6 Sumber Modal Usaha Tambahan bagi UMKM untuk Mengembangkan Bisnis

Modal kerap menjadi kendala utama, tidak hanya untuk mereka yang ingin memulai bisnis, tetapi juga UMKM yang ingin mengembangkan bisnis. Namun, saat ini telah banyak pilihan yang bisa diambil guna mendapatkan modal untuk memulai bisnis. Beberapa pilihan tersebut diantaranya:

Bootstrapping

Sumber modal bootstrapping adalah sumber modal usaha yang berasal dari dana pribadi. Dengan menggunakan tabungan sendiri, Anda bisa memulai bisnis dan mengandalkan laba atau keuntungan bisnis untuk kegiatan operasional lainnya.  Tidak hanya bersumber dari tabungan, dana pribadi juga bisa berasal dari penjualan aset pribadi untuk modal bisnis.

Download eBook 65 Sumber Modal Usaha untuk UMKM, Gratis!

Meskipun dana pribadi cenderung terbatas, namun dengan menggunakan sumber dana pribadi Anda memiliki kendali penuh atas bisnis Anda. Anda bisa memusatkan fokus Anda pada pengembangan bisnis saja dan tidak perlu memikirkan cara mengembalikan atau membayar uang modal.

Venture Capital

Venture Capital merupakan sebuah lembaga yang terdiri dari perorangan maupun korporat yang secara khusus menyediakan modal bagi bisnis rintisan. Individu dalam venture capital mengumpulkan dana mereka untuk mendanai perusahaan rintisan yang membutuhkan modal dalam bentuk investasi.

Untuk mendapatkan modal dari venture capital, Anda perlu melalui beberapa proses penilaian dari venture capital. Salah satu yang perlu dilakukan adalah mengajukan rencana bisnis. Venture capital akan melakukan peninjauan dari rencana bisnis yang diajukan dan memutuskan apakah bisnis Anda layak untuk untuk mendapat pendanaan atau tidak.

Peer-to-peer (P2P)

Peer-to-peer lending adalah lembaga yang memberikan jasa pinjam meminjam melalui platform online. Dalam memilih lembaga p2p, pastikan lembaga tersebut sudah memiliki izin dan diawasi oleh OJK. Platform tersebut akan mempertemukan peminjam dana dengan pemberi pinjaman, kemudian akan dilakukan verifikasi secara mendetail. Beberapa contoh p2p lending yaitu Investree, danamas, dan akseleran.

Angel Investor

Istilah angel investor biasa dilekatkan kepada individu yang biasanya bersedia memberikan pinjaman modal bagi UMKM maupun startup. Mendapatkan angel investor cenderung lebih sulit karena sifatnya yang individu maka Anda memerlukan relasi yang luas. Namun bukan berarti tidak mungkin. Anda bisa mulai memperluas relasi dan mencari angel investor dengan latar belakang minat dan industri yang sama.

Program Pembiayaan UMKM

Pentingnya kontribusi UMKM bagi perekonomian Indonesia membuat pemerintah meluncurkan program bantuan pendanaan bagi UMKM. Dua contoh program yang sudah dijalankan adalah pinjaman KUR dan LPDB.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah program kerjasama pemerintah dengan berbagai perbankan di Indonesia untuk memberikan pembiayaan atau modal usaha kepada UMKM. KUR menjangkau UMKM dengan kebutuhan modal maksimum Rp500 juta, pinjaman modal kerja, dan kredit investasi.

Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) adalah lembaga yang dibentuk oleh Kementerian Koperasi dan UMKM untuk memberikan pinjaman kepada pelaku UMKM dengan bunga yang relatif rendah. Hal itu dilakukan agar UMKM memiliki daya saing yang lebih tinggi di pasar nasional maupun global.

Pinjaman Online

Di era digitalisasi saat ini, proses pinjam meminjam bisa dilakukan dengan lebih mudah secara online. Pelaku UMKM bisa memanfaatkan pinjaman online untuk menambah modal usaha mereka. Kemudahannya ditunjukkan melalui persyaratan dan proses pencairan yang cepat. Namun, jangan hanya tergiur oleh kemudahannya. Anda juga perlu menyiapkan rencana bisnis yang tepat supaya menghindari penunggakan pembayaran. Jika peminjam melakukan penunggakan, maka akan berpengaruh pada skor kredit dan reputasi bisnisnya.

Itulah beberapa sumber modal yang bisa dijadikan pertimbangan bagi UMKM yang ingin menambah modal. Setiap pilihan yang diambil tentu memiliki konsekuensi dan tantangan tersendiri, pastikan Anda telah melakukan analisis dan mempersiapkan rencana bisnis yang mendetail sebelum mengajukan pinjaman.

Rawdemy Hadirkan Kelas Online Belajar Anak untuk Mengasah Keterampilan Kognitif

Dirilis bulan September 2022 lalu, platform edtech yang fokus kepada keterampilan kognitif “Rawdemy” hadir memberikan pilihan baru kepada orang tua untuk mendidik dan mengasah bakat terpendam anak.

