang memiliki dojo, UwU Gaming juga sempat sempat mengadakan dojo mereka sendiri. Ketika itu mereka baru sempat mengadakan dua kali dojo yang ternyata disambut antusias oleh FGC Jakarta.

Handikur mengatakan bahwa open dojo pertama dihadiri oleh 25 orang, sementara yang kedua dihadiri oleh 32 orang. Tak hanya itu, open dojo yang dilakukan oleh UwU Gaming juga dihadiri oleh berbagai sosok, termasuk cosplayer yang cukup ternama dalam komunitas pop culture Jepang, yaitu MamaBear.

“Kejadian mengundang MamaBear itu karena dulu saya pernah ketemu dia di event pop culture Jepang. Ketika itu dia cosplay sambil turnamen Tekken. Terus setelah itu saya ajak obrol-obrol. Sudah gitu kebetulan PapaBear juga kenalan saya dan keduanya main Tekken. Akhirnya saya ajak untuk hadir, dan mereka pun setuju untuk ikut meramaikan gejolak perjalanan UwU Gaming… Hehe.” Handikurr menceritakan asal usul kehadiran sosok cosplayer pada open dojo yang mereka selenggarakan.

Angan-Angan UwU Gaming Menjadi Organisasi Esports

Walau Handikurr mengaku hampir membuat semua ide gila yang ia bayangkan jadi nyata, tetapi ia masih punya mimpi lebih besar untuk UwU Gaming. Untuk saat ini, UwU Gaming sebenarnya bisa dibilang sudah berstatus sebagai tim esports, walau belum sebesar para raksasa seperti EVOS ataupun RRQ.

“Bersamaan dengan peresmian GH beberapa waktu lalu kami juga membagikan perubahan UwU dari komunitas menjadi tim esport. Hal ini kami ambil supaya kami bisa fokus dengan target kami di dunia bisnis. Seperti beberapa bisnis startup lain, kami memulai dengan ‘bakar duit’ dulu. Walaupun belum bisa menggaji para anggota, namun kami mulai membuka peluang bisnis di bidang esport, seperti menjadi caster game atau tawaran kontrak livestreaming.” Tukas Handikurr membeberkan status UwU Gaming saat ini.

Untuk masa depan Handikurr bercita-cita untuk membuat UwU Gaming jadi lebih berkembang. Tak hanya jadi wadah berkegiatan saja, tapi juga menjadi wadah agar para gamers bisa bekerja profesional dari hobi yang mereka suka. “Lebih jauh, saya ingin UwU Gaming tidak hanya menjadi tim saja tapi juga manajemen esports. Tujuannya adalah untuk memberi peluang gamers bisa berkarir secara profesional.”

“Makanya, apa yang ada di bayangan saya, nantinya para gamers yang berada di UwU Gaming tidak hanya mendapat peluang untuk menjadi pemain kompetitif saja, tetapi juga memberi peluang untuk menjadi talenta seperti caster, content creator, streamer, ataupun bidang-bidang lain yang bisa menyokong ekosistem esports, sesuai dengan passion dari masing-masing.” Handikurr menceritakan mimpinya.

Sumber: stuff.co.nz
Ekosistem esports bukan hanya soal menjadi pro player saja. Ada ragam pekerjaan lain, termasuk menjadi game streamer. UwU Gaming bercita-cita untuk hadir dan memfasilitasi hal tersebut. Sumber: stuff.co.nz

Mimpi tersebut mungkin terdengar sederhana, tetapi terasa seperti bukan sesuatu yang mudah untuk dicapai. Apalagi mengingat persaingan ranah gaming dan esports Indonesia yang jadi semakin ketat belakangan ini. Jika bicara soal bisnis tim esports, sepanjang 2020 yang baru berjalan 4 bulan, kita sudah melihat 5 tim esports baru, hadir dan meramaikan persaingan dalam ekosistem.

