Daftar Pertanyaan Sebelum Peluncuran Bisnis

Sehari sebelum peluncuran bisnis baru selalu menjadi malam yang menegangkan. Sebagai pemilik, tentu banyak perasaan berkecamuk, seperti khawatir kalau bisnisnya tidak bisa diterima di pasar atau malah apa yang telah dilakukannya merupakan sebuah kesalahan. Semua hal itu wajar.

Sebagai pertimbangan, berikut beberapa pertanyaan yang bisa diajukan ke diri sendiri sebelum meluncurkan bisnis baru. Sebagai sebuah persiapan mental, dan mungkin persiapan jika mendapatkan beberapa pertanyaan.

Mengapa saya memulai menjalankan bisnis ini ?

Ini adalah pertanyaan paling fundamental. Ini menguji diri sendiri mengenai tujuan yang sebenarnya ingin dicapai melalui bisnis ini. Banyak alasan tentunya untuk memulai sebuah bisnis, bisa karena berawal dari rasa bosan menjadi pegawai, atau memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang ada di sekitar, atau bahkan ingin mencari keuntungan. Semua alasan tersebut kembali ke diri sendiri.

Namun, untuk bisa bergerak maju bisnis harus memulai tujuan. Tanyakan hal ini ke dalam diri sendiri untuk meyakinkan, apakah benar bisnis ini beroperasi dan berorientasi untuk maju? Atau jangan-jangan bisnis ini hanya menjadi rencana emosional yang tidak ada alasan mendasar sehingga tidak mau akan dibawa ke mana.

Siapa target pasar saya?

Pertanyaan ini sebenarnya merupakan pertanyaan yang paling sering dilontarkan untuk memulai bisnis. Seringnya di tahap awal, di tahap mencari ide dan validasi. Namun pertanyaan ini tidak ada salahnya jika ditanyakan lagi ke diri sendiri sebelum peluncuran bisnis baru. Tentu fungsinya untuk validasi dan meyakinkan diri sendiri pasar yang ingin ditargetkan jelas dan ada. Tidak mengambang dan baru mencari pasar setelah diluncurkan.

Apa strategi digital saya?

Sebagai bisnis yang diluncurkan di era digital penting untuk menyiapkan hal ini. Ini pertanyaan untuk membantu menemukan penetrasi digital apa yang ingin dilakukan. Apakah dalam hal pemasaran, penjualan, atau bahkan proses manajemen internal yang dilakukan. Memikirkan strategi ini memang tidak bisa hanya semalam, perlu persiapan panjang. Termasuk untuk menjawab pertanyaan ini.

Apa yang menjadi kekuatan bisnis saya?

Berbisnis artinya berkompetisi. Baik berkompetisi dengan pesaing maupun berkompetisi terhadap kebutuhan pelanggan. Sebagai bentuk keyakinan bisa bersaing di industri dan optimisme memenangi pasar, pertanyaan “Apa yang menjadi kekuatan dari bisnis saya ?” harus dijawab. Jika gagal menjawabnya, mungkin peluncuran bisnis bisa ditunda. Setidaknya sampai menemukan faktor pembeda dan keunggulan.

Lima Cara Mengenali Ide Startup

Keberhasilan sebuah startup kebanyakan berawal dari ide yang sederhana. Meskipun demikian, ketika ide untuk membangun sebuah startup makin sulit untuk ditemukan, apakah harus berpaling kepada ide yang mudah dan terlihat menjanjikan sejak awal atau ide yang penuh dengan pendekatan teknis dan sistematis?

Artikel berikut akan mengupas 5 cara tepat menemukan ide startup.

Buat daftar ide

Terkadang ide yang menarik dan memiliki potensi datang secara spontan, untuk memastikan ide tersebut masuk akal dan bisa dikembangkan catatlah ide-ide yang Anda miliki kemudian coba cermati dengan baik ide tersebut. Jika di antara ide tersebut terus melekat dalam pikiran dan memiliki potensi untuk diciptakan, artinya Anda telah menemukan ide tersebut.

Temukan “passion

Ketika ide sudah ditemukan proses selanjutnya adalah untuk menemukan “passion” atau kecintaan dari ide tersebut. Banyak para entrepreneur yang rela berkorban dan mampu menghadapi masa-masa sulit karena yakin dan kecintaan besar terhadap ide startup yang dimiliki, dan kebanyakan dari mereka bakal menuai sukses melahirkan bisnis. Temukan passion atau kecintaan terhadap ide yang dimiliki, dari sana Anda akan bisa melihat arah yang pasti untuk mengembangkan bisnis.