Didirikan oleh Hendriko Firman (CEO) dan Fatahul Akbar (CTO), Rawdemy juga memiliki misi memberikan penghasilan tambahan kepada guru honorer hingga instruktur yang memiliki kemampuan untuk memberikan pelatihan dan keterampilan kepada anak.

“Spesialisasi kami adalah lebih fokus kepada pelajaran di luar sekolah. Berbeda dengan platform edtech lainnya yang lebih fokus kepada pendidikan formal. Kami ingin mendorong lebih banyak guru untuk mengajarkan kegiatan ekstra kurikuler kepada anak secara online,” Hendriko.

Memanfaatkan tools seperti Zoom dan Google Meet pelaksanaan kelas, nantinya orang tua yang ingin mendaftarkan anak-anak mereka bisa memanfaatkan situs web Rawdemy. Jika sudah ditemukan kelas yang sesuai, bisa dilanjutkan ke proses pembayaran. Untuk satu kelas, Rawdemy menyediakan pilihan 1-5 anak, berusia usia 3 sampai 10 tahun. Hal ini dilakukan agar saat belajar nanti, bisa dengan mudah dipahami dan memberikan hasil yang positif untuk kemajuan anak.

Konsep ini yang diklaim menjadi unggulan Rawdemy, yaitu proses belajar-mengajar online secara langsung, bukan memanfaatkan video on-demand. Saat ini fokus Rawdemy adalah masih mengumpulkan instruktur atau guru yang memiliki ketrampilan seni, desain, olahraga hingga bahasa.

“Fokus kita saat ini adalah wilayah Jabodetabek dulu. Namun dengan konsep yang kita tawarkan, tidak menutup kemungkinan dari daerah di luar Jabodetabek juga bisa menggunakan platform Rawdemy,” kata Hendriko.

Rademy masih menjalankan bisnis secara bootstrap. Meskipun telah mendapatkan sedikit penghasilan, perusahaan tidak secara agresif melakukan penggalangan dana. Fokus mereka saat ini adalah menjalin kolaborasi dengan institusi terkait, menambah jumlah pengajar dan awareness kepada orang tua dan anak. Namun demikian jika menemukan investor yang tepat, peluang tersebut tetap terbuka.

“Fokus kita sejak awal adalah memecahkan masalah yang ada. Dengan demikian kita juga tidak memiliki budget yang banyak untuk kegiatan lainnya, berbeda dengan platforme edtech lainnya,” kata Hendriko.

Di Indonesia sendiri tercatat saat ini ada beberapa platform yang secara khusus menyasar kepada anak-anak, namun dengan fokus pendidikan yang beragam. Mulai dari kelas bahasa untuk anak Kiddo hingga Kalananti yang merupakan pusat edukasi anak usia 5-12 tahun.

Tingkatkan kesejahteraan guru honorer

Tercatat saat ini guru honorer kebanyakan memiliki gaji yang kecil. Guru anak, khususnya yang mengajar di SD daerah-daerah berkisar dibawah Rp1 juta. Bahkan ada yang hanya mendapat Rp300 ribu per bulan, atau hanya Rp10.000 rupiah seharinya. Kondisi ini cukup miris, karena justru 20% dari anggaran belanja pemerintah adalah pendidikan.

Salah satu upaya untuk bisa meningkatkan kesejahteraan para guru honorer adalah dengan memiliki pekerjaan sampingan. Melalui Rawdemy bisa mereka manfaatkan untuk memberikan pelajaran ketrampilan di luar pendidikan formal yang biasa mereka lakukan setiap harinya. Salah satu alasan mengapa Rawdemy tertarik bermitra dengan guru honorer adalah, latar belakang dan kemampuan mereka untuk memberikan pelajaran kepada anak.

Sebelum bisa menjadi instruktur di Rawdemy, perusahaan melakukan kurasi kepada calon instruktur tersebut, demikian juga dengan melakukan evaluasi kelas yang akan mereka berikan kepada anak. Jika semua sudah memenuhi ketentuan dari Rawdemy, mereka bisa secara bebas membuka kelas secara online.

“Salah satu alasan mengapa kelas offline untuk belajar gitar, bahasa, dan lainnya menurun jumlahnya saat ini adalah besarnya pengeluaran untuk setiap kegiatan. Dengan memindahkan konsep tersebut secara online, bisa membantu mereka yang memiliki sanggar tari atau lainnya dengan menjangkau lebih banyak murid belajar di berbagai daerah,” kata Hendriko.

Saat ini kelas yang paling banyak dipilih orang tua untuk anak mereka adalah kelas bahasa. Ke depannya Rawdemy juga ingin menambahkan kelas untuk les biola, menggambar dan lainnya khusus untuk anak.

Untuk biaya yang dikenakan setiap sesi kelasnya adalah Rp45 ribu s/d Rp100 ribu. Untuk pilihan pembayaran saat ini hanya ada pilihan bank transfer. Namun ke depannya Rawdemy memiliki rencana untuk menambah pilihan pembayaran lainnya. Pembagian komisi yang diberlakukan adalah 25% untuk Rawdemy dan 75% untuk instruktur.

