Kenali 16 Startup Social Commerce Indonesia 

Dilansir oleh Data Reportal, jumlah pengguna media sosial di Indonesia tiap tahunnya meningkat. Pada Januari 2020 tercatat 160 juta penduduk Indonesia menggunakan media sosial dan tren ini akan terus meningkat. Pertumbuhan ini pun  dipandang menjadi kesempatan tersendiri bagi pelaku social commerce.

Sederhananya sebuah platform social commerce memanfaatkan jejaring yang dimiliki oleh pengguna akhir untuk melakukan transaksi jual-beli barang. Bisa melalui media sosial, aplikasi pesan, bahkan word of mouth. Laporan Mckinsey, juga menyebutkan sekitar 40% dari pasar e-commerce di Indonesia merupakan social commerce

Platform social commerce juga menjembatani mitra pedagang dengan brand principal yang membutuhkan sistem distribusi yang lebih efisien. Berikut ini daftar startup social commerce yang saat ini beroperasi di Indonesia:

Berkahi

Berkahi adalah platform untuk menjual produk-produk UMKM yang halal, aman, dan berkualitas, dengan visi dan tujuan untuk membantu pelaku-pelaku bisnis kecil dan perorangan untuk bersaing dengan perusahaan besar dan yang sudah maju.

Startup social commerce satu ini memungkinkan pelaku bisnis dapat akses ke ribuan produk halal dari dalam dan luar negeri. Proses pengemasan dan pengiriman dilakukan langsung dari gudang yang tersebar di berbagai wilayah, sehingga lebih efisien. Bagi pelaku UMKM sendiri biaya operasional dan fasilitas gudang tidak dikenankan biaya.

Ide perkembangan bisnis berkahi ini rampung pada November 2021 didirikan oleh tiga co-founder yaitu Rowdy Fatha (CEO), Turina Farouk (CTO), dan Andre Raditya Makmur (CMO). 

Saat ini berkahi masih mengandalkan pendanaan dari angel investor untuk menjalankan bisnisnya. Saat ini, Berkahi juga sedang mencari pendanaan tahap awal venture capital.

Chilibeli

Chilibeli adalah aplikasi belanja online kebutuhan sehari-hari yang berkualitas. Mengambil langsung dari petani, Chilibeli menjamin harga terbaik untuk semua. Memiliki visi untuk menyediakan produk dengan kualitas terbaik, segar dan langsung dari sumbernya ke setiap rumah dengan harga murah.

Alex Feng mendirikan perusahaan ni pada tahun 2019, Chilibeli terakhir kali mendapatkan pendanaan seri A dari Lightspeed Ventures senilai 160 Miliar Rupiah untuk mengekspansi bisnis yang lebih banyak lagi. Dikabarkan Chilibeli telah diakuisisi WeBuy untuk selanjutnya menjadi kendaraan mereka memasuki pasar Indonesia.

Credimart

CrediMart adalah startup social commerce berupa layanan grosir online yang menjual berbagai kebutuhan pokok. Mulai dari kopi, sabun, snack, hingga alat tulis dan obat-obatan — tersedia dalam bentuk potongan hingga karton. CrediMart akan mengantarkan pesanan ke lokasi bisnis dalam waktu 1 x 24 jam.

Salah satu fitur Credimart adalah Credistore, yang memudahkan penjual warung untuk melakukan stock lebih banyak dan praktis. Startup social commece yang ini didirikan oleh Gabriel Fans (CEO), Christian Lie (COO), Dekha Anggareska (CTO) pada tahun 2021.

Pendanaan seri A Credimart didapat melalui perusahaan induknya Credibook senilai 116 miliar Rupiah diikuti oleh Monk’s Hill Ventures, Insigna Ventures Partners, Wavemmaker Partners, Alpha JWC Ventures, dan lain-lain.

Dagangan

Dagangan ini lebih mengarah belanja sembako online grosir atau eceran. Menyediakan berbagai kebutuhan pokok seperti sembako, produk segar juga kebutuhan harian lainnya. Dagangan ini didirikan oleh Wilson Yanapresetya dan Ryan Manafe pada tahun 2016.

Fitur yang dimiliki dagangan sangat menarik. Mereka ini startup social commerce dengan model hub-and-spoke dalam operasionalnya. Dalam artian, membangun pusat pengadaan kebutuhan pokok atau micro fulfillment center (hub) ke kota lapis dua dan tiga dan pedesaan.

Pada bulan Apri 2022, Dagangan mendapatkan pra-seri B senilai 95 miliar Rupiah dari BTPN Syariah Ventura beserta Monk’s Hill Ventures dan Hendra Kwik yang turut serta melakukan penggalangan dana.

Dusdusan

Dusdusan adalah pemasok produk rumah tangga eksklusif yang memiliki komunitas reseller terbesar di Indonesia, lengkap dengan dukungan pelatihan dan materi promosi online dan offline. Visi dari dusdusan adalah menjadi komunitas reseller produk rumah tangga terbesar di Asia Tenggara.

Startup social commerce yang satu ini didirikan oleh Christian Kustedi dan Ellies Kiswoto pada tahun 2014.

Evermos

Evermos adalah sebuah platform social commerce reseller yang menjual berbagai macam produk-produk Muslim Indonesia. Startup social commerce Indonesia ini didirikan oleh Ghufron Mustaqim dan sejumlah rekannya pada tahun 2018.

Evermos ini menawarkan fitur yang menarik bagi pelaku ukm bisnis kecil yang belum memiliki modal, Bisa menggunakan platform yang satu ini.

Pada awal september 2021, Evermos mendapatkan pendanaan seri B dengan perolehan 427 miliar rupiah yang dilibatkan oleh UOB Venture Management dengan MDI Ventures, Telkomsel Mitra Inovasi, Future Shape, Jungle Ventures dan Shunwei Capital.

Grupin

Grupin merupakan startup social commerce Indonesia yang didirikan oleh Kevin dan rekannya Ricky Christie pada 2021. Layaknya aplikasi social commerce yang sudah ada, Grupin menawarkan pengalaman belanja berbasis komunitas kepada konsumen secara kolektif, tujuannya untuk mendapatkan penawaran harga yang lebih baik. 