Kumpulkan data, riset, dan informasi

Salah satu cara untuk bisa memastikan ide yang telah dimiliki menarik perhatian dari publik, coba kumpulkan informasi dan data kemudian coba lemparkan ide tersebut kepada keluarga, kerabat dan teman. Tampung semua masukan atau feedback dari mereka, dan coba kembangkan saatnya Anda mulai membuat produk. Lakukan juga kegiatan sosialisasi tersebut dikalangan komunitas hingga kalangan yang relevan, dan pada akhirnya jika ide yang Anda miliki memiliki potensi, bakal mengundang minat investor yang tepat.

Lakukan validasi dengan berbicara langsung kepada target pasar

Untuk bisa memastikan produk atau layanan yang bakal Anda hadirkan diterima oleh target pasar, lakukan komunikasi langsung dengan target pasar Anda. Cari tahu kesulitan dan keinginan dari mereka terkait dengan ide yang Anda miliki. Dengan demikian Anda bisa menemukan target pasar yang tepat, sekaligus melakukan validasi ide.

“Your job as an entrepreneur is to uncover the underlying problem so that you can provide a good solution.”

Kembangkan ide

Ide yang baik dan berhasil Anda temukan tidak bisa tumbuh dengan baik secara langsung, dibutuhkan waktu dan proses yang tepat agar ide tersebut bisa tumbuh dengan baik. Ide yang awalnya memiliki potensi saat mulai dikembangkan bisa jadi berubah menyesuaikan dengan keadaan yang ada, pivoting pun bakal sulit untuk dihindari. Untuk itu sebagai entrepreneur yang baik jangan terlalu memaksakan ide awal startup, ketika waktunya untuk berubah, terima proses tersebut demi melahirkan startup yang berpotensi.

“Ideas iterate and transform quite a bit once actually brought to market. So even with the most determined validation, there’s a fairly good chance whatever you think is the right product will change a bunch of times anyhow.”

Lima Pertimbangan Memilih Industri Startup untuk Pengusaha Pemula

Ketika Anda memutuskan ingin terjun ke dunia kewirausahaan, pasti ada alasan dasar yang melatarbelakangi mengapa Anda ke sana. Bisa jadi karena Anda ingin mendalami kegemaran, belajar hal baru, diajak teman, atau lainnya. Namun apabila Anda terjun sebelum mengetahui bidang bisnis seperti apa yang ingin dijalani, hal tersebut agak berbahaya.

Paling tidak, sebelum Anda memutuskan ke dunia kewirausahaan, cari tahu bidang apa yang menurut Anda paling menarik. Pertanyaan berikutnya yang muncul, bagi pengusaha startup pemula bidang usaha mana sajakah yang tepat untuk digeluti?

Artikel ini akan menjawab lebih dalam pertanyaan tersebut, berikut rangkumannya:

Apapun yang sesuai dengan kemampuan Anda saat itu

Sebagai pengusaha pemula, mulailah suatu bisnis yang memiliki korelasi dengan kemampuan yang Anda miliki pada saat itu. Sehingga saat Anda harus mendalami bidang tersebut, tidak ada kesukaran yang menghalangi.

Memulai sesuai yang sesuai kemampuan, bisa mengurangi potensi gagal, alhasil prospek bisnis jadi lebih cerah. Apapun bidang yang Anda pilih, bersiaplah untuk belajar mendalaminya setiap hari dan terus bekerja keras. Jika Anda belum siap untuk bekerja keras, sebaiknya jangan tinggalkan pekerjaan rutin.

Industri yang membantu akselerasi bisnis lebih cepat

Keuntungan membuat usaha yang sesuai dengan target audiens adalah sesuatu yang tidak bernilai harganya. Sebab ini akan membantu Anda menghemat waktu berjam-jam daripada mengembangkan produk sesuai kebutuhan pasar, mencari pembeli, dan memikirkan bagaimana pemasarannya. Anda pun akan lebih bergairah dan pengetahuan bertambah luas.

Jika Anda memiliki passion di industri tersebut dan sudah memiliki gagasan hal apa saja yang dilakukan, ini akan membuat Anda dapat dengan mudah melalui puluhan malam dan siang yang panjang.