“Sejak meluncur saat ini kami telah memiliki sekitar 52 instruktur. Targetnya di kuartal 4 tahun ini kami bisa merekrut sekitar 500 intsruktur untuk bergabung ke dalam platform,” kata Hendriko.

Layanan Cetak Foto ID Photobook Berhasil Jaga Pertumbuhan Bisnis Melalui Pemasaran Digital

Didirikan pada tahun 2016, platform yang membantu pengguna untuk mencetak foto yang diambil dan disimpan di ponsel mereka, ID Photobook, saat ini mengklaim terus mengalami pertumbuhan bisnis positif.

Kepada DailySocial, CEO ID Photobook Rowdy Fatha mengungkapkan, hingga saat ini perusahaan terus tumbuh dengan menawarkan cara mudah mecetak foto melalui aplikasi. Bukan hanya di Jakarta, usaha yang bermarkas di Yogyakarta ini juga sudah memiliki market share yang cukup besar di Jawa dan Bali.

“Empat tahun lalu, Afrig Wasiso pendiri ID Photobook sering mendengar orang-orang di sekelilingnya mengeluh karena kehilangan ratusan foto di handphone cuma karena memori eksternal rusak atau tidak sengaja terhapus. Mungkin, sampai sekarang pun hal ini masih sering terjadi. Akhirnya, diciptakanlah satu ide bisnis solutif, platform cetak foto yang gampang tapi affordable dengan segmen keluarga Indonesia,” kata Rowdy.

Salah satu kunci sukses yang diterapkan oleh ID Photobook yang masih menjalankan bisnis secara bootstrapping adalah, dengan melancarkan kegiatan pemasaran secara digital. Berbagai promo dan kegiatan akuisisi pelanggan dilakukan, memanfaatkan akun media sosial Facebook dan Instagram.

Langkah strategis tersebut ternyata mampu menciptakan engagement yang baik dan meluas kepada target pengguna. Facebook pun kemudian memilih ID Photobook sebagai salah satu brand yang memiliki engagement terbesar di Facebook tahun 2019 lalu, mengalahkan Gojek.

“Tujuan ID Photobook adalah satu, menjadi solusi dan sahabat untuk keluarga Indonesia bisa mengabadikan momen terbaik dan menikmatinya di album fisik berkualitas. Sehingga, kenangan dan momennya bisa dikenang selamanya,” kata Rowdy.

Selain ID Photobook platform serupa yang juga sudah hadir di Indonesia adalah Printerous dan Sweet Escape, namun keduanya tidak fokus sepenuhnya ke jasa pencetakan foto.

Misi sosial perusahaan

Selain bisa diakses di aplikasi, ID Photobook juga memanfaatkan kanal marketplace seperti Tokopedia dan Shopee untuk pemasaran dan penjualan. Saat ini ID Photobook telah memiliki sekitar 400-500 pengguna aktif per harinya. Disinggung seperti apa bisnis perusahaan selama pandemi, secara umum cukup stabil karena masih mencatat batas normal omzet perusahaan.

Untuk melancarkan misi sosial, perusahaan sekitar akhir September 2020 mendatang akan meluncurkan program afiliasi yang bisa dimanfaatkan oleh mereka yang terkena PHK atau pemotongan gaji selama pandemi. Mengedepankan konsep serupa dengan influencer, mereka yang tertarik bisa mempromosikan ID Photobook melalui akun media sosial mereka.

Setiap transaksi yang berhasil mereka datangkan akan diberikan komisi bagi hasil oleh ID Photobook. Disediakan pula aset digital berupa copywriting dan lainnya yang bisa diunggah di akun media sosial mereka.

“Kami akan fokus untuk ekspansi bisnis kami melalui channel digital dan model bisnis afiliasi sekaligus meningkatkan kepuasan pelanggan kami. Saat ini kita belum berencana untuk melakukan penggalangan dana,” kata Rowdy.

Application Information Will Show Up Here

Startup Marketplace Bahan Pangan TokoWahab Pilih Tumbuh secara Organik

Mendirikan startup, mengumpulkan pendanaan sekian seri, lalu mengembangkan bisnis seluas mungkin merupakan template kesuksesan mayoritas startup di mana pun. Namun jalan itu bukan pilihan bagi William Sunito bersama startupnya TokoWahab.

William adalah generasi ketiga di keluarganya yang memiliki bisnis distribusi di bidang pastri dan bakeri sejak 1957. Sepulangnya dari sekolah di Amerika Serikat pada 2015, William mengembangkan bisnis keluarga tersebut menjadi sebuah marketplace bernama TokoWahab yang menyediakan segala kebutuhan UKM di bidang pastri dan bakeri.