Barang yang disediakan seputar kebutuhan sehari-hari seperti sembako, perlengkapan dapur, produk bayi, sampai elektronik. Untuk saat ini layanan tersebut baru tersedia untuk area Jabodetabek dan Bandung.

Dipimpin oleh Surge, Grupin mendapatkan pendanaan 42 miliar Rupiah untuk mengekspansi bisnis dan meningkatkan penjualannya.

Ibusibuk

IbuSibuk merupakan program pemberdayaan ekonomi masyarakat ibu dengan membuka peluang bagi ibu-ibu untuk menambah penghasilan sebagai brand ambassador, KOL/Influencer (Momfluencer) untuk berbagai brand. Ini merupakan bagian dari Orami yang kini ada di bawah Sirclo Group.

Startup social commerce yang satu ini didirikan oleh Ferry Tenka pada tahun 2022. Investor saat ini digelontorkan oleh Sirclo.

Kitabeli

KitaBeli didirikan oleh Prateek Chaturvedi, Ivana Tjandra, Subhash Bishnoi, dan Gopal Singh Rathore pada Maret 2020. Platform tersebut memfasilitasi pembelian barang kebutuhan pokok, FMCG, dan produk kebutuhan rumah tangga lain secara berkelompok (team buying). Pengguna aplikasi KitaBeli mengundang kenalannya untuk membentuk grup, kemudian membeli produk bersama dengan potongan harga.

Pada tahun 2021 silam, Kitabeli mendapatkan seri A sebesar 144 miliar Rupiah, Hal tersebut ditunjukan untuk melakukan ekspansi bisnis beserta menggunakan program tersebut untuk mengeksplorasi persaingan bisnis social commerce di Indonesia.

Mapan

Startup social commerce ini awalnya adalah salah satu pionir agen layanan pulsadan PPOB (payment point online bank) yang beroperasi di pulau Jawa dan Bali. Setelah diakuisisi oleh Gojek pada tahun 2017, Founder Mapan yaitu Aldi Haroyopratomo mengaskan Mapan akan menjadi salah satu social commerce Indonesia yang mensejahterahkan masyarakat Indonesia dengan Go-Mapan.

Go-Mapan sendiri dinilai sangat efektif untuk masyarakat di Indonesia terutama pada kalangan keluarga driver dari Gojek dan sebagainya.

Otozilla

Otozilla Bertujuan untuk memperluas edukasi dan kesadaran masyarakat umum akan pentingnya perawatan kendaraan pribadi yang digunakan sehari-hari, platform social commerce yang fokus kepada otomotif Otozilla diluncurkan. Salah satu fokusnya ialah mefasilitasi komunitas.

Startup social commerce yang satu ini didirikan pada tahun 2020 oleh Kenny Joseph. Sampai saat ini otozilla mendapatkan pendanaan pree-seed dari Angel Investor.

RateS

Rate adalah startup social commerce, meluncurkan aplikasi mobile terbaru mereka yang bernama RateS. Aplikasi yang berbasis social commerce ini memberikan kesempatan bagi penggunanya untuk memulai bisnis online mereka dan menjual berbagai barang tanpa memerlukan modal awal.

RateS ini didirikan pada tahun 2018. RateS ini berbentuk social commerce yang memudahkan penggunaannya melakukan bisnis tanpa modal awal. Pada awal Januari 2022, RateS ini menutup pendanaannya yang dipimpin oleh KVision dari Kasikon Bank menjadi investor baru di putaran ini; turut andil juga investor sebelumnya yakni Vertex Ventures, Insignia Ventures Partners, dan Genesis Ventures senilai 85,8 miliar Rupiah. 

Selleri

Selleri adalah sebuah social commerce yang dimana untuk reseller ataupun dropshiper tanpa modal untuk berjualan.  Didirikan oleh Jayant Kumar (CEO), Najmudin Husein (COO), dan Firman Hasan (CCO). Selleri ingin memberdayakan masyarakat Indonesia dengan sistem reseller dan dropshipper agar mudah untuk berjualan tanpa ada modal sepersenpun,

Tahun lalu, Selleri berhasil mengantongi pre-seed sebesar $610.000 dari investor, atau setara dengan 8,7 miliar Rupiah. Venture Capital yang terlibat adalah Orbit Kejora-SBI.

Shox

Shox didirikan pada tahun 2013 oleh Sonat Yalcinkaya dan Rayi Pasca Febriani. Shox adalah platform berbasis komunitas untuk memenuhi kebutuhan rumah secara online yang dapat diakses hanya dari rumah dan dilengkapi dengan sistem pembayaran.

Selain memudahkan berbelanja kebutuhan rumah tangga, Shox telah membantu ratusan ibu untuk meningkatkan pendapatan hanya dari rumah dengan membuka peluang berwirausaha melalui komunitas Mitra Shox.

Shox sendiri mendapatkan pendanaan untuk pengembangan yang dipimpin oleh AC Ventures, Teja Ventures, dan sejumlah investor lainnya senilai 79 miliar Rupiah.

Super

Startup social commerce Indonesia yang satu ini mendapatkan pendanaan seri C senilai 1,5 triliun Rupiah pendanaan ini dipimpin New Enterprise Associates. Super merupakan platform social commerce pertama di Indonesia. Ini juga merupakan perusahaan teknologi konsumen Indonesia pertama yang didukung oleh Y Combinator, yang membawahi fitur utama, Superagent, Fitur tersebut adalah perdagangan yang dipimpin oleh agen yang memungkinkan para pemimpin komunitas menjadi pengecer di dalam komunitas mereka.

Super dirintis sejak 2018 oleh Steven Wongsoredjo, membawa diferensiasi yang memanfaatkan platform logistik hyperlocal untuk mengirimkan barang-barang konsumen ke ribuan agen dalam waktu 24 jam dari waktu pemesanan. Super bermitra dengan ribuan agen komunitas seperti individu dan warung untuk mengumpulkan dan mendistribusikan barang bernilai jutaan dolar AS ke komunitas mereka setiap bulan.

Woobiz

Woobiz adalah social commerce yang mampu untuk memberdayakan perempuan di Indonesia untuk tertarik berbisnis atau usaha mikro. Woobiz sendiri didirikan pada tahun 2018 oleh  Putri Noor Shaqina, Rorian Pratyaksa, Josua Sloane, dan Hendy Wijaya pada bulan Desember 2018.