Ritel online

Anda mungkin pernah mendengar cerita bagaimana e-commerce disebut sebagai industri yang kejam dan terlalu banyak etalase digital. Tidak perlu dipungkiri bahwa hal tersebut benar adanya. Namun jangan berbicara mengenai biaya hosting etalase Anda sendiri, tapi bicara mengenai bagaimana membangun diri sendiri.

Sebagai pedagang yang menjajakan barangnya di situs eBay atau Etsy, mengajarkan banyak hal yang bisa Anda terapkan. Tidak hanya menghemat biaya, tapi Anda akan banyak belajar mengenai pemasaran, interaksi pelanggan, dan penelitian.

Apapun yang Anda tahu adalah terbaik

Ketika Anda mulai berbisnis, penting untuk mengetahui tentang industri yang Anda yang masuki. Ini akan memberi gambaran awal dibandingkan dengan orang-orang yang tidak mengetahuinya, sebab Anda sudah lebih mengenal masalah dan tahu bagaimana caranya. Membangun jaringan pun akan jauh lebih mudah karena Anda mungkin akan mengenal beberapa orang yang menjadi calon pembeli.

Secara alami menarik Anda untuk terjun

Perusahaan yang Anda bangun sebaiknya harus tetap setia dengan kepribadian diri sendiri karena pada dasarnya Anda menarik orang baru untuk seperti Anda. Meskipun tidak ada bidang spesifik yang Anda kuasai, namun penting untuk dilakukan dengan mencari tahu seperti apa mimpi dan passion Anda. Kemudian bidang seperti apa yang harus Anda jalani. Menemukan sesuatu yang secara alami Anda minati akan membantu bisnis jadi lebih maju.

Lima Alasan Startup di Tahap Awal Harus Menunda Kegiatan Penggalangan Dana

Kegiatan fundraising merupakan salah satu kegiatan yang kerap dilakukan oleh startup di masa awal atau ketika tengah bersiap melakukan scale-up. Dari sekian banyak investor baik lokal hingga asing yang tertarik untuk menanamkan modal di startup, menjadikan kegiatan penggalangan dana lebih mudah dengan beragam pilihan yang ada. Terutama jika startup Anda memiliki potensi dan produk yang baik.

Sebelum Anda mulai bersiap melakukan pendekatan dengan investor, ada baiknya untuk menunda terlebih dahulu kegiatan fundraising tersebut dan fokus kepada pengembangan produk hingga uji coba produk lebih matang.

Artikel berikut akan mengupas 5 hal yang perlu dicermati startup untuk menunda kegiatan penggalangan dana.

Memanfaatkan waktu yang ada

Terkadang persoalan dana menjadi masalah yang paling krusial bagi startup yang masih dalam tahap awal. Mulai dari pengembangan produk, riset hingga uji coba, semua proses tersebut wajib untuk dilakukan dan membutuhkan dana yang cukup besar jumlahnya. Idealnya, saat startup baru mulai, melakukan proses tersebut sebaiknya menggunakan uang pribadi (bootstrapping) dan hindari sedini mungkin untuk melakukan penggalangan dana. Dengan demikian waktu yang tersedia di awal bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membangun startup. Bisnis yang dijalankan di awal tanpa adanya modal dari investor merupakan investasi ekuitas di masa mendatang.

Lebih ketat dalam pengeluaran

Karena kondisi keuangan yang terbatas, startup dipaksa untuk bisa memanfaatkan dana sebaik mungkin. Untuk itu pengeluaran yang tidak dibutuhkan bisa dibatasi menyesuaikan keadaan yang ada. Kondisi tersebut juga bisa membuat startup lebih fokus untuk bisa melakukan monetisasi dan mendapatkan pendapatan sejak awal.

Mempertahankan kontrol sepenuhnya

Ketika startup berhasil mendapatkan investasi di tahap awal artinya Anda pemilik startup harus rela kehilangan kontrol atau kuasa penuh dari bisnis startup saat ini. Mulai dari pengeluaran, pemilihan kandidat pegawai hingga target pasar, akan di kontrol oleh investor. Hal tersebut bisa mempersempit peluang dan inovasi Anda pemilik startup untuk melakukan pengembangan produk hingga penentuan target pasar yang sesuai dengan kriteria, semua harus didiskusikan terlebih dahulu dengan investor.