Sebelum marketplace tersebut berdiri, William mengaku bisnis keluarganya hanya memasok untuk pabrik dan perusahaan waralaba bakeri/pastri yang tersebar di pusat-pusat perbelanjaan. Namun dari riset yang ia temukan, William mendapati 70% total bisnis bakeri dan pastri justru berasal dari UKM. Setelah mengetahui itu, ia memberanikan diri meluncurkan TokoWahab.

“Hingga saat ini ada lebih dari 20 official brand nasional dan internasional di platform kita,” ucap William.

Memilih pertumbuhan organik

Pria yang belum lama menerima predikat “30 Before 30” dari Forbes itu menyebut potensi pasar bakeri dan pastri sekitar $2-3 miliar atau sekitar Rp30 triliun hingga Rp45 triliun. Namun yang membuatnya lebih optimis adalah pertumbuhannya yang ia sebut masih di kisaran 12%-13%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan nilai jenis pangan lain.

Bahkan di saat pandemi begini, William mengaku bisnis kue masih menjadi selera publik. Pembatasan sosial berskala besar pada pertengahan Maret 2020 memang sempat membikin seret usaha, namun keadaan disebut membaik sejak Mei ketika musim libur idulfitri. Bahkan dua bulan terakhir William mengatakan animo masyarakat terhadap produk pastri & bakeri justru menguat berkaca dari kian populernya sejumlah jenis roti belakangan ini.

Dengan asumsi ingin berkembang lebih cepat, mencari tambahan permodalan ke modal ventura atau entitas serupa seharusnya menjadi pilihan yang lazim. Namun tidak bagi William. Ia mengaku sejauh ini sudah ada beberapa VC yang tertarik menaruh uangnya di TokoWahab. Namun untuk menjaga perusahaan tumbuh secara organik dan keberlanjutan yang lebih terjamin, William mengaku belum butuh melakukan pengumpulan dana.

“Kita masih prefer pertumbuhan yang sustain karena kita masih bisa grow dari profit kita. Kita juga belum memikirkan growth yang signifikan, so far organik aja,” imbuhnya.

TokoWahab memakai model bisnis B2B. Mereka menyeleksi sendiri dengan ketat produk-produk dari pemasok berkualitas dan memiliki lisensi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dari sekian jenis produk yang ada di marketplace itu, William menyebut produk keju, coklat, dan mentega sebagai primadona. Penjualan ketiga jenis itu bisa mencapai 50% total penjualan mereka.

Adapun keuntungan TokoWahab berasal dari selisih harga produk dan biaya bantuan pemasaran untuk merek-merek yang bekerja sama. Dari keduanya, William mengaku saat ini perusahaan terus tumbuh tanpa uang dari modal ventura mana pun.

Target besar

William mendirikan TokoWahab salah satunya karena berniat membantu menginspirasi UKM di bidang terkait. Namun secara perusahaan, ia bertekad menjadikan TokoWahab sebagai marketplace nomor wahid di bidang pastri dan bakeri di Indonesia.

William mengklaim pihaknya sudah menjadi pilihan bagi sekitar 4000 UKM. Dalam kurun beberapa tahun ke depan ia menargetkan TokoWahab dapat melipatgandakan angka tersebut. Jika hal itu tercapai, William cukup yakin perusahaannya mungkin tak akan pernah melakukan pendanaan.

“Dalam satu-dua tahun kita menargetkan menembus 10 ribu UMKM belanja di kita,” pungkas William.

Guna mencapai target tersebut, TokoWahab membuat sejumlah strategi dan penyesuaian. Terlebih di masa pandemi ini, bisnis makanan dan minuman mengalami masa-masa sulitnya. Ribuan restoran tutup dan platform penyuplai pun mengalami kesulitan hingga berhenti beroperasi. Menangkap rasa bosan masyarakat yang terus-menerus di rumah, William memilih menggencarkan pemasaran tentang cara membuat berbagai jenis kue serta tips & trik untuk membuka usaha.

Cara itu ia klaim membantu mereka melewati periode sulit di Maret dan April lalu. “Bahkan penjualan kita di Juni naik signifikan hingga dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.”

D-Laundry Hadir sebagai Aplikasi Marketplace Jasa Cuci Pakaian

Bukan hanya menawarkan konsep seamless memanfaatkan aplikasi dan situs web, layanan laundry on-demand alias jasa cuci pakaian berbasis aplikasi umumnya juga memberikan pilihan pembayaran non-tunai melalui dompet elektronik. Salah satunya adalah D-Laundry, berdiri sejak tahun 2016 startup ini mengklaim telah memiliki ratusan mitra dan ribuan pengguna. Layanan mereka telah hadir di kawasan Jabodetabek.

Kepada DailySocial CEO D-Laundry Ridhwan Basalamah mengungkapkan, sejak awal di samping memberikan solusi kepada pengguna jasa laundry, tujuan bisnisnya adalah untuk mengembangkan ekonomi lokal, dalam hal ini UKM jasa laundry.