Maka untuk memuluskan mimpinya, Handikurr berusaha memulai dari sesuatu yang dekat dengan dirinya, FGC dan konten. “Itu memang bukan hal mudah, tapi bukan tidak mungkin. Maka untuk tahun ini kamu mulai dengan langkah kecil berani dengan menghadirkan konten lebih dahulu. Topiknya juga dimulai dari sesuatu yang dekat dengan kami, yaitu fighting game dan komunitasnya.”

“Nanti kalau sudah ada modal, saya ingin investasi alat multimedia lebih dulu, supaya proses pembuatan konten bisa berjalan dengan baik dan menciptakan konten yang lebih bagus. Hal lain mungkin yang terpikir di kepala saya berikutnya mungkin adalah untuk aktivasi event online ataupun melakukan promosi, agar UwU Gaming bisa dikenal lebih banyak orang.” Tuturnya.

Sumber: UwU Gaming
Sumber: UwU Gaming

Lalu, dengan mimpi yang besar, tentu UwU Gaming harus punya visi, agar komunitas ini bisa naik tingkat dan menjadi apa yang diimpikan Handikurr dan para anggotanya. Terkait ini, Pria asal Yogya tersebut memberikan pandangannya. “Untuk jangka pendek di tahun 2020, dengan fokus kepada konten, kami punya target mencapai 50 ribu follower terlebih dahulu di Instagram. Bagaimanapun, menurut saya, angka adalah sesuatu yang penting di dunia digital. Karena dunia digital tanpa digit (angka) hanya akan menjadi ‘al’ saja nantinya… Hehehe.” Ucapnya seraya berkelakar.

“Untuk jangka panjang, seperti yang tadi saya bilang, kami ingin UwU Gaming bisa menjadi manajemen talenta di bidang esports. Saya ingin UwU Gaming nantinya bisa memberi gaji dan kesempatan karir yang sesuai passion para gamers. Selain itu, karena saya memulai ini dari dunia fighting game, saya ingin UwU Gaming menjadi manajemen esports top-of-mind di dalam skena. Realistisnya tentu terbaik di Indonesia, tapi kalau mau muluk saya juga ingin UwU Gaming bisa jadi yang terbaik di dunia.” Handikurr menjelaskan mimpi dan cita-citanya.

Bagaimanapun, skena game apapun mungkin bisa jadi mati suri tanpa kehadiran tim seperti UwU Gaming. Nyatanya gamers datang dengan berbagai latar belakang dan tujuan. Mungkin ada yang hanya main game untuk mengisi waktu sengan, atau mencari hiburan, atau mencari teman, atau berkompetisi, atau mungkin mencari karir.

Kehadiran entitas seperti UwU Gaming sedikit banyak bisa mewadahi kegiatan bagi para gamers, terutama pecinta fighting game, untuk mencapai tujuan mereka, apapun itu. Semoga cita-cita yang diinginkan sang founder terhadap UwU Gaming bisa tercapai sehingga FGC Indonesia bisa dikenal dunia!

Intel Tunda Intel World Open Karena Corona

Intel mengumumkan bahwa Intel World Open akan ditunda ke tahun 2021. Mengingat Olimpiade Tokyo 2020 juga telah ditunda ke tahun depan, tidak heran jika Intel memutuskan untuk melakukan hal yang sama. Pada awalnya, Intel World Open memang diselenggarakan sebagai ajang pembuka Olimpiade Tokyo 2020. Alasan mengapa kedua ajang bergengsi ini ditunda adalah karena pandemik virus Corona.

Dalam Intel World Open, ada dua game yang akan diadu, yaitu Street Fighter V dan Rocket League. Masing-masing dari game tersebut menawarkan hadiah sebesar US$500 ribu (sekitar Rp7,9 miliar). Awalnya, Intel hendak mengadakan dua babak kualifikasi untuk Intel World Open, yaitu babak kualifikasi online dan kualifikasi LAN yang diadakan di Katowice.