Menentukan visi dan misi

Masa awal startup merupakan masa penentuan visi dan misi startup. Tidak selamanya ide awal yang sudah diyakini akan dikembangkan menjadi produk adalah sama, ketika keadaan mendesak dan mengharuskan Anda untuk melakukan pivoting, ide tersebut bisa berubah secara drastis. Untuk itu sebelum startup bersiap untuk melakukan akselerasi, idealnya tunda dulu kegiatan penggalangan dana, hingga startup sudah benar-benar menemukan MVP (minimum viable product), target pengguna dan bisnis model yang sesuai dengan visi dan misi startup.

Lakukan penggalangan dana pada saat yang tepat

Kebanyakan startup saat ini melakukan kegiatan fundraising di masa awal untuk memulai bisnis, namun demikian banyak juga investor yang pada akhirnya lebih tertarik untuk melakukan kegiatan penggalangan dana kepada startup yang mulai mengalami pertumbuhan positif dan telah berdiri dalam waktu yang cukup lama. Jika startup Anda memiliki sejarah dan latar belakang bisnis yang baik dan terus berkembang, investor akan secara langsung menawarkan modal tanpa Anda melakukan kegiatan penggalangan dana.

Mempertahankan Bisnis Startup Saat Tiga Tahun Pertama Berdiri

Statistik menunjukkan bahwa sekitar sembilan dari setiap 10 bisnis startup baru gagal berdiri. Seringkali, hal ini bukan dikarenakan kurangnya kerja keras atau ide bagus. Melainkan karena kurangnya menerapkan sikap disiplin. Hanya mengetahui ilmu dasar seperti tahu kondisi pasar, punya cukup uang, dan membangun budaya perusahaan yang sehat, pada akhirnya akan jatuh ke tempat pembuangan akhir.

Seorang ahli strategi pemasaran biasanya paham dengan konsep format matematika: P(s)=1-P(f).

Untuk memahami format ini, probabilitas keberhasilan sama dengan satu minus probabilitas kegagalan. Semakin kecil Anda membuat sisi kanan persamaan, semakin Anda mengurangi probabilitas kegagalan, dan semakin besar kemungkinan untuk sukses.

Artikel ini akan membahas lebih lanjut strategi seperti apa yang perlu Anda terapkan saat tiga tahun pertama berdiri, berikut rangkumannya:

1. Mendirikan fondasi bisnis yang kuat

Ide produk atau bisnis Anda pasti butuh fondasi seperti kaki pancang untuk menjadi daya tarik agar dapat bertahan lebih dari tahun ketiga. Alasannya mengapa demikian? Sebab pasar itu selalu berubah dan semua produk pada akhirnya dapat kehilangan dukungan. Bila produk perdana Anda sangat bergairah, Anda perlu merancang produk berikutnya. Jika produk kedua belum siap diterima pasar karena kondisi yang belum berubah, yang terjadi adalah terpotongnya anggaran R&D.

2. Paham kondisi pasar

Pengetahuan adalah kekuatan, sedangkan pasar adalah mesin uang. Jika tidak mengetahui pasar, Anda akan rugi. Karena keberadaan R&D, pemasaran dan penjualan mahal, membuat setiap pengetahuan tentang pasar butuh kucuran investasi yang perlu dikerjakan.

3. Buat strategi bertahan

Buatlah rencana bisnis Anda secara sekaligus, mulai dari masuk ke pasar, menyerang kompetitor, hingga bertahan. Dengan demikian, perusahaan dapat tahan dari setiap skenario yang kemungkinan terjadi di masa depan. Salah satu faktor untuk meminimalisir kemungkinan gagal adalah mengawasi kompetitor dan mempersiapkan pertahanan Anda.

4. Percaya diri

Semakin baik Anda mempersiapkan diri, semakin percaya dirilah Anda. Kepercayaan diri adalah kunci kepemimpinan. Tidak ada yang mengikuti jenderal penakut dalam memasuki pertempuran dan tidak ada karyawan yang ingin mengikuti jejak pemimpin tanpa keberanian. Persiapan Anda akan mengarah pada praktik bisnis yang lebih baik, berdampak dapat memberi semangat pada karyawan.

5. Cari arahan mentor

Bahkan perusahaan besar pun sangat memerhatikan perlunya merekrut ahli untuk memberi saran kepada mereka. Sebab kehadiran mentor diperlukan untuk membantu mereka dalam membuat pilihan cerdas di saat kemampuan Anda yang terbatas. Jangan pernah takut untuk meminta bantuan. Kebanyakan mentor bermurah hati dengan waktu mereka untuk membimbing para pemimpin perusahaan. Arahan mentor dapat menyelamatkan Anda dari kesalahan, entah itu kecil maupun kritis.