Startup social commerce Indonesia yang satu ini memiliki fitur yang memudahkan para penggunanya untuk melacak atau mendukung bermitra lebih terjangkau melalui channel social neighbourhood community dan social sharing secara online.

Langkah-langkah Menarik Saldo di Platform Evermos

Platform Evermos membantu Anda untuk menambah pemasukan dengan cara berjualan secara gratis, mudah, serta halal. Evermos juga memberikan pendampingan serta pelatihan pada reseller guna menjadi reseller profesional. Dengan begitu, siapapun bisa mendapatkan pemasukan tambahan melalui platform ini.

Pada artikel ini, Anda akan mengetahui langkah demi langkah untuk menarik saldo di Evermos. Jadi, pastikan Anda menyimak artikel ini hingga selesai, ya!

Menarik Saldo di Evermos

Untuk menarik saldo di Evermos, caranya cukup sederhana. Anda bisa melakukannya lewat aplikasi maupun website. Pastikan Anda telah memiliki saldo minimal Rp50.000,00 pada akun Anda. Kemudian, ikuti langkah berikut.

  • Buka aplikasi Evermos atau website Evermos
  • Klik Login atau Masuk
  • Kemudian isikan nomor telepon dan kata sandi akun Anda
  • Pada laman beranda, klik Akun

  • Pilih menu Pencairan Kredit

  • Klik Ajukan Pencairan Kredit

  • Selanjutnya, Anda akan diminta untuk mengisi nomor rekening Anda. Isikan dengan nama pemilik rekening, nama bank, dan nomor rekening sesuai dengan buku tabungan.
  • Setelah mengisi seluruh kolom, klik Selanjutnya

  • Konfirmasi kebenaran data rekening dengan klik Ya, Benar

  • Rekening telah berhasil ditambahkan, lalu klik OK

  • Setelah rekening berhasil ditambahkan, Anda akan kembali ke beranda. Klik Akun.
  • Pilih menu Pencairan Kredit

  • Klik Ajukan Pencairan Kredit
  • Kemudian, pilih Ajukan Pencairan Kredit
  • Kredit telah berhasil untuk diajukan pencairan, lalu klik OkeSelesai! Dalam kurun 2×24 jam dana Evermos yang Anda miliki akan segera masuk ke rekening Anda. Selamat mencoba!

Tutorial Gabung Ke Evermos sebagai Supplier, Bikin Jualan Makin Laris

Sebagai perantara antara UMKM, reseller, dan konsumen, Evermos memberikan peluang serta fasilitas untuk siapa saja yang ingin mendapatkan keuntungan dari jual beli. Evermos bukan hanya membuka kesempatan bagi reseller untuk mendapat penghasilan tambahan, tetapi juga kesempatan bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar mampu bersaing dengan bisnis besar dengan membuka kerja sama sebagai supplier.

Bagi Anda pemilik UMKM yang ingin mendaftar sebagai supplier di Evermos untuk memperluas pasar, simak langkah-langkah berikut ini.

  • Klik Daftar Sekarang



  • Selanjutnya, Anda perlu mengisi beberapa kolom. Isikan nama brand Anda, nama pemilik usaha, jabatan, jenis kelamin, nomor telepon, serta email. Kemudian, pilih kategori produk yang akan dijual, akan muncul beberapa pilihan seperti Makanan, Elektronik, dan Otomotif.

 

  • Gulir layar Anda ke bawah, kemudian pilih jenis brand, isikan link marketplace (jika ada), link media sosial (jika ada), nomor BPOM/PIRT (jika ada), serta nomor Halal MUI (jika ada).
  • Selanjutnya, pilih dari mana Anda mendapatkan informasi mengenai partner Evermos.

  • Bila semua kolom sudah terisi, klik Daftar

    Formulir pendaftaran sebagai supplier telah berhasil di-submit. Selanjutnya, tim Evermos akan melakukan kurasi sebelum melakukan perjanjian kerjasama dengan brand Anda.

Demikian langkah-langkah untuk mendaftar sebagai supplier di platform Evermos. Semoga bermanfaat!

Mau Gabung Jadi Reseller di Evermos? Ikuti Step-step Berikut ini

Pada artikel sebelumnya, telah dibahas mengenai platform Evermos dan cara kerjanya. Evermos menjadi solusi bagi siapapun yang ingin berjualan secara gratis, mudah, halal, dan dipandu agar menjadi reseller profesional. Bahkan, Evermos memberikan solusi untuk berjualan tanpa modal dan stok produk.

Lalu, bagaimana untuk mendaftarkan diri sebagai reseller? Caranya sangat mudah. Anda bisa melakukannya pada wesbite Evermos atau aplikasi Evermos yang tersedia di Google Play Store. Kemudian, silakan ikuti langkah-langkah berikut ini.

Pada halaman ini, isikan  nomor telepon aktif, nama, kata sandi, serta kecamatan domisili Anda. Bila Anda memiliki kode referral, Anda bisa mengisinya pada tahap ini.

Lalu, klik pada kotak “Saya menyetujui Syarat dan Ketentuan sebagai Reseller Evermos”.

  • Klik Lanjutkan Pendaftaran untuk melanjutkan pendaftaran.
  • Selanjutnya, lakukan verifikasi dengan memasukkan kode yang dikirim ke WhatsApp Anda. Anda juga bisa memilih pengiriman kode verifikasi melalui SMS.

Klik Verifikasi.

  • Selesai! Anda telah bergabung sebagai reseller Evermos.

    Selanjutnya, akan muncul pop-up banner panduan penjualan yang bisa Anda pelajari sekarang ataupun nanti.

Keuntungan Reseller Evermos

Setelah Anda terdaftar sebagai reseller, terdapat beberapa keuntungan yang bisa Anda miliki.

 


Evermos menjadi jembatan yang menghubungkan vendor, reseller, dan konsumen. Di platform ini, reseller bukan hanya mendapat komisi atas penjualan tetapi juga pendampingan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan berjualan reseller sesuai dengan fiqih islam. Reseller juga akan tergabung pada komunitas sebagai tempat berdiskusi dan berbagi informasi.