Seharusnya, babak kualifikasi online untuk Intel World Open akan diadakan pada 2 Mei 2020. Sayangnya, masih belum diketahui tanggal penyelenggaraan Intel World Open pada tahun depan. Kemungkinan, turnamen tersebut akan digelar berdekatan dengan Olimpiade.

tunda intel world open
Intel tunda Intel World Open ke tahun 2021. | Sumber: Inven Global

“Karena pandemik COVID-19 (virus corona) di dunia dan ditundanya Olimpiade, kami memutuskan untuk menunda Intel World Open dan babak kualifikasi online yang seharusnya diadakan pada 2 Mei ke tahun depan,” kata Intel melalui akun resmi Twitter mereka, seperti yang disebutkan oleh Dot Esports. “Walaupun kami sangat menanti pertandingan antara para pemain Street Figter 5 dan Rocket League terbaik, kami tetap harus memprioritaskan keselamatan dan kesehatan komunitas.”

Pandemik virus corona memaksa banyak negara untuk menetapkan status lockdown. Selain itu, masyarakat juga dihimbau untuk tidak keluar dari rumah. Ini menyebabkan banyak kegiatan olahraga harus ditunda atau dibatalkan, mulai dari balapan, liga sepak bola, serta NBA. Namun, hal ini juga menjadi kesempatan bagi esports untuk mengisi kekosongan yang ada. Buktinya, ada beberapa kegiatan olahraga yang digantikan oleh pertandingan esports, seperti balapan NASCAR.

Sementara itu, Intel juga mengumumkan bahwa mereka akan memberikan sumbangan sebesar US$50 juta (sekitar Rp793 miliar) untuk mengatasi pandemik virus corona. Dana tersebut akan digunakan untuk riset tentang virus corona, peningkatan layanan kesehatan bagi pasien COVID-19, dan memudahkan akses ke edukasi online.

“Dunia menghadapi tantangan besar dalam mengatasi COVID-19,” kata CEO Intel, Bob Swan, lapor Digital Trends. “Intel berkomitmen untuk membuka akses ke teknologi yang bisa digunakan dalam mengatasi pandemik yang sedang terjadi. Kami juga ingin memudahkan akses ke teknologi baru dan membantu para ilmuwan untuk menemukan cara yang lebih baik dalam menghadapi pandemik di masa depan.”

ESPN akan Tayangkan LCS Spring Split 2020 di Televisi

Selain Counter-Strike, League of Legends mungkin jadi game lain yang juga punya kisah sukses jangka panjang. Rilis sejak 27 Oktober 2009 lalu, MOBA besutan Riot Games masih menjadi salah satu game terpopuler, dengan perkiraan jumlah pemain mencapai 100 juta. Tak hanya sebagai game, League of Legends juga berhasil menjadi ekosistem esports tersukses, membuat Riot percaya diri menjadikannya sebagai pilar bisnis.

Salah satu alasan suksesnya ekosistem tersebut adalah League of Legends Championship Series. Merupakan pertandingan liga kasta utama skena League of Legends Amerika Serikat, LCS terbukti menjadi satu komoditas menarik bagi sponsor. Buktinya LCS bisa mendapat sponsor dari perusahaan layanan finansial Mastercard, ataupun perusahaan otomotif Honda.

Sumber: Riot Games
Sumber: Riot Games

Baru-baru ini, Riot Games juga berhasil mengamankan kesepakatan penayangan dengan dengan jaringan televisi swasta khusus olahraga di Amerika Serikat, ESPN. Dalam kesepakatan ini, ESPN akan pertandingan League of Legends Championship Series (LCS) pada saluran televisi mereka.

Mengutip dari Esports Observer, ESPN akan segera menayangkan tiga ronde pertandingan babak Playoff LCS Spring Split 2020, lewat saluran televisi ESPN2 dan saluran digital lewat aplikasi ESPN.

Tayangan perdana menampilkan pertandingan 100 Thieves vs Team SoloMid pada pukul 16:00 ET (10 April 03:00 WIB) di aplikasi ESPN. Kerja sama penayangan ini tidak bersifat eksklusif, sehingga pertandingan LCS akan tetap tayang juga di Twitch.

Terkait kerja sama ini, John Lasker, ESPN VP/Digital Programming mengatakan, “Kami sangat bersemangat untuk dapat bekerja dengan Riot Games dalam kesempatan untuk menciptakan konten yang inovatif di dalam sistem franchise yang luar biasa ini. Dengan menayangkan salah satu esports terpopuler di dunia, memungkinkan ESPN untuk merangkul penonton baru.”