“Kami mengedepankan peningkatan kapabilitas dan kualitas layanan dari mitra Kami dengan menerapkan program pengembangan bisnis dan standardisasi layanan laundry dari proses penjemputan hingga pengembalian cucian. Di samping itu, kami memberikan jaminan untuk pakaian sehingga pengguna D-Laundry dapat merasakan pengalaman mencuci yang terbaik dan bebas khawatir,” kata Ridhwan.

Sementara untuk strategi monetisasi, mereka menerapkan profit sharing untuk setiap pemesanan melalui aplikasi.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa platform yang tawarkan jasa serupa, misalnya KliknKlin, LaundryTaxi, Seekmi, Taptopick, dll.

Memiliki pilihan pembayaran “D-Pay”

Selain menawarkan pilihan pembayaran melalui virtual account dan LinkAja, D-Laundry juga memiliki pilihan pembayaran melalui D-Pay. Pilihan pembayaran ini dihadirkan untuk memberikan kemudahan pelanggan melakukan pembayaran.

“D-Pay sendiri itu bukan e-money tapi platform penunjang sistem pembayaran dari D-laundry. Terkait izin, kami terdaftar sebagai Penyelenggara Teknologi Finansial oleh Bank Indonesia sejak bulan April tahun 2020 lalu,” kata Ridhwan.

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh perusahaan, di antaranya adalah pemenuhan wilayah layanan di area Jabodetabek dengan menambah mitra D-Laundry. Serta terus menambahkan fitur-fitur yang dapat dirasakan manfaatnya bagi mitra dan pengguna.

“Tahun ini kami juga berencana melakukan penggalangan dana. Sampai saat ini, kami masih melakukan model bootstrap untuk mendanai operasional D-Laundry. Kami yakin potensi D-Laundry begitu besar melihat industri laundry yang terus berjalan dan berkembang.”

Bisnis saat pandemi

Selama pandemi tidak ada perubahan yang signifikan dari sisi jumlah pelanggan yang memanfaatkan aplikasi D-laundry. Perusahaan juga memastikan semua mitra menerapkan prosedur untuk selalu membersihkan ruang dan fasilitas laundry dengan desinfektan, menggunakan bahan dan cairan kimia terstandardisasi, memastikan kesehatan pekerja, menyediakan fasilitas cuci tangan dan masker, dan menerapkan contactless delivery.

“Kekhawatiran akan infeksi Covid-19 membuat banyak orang kini lebih telaten memperhatikan kebersihan, salah satunya pakaian, hal ini harus dimanfaatkan oleh pebisnis laundry sebagai momentum untuk mempromosikan jasa yang aman dan nyaman kepada masyarakat. ” kata Ridhwan.

Untuk membantu para mitra menjalankan bisnis selama pandemi, D-Laudry telah melakukan berbagai kegiatan seperti training dan pengembangan komunitas. Salah satunya, dalam waktu dekat akan menyelenggarakan event seminar online membahas tentang pengelolaan keuangan dan pendanaan usaha laundry menghadapi masa pandemi.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Tumbasin Klaim Pertumbuhan Bisnis, Bantu Pedagang Pasar Jual Produk secara Online

Memasuki pertengahan tahun 2020, platform yang menghubungkan langsung konsumen dengan pasar tradisional memanfaatkan aplikasi, Tumbasin, mengklaim telah mengalami pertumbuhan bisnis signifikan. Perusahaan saat ini mengaku telah memiliki 1000 pengguna harian dengan 14 ribu pengguna aktif.

Aplikasi Tumbasin selama 6 bulan terakhir juga mengalami peningkatan jumlah unduhan sekitar 40 ribu kali. Selama pandemi berlangsung peningkatan tersebut makin terlihat dengan pembelian produk yang menjadi favorit yaitu kategori sayuran hijau.

Kepada DailySocial Co-founder Tumbasin Muhammad Fuad Hasbi menyebutkan, layanannya membantu pedagang pasar tradisional untuk bisa berjualan online. Model kerja aplikasi tersebut menjadikan pasar tradisional sebagai pusat pengambilan barang jadi, sehingga tidak memerlukan gudang yang luas dalam melakukan ekspansi operasional.

“Yang kami lakukan adalah memberdayakan pedagang pasar tradisional memanfaatkan teknologi. Saat ini Tumbasin sudah hadir di 8 kota (Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang Selatan, Semarang, Jogja, Malang, dan Makassar). Target kami bisa mencapai 30 kota, sehingga bisa mencapai 500 pasar yang tergabung di aplikasi pada kuartal 3 dan 4 tahun 2021 mendatang,” kata Fuad.

Saat ini sudah Tumbasin telah menjalin kemitraan dengan 22 pasar tradisional. Disinggung apa yang menjadi keunggulan dari Tumbasin dibandingkan dengan platform serupa lainnya, Fuad menegaskan layanannya memiliki tiga hal utama yang menjadi prinsip utama dalam menjalankan operasional.

“Kami menjaga agar para pedagang yang bekerja sama dengan kami, merupakan para pedagang yang kompeten, baik dari ketersediaan barang maupun kualitas produk, dan mengukur tingkat loyalitas konsumen terhadap aplikasi Tumbasin,” kata Fuad.