Nah, demikian informasi mengenai cara bergabung sebagai reseller di platform Evermos. Tanpa modal dan tidak dipungut biaya, Anda bisa menambah pemasukan secara halal. Selamat mencoba!

Social Commerce Mendapat Momentum di Indonesia Berkat Pengguna di Daerah

Danik Indriati adalah seorang ibu rumah tangga yang bekerja sebagai agen reseller di aplikasi social commerce Super. Setiap minggu, dia mengumpulkan pesanan bahan makanan dan barang konsumsi harian lainnya di saluran media sosialnya. Dia kemudian memesan produk ini di Super dan secara pribadi mengirimkannya ke pelanggan beberapa hari kemudian.

“Seorang teman memperkenalkan Super kepada saya. Pada awalnya saya tidak tertarik karena operasinya terlihat rumit. Namun ternyata fitur dan petunjuknya mudah diikuti,” ujarnya kepada KrASIA. Saat ini, Indriati memiliki sekitar 120 pelanggan, terutama sesama ibu rumah tangga yang tinggal di lingkungannya—Kabupaten Tegalsari di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.

“Super menjual barang dengan harga grosir, jadi saya bisa menjualnya kembali dengan harga sedikit lebih tinggi dan mendapat untung,” katanya. “Pelanggan suka berbelanja melalui saya karena mereka tidak perlu pergi ke pasar atau toko kelontong sehingga mereka dapat menghemat uang yang seharusnya dihabiskan untuk bensin atau transportasi umum,” tambah Indriati.

Didirikan pada tahun 2018, Super yang didukung SoftBank menyediakan barang-barang yang terjangkau bagi penduduk di kota-kota tier-2 dan tier-3 di Indonesia dengan memanfaatkan perdagangan sosial dan rantai logistik yang efisien. Platform tersebut saat ini telah tersedia di 22 kota di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan serta memfasilitasi ribuan reseller seperti Indriati.

Indriati menikmati peran lepasnya sebagai agen reseller karena ia dapat memperoleh penghasilan tambahan tanpa meninggalkan anak-anaknya sendirian di rumah. Dia mendapatkan hingga Rp 2,5 juta (USD 142 hingga USD 177) per bulan, katanya, lebih tinggi dari upah minimum provinsi 2021 di Jawa Timur, Rp 1,86 juta (USD 132).

Danik Indriati, agen reseller Super. Dokumentasi: Super

Mengatasi masalah retail di daerah

Super adalah salah satu dari beberapa platform social commerce yang muncul di Indonesia selama tiga tahun terakhir. Startup lain di sektor ini termasuk Evermos, KitaBeli, Chilibeli, RateS, dan Woobiz, yang terutama menargetkan pelanggan di kota tier-2 dan tier-3. Di wilayah seperti di Indonesia, social commerce menjadi sangat populer karena adopsi e-commerce masih rendah karena biaya pengiriman yang mahal dan penetrasi internet yang lebih rendah.

Sebagian besar konsumen di kota-kota kecil memulai perjalanan belanja online mereka di platform media sosial seperti Facebook Marketplace atau grup WhatsApp, di mana mereka dapat dengan mudah menjangkau penjual yang tinggal di sekitar dan menawarkan pilihan produk hyperlocal.

“Ritel di pedesaan memiliki dua tantangan besar—harga yang tinggi dan volume transaksi per rumah tangga yang kecil. Di Indonesia, produk harian seringkali lebih mahal di daerah pedesaan dibandingkan dengan kota tier-1 karena kondisi jalan yang buruk di seluruh negeri dan biaya rantai pasokan,” kata CEO Super Steven Wongsoredjo kepada KrASIA.

Community buying bisa menjadi jawaban atas tantangan tersebut, ujarnya. “Kami memanfaatkan tokoh masyarakat dan agen untuk merangsang lebih banyak transaksi di komunitas sehingga mereka mendapat harga yang menarik.” Pengecer lokal juga bertanggung jawab atas pengiriman barang jarak jauh, yang memudahkan logistik Super dan biaya rantai pasokan.

Menurut Steven, model ini telah membantu Super menurunkan harga produk rata-rata sebesar 10–20% untuk pengecer, yang kemudian dapat memperoleh margin dari penjualan mereka sambil tetap menawarkan harga yang kompetitif kepada penduduk kota pedesaan.

Sektor social commerce telah terbukti menjadi target empuk investor pada tahun 2021. KitaBeli mendatangkan USD 10 juta dari Go-Ventures pada Maret, Super mengantongi USD 28 juta dari SoftBank April lalu, dan Evermos mengumpulkan USD 30 juta dari UOB Venture Management pada September .

Bersinggungan dengan ekonomi halal

Perusahaan social commerce yang berfokus pada ekonomi halal Evermos secara khusus menargetkan komunitas Muslim, yang merupakan 86,7% dari seluruh populasi Indonesia. Perusahaan menyediakan produk halal dan barang-barang lainnya untuk pelanggan Muslim sambil mengikuti pendekatan yang sesuai dengan syariah.

Prinsip-prinsip Islam mengharuskan bisnis dilakukan dengan jujur dan benar, salah satu pendiri Evermos Ghufron Mustaqim mengatakan kepada KrASIA. “Artinya reseller wajib menulis deskripsi produk yang jujur dengan gambar yang sesuai, mengatur pengiriman tepat waktu, dan memberikan proses refund yang mudah,” ujarnya.

(ki-ka) Presiden Evermos Arip Tirta, Co-Founder Ghufron Mustaqim, CEO Iqbal Muslimin, dan Co-Founder Ilham Taufiq. Dokumentasi: Evermos.

Dengan mengikuti konsep syariah, masyarakat akan lebih percaya diri untuk berpartisipasi dalam transaksi e-commerce, terutama di masyarakat pedesaan, di mana pengguna masih enggan untuk membeli secara online karena khawatir akan adanya potensi produk palsu atau barang berkualitas rendah. Membangun kepercayaan sangat penting, tambah Ghufron.

“Kami belum 100% syariah, tapi kami sedang menuju ke arah sana dengan menjunjung tinggi prinsip bisnis syariah,” jelas Ghufron . “Komunitas kami sadar akan konsep syariah dan menjaga etika ini. Misalnya, mereka akan mengeluh jika menemukan gambar dengan model mengenakan pakaian tidak pantas yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.”