6. Lakukan apapun yang diperlukan

Kegigihan dan optimisme memiliki kaitan yang erat. Keduanya mengarah pada usaha konstan dan energi positif mendasari bisnis yang sukses. Anda akan menghadapi gundukan dan penghalang jalan, tapi Anda harus tekun dan mampu menghadapinya. Banyak bisnis gagal karena pemimpin berhenti saat menemui kesulitan, tanpa menyelesaikannya.

Tujuh Cara Membangun Bisnis untuk Startup Tahap Awal

Pemilik startup yang baru mulai untuk menjalankan bisnis biasanya mengalami keraguan dan kehilangan arah langkah mana yang baik diambil saat awal startup mulai dibangun. Untuk startup yang masih berada pada early stage, akan menjadi penting membangun bisnis sejak awal dengan tepat, untuk bisa menjadi acuan kemana arah bisnis startup akan dibawa nantinya. Artikel berikut akan membahas 7 langkah awal yang baiknya dicermati oleh pemilik startup tahap awal.

Minimum Viable Product

Istilah Minimum Viable Product sudah harus menjadi acuan di langkah awal berdirinya startup. Menjadi penting bagi startup untuk mendapatkan MVP yang sempurna sejak awal. Buatlah prototipe atau desain awal yang masih dalam format draft atau versi awal, coba tawarkan layanan atau produk tersebut ke target pasar dan dapatkan feedback dari orang-orang, untuk meningkatkan produk awal secara cepat sesuai dengan produk yang ingin diwujudkan.

“MVPs help entrepreneurs and corporate intrapreneurs outsmart the odds of failure by compartmentalizing big decisions—and big risks—into a series of smaller ones.” – Storyhackers co-founder Rita Puri.

Meluncurkan versi beta untuk kalangan terbatas

Langkah selanjutnya yang bisa dilakukan adalah ketika MVP sudah didapatkan segar untuk membuat produk tersebut dalam versi beta untuk kalangan terbatas. Dari sana nantinya Anda bisa melihat kekurangan, fitur terbaik dan koreksi yang harus dilakukan, berdasarkan feedback dari orang-orang terdekat yang telah mencoba versi beta sebelumnya.

“When in doubt always build a product that is a painkiller rather than a vitamin.” – Pakar Marketing Vinay Koshy

Merekrut tenaga kerja

Ketika Anda sudah mulai membuat produk sudah waktunya untuk mempekerjakan tenaga ahli yang bisa membantu proses lebih cepat. Dalam hal ini ada baiknya Anda mulai merekrut developer atau mengajak seorang Co-founder yang memiliki pengalaman berbeda dengan Anda. Carilah tenaga kerja baru dalam jumlah kecil terlebih dahulu di awal startup, agar bisa membantu Anda membawa startup ke level selanjutnya.

“For a startup, people are as important as the idea,” – Founder Devishobha Chandramouli

Desain ulang / koreksi produk

Setelah uji coba telah dilakukan langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah mengoreksi kekurangan atau kesalahan dari produk hingga desain yang ada. Coba fokuskan prioritas Anda terkait aspek yang harus dikerjakan terlebih dahulu, lakukan proses ini usai versi beta untuk kalangan terbatas dilakukan.

“[Startups] learn from the results of each test, refine the hypothesis, and test again—all in search of a repeatable, scalable, and profitable business model.” – Stanford professor Steven Blank.

Peluncuran versi beta untuk publik

Setelah versi beta untuk kalangan terbatas dicoba, koreksi, dan perbaikan produk telah dilakukan, langkah selanjutnya adalah meluncurkan versi beta untuk publik. Saat proses ini dilakukan, bersiaplah untuk menerima keluhan dan feedback dari orang banyak usai versi beta diluncurkan. Cara terbaik untuk menangani proses ini adalah dengan menyiapkan tim humas atau agensi kehumasan untuk membantu startup menjalankan proses tersebut.

Pembuktian model bisnis

Usai versi beta diluncurkan kepada publik, secara organik startup akan mulai menunjukkan siapa target pengguna yang tertarik dan fitur seperti apa yang berfungsi dengan baik dan berpotensi untuk dijual. Matangkan konsep dan produk yang ada dengan melakukan koreksi dan penambahan fitur yang lebih sempurna. Tahap ini menjadi krusial bagi startup, sebelum meluncurkan eksistensi startup secara resmi kepada publik dan tentunya investor.

