Mengenal Solusi Digital Saku Laundry, Berencana Galang Dana Tahun Ini

Salah satu platform yang mencoba menghadirkan solusi SaaS manajemen, POS, dan pengelolaan bisnis untuk pemilik laundry adalah Saku Laundry. Sebagai aplikasi, Saku Laundry mencoba memberi jawaban untuk berbagai masalah usaha laundry. Mulai dari kerentanan manipulasi data, kesulitan mengaudit nota transaksi, hingga pengelolaan laporan keuangan. Untuk melengkapi data dan melakukan operasional, Saku Laundry juga menerapkan teknologi Internet of Things (IoT).

Kepada DailySocial.id, CEO Saku Laundry Yusmin Joe mengungkapkan rencana perusahaan yang sedang mencari investor strategis.

Pemanfaatan IoT

Menurut Yusmin, pemilik laundry seringkali kesulitan mengontrol usaha laundry mereka. Ada kerentanan oleh oknum untuk memanipulasi nota, tidak melaporkan transaksi, dan potensi fraud lainnya.

“Yang diutamakan dari aplikasi ini adalah mengamankan bisnis mereka karena kita support dari sisi IoT (Internet of Thing). Jadi bisa menjalankan laundry dari aplikasi kita. Ketika ada nota yang tidak tercatat maka mesin laundry tidak bisa beroperasi.” kata Yusmin.

Melalui aplikasi, pemilik bisnis laundry bisa mengontrol mesin secara otomatis. Saat ini Saku Laundry sudah digunakan sejumlah brand laundry terkemuka. Berfokus pada Software as a Service (SaaS), aplikasi ini telah digunakan lebih dari 300 merchant di seluruh Indonesia. Sekitar 80% masih terpusat di Jabodetabek.

Selain Saku Laundry, platform lainnya di segmen ini di antaranya adalah D-Laundry dan Smartlink. Perusahaan merupakan salah satu dari 9 peserta terbaik yang berhak mengikuti rangkaian Demo Day DSLaunchpadX.

Ingin menambah merchant aktif

Segmen lain yang digarap Saku Laundry adalah layanan laundry on-demand atau antar jemput laundry yang bisa memudahkan pelanggan agar tidak perlu datang ke outlet. Selain itu, Saku Laundry meluncurkan “Laundromat Saku Laundry”. Layanan ini merupakan penjualan mesin laundry dengan sistem pengelolaan digital.

Saku Laundry juga sudah mendukung pembayaran QRIS yang dapat menerima jenis pembayaran dari semua cashless provider.

Sebagai perusahaan SaaS, Saku Laundry menjual hardware IoT untuk pemilik usaha laundry mulai dari Rp6 juta. Mereka juga mengenakan biaya berlangganan mulai dari Rp100 ribu per bulan. Saku laundry juga mengenakan 10% dari nilai transaksi kepada setiap pemesanan dari pelanggan.

Untuk mengembangkan bisnis, perusahaan memiliki rencana penggalangan dana tahun ini. Saku Laundry menargetkan memiliki total 500 merchant aktif. Perusahaan juga berencana untuk menyediakan pembiayaan dan layanan manajemen pengelolaan  bagi mereka yang ingin membuka bisnis laundry.

“Seiring permintaan pasar yang meningkat, kita juga menghadirkan konsultasi, baik untuk merchant-merchant laundry yang sudah berjalan ataupun untuk bisnis yang ingin lebih berkembang,” kata Yusmin.

Application Information Will Show Up Here

Mau Usaha Laundry? Cermati Kelebihan dan Kekurangannya Terlebih Dahulu

Kini, jasa laundry semakin digandrungi. Mulai dari rumah tangga, mahasiswa, hingga pekerja banyak memanfaatkan jasa laundry demi hidup yang lebih ringkas. Hanya dengan merogoh kocek ribuan rupiah saja, pakaian kotor Anda kembali wangi dan siap dipakai.

Oleh sebab itu, jasa laundry semakin menjamur dan menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Bila Anda tertarik untuk mencoba, sebelumnya Anda perlu melakukan analisa kelebihan dan kekurangan bisnis ini. Dengan begitu, Anda lebih siap memulai bisnis dan mampu menyiapkan strategi terbaik.

Lalu, apa saja kelebihan dan kekurangan dari bisnis laundry? Yuk, simak artikel ini hingga akhir!

Kelebihan Bisnis Laundry

Image by Ryan McGuire from Pixabay

Selalu Dibutuhkan

Keuntungan yang pertama dari bisnis laundry yakni akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan akan jasa laundry bukan suatu hal yang sifatnya musiman.

Terlebih melihat zaman yang kini serba cepat, masyarakat semakin sibuk dan membutuhkan solusi praktis, cepat, dan mudah. Dengan begitu, bisnis laundry dapat dikatakan akan selalu memiliki pelanggan.