Sejauh ini, bisnis berjalan baik untuk Evermos. Startup ini telah meningkatkan nilai merchandise brutonya lebih dari 60 kali dalam dua tahun, dan saat ini memiliki lebih dari 100.000 reseller aktif—kebanyakan wanita—di 500 kabupaten di kota tier-2 dan tier-3 di seluruh Jawa. Lebih dari 95% produk di platform tersebut bersumber dari UMKM lokal, dengan kategori busana muslim dan peralatan rumah tangga menjadi yang terlaris, kata Mustaqim.

Dia mencatat bahwa Evermos adalah platform inklusif, karena banyak pengecer dan pemilik mereknya adalah non-Muslim. “Etika dan prinsip dalam bisnis syariah bersifat universal. Kami terbuka untuk siapa saja yang ingin bergabung dengan Evermos.”

Proyeksi pertumbuhan

Baik Steven dari Super maupun Ghufron dari Evermos yakin dengan perkembangan social commerce di Indonesia. Negara ini diperkirakan akan melihat jutaan pengguna internet baru dari daerah setiap tahunnya, social commerce dapat menjadi jembatan bagi para pengguna ini untuk meningkatkan kegiatan belanja online.

Terlebih lagi, pertumbuhan ekonomi kota-kota tier-2 dan tier-3 akan melampaui pertumbuhan di wilayah metropolitan di Indonesia dalam lima tahun ke depan, menurut laporan Alpha JWC dan Kearney. Studi ini menyoroti bahwa pangsa pasar kota-kota yang lebih rendah dari produk domestik bruto nasional akan tumbuh dari 3% menjadi 5% pada tahun 2030, mencapai nilai USD 77 miliar. Jelas sekali bahwa startup yang memanfaatkan konsumen di luar wilayah metro memiliki peluang pasar yang luas.

“Dalam social commerce, satu perusahaan tidak dapat mendominasi semua pasar, karena setiap wilayah memiliki tantangan rantai pasokan yang berbeda. Perusahaan akan memiliki ceruk pasar dan kekuatan masing-masing, yang selanjutnya akan mendorong industri secara keseluruhan,” ujar Ghufron.

Evermos akan terus fokus pada produk halal dengan pendekatan yang sesuai dengan syariah, sebut Ghufron. Pada saat yang sama, Super akan menargetkan ekspansi di luar Jawa, terutama di Indonesia Timur, tambah Steven.

“Sementara sebagian besar startup tumbuh di Jakarta, kami berharap menjadi yang pertama tumbuh besar di Indonesia Timur, yang merupakan permata tersembunyi dengan peluang pertumbuhan yang sangat besar,” ujar Steven.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial

Evermos Announces Over 427 Billion Rupiah Series B Funding, Social Commerce Is in Its Peak

Social commerce startup Evermos has announced its series B funding of $30 million or the equivalent of 427.3 billion Rupiah. This round was led by UOB Venture Management through the Asia Impact Investment Fund II. Several other investors involved include MDI Ventures, Telkomsel Mitra Innovation, Future Shape, and supported by previous investors, including Jungle Ventures and Shunwei Capital.

The fresh funds will be used to strengthen the leadership team, expand and develop technology. We previously reported the Evermos series B round since August 2021, including the participation of 2 Telkom Group’s CVCs.

“Our vision is to empower one million micro-entrepreneurs in the next five years. One of the main factors influencing the way we do business is by measuring the sustainability and social impact of our platform,” Evermos’ Co-Founder & President, Arip Tirta said.

He also said that the company’s income has been mostly supported by individuals and SMEs in tier-2 and 3 cities. In order to strengthen its presence in the area, they are currently running a pilot program “Evermos Village”, involving nearly 100 villages. In this program, less productive local residents are empowered to become reseller partners — including being trained on entrepreneurial principles.

Evermos social commerce concept

Was founded in November 2018 by Arip, Ghufron Mustaqim, Iqbal Muslimin, and Ilham Taufiq; Evermos has acquired around 100 thousand active resellers in 500 cities. They partner with more than 500 brands with 90% of them coming from curated local SMEs.

The products offered are mostly Muslim clothing commodities, halal health/beauty products, food and beverages, and others — most of them prioritize halal products. From a business perspective, they claim to have grown up to 60 times in the last two years.

Evermos facilitates people who want to become resellers. These users can sell the products in the application to their network, via WhatsApp or social media. There is a profit sharing or reward applied. Evermos alone, in addition to providing products, also helps in terms of logistics management, customer support, and technology.

Evermos’ Co-Founder & Deputy CEO, Ghufron Mustaqim said that his business philosophy is based on ‘Economy Gotong Royong‘, prioritizing collaborative economic empowerment. Through the existing reseller network, Evermos wants to be a vehicle for local SMEs to grow their business, on the other hand, it will generate additional income for resellers.

Social commerce potential in Indonesia

The total GMV generated from online trading business continues to grow rapidly in Indonesia – to date, it still has the largest proportion in the region. According to Bain & Co. data, as visualized by Statista, in 2020 the total GMV for online trading businesses in Indonesia has reached $47 billion.

Although the majority come from e-commerce or online marketplaces, social commerce services have quite a big contribution, which is around $12 billion.

Meanwhile, according to McKinsey, the social commerce business is projected to experience rapid growth of up to $25 billion by 2022. Pandemic becomes one of the catalysts, this is related to changes in the way people shop and the job opportunities offered by social commerce.

UOB Venture Management’s Senior Director, Clarissa Loh explained, Evermos’ social commerce model can be a bridge in answering this gap, by enabling its resellers to market the products of local SMEs.

“The Evermos platform also empowers local brands and creates a source of income for the lower middle class people with minimal access and opportunities, but already own and use smartphones (underserved communities),” Clarissa added.