Pendanaan tahap pertama

Tahap yang satu ini merupakan akhir dari proses membangun startup saat tahap awal, yaitu meyakinkan kepada investor untuk memberikan investasi berdasarkan produk yang ada. Siapkan faktor pendukung untuk bisa meyakinkan investor, mulai dari data, testimoni pengguna, target dan rencana serta potensi bisnis yang dimiliki, berdasarkan proses sebelumnya yang telah dijalankan startup.

Pendanaan tahap awal, atau seed round, biasanya tidak didapatkan sebelum startup telah melalui proses tersebut dan memastikan semua aspek berjalan dengan lancar.

Lima Cara Menemukan Pengembang Startup yang Tepat

Ketika ide startup telah ditemukan, langkah selanjutnya yang bisa dilakukan adalah menemukan pengembang (developer) yang sesuai. Hal ini akan membantu Anda pendiri startup yang tidak memiliki latar belakang teknikal dan teknologi informasi. Meskipun terlihat sulit dan rumit untuk dilakukan, namun ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar Anda bisa menemukan developer yang tepat.

Artikel ini akan mengupas 5 hal yang bisa dilakukan untuk mendapatkan developer yang terbaik.

Cari developer yang bisa menyelesaikan tantangan

Saat Anda mulai melakukan wawancara, coba tanyakan tantangan seperti apa yang pernah mereka temui dan bagaimana developer tersebut bisa memecahkan masalah yang ada. Jika jawaban yang diberikan adalah bekerja dengan klien yang kurang ramah atau harus mengerjakan kembali code sebelumnya, ada baiknya untuk mengakhiri wawancara saat itu juga. Developer yang baik dan tepat adalah mereka yang bisa menyelesaikan masalah secara langsung hingga berhasil. Carilah developer yang memiliki pengalaman tersebut dan tentunya mampu untuk menemukan solusi terbaik.

Cari developer yang bisa memberikan jawaban teknis untuk pertanyaan tentang produk

Sebagai pendiri startup bagaimana desain dan fungsi dari aplikasi hingga situs tentunya sudah harus Anda kuasai sebaik mungkin, mulai dari informasi yang paling dasar hingga sedikit teknis. Untuk itu ketika Anda mulai mencari developer, carilah developer yang bisa memberikan jawaban teknis terkait produk atau fitur yang ingin Anda buat. Adalah tugas developer tersebut untuk menguasai dan memberikan solusi terkait hal-hal yang teknis dan biarkan Anda, pendiri startup, menguasai bisnis dan manajemen perusahaan.

Cari penjelasan yang sederhana tentang konsep teknis

Seorang developer yang ideal biasanya bisa memberikan penjelasan sederhana tentang hal-hal teknis kepada Anda pendiri startup. Hal ini akan memberikan pengaruh yang baik terutama untuk startup baru yang belum memiliki CTO. Agar bisa membantu Anda memahami situasi dan perkembangan yang ada, ada baiknya untuk mencari developer yang mampu untuk coding sekaligus menjelaskan hal-hal teknis dengan penjelasan yang sederhana dan mudah dimengerti.

Cari developer yang mampu untuk coding secara langsung

Saat melakukan wawancara, coba berikan tugas kepada kandidat developer untuk tersebut untuk menuliskan code secara langsung saat itu juga. Developer yang baik biasanya mampu untuk menyelesaikan masalah secara cepat, sementara developer yang kurang memiliki kemampuan biasanya akan mencoba menulis ulang code yang sudah dibuat dan hal tersebut akan membuang waktu serta uang saja.

Cari developer yang bersedia melakukan komunikasi dengan klien

Karena terbiasa berhubungan dengan hal-hal teknis, bisanya developer enggan untuk berhubungan langsung dengan klien dan memberikan penjelasan. Developer yang ideal adalah mereka yang tidak ragu untuk menanyakan feedback sekaligus memberikan penjelasan secara lengkap kepada klien. Untuk itu sebelum Anda memutuskan untuk mempekerjakan developer tersebut, ada baiknya untuk menanyakan kepada perusahaan atau startup sebelumnya tentang pengalaman bekerja developer tersebut atau mendapatkan testimoni dari klien yang sebelumnya pernah bekerja dengan developer tersebut.