Dapat Dilakukan di Rumah

Kebanyakan bisnis konvensional membutuhkan lokasi strategis untuk membuka usahanya, sehingga perlu pemilihan lokasi yang sesuai dengan target pasar. Namun berbeda dengan bisnis laundry, bisnis ini bisa dibuka di mana saja, termasuk di rumah.

Bila lokasi rumah cukup strategis, misalnya berlokasi di dekat universitas, maka hal itu menjadi sebuah keuntungan. Namun tidak perlu khawatir, bisnis laundry bisa dijalankan di mana saja mengingat pelanggan juga mungkin datang dari tetangga terdekat.

Mudah Dijalankan

Bisnis laundry dapat dikatakan tidak memerlukan keahlian khusus. Tidak perlu teknik yang sulit, pada dasarnya Anda hanya cukup mengoperasikan mesin cuci, melipat, dan menyetrika. Mudah dijalankan, bukan?

Tidak Memerlukan Banyak Tenaga Kerja

Bila Anda baru merintis bisnis laundry, Anda bisa memulai dari bisnis skala kecil. Dengan begitu, bisnis bisa dijalankan oleh satu atau dua orang tenaga kerja saja. Bahkan, bisnis ini bisa Anda lakukan sendiri sehingga Anda tidak perlu merekrut orang dengan keahlian khusus.

Modal Relatif Kecil

Kelebihan selanjutnya dari bisnis laundry adalah modal yang relatif kecil. Modal bisnis ini sangat bisa disesuaikan dengan kemampuan Anda. Saat merintis, Anda tidak perlu memiliki banyak mesin cuci sekaligus.

Cukup dengan satu mesin cuci dan setrika saja, Anda sudah bisa membuka bisnis laundry. Anda bisa menambah alat penunjang bisnis seiring dengan berkembangnya bisnis Anda.

Manajemen yang Sederhana

Manajemen bisnis laundry cukup sederhana. Bisnis ini tidak memerlukan manajemen rantai pasokan, quality control, dan hal-hal teknis lainnya. Dengan begitu, Anda tidak perlu energi besar untuk manajemennya.

Potensi Balik Modal yang Cepat

Dengan modal usaha yang relatif kecil dan tenaga kerja yang sedikit, bisnis laundry berpontensi untuk cepat balik modal. Namun yang perlu diingat, hal ini sangat bergantung pada strategi bisnis, pelayanan yang memuaskan, lokasi yang tepat, dan banyak hal lainnya. Sehingga, Anda harus bisa memaksimalkan bisnis Anda agar cepat balik modal, ya!

Kelemahan Bisnis Laundry

Image by Hans Braxmeier from Pixabay

Kendala Cuaca

Bisnis laundry sangat bergantung pada cuaca. Cuaca buruk, misalnya hujan yang tak kunjung reda, tentu menghambat operasional laundry karena membuat baju tidak cepat kering.

Hal ini harus Anda pertimbangkan sebelum memutuskan untuk membuka bisnis laundry. Kira-kira, solusi apa yang akan Anda lakukan dalam situasi ini?

Banyak Kompetitor

Saat ini bisnis laundry sangat menjamur. Bagaimana tidak, adanya potensi yang besar dan diiringi dengan kemudahan untuk menjalankannya membuat banyak orang tertarik untuk berbisnis laundry.

Nah, Anda harus memperhatikan lokasi di sekitar bisnis Anda. Kompetitor yang terlalu banyak akan membuat persaingan yang ketat, dan kemungkinan akan menghambat perkembangan bisnis.

Alat Cenderung Mahal

Tentunya Anda sudah mengetahui bahwa bisnis laundry membutuhkan beberapa alat elektronik, di antaranya adalah mesin cuci dan setrika. Alat elektronik biasanya dibandrol cukup tinggi. Namun, ada banyak opsi alat elektronik yang lebih terjangkau jika Anda mau mencari.

Butuh Biaya Perawatan

Tak hanya membeli alat elektronik, Anda juga perlu merawatnya agar bertahan lama. Alat-alat bisnis laundry memiliki potensi untuk rusak, sehingga hal ini harus masuk dalam pertimbangan Anda.

Ketika alat rusak, Anda akan kesulitan dalam menjalankan bisnis dan Anda perlu menyisihkan uang untuk memperbaikinya.

Butuh Ruangan Luas

Hal yang sering luput dalam pertimbangan para pengusaha bisnis laundry adalah kebutuhan ruangan yang luas. Selain untuk menempatkan alat-alat laundry, Anda juga perlu ruangan untuk menjemur.

Ruangan untuk jemuran juga tidak bisa sembarangan, Anda harus memperhatikan sirkulasi sinar matahari dan angin agar jemuran bisa cepat kering.

Rentan Mendapat Keluhan

Bila Anda membuka bisnis dalam sektor pelayanan, Anda harus memberikan pelayanan terbaik dan sebisa mungkin tanpa cela. Termasuk dalam bisnis laundry, kesalahan sekecil apapun dapat memicu potensi keluhan dari pelanggan. Misalnya baju yang terkena noda, baju hilang, baju yang luntur, dan lain-lain harus Anda minimalisir.