Social commerce players in Indonesia

In Indonesia, there are already several platforms that offer similar services. Throughout 2021, several other social commerce startups also received funding from investors, including:

Startup Funding
RateS Series A
Raena Series A
KitaBeli Series A, 114 billion Rupiah
Super Series B, 405 billion Rupiah
Dagangan Pre-Series A

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Application Information Will Show Up Here

Evermos Umumkan Pendanaan Seri B Lebih dari 427 Miliar Rupiah, Bisnis Social Commerce Menggeliat

Startup social commerce Evermos mengumumkan telah menutup pendanaan seri B senilai $30 juta atau setara 427,3 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh UOB Venture Management melalui Asia Impact Investment Fund II. Beberapa investor lain yang terlibat termasuk MDI Ventures, Telkomsel Mitra Inovasi, Future Shape, dan turut didukung investor sebelumnya yakni Jungle Ventures dan Shunwei Capital.

Dana segar yang diperoleh akan digunakan untuk memperkuat tim kepemimpinan, melakukan ekspansi, dan mengembangkan teknologi. Kabar putaran seri B Evermos sebelumnya kami beritakan sejak Agustus 2021 lalu, termasuk adanya keterlibatan 2 CVC milik grup Telkom.

“Visi kami adalah memberdayakan satu juta pengusaha mikro dalam lima tahun ke depan. Salah satu faktor utama yang memengaruhi cara kami menjalankan bisnis adalah dengan mengukur keberlanjutan dan dampak sosial dari platform kami,” ujar Co-Founder & President Evermos Arip Tirta.

Ia juga mengatakan, bahwa selama ini pendapatan perusahaan banyak disokong dari individu dan UKM d kota tier-2 dan 3. Untuk menguatkan keberadaannya di wilayah tersebut, saat ini mereka tengah menjalankan percontohan program “Desa Evermos”, melibatkan hampir 100 desa. Di program itu, warga lokal yang masih kurang produktif diberdayakan menjadi mitra reseller — termasuk dilatih dengan prinsip kewirausahaan.

Konsep social commerce Evermos

Sejak didirikan pada November 2018 lalu oleh Arip, Ghufron Mustaqim, Iqbal Muslimin, dan Ilham Taufiq; saat ini Evermos telah memiliki sekitar 100 ribu reseller aktif di 500 kota. Mereka bermitra dengan lebih dari 500 brand dengan 90% di antaranya datang dari kalangan UKM lokal yang dikurasi.

Produk yang disediakan kebanyakan adalah komoditas busana muslim, produk kesehatan/kecantikan halal, makanan dan minuman, dan lain-lain — sebagian besar mengutamakan produk bernuansa halal. Dari sisi bisnis, dalam dua tahun terakhir mereka mengklaim mendapati pertumbuhan hingga 60 kali.

Aplikasi Evermos memfasilitasi masyarakat yang ingin menjadi reseller. Para pengguna tersebut selanjutnya bisa menjual produk yang ada di aplikasi ke jaringannya, melalui WhatsApp atau media sosial. Ada bagi hasil atau imbalan yang diterapkan. Pihak Evermos sendiri, selain menyediakan produk, juga membantu dari sisi pengelolaan logistik, dukungan konsumen, dan teknologi.

Co-Founder & Deputy CEO Evermos Ghufron Mustaqim menyatakan bahwa dasar filosofi bisnisnya adalah ‘Ekonomi Gotong Royong‘, mengedepankan pemberdayaan ekonomi kolaboratif. Melalui jaringan reseller yang ada, Evermos ingin menjadi sarana bagi UKM lokal untuk mengembangkan bisnis mereka, di sisi lain akan menghasilkan pendapatan tambahan bagi reseller.

Potensi social commerce di Indonesia

Total GMV yang dihasilkan dari bisnis perdagangan online memang terus bertumbuh pesat di Indonesia – sampai saat ini masih memiliki proporsi terbesar di regional. Menurut data Bain & Co., seperti divisualisasikan Statista, pada tahun 2020 total GMV untuk bisnis perdagangan online di Indonesia telah mencapai angka $47 miliar.

Kendati mayoritas datang dari e-commerce atau online marketplace, layanan social commerce memiliki sumbangsih yang tidak kecil, yakni sekitar $12 miliar.

Sementara itu menurut McKinsey, bisnis social commerce diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan pesat hingga $25 miliar pada tahun 2022 mendatang. Kondisi pandemi menjadi salah satu katalisator, hal ini terkait perubahan cara orang berbelanja dan kesempatan kerja yang ditawarkan oleh social commerce.

Senior Director UOB Venture Management Clarissa Loh menjelaskan, model social commerce Evermos dapat menjadi jembatan dalam menjawab kesenjangan ini, dengan memungkinkan para reseller-nya untuk memasarkan produk para UKM lokal.

“Platform Evermos juga memberdayakan brand lokal dan menciptakan sumber pendapatan bagi masyarakat menengah ke bawah yang minim akses dan kesempatan, namun memiliki dan menggunakan smartphone (underserved community),” imbuh Clarissa.

Pemain social commerce di Indonesia

Di Indonesia saat ini sudah ada beberapa platform yang menawarkan layanan serupa. Bahkan sepanjang tahun 2021 ini, beberapa startup social commerce lain turut mendapatkan pendanaan dari investor, meliputi:

Startup Tahapan Pendanaan
RateS Seri A
Raena Seri A
KitaBeli Seri A, 114 miliar Rupiah
Super Seri B, 405 miliar Rupiah
Dagangan Pra-Seri A
Application Information Will Show Up Here

Tantangan Membangun Komunitas dalam “Social Commerce”

Komunitas menjadi sebuah elemen penting dalam membangun dan menjalankan bisnis. Layaknya supporting system, sebuah komunitas merupakan tempat untuk orang-orang dengan pemikiran yang sama berkumpul dan menjalin relasi.

Dalam dunia bisnis, utamanya online, komunitas dapat memberikan pengaruh besar karena bisa menambah koneksi, berbagi wawasan, meningkatkan kepercayaan diri dalam berbisnis, dan tentunya memperluas jangkauan pasar. Hal ini berlaku pada berbagai jenis layanan atau bisnis, tidak terkecuali social commerce.

Sebagai layanan yang mengandalkan interaksi sosial untuk menjangkau pasar, tentunya komunitas menjadi salah satu ujung tombak bisnis social commerce. Hal ini turut diamini oleh Co-Founder & COO Meyer Food Athalia Permatasari dan Co-Founder Evermos Ilham Taufiq yang mengisi sesi diskusi #SelasaStartup di hari Selasa (24/8) lalu.