Chris Greeley, Komisaris LCS menambahkan. “Ini adalah saat-saat, ketika menonton dan menikmati pertandingan para elit memiliki kekuatan untuk menyatukan kita sebagai komunitas. Lewat kerja sama ini, kami sudah tidak sabar untuk menyajikan pertandingan terbaik LCS kepada khalayak baru ataupun para penggemar setia. Nantikan pertandingan League dengan skill tingkat tinggi, seraya kami memahkotai tim terbaik di LCS Spring Split 2020.”

Babak Playoff LCS sudah dimulai sejak pekan lalu, dengan format pertandingan online. Kulminasi pertandingan ini adalah babak Grand Final yang diselenggarakan Minggu, 19 April, di saluran ESPN2. Juara LCS Spring Split akan melaju ke tingkat selanjutnya, Mid-Season Invitational, yang mempertemukan jawara-jawara liga kasta utama regional lain.

Seiring dengan perkembangannya, media tradisional jadi menunjukkan ketertarikan terhadap ekosistem esports. Dalam konteks Indonesia, Mobile Legends Professional League musim kelima jadi liga esports yang mendapatkan kerja sama penayangan. Mereka mendapatkan kerja sama penayangan dengan Elshinta TV dan RCTI.

Melihat hal ini, mungkin di masa depan, televisi akan dibanjiri oleh tayangan esports. Jika hal ini terjadi, mungkin esports akan menjadi bentuk hiburan baru dan norma yang umum bagi masyarakat.

Masih Beta, Valorant Pecahkan Rekor Jumlah Penonton Twitch

Game terbaru dari Riot Games, Valorant, telah diluncurkan, walau baru masih dalam tahap beta. Menariknya, game tersebut berhasil mendapatkan 1,7 juta concurrent viewers di Twitch. Sejauh ini, hanya dua game yang berhasil mencapai rekor 1,7 juta concurrent viewers, yaitu League of Legends pada World Championship tahun lalu dan Fortnite pada akhir Season 10.

Salah satu rahasia di balik kesuksesan Valorant untuk menarik begitu banyak penonton adalah cara Riot Games membagikan beta keys. Mereka tidak membagikan beta keys secara random begitu saja. Mereka memberikan beta keys secara random pada orang-orang yang menonton konten streaming Valorant. Tentu saja, hal ini akan membuat banyak orang tertarik untuk menonton konten Valorant, menurut PC Gamer. Namun, tidak sedikit juga orang yang berusaha berbuat curang dengan menggunakan lebih dari satu akun Twitch saat menonton konten Valorant, lapor Dot Esports.

valorant twitch
Riot menggaet sejumlah streamer ternama untuk menyiarkan konten Valorant. | Sumber: PC Gamer

Alasan lain mengapa konten Valorant begitu diminati adalah karena Riot menggandeng sejumlah streamer ternama, seperti TimTheTatman, xQc, Summit1g, DrLupo, Myth, dan Pokimane, untuk menyiarkan konten game barunya. Menariknya, Riot mengatakan bahwa mereka tidak membayar para streamer tersebut untuk membuat konten Valorant, seperti yang disebutkan oleh Kotaku. Mereka hanya mengundang streamer ke acara online dan mengadakan wawancara dengan streamer yang menunjukkan ketertarikan pada game tactical shooter terbaru mereka.

Memanfaatkan momentum ini, Game Director, Riot Games, Joseph Ziegler mengungkap bahwa mereka masih akan memberikan beta keys setelah peluncuran versi beta dari Valorant pada 7 April 2020.

“Untuk menjawab pertanyaan banyak orang, kami masih akan membagikan beta keys sepanjang minggu ini, dan kemungkinan, pada minggu-minggu berikutnya,” kata Ziegler melalui akun Twitter resminya. “Jumlah beta keys yang kami bagikan tidak pasti. Kami menentukan jumlah beta keys berdasarkan berapa banyak orang yang sedang bermain dibandingkan dengan kapasitas maksimal game. Dengan kata lain, jika Anda belum bisa mencoba Valorant, Anda masih memiliki kesempatan besar untuk memainkannya.”