Itulah tadi beberapa kelebihan dan kekurangan dari bisnis laundry yang perlu Anda ketahui sebelum memutuskan untuk membuka bisnis laundry. Bisnis yang dipersiapkan secara matang akan memberikan hasil maksimal.

Jadi, jangan lupa untuk mempertimbangkan hal-hal di atas dengan cermat ya. Semoga bermanfaat.

D-Laundry Perluas Model Bisnis, Kini Hadirkan Layanan POS

Sejak debutnya tahun 2016, PT Drop Global Tech (DROP) melalui D-Laundry tetap konsisten sebagai platform untuk layanan laundry on-demand di Jabodetabek. Memasuki tahun 2022, mereka memutuskan untuk melakukan transformasi bisnis.

Kepada DailySocial.id, CEO Drop Global Tech Ridhwan Basalamah mengatakan, transformasi ini dilakukan oleh perusahaan usai mendapatkan data yang menarik dari riset yang mereka lakukan secara internal. Sebagai platform yang mendukung usaha pemilik laundry, D-Laundry juga mengembangkan layanan yang relevan dan dibutuhkan oleh mitra.

“Saat ini kita melihat kebutuhan industri laundry untuk B2C makin besar. Jika dulunya kami hanya fokus kepada online dan secara on-demand, kini kami mulai hadir secara offline dengan area layanan yang lebih luas dan hadir secara nasional,” kata Ridhwan.

Saat ini D-Laundry telah memiliki sekitar 400 mitra dan ribuan pelanggan yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, perusahaan juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana di semester dua tahun ini. Sebelumnya perusahaan telah merampungkan putaran pendanaan tahapan awal tahun 2021 lalu.

Kembangkan POS dan pilihan berlangganan

Dengan meluncurkan D-Laundry Merchant, wajah baru dari aplikasi Mitra D-Laundry yang kini dilengkapi dengan fitur manajemen laundry yang lengkap di antaranya fitur kasir (POS), manajemen produksi, pencatatan keuangan dan akuntansi, manajemen pegawai, insight bisnis, menerima pembayaran digital, nota digital, dan berbagai fitur lainnya.

Berbeda dengan POS untuk industry F&B, POS di bisnis laundry memiliki keunikan yang signifikan. Mulai dari tempo pembayaran yang bisa di awal layanan dan juga di akhir, menyesuaikan keinginan pelanggan hingga pencatatan atau pembukuan.

Perusahaan juga mengubah strategi monetisasi mereka. Yang awalnya berbagi komisi dengan pemilik laundry yang kebanyakan dari kalangan UMKM, kini mereka memberikan opsi berlangganan. Sehingga pemilik laundry bisa menentukan sendiri opsi yang ingin mereka tawarkan kepada pelanggan, seperti pilihan antar jemput dan lainnya.

“Kami juga menawarkan manajemen internal yang bisa digunakan pemilik laundry untuk memonitor kinerja pegawai yang akan berpengaruh kepada pembayaran atau gaji pegawai mereka secara akurat, menyesuaikan beban kerja masing-masing,” kata Ridhwan.

Perusahaan juga telah menyediakan pilihan pembayaran digital kepada mitra mereka. Harapannya bisa melancarkan proses pembayaran antara pelanggan dengan mitra laundry. Menggandeng payment gateway yang sudah terdaftar di Indonesia.

“Sebelumnya kita telah memiliki lisensi dari regulator terkait untuk menyediakan pilihan ini, namun karena adanya perubahan kami memilih untuk menjalin kolaborasi strategis dengan platform payment gateway” kata Ridhwan.

Di samping meluncurkan Aplikasi D-Laundry Merchant, DROP juga sedang menyiapkan Aplikasi D-Laundry Marketplace versi baru untuk pelanggan dan Franchise Laundry. Franchise Laundry yang merupakan pengembangan bisnis dari Swash Clean Laundry yang dikelola oleh DROP sendiri akan menyediakan beberapa pilihan tingkatan level berdasarkan kelengkapan layanan yang disediakan. Program franchise ini diharapkan dapat menyasar kepada pengusaha muda yang ingin berinvestasi di industri laundry.

Strategi bisnis DROP

Tahun 2015 lalu banyak bermunculan platform laundry on-demand serupa dengan yang ditawarkan oleh D-Laundry. Namun tidak banyak di antara mereka yang kemudian bertahan dan berkembang menjadi perusahaan teknologi seperti D-Laundry. Menurut Ridhwan, fokus mereka sejak awal sebagai marketplace dan memilih untuk bekerja sama dengan pemilik bisnis UMKM, menjadi kunci sukses mereka bisa bertahan sejak tahun 2016, bahkan ketika pandemi.

“Kebanyakan platform lainnya fokus kepada konsep e-commerce dan hanya ingin membesarkan brand mereka sendiri. Sehingga sulit bagi pelaku UMKM untuk bisa dikenal dan berkembang. Dari sisi harga kami juga membebaskan kepada pemilik laundry untuk menentukan sendiri,” kata Ridhwan.