Dalam diskusi ini, para Co-Founder berbagi pengalaman mengenai peran komunitas dalam keberlangsungan bisnisnya. Selain itu, mereka juga turut mengungkapkan betapa pandemi memiliki efek samping yang luar biasa terhadap para partner/agen maupun perusahaan. Berikut beberapa poin yang dapat diambil dari acara #SelasaStartup yang bekerja sama dengan Endeavor Indonesia dengan topik Scale up 101: Building the Community.

Sesi #SelasaStartup bersama Meyer Food, Evermos, dan Endeavor

Menumbuhkan rasa percaya dan dampak positif

Bertahun-tahun telah berlalu sejak e-commerce berkembang di seluruh Indonesia, tetapi masih ada saja masyarakat yang masih belum mau berbelanja menggunakan platform daring. Mereka lebih memilih untuk datang ke tempat dan menilai secara langsung produk-produk yang ingin mereka beli. Ada beberapa alasan, salah satunya adalah rasa tidak percaya.

Ilham mengaku bahwa salah satu alasan Evermos dibentuk adalah untuk menjangkau konsumen yang masih enggan berbelanja disebabkan kurangnya rasa percaya terhadap platform-platform online. Lalu mereka mencoba masuk ke pasar yang lebih konvensional dengan perpanjangan tangan reseller. Dengan begitu, rasa percaya akan mulai tumbuh seiring konsumen menikmati pengalaman berbelanja yang lebih modern.

Sedikit berbeda dengan layanan Meyer Food yang dilatarbelakangi oleh keluarga salah satu Co-Founder Renny Lim yang merupakan pemilik bisnis supplier daging ayam. Perusahaan memiliki jajaran Co-Founder para wanita, salah satu misi mereka adalah untuk memberdayakan ibu rumah tangga yang juga punya keinginan untuk mandiri secara finansial agar bisa memanfaatkan waktu luang untuk menjadi reseller daging ayam.

Co-Founder & COO Meyer Food Athalia Permatasari turut mengungkapkan,”Kita percaya wanita bisa jadi penopang ekonomi di masa yang akan datang. Jadi, kita fokus untuk menciptakan cerita sukses yang lain, bukan semata-mata mendapat penghasilan. Kami ingin platform ini benar-benar bisa berdampak bagi orang banyak.”

Athalia juga mengungkapkan, “Selama dua tahun terakhir, hal yang sangat rewarding bagi Meyer Food adalah ketika bisnis yang dijalankan ibu rumah tangga yang pada awalnya tidak disetujui suami, bisa memberi hasil yang luar biasa hingga akhirnya meraih pendapatan berkali lipat lalu ikut didukung oleh suaminya.”

Evermos sebagai social commerce yang fokus pada nilai-nilai syariah turut mengungkapkan strateginya untuk bisa menjadi bisnis yang berdampak dengan 2R, yaitu Rupiah dan Ruhiyah. Ilham mengaku bahwa ia tidak hanya fokus dengan hal-hal pragmatis, namun ingin lebih serius untuk bisa mencapai inklusivitas. “Kalau sekedar aspek uang, kita semua tau dunia startup seperti apa,” tambahnya.

Menemukan rekanan yang memiliki integritas

Dalam sebuah komunitas, meskipun memiliki satu kesamaan, tentunya ada berbagai macam karakter individu. Ada yang benar-benar sepenuh hati ingin berperan membangun komunitas, ada yang hanya ikut-ikutan atau berpartisipasi hanya jika ada waktu luang. Tidak ada yang salah, namun ketika masuk ke ranah bisnis, hal ini menjadi tantangan tersendiri.

Dalam menjalankan bisnisnya, Meyer Food menerapkan kemitraan dengan sistem sharing profit untuk setiap item yang dijual. Sebagai partner/mitra bertanggung jawab sebagai distribution point serta menerima pembayaran COD. Tantangan muncul ketika ada partner yang tidak bisa mengelola pengeluaran dengan baik sehingga uang hasil penjualan terpakai untuk hal-hal lain.

Belajar dari pengalaman, Meyer Food kemudian memperketat proses kurasi bagi para mitra. Athalia mengungkapkan bahwa timnya ingin memiliki partner yang bukan hanya sekadar mau berjualan tetapi juga memiliki integritas serta komitmen jangka panjang dalam menjalani bisnis. Saat ini, layanan telah memfasilitasi sebanyak 100 mitra di area Jabodetabek. Mungkin bukan angka yang besar namun timnya memastikan bahwa mereka adalah mitra yang berkualitas.

Sementara di Evermos, pada awalnya layanan yang ditawarkan sepenuhnya gratis. Namun setelah beberapa lama, akhirnya mereka menerapkan proses kurasi dengan metode berbayar untuk melihat keseriusan mitra untuk berjualan. Namun selama pandemi, dua opsi ini tersedia agar tidak mempersulit mitra untuk berjualan.

Ketika membangun sebuah komunitas, sering kali kita memulai dari inner circle atau lingkungan terdekat. Di Meyer Food, pelanggan pertama mereka adalah salah seorang tetangga dari Athalia. Timnya mengaku ada banyak sekali pertimbangan dan kekhawatiran untuk bisnis ini bisa berjalan. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya komunitas, maka satu per satu tantangan bisa dihadapi.

Mempertahankan keterikatan yang kuat

Jalannya sebuah komunitas juga bergantung dengan komunikasi serta interaksi yang baik antar sesama anggotanya. Ketika pandemi Covid-19 melanda, ada banyak pembatasan sosial yang terjadi di masyarakat. Hal ini sedikit banyak berpengaruh dengan keberlangsungan komunitas, dan juga bisnis.

Ketika sebuah bisnis telah memiliki engagement atau keterikatan yang kuat ke sebuah komunitas, maka komunitas tersebut bisa menjadi sumber umpan balik yang terpercaya. Evermos, sebagai social commerce mengaku sering terjun ke lapangan serta berinteraksi secara langsung untuk membangun keterikatan yang kuat dengan para reseller.