Salah satu streamer yang sempat mencoba Valorant adalah Michael “Shroud” Grzesiek, mantan pemain Counter-Strike: Global Offensive profseional. Dia mengatakan, Valorant adalah game yang luar biasa. Faktanya, saat ini, organisasi esports seperti T1 telah mulai merekrut pemain CS:GO untuk membuat tim Valorant.

Konsep Baru Turnamen Point Blank, PB King of Day & Night

Tak hanya skena esports internasional saja, skena esports lokal juga turut terkena dampak pandemi COVID-19. Salah satu yang paling merasakannya mungkin adalah skena esports Point Blank, yang akhirnya terpaksa membatalkan turnamen Point Blank World Challenge 2020, yang tadinya direncanakan hadir di Jakarta.

Namun itu seakan tidak menjadi halangan bagi Zepetto untuk dapat memberi kembali kepada komunitas yang telah setia terhadap salah satu game FPS terpopuler di Indonesia ini. Sebagai pengganti ada gelaran Point Blank SEA, yang diikuti oleh tiga negara di Asia Tenggara dan akhirnya dimenangkan oleh tim asal Thailand.

Royal Raftel Sades dan The Prime jadi Runner-Up Point Blank SEA 2020
Tim Indonesia yang turut bertanding di dalam gelaran PB SEA 2020. Sumber: Zepetto

Kini, mencoba menghadirkan konsep baru turnamen Point Blank, Zepetto menghadirkan sebuah ajang kompetisi yang bertajuk PB King of Day & Night. Turnamen ini terbuka untuk umum, baik kalangan pemula, semi-pro, ataupun para pemain profesional dan diselenggarakan secara online.

Lalu, apa yang beda dari turnamen ini? Adalah waktu penyelenggaraan, yang menjadi pembeda tegas dari turnamen Point Blank ini dengan lainnya. Dalam PB King of Day & Night, pertandingan dibagi menjadi dua jadwal, yaitu jadwal pertandingan siang yang dimulai pukul 13:00 – 15:00 WIB, dan jadwal pertandingan malam yang dimulai pukul 19:00 – 21:00 WIB yang diselenggarakan pada hari Rabu, Kamis, Jumat.

Para peserta nantinya dapat memilih, ingin bertanding di siang atau malam hari. Jika sudah memilih, kontestan akan terus bertanding di jadwal yang sama (siang/malam hari) sampai gelaran puncak nanti. Sementara itu, Grand Final nantinya akan mempertemukan tim terbaik dari para kontestan jadwal siang hari, dengan kontestan jadwal malam hari.

Turnamen terbuka untuk total 256 peserta (128 peserta jadwal siang hari dan jadwal malam hari). Pendaftaran dibuka mulai dari hari ini (8 April 2020) sampai 19 April 2020 mendatang. Bagi kalian yang ingin menjajal kemampuan dalam ajang kompetitif Point Blank, Anda dapat melakukan pendaftaran pada tautan berikut ini: bit.ly/RegistDayNight.

Memperebutkan total hadiah sebesar Rp20 juta rupiah, pertandingan dari kualifikasi hingga babak Grand Final akan diselenggarakan selama kurang lebih empat pekan, mulai dari 22 April sampai 17 Juni 2020. Kira-kira, siapakah tim terbaik yang akan muncul dari kompetisi ini? Apakah para gamers Early Bird yang langganan paket pagi? atau gamers Night Owl yang hobi ngalong dan langganan paket malam untuk main Point Blank?

Universitas Gunadarma Menjadi Juara GoPay MLCC 2020

Urusan regenerasi, apalagi di dalam industri yang bergerak sangat cepat seperti esports, memang bukan hal yang mudah. Ekosistem MLBB mungkin sedang berada di atas angin sekarang, namun demikian tidak ada yang tahu berapa lama lagi umur game dan esports MLBB di Indonesia. Mungkin bisa seperti Counter-Strike yang tak pernah mati sejak 1999, atau seperti Vainglory yang meredup sejak akhir 2018 lalu, dan bahkan dikabarkan bakal mati suri dalam waktu dekat.