Fokus penggunaan aplikasi

Saat ini dalam platform Tumbasin memiliki sekitar 500 jenis produk di setiap pasar, dari 700 pedagang yang telah bergabung. Dengan pilihan yang cukup beragam diharapkan bisa menambah jumlah pengguna aplikasi.

Untuk menarik perhatian lebih banyak konsumen baru, Tumbasin juga memberikan pengiriman gratis dengan minimum belanja Rp100 ribu dan garansi jika ada produk yang rusak. Tumbasin juga hadir memberikan pilihan pasar yang sekaligus mendatangkan pemesanan ke pedagang pasar yang telah bekerja sama, dengan jaminan kualitas produk yang diantarkan.

“Untuk pengantaran kita telah bekerja sama dengan pihak ketiga, sehingga perusahaan fokus untuk menjaga kualitas produk yang dipesan ke pedagang,” kata CEO Tumbasin Bayu Mahendra Saubiq.

Tahun 2020 ini Tumbasin juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana, jika menemukan investor yang cocok dan memiliki passion serta visi dan misi yang sama dengan perusahaan.

“Secara model bisnis kami sudah terbukti, karena sejak awal hingga saat ini beroperasi di 8 kota kami tidak ada menggunakan modal dari luar dan sepenuhnya melancarkan bisnis secara bootstrap,” kata Fuad.

Application Information Will Show Up Here

Finfini Tawarkan Solusi Integrasi Data Finansial Berbasis API

Terus menggali apa yang menjadi kebutuhan pengguna, harus selalu menjadi fondasi dasar bagi perusahaan agar terus berinovasi. Kisah ini juga terjadi di dalam tim Finfini. Sejatinya, Finfini lahir hasil dari keputusan pivot dari dua produk sebelumnya yang sudah dirilis ke pasar, yakni DompetSehat dan Veryfund.

Head of Product Rangga WP mengatakan, Finfini menggabungkan engine dari dua produk sebelumnya menjadi tiga sektor, yakni engine data/account aggregation, data analytics, dan data processing. Engine tersebut ternyata paling dibutuhkan pengguna daripada produk yang sudah jadi.

DompetSehat itu sendiri menyediakan jasa layanan pengatur keuangan untuk individu dengan menghubungkan akun banknya. Sementara Veryfund menawarkan kemudahan untuk mengecek saldo dan melacak transaksi keuangan dari berbagai akun bank milik pengguna.

“Ternyata banyak korporasi di luar sana yang lebih membutuhkan engine kami daripada DompetSehat dan Veryfund. Jadi kami putuskan untuk membuat brand sendiri. Pada tahun 2017 kami putuskan untuk pivot [..], kami belajar dari kegagalan sebelumnya dan mengasah diri melihat potensi pasar,” terangnya kepada DailySocial.

Model bisnis

Rangga menerangkan Finfini membagi layanannya ke dalam tiga sektor, yakni data/account aggregation, data analytics, dan data processing. Data aggregation merupakan layanan yang berfungsi untuk mengumpulkan data-data yang tersebar secara publik di internet, atau data privat yang bisa diakses atas seizin pemilik akun. Misalnya, data keuangan di bank atau data investasi.

Data privat ini dapat diperoleh Finfini karena biasanya pemilik akun memiliki kebutuhan untuk mengajukan pinjaman di suatu institusi keuangan tertentu. “Atau ketika pemilik akun ingin mencatat pemasukan atau pengeluaran tiap bulan yang tercatat di masing-masing rekening bank, dan menampilkannya dalam bentuk grafik, sehingga pemilik akun dapat mengatur keuangannya lebih baik.”

“Sehingga kami menempatkan diri di antara dua demand, yakni pemilik rekening, dan/atau perbankan/fintech lain. Perbankan/fintech/pengembang aplikasi adalah klien yang menggunakan jasa kami untuk mempermudah user mereka,” sambungnya.

Dari ketiga sektor tersebut, menghasilkan empat produk yang ditawarkan ke pengguna korporasi Finfini. Yakni, account aggregation yang mengumpulkan data-data keuangan, menghubungkan dengan internet banking untuk mengambil laporan keuangan tiga bulan terakhir, atau lima transaksi terakhir.

Kemudian, document parsers seperti OCR parser untuk KTP, rekening koran, dan dokumen lain, juga PDF parser untuk rekening koran dalam bentuk PDF; Cashflow analytics adalah engine untuk menganalisis hasil parsing rekening koran tersebut apakah ada indikasi fraud, sehingg tim risk/fraud di institusi keuangan dapat menganalisis dan mengambil keputusan layak kredit lebih cepat.

“Terakhir modul e-KYC, untuk validasi KTP, face comparison, phone verification, dan lain sebagainya.”

Solusi end-to-end ini sebenarnya ditujukan untuk melayani institusi keuangan sebagai fokus awal perusahaan. Namun, tidak menutup kemungkinan solusi tersebut bisa digunakan secara modular, misalnya hanya mau pakai modul e-KYC suite saja, tidak masalah.