Kiat Sukses Membangun Startup untuk Founder Perempuan

Saat ini masih belum banyak entrepreneur perempuan meramaikan dunia startup, salah satu alasannya adalah, masih minimnya minat untuk terjun ke dunia teknologi hingga kurangnya ide serta inisiatif dari perempuan untuk mengembangkan bisnis. Menurut Vin Clancy, Founder dari Magnific, Planet Ivy dan Screen Robot, masih banyak potensi bisnis yang bisa digali untuk para pelaku startup perempuan saat ini. Artikel berikut ini akan mengupas beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan ide dan inovasi baru untuk bisnis startup.

Buat produk yang disukai orang banyak, bukan disukai Anda (pemilik startup)

Ketika ide dan inovasi telah dimiliki masih banyak pemilik startup yang merasa yakin dan cenderung memaksakan ide yang ada, tanpa melihat efek dan pengaruh yang kurang mendukung dari ide tersebut. Idealisme dari pemilik startup untuk memaksakan ide yang dimiliki bisa merugikan startup ketika pada akhirnya startup tidak bisa berjalan dengan baik. Untuk itu cari tahu apa yang dibutuhkan oleh orang banyak, bukan apa yang ingin Anda wujudkan sebagai pemilik startup

My biggest piece of advice to people starting a business: See the world as it is, not as you’d like it to be.

Pendekatan lebih dengan pelanggan

Saat ini masih banyak startup yang menghiraukan kebutuhan dan keinginan dari pelanggan, dan hanya fokus kepada teknologi, inovasi terkini dari startup. Agar bisnis bisa tumbuh dengan baik, perhatikan dengan baik feedback dari pelanggan ketika fitur baru telah diluncurkan. Ciptakan brand awareness, social media positioning dan kegiatan pemasaran. Lebih baik lagi jika startup melakukan kerja sama dengan influencer, komunitas untuk memperluas kegiatan promosi.

Status Founder perempuan

Terkadang menjadi pendiri startup untuk perempuan bisa menjadi keuntungan tersendiri. Selain menjadi ‘one of a kind‘ status Anda menjadi seorang Founder perempuan juga bisa menjadi keunikan yang membedakan Anda dengan pendiri startup lainnya yang kebanyakan adalah pria. Untuk itu manfaatkan keuntungan lebih tersebut sebaik mungkin, dan posisikan perhatian tersebut untuk kegiatan promosi sekaligus pembuktian diri bahwa startup yang Anda dirikan memiliki produk yang dibutuhkan dan berfungsi dengan baik.

Pro dan Kontra Bekerja dengan Co-Founder atau Freelancer di Startup

Menjalankan startup diperlukan pengetahuan yang cukup terkait dengan teknologi hingga pemrograman. Jika pendiri startup tidak memiliki latar belakang pendidikan hingga pengalaman di bidang tersebut, ada dua cara mengatasinya. Yang pertama adalah menemukan partner, Co-Founder, yang bisa melengkapi kekurangan tersebut atau kedua merekrut pekerja lepas atau freelancer.

Seperti apa untung rugi antara kedua pilihan tersebut? Pro dan kontranya dikupas dalam artikel berikut ini.

Bekerja dengan Co-Founder

Seperti yang pernah ditulis di DailySocial sebelumnya, tidak mudah menemukan Co-Founder yang tepat untuk startup. Diperlukan kecocokan hingga visi dan misi yang sejalan demi pertumbuhan startup. Namun demikian pilihan untuk mencari Co-Founder terbilang cara yang paling efektif.

Ketika pekerjaan sudah semakin bertambah banyak dan perlu segera diselesaikan, Anda sebagai Founder tidak perlu khawatir dengan jam kerja yang panjang yang dituntut dari seorang Co-Founder.

Co-Founder yang memiliki pengalaman di sisi IT menjadi SDM yang tepat tanpa harus diarahkan atau dijelaskan terkait dengan produk yang ingin dibuat. Selain itu seorang Co-Founder bisa bersama diajak berbagi beban, terutama saat startup didera kesulitan.

Di sisi lain merekrut Co-Founder berarti Anda harus bisa dengan adil berbagi ekuitas, saham dan hal-hal terkait lainnya. Posisi Anda dengan Co-Founder juga cenderung sama, sehingga penghasilan dan gaji yang ditetapkan pun harus sesuai. Hal lain yang perlu diperhatikan, startup memerlukan Co-Founder yang memiliki semangat dan kecintaan yang sama dengan Anda seorang Founder. Jika Co-Founder yang Anda pilih kurang bersemangat dan tidak memberikan kontribusi yang cukup, akan merugikan Anda sebagai Founder dan startup secara umum.