Namun satu hal yang kita ketahui, Moonton mengusahakan segala cara demi membuat game MLBB terus hidup dan punya skena kompetitif yang sehat. Selain menghadirkan Mobile Legends Developmental League sebagai liga kasta dua dari Mobile Legends Professional League, Moonton juga mengusahakan regenerasi lewat Mobile Legends Campus Championship (GoPay MLCC 2020).

Sumber: Moonton
Sumber: Moonton

Lewat ajang Grand Final yang diselenggarakan 5 April 2020 kemarin, Universitas Gunadarma akhirnya dinobatkan sebagai tim terbaik di skena kompetisi MLBB antar kampus. Universitas Gunadarma (UG) bertarung penuh peluh dalam laga melawan Universitas Sriwijaya Palembang (USP).

UG sebenarnya sudah punya awal yang baik dengan keunggulan 2-0 dalam laga best-of-5 melawan USP. Tapi nyatanya wong Palembang tidak menyerang dengan mudah, sampai menyamakan kedudukan jadi 2-2. Pada laga terakhir, Universitas asal Depok ini akhirnya menunjukkan ketangguhan gameplay serta mental masing-masing. Universitas Gunadarma akhirnya memenangkan pertandingan, dan menjadi juara GoPay MLCC 2020.

“Kami sangat senang bisa menjadi juara setelah melewati rangkaian pertandingan yang menegangkan. Terima kasih untuk semua yang sudah mendukung perjalanan kami, terima kasih untuk penyelenggara acara. Terima kasih untuk semuanya.” ucap Yunus Indrawan (Nuse) perwakilan tim Universitas Gunadarma, yang diwawancara lewat video call jelang penutupan acara puncak GoPay MLCC 2020!

Sumber: Moonton
Yusuf Indrawan saat diwawancara secara online dalam acara GoPay MLCC 2020. Sumber: Moonton

“Melalui acara ini, kami secara aktif melakukan edukasi lewat seminar, bahwa industri game dan esports tidak selalu tentang bermain game. Banyak juga elemen yang dibutuhkan, mulai dari manajemen, komunikasi, kemampuan IT, bahkan manajemen finansial. Kami berharap semakin banyak talenta Indonesia berkualitas terlibat dalam industri game dan mendukung perkembangan industri yang sudah menjanjikan ini.” Aswin Atonie, Brand Director Moonton Indonesia memberi sambutannya.

“GoPay mengucapkan selamat kepada Universitas Gunadarma yang berhasil menjadi pemenang dalam kompetisi ini. Kami berterima kasih kepada seluruh peserta Grand Final yang membuktikan bahwa meskipun #dirumahaja, kita dapat bertanding dengan seru dan maksimal seperti biasanya.” Reza Putranta, Senior Marketing Manager GoPay juga memberi sambutannya.

Gelaran MLCC Offline di Bali yang diadakan pada bulan Februari 2020 kemarin, sebelum pandemi COVID-19 menyeruak di Indonesia. Sumber: Moonton
Gelaran MLCC Offline di Bali yang diadakan pada bulan Februari 2020 kemarin, sebelum pandemi COVID-19 menyeruak di Indonesia. Sumber: Moonton

GoPay MLCC 2020 merupakan turnamen tingkat universitas berskala nasional yang didukung oleh pihak universitas dan diadakan secara resmi oleh Moonton Indonesia selaku game developer dan publisher Mobile Legends: Bang-Bang. Dimulai sejak 31 Januari 2020 di Kota Surabaya, GoPay MLCC 2020 diikuti oleh 2000 tim dari 32 universitas yang ada di 10 kota besar di Indonesia.

Dengan banyaknya inisiatif esports untuk instansi pendidikan, semoga regenerasi talenta di ekosistem esports akan terus terjadi, dan bisa menyokong hajat hidup ekosistem ini sampai bertahun-tahun ke depan.