Hanya saja, dampak dari pandemi Covid-19 yang berdampak pada institusi keuangan, kini Finfini membuat layanannya menjadi modular agar lebih fleksibel untuk menjangkau perusahaan dari sektor lain. “Saat ini kami sedang terlibat dengan Kementerian Keuangan untuk proyek OCR ini.”

Beberapa pengguna Finfini di antaranya adalah Julo, Welbi, dan Ngorder.

Rangga juga mengonfirmasi bahwa saat ini perusahaan masih menggunakan dana sendiri alias bootstrapping untuk operasionalnya. Belum ada rencana untuk melakukan penggalangan dana eksternal.

Mengenal Freshbox, Layanan Pengantaran Sayur dan Buah Segar

Di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini layanan pembelian hasil panen (online grocery), baik sayur maupun buah, mulai banyak diminati masyarakat. Tak terkecuali FreshBox, mereka mengklaim mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga menyentuh 5 ribu pesanan dalam dua minggu. Ide dan layanan FreshBox mungkin bukan yang pertama, tapi mereka cukup optimis bisa terus tumbuh sambil terus menghadirkan produk berkualitas kepada penggunanya.

Berada di bawah naungan  PT Berkah Tani Sejahtera, FreshBox ingin mencoba mengubah pola makan masyarakat Indonesia melalui penyediaan layanan pembelian makanan sehat dan segar. Sekaligus mendukung petani di Indonesia untuk tetap bertahan dan tumbuh.

Founder FreshBox Matthew James kepada DailySocial bercerita, mereka membawa konsep “farm to table”, yang artinya produk mereka dipanen setiap hari dan datang langsung dari pertanian yang mereka miliki. Selanjutnya setelah diproses, langsung dikirim ke pengguna tanpa perantara.

“Kami dapatkan produk langsung dari kebun sendiri dan mitra petani. Produk segar dikirim ke fasilitas pemrosesan di mana kami lakukan pemilahan order, quality check dan langsung lanjut untuk last mile delivery ke konsumen,” kata Matthew.

Di segmen yang sama ada juga nama-nama seperti HappyFresh, SayurBox, TukangSayur, KedaiSayur, Tanihub, Etanee, dan lainnya. Kondisi sekarang adalah babak baru industri pengantaran produk makanan segar.

Di masa pandemi seperti sekarang ini permintaan melonjak tinggi, banyak pengguna bergabung, pengguna lama juga kini semakin sering transaksi. Ini adalah waktu yang tepat untuk mendapatkan dan meningkatkan kepercayaan pengguna. Itu mengapa selain kesiapan teknologi ketersediaan stok juga jadi tantangan. Bisa jadi setelah ini selesai, masyarakat malah lebih nyaman berbelanja kebutuhan sehari-hari melalui aplikasi.

Freshbox, layanan yang sudah mulai dirintis sejak 2018 ini cukup optimis bisa memberikan yang terbaik bagi para konsumen mereka. Dengan tim, teknologi, dan hasil pertanian yang mereka miliki saat ini mereka cukup optimis untuk bisa memuaskan para pelanggan mereka. Saat ini mereka juga tengah dalam tahap penggalangan dana untuk mengakselerasi bisnis.

Founder Freshbox Matthew James / Freshbox
Founder Freshbox Matthew James / Freshbox

Matthew menjelaskan ada beberapa hal yang mereka unggulkan, di antaranya adalah komitmen pengiriman H+1 untuk menjaga kepuasan pelanggan, memiliki kebun sendiri sehingga produk, baik kualitas maupun ketersediaannya bisa dipastikan, dan juga memiliki in-house fleet sendiri.

“FreshBox dimulai dari sebuah mimpi oleh ibu saya untuk menjual sayur-mayur yang segar dikarenakan beliau sangat menyukai berkebun. Saya percaya akan mimpi beliau dan bersama dengan tim yang luar biasa, kami kembangkan FreshBox sampai apa adanya hari ini,” kisah Matthew.

Ia melanjutkan, saat ini impian Freshbox adalah untuk bisa tersedia di berbagai wilayah di Indonesia. Lengkap dengan kualitas layanan dan produk yang mereka miliki. Mimpi ini akan terus diupayakan seiring berjalannya waktu.

“Mimpi saya adalah untuk memberikan produk dan servis terbaik ke semua pelanggan di Indonesia, termasuk kota-kota dan daerah-daerah besar dan kecil sehingga kehidupan masyarakat Indonesia lebih mudah dan nyaman,” tutup Matthew.

Application Information Will Show Up Here

Trakteer Hadir Mudahkan Kreator Dapatkan Dukungan Finansial dari Penggemarnya

Setiap karya layak untuk diapresiasi. Hal tersebut yang membuat Miftah Mizwar, Rizki Lizuardi, dan Budi Satria Wijaya terinspirasi untuk mengembangkan Trakteer. Platform tersebut memungkinkan kreator terhubung dan mendapatkan dukungan finansial secara langsung dari para penikmat kreasinya, sebagai bentuk apresiasi.