Bekerja dengan freelancer

Jika Anda belum merasa yakin dengan calon Co-Founder yang tepat, ada baiknya untuk memilih bekerja dengan freelancer terlebih dahulu. Keuntungan bekerja dengan freelancer adalah Anda tidak perlu mengorbankan bisnis yang dimiliki dengan berbagi ekuitas. Selain itu mempekerjakan freelancer juga bisa memotong pengeluaran karena freelancer biasanya dikontrak dalam jangka waktu sementara (umumnya tidak panjang). Hal tersebut cukup membantu untuk startup yang baru saja dibangun dan belum melakukan penggalangan dana. Bekerja dengan freelancer juga memungkinkan startup untuk scale-up lebih cepat lagi dengan tuntutan dan kesepakatan kerja yang sebelumnya telah ditentukan.

Di sisi lain memilih untuk bekerja dengan freelancer artinya Anda seorang diri. Tidak ada orang yang bisa menolong saat kesulitan hingga tantangan mulai menghampiri. Bekerja dengan freelancer yang bersifat sementara juga membutuhkan konsistensi dalam hal pemrograman, artinya ketika seorang freelancer yang sejak awal membuat pemrograman memutuskan untuk tidak meneruskan pekerjaan tersebut, akan menjadi sulit bagi Anda untuk mengarahkan dan menjelaskan dari awal program dan produk yang telah dibuat sebelumnya kepada freelancer baru.

Hal-hal yang Dipertimbangkan dalam Menentukan Niche

Salah satu strategi bagi mereka sulit menembus pasar mainstream adalah mencoba fokus untuk niche tertentu. Lebih spesifik. Salah satu permasalahan utama dalam menjalani segmen niche adalah harus menyuguhkan kualitas terbaik dibanding mereka yang menjalankan pasar secara umum. Bagi startup yang mencoba menemukan niche yang tepat, berikut beberapa hal yang bisa diperhatikan

Mengetahui ketertarikan atau passion

Menjalankan bisnis bukan sesuatu yang mudah. Banyak yang menyarankan untuk menggeluti bidang bisnis yang sesuai dengan ketertarikan atau passion. Hal ini tampaknya bisa juga diaplikasikan  sebagai salah satu hal yang diperhitungkan sebelum menentukan niche.

Cari tahu hal seperti apa yang membuat diri menjadi berdaya. Sesuatu hal yang dilakukan dengan suka cita di waktu luang. Pada umumnya orang-orang yang menggeluti bisnis di bidang kesukaannya mempunyai insting dan naluri yang tajam untuk menentukan arah bisnis ke depannya.

Mengidentifikasi masalah yang bisa diselesaikan

Hal selanjutnya yang diperhitungkan dalam memutuskan sebuah niche adalah masalah yang bisa diselesaikan. Temukan masalah seperti apa yang ingin coba dipecahkan. Hal ini bisa dilakukan dengan mencari permasalahan di forum-forum atau bertatap muka langsung dengan orang-orang yang terlibat dengan niche yang telah direncanakan sebelumnya. Kemudian susun strategi maksimal yang bisa dilakukan untuk memecahkan tersebut. Selanjutnya ukurlah diri sendiri, sejauh mana solusi yang ditawarkan bisa menyelesaikan masalah tersebut.

Mempelajari kompetitor yang ada

Seperti dalam persiapan memasuki segmen bisnis lainnya, sebelum masuk ke niche tertentu coba untuk mempelajari kompetitor yang ada. Mulai dari pemain umum hingga pemain dengan niche yang sama. Beberapa tanda niche tersebut terbuka untuk persaingan, kualitas layanan yang sudah ada masih rendah, tidak ada transparansi, dan harga yang tidak bersaing. Tanda-tanda ini bisa menjadi acuan awal untuk peluang di niche tertentu.

Menguji ide yang ada

Setelah niche ditentukan dan menurut perhitungan awal memiliki potensi coba untuk tuangkan ide menjadi sebuah rencana yang runtut. Kemudian mulai tawarkan ide-ide tersebut ke pasar atau ke orang-orang terdekat. Cari sebanyak mungkin umpan balik untuk mengukur sejauh mana ide yang ditawarkan berguna.