Menurut Ilham, banyak partner yang sedang terdampak dari sisi psikologi. “Dalam hal engagement kita harus bisa mengerti kebutuhan partner, termasuk menjadi tempat curhat mereka. Di situ kita belajar lagi untuk bisa jadi pendengar yang lebih baik dan mencoba mengerti kondisi partner. Ada baiknya untuk mendahulukan empati. Ini menjadi salah satu poin penting bagaimana membuat mereka nyaman dan loyal,” tambahnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Evermos Dikabarkan Mendapat Pendanaan Seri B, Diikuti Unit Ventura Milik Telkom Group

Platform social commerce untuk produk halal Evermos dikabarkan membukukan putaran pendanaan seri B dengan total nilai $23,9 juta atau sebesar 343,2 miliar Rupiah. Berdasarkan data kami dapat, pendanaan baru ini dipimpin oleh UOB Venture melalui Asia Impact Investment Fund II.

Selain beberapa investor sebelumnya seperti Jungle Ventures, putaran ini turut diikuti venture arm milik Telkom Group, yaitu MDI Ventures melalui KB Centauri Master Fund dan Telkomsel Mitra Inovasi melalui TMI Master Fund I.

Sebelumnya, salah satu pendiri Evermos sudah mengonfirmasi perihal penggalangan dana ini beberapa waktu lalu. Evermos mendapatkan pendanaan seri A senilai $8,25 juta pada akhir 2019 yang diperoleh dari Jungle Ventures, Shunwei Capital, dan Alpha JWC Ventures.

Dari wawancara sebelumnya, Co-founder Evermos Ghufron Mustaqim mengatakan bisnisnya telah meraup pertumbuhan bulanan sebesar 20% di 2020. Evermos saat ini telah digunakan 500 pemilik brand, di mana 90% di antaranya adalah UMKM, memiliki 50.000-75.000 reseller aktif yang menjangkau 504 kota/kabupaten di Indonesia, dan melayani 200-400 ribu konsumen.

Upaya menjangkau kota tier 2 dan 3

Berdasarkan laporan bertajuk “Unlocking The Next Wave of Digital Growth” yang dirilis Alpha JWC Ventures dan Kearney Research pada April lalu, saat ini Evermos dapat dikatakan sebagai platform social commerce terbesar di Indonesia. Upaya Evermos mendorong perekonomian secara inklusif terlihat dari strateginya mengadopsi model berjualan berbasis reseller. 

Potensi social commerce di luar kota tier 1 / Alpha JWC Ventures & Kearney Report 2020

Menurut laporan ini, Evermos mampu mendulang pertumbuhan bisnis berkat strateginya masuk ke pasar di kota tier 2 dan 3 di mana adopsi e-commerce belum tinggi dan masyarakat belum terbiasa berbelanja online. Kendati demikian, adopsi e-commerce juga mulai meningkat sehingga memicu permintaan terhadap specialized e-commerce.

Dari tren tersebut, beberapa sub-sektor e-commerce diestimasi ikut mengecap pertumbuhan besar, antara lain social commerce, B2B, dan specific commerce (marketplace mobil dll). Bahkan, laporan ini memprediksi dalam lima tahun ke depan Indonesia bakal memiliki unicorn lagi dari social commerce.

UMKM Indonesia dalam melakukan kegiatan bisnis / Alpha JWC Ventures & Kearney Study 2020

Di samping itu, laporan ini menyebutkan bahwa sebetulnya UMKM Indonesia belum menyadari potensi yang mereka miliki karena masih belum aktif menggunakan kemampuan mereka dalam berbisnis. Dari bagan di atas, terlihat bahwa keuangan, marketing, dan logistik menjadi beberapa kegiatan bisnis yang belum sepenuhnya dikerahkan.

Maka itu, social commerce dinilai menjadi salah satu pendekatan yang tepat untuk mendorong daya saing UMKM yang selama ini menjadi fondasi terbesar perekonomian Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Evermos to Complete Its Series B Funding Round

Evermos social commerce platform for halal products is to complete its series B fundraising. Some investors, including the UOB venture unit, Jungle Ventures, and several others will be participated in this round. This news was confirmed by one of the company’s founders. This round is said to close in 1 or 2 weeks and to be officially announced.

Based on data, this round has generated $19.5 million or around 281 billion Rupiah. With its current status [open], the lists of investors and its valuation might still be changed.

Previously, Evermos received series A funding in late 2019. The fund worth of $8.25 million were successfully secured from Jungle Ventures, Shunwei Capital, and Alpha JWC Ventures.

Regarding business, Evermos Co-Founder Ghufron Mustaqim said in a previous interview, the business recorded a month-on-month growth of around 20% in 2020. Currently, Evermos has collaborated with around 500 brand owners (more than 90% are SMEs), gathering 50-75 thousand active resellers that reach 504 cities/regencies in Indonesia, and serve around 200-400 thousand consumers.

Efficient business model

The social commerce approach allows Evermos app to connect product owners and resellers. Each reseller partner also has the opportunity to receive training, including its relation to fiqh in business transactions. The Evermos warehouse has also been established as a fulfillment center, enabling partners to get more efficient COD and delivery features for their customers.

“Evermos is naturally more efficient with our business model. We do not have inventory and also do not burn much money for marketing as we are assisted by a team of resellers to market products to their neighbors, friends and family. Even from the start, Evermos’ contribution margin has been positive, also through 2020 when the pandemic occurred and we accelerated growth,” Ghufron said.

In Indonesia, there are already several players for social commerce services, such as Dagangan, Super, KitaBeli, RateS, etc. However, there is no specific player fully focused on halal products and sharia concepts. Also with e-commerce services or online marketplaces, halal products are also provided mingling with other brand variants, therefore, it is more fragmented.

Sharia economy opportunity

According to the “2020 Islamic Economic & Financial Report” published by Bank Indonesia, the market share of the halal industry in Indonesia has consistently increased. The most significant commodities are halal food and fashion.

Pendanaan Seri B Evermos
Indonesia’s halal industry market share towards global / Bank Indonesia

In terms of logistics movements, the volume of halal product transactions in May to December 2020 quantitatively grew 81.5% compared to the previous year period. Online shopping activity alone has experienced a 29.96% increase in e-commerce platforms and marketplaces over the past year.

With more than 200 million Muslim population, Indonesia is predicted to have tremendous potential for the halal industry. This makes players like Evermos quite optimistic to meet the market in the future.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here