Menurut pemaparan Miftah, berdasarkan riset internal, saat ini masih banyak kreator yang belum piawai memonetisasi karyanya – pun beberapa sudah memiliki basis penggemar yang cukup banyak. Umumnya dikarenakan terbatasnya fitur monetisasi di platform penerbit konten yang digunakan. Selain itu, ketatnya syarat yang harus dipenuhi di sebuah platform untuk bisa menarik uang dari karyanya turut menjadi sesuatu yang dikeluhkan.

Saat Trakteer dikembangkan, Miftah dan tim juga menyadari bahwa di tingkat global sudah ada platform seperti Patreon, Ko-Fi, atau Buymeacoffee. Namun kendalanya mengharuskan penggunaan kartu kredit untuk bertransaksi. Sementara penetrasi kartu kredit di Indonesia belum masif, sehingga bakal kurang optimal jika diaplikasikan untuk kreator di sini.

Untuk itu Trakteer hadir, menawarkan konsep serupa dengan sistem pembayaran yang lebih mudah bagi pengguna. Mereka bekerja sama dengan sistem pembayaran lokal, khususnya e-wallet. Dalam debutnya, penikmat karya bisa memberikan apresiasi menggunakan saldo Gopay. Dalam waktu dekat, Ovo dan Dana akan bisa digunakan.

“Trakteer berharap dapat menumbuhkan budaya saling dukung di antara kreator dan para penikmat karyanya. Dengan dukungan penuh dari para pendukungnya, seorang kreator dapat mewujudkan impian untuk hidup mandiri secara finansial dari karyanya. Semakin banyak konten kreator yang mandiri dari karyanya, akan memberikan peluang lebih besar terhadap terbukanya lapangan pekerjaan baru,” terang Miftah.

Trakteer
Tim Trakteer bersama mentornya di acara TheNextDev Telkomsel / Trakteer

Startup berbasis di Bandung ini masih menjalankan bisnis secara bootstrapping. Menariknya di fase awal saat peluncuran perdana mereka juga melakukan penggalangan dana di platformnya untuk mendapatkan dukungan, sekaligus memvalidasi penerimaan layanan di masyarakat. Saat ini atas layanan dan sarana teknologi yang diberikan, Trakteer mengenakan biaya 5% dari total donasi yang dihasilkan oleh kreator.

Sejak dirilis per 17 Agustus 2019 lalu, Trakteer sudah memiliki 2096 pengguna, terdiri dari 1614 penikmat karya dan 482 kreator dari beragam bidang; termasuk komikus, youtuber, penulis, blogger, hingga podcaster.

Selain menambah opsi pembayaran, untuk pengembangan produk tim Trakteer tengah fokus menyempurnakan platform untuk peningkatan kenyamanan kreator dalam memberikan konten eksklusif pada pendukungnya. Setelah itu mereka juga berencana untuk merilis aplikasi mobile.

Sementara untuk improvisasi bisnis ada dua hal yang tengah dalam tahap riset dan perencanaan. Pertama ialah pengembangan keanggotaan premium bagi kreator. Dan yang kedua penyediaan marketplace digital untuk kreator.

“Melalui Trakteer, kami berharap dapat turut berperan dalam meningkatkan perekonomian nasional di bidang ekonomi kreatif,” tutup Miftah.

Sebagai informasi, selain Trakteer saat ini juga ada KaryaKarsa sebagai platform lokal yang memiliki model layanan serupa, memfasilitasi kreator untuk terhubung dan mendapatkan dukungan dari para penggemarnya.

Karikatour as Middleman App for Tourists and Professional Guides

Another tour and travel startup has arrived. It is Karikatour, created in order to facilitate tourists with the best guides.

Karikatour was founded since late 2018 by five Politeknik Bandung alumni. The CEO, Ryan Nurrochman told us, the idea comes up when they got lost in Sukabumi. Back home, he and his friends create a small research and the result is that no application related to tour and travel allows the users to get professional guides.

“We’ve done research and found no application such Gojek that in this case, looking for guides and destinations. The other app just offers recommendation without interaction,” he said.

Few times he mentioned that the app works similar to Gojek system. If what Gojek does is connecting drivers with passengers, Karikatour makes it happened between tourists and professional guides, also, they can provide transportation and photography service for its users.

However, the guides are limited. Ryan said there are only 5-10 professional guides providing services around Bandung. He finds the number is too small that he decided to add up by the end of this year.

Having a similar business model with Gojek, Karikatour applied the same profit-sharing system to gain revenue. They’ll take 10% of the transactions on the platform.

“This year’s target is to have full coverage in West Java, not only Bandung, and acquire up to 100 guides for the next year we can reach out to Yogyakarta and Malang,” he added.

To date, Karikatour still running bootstrap. They’re looking for funding somehow, by making it into incubator and accelerator program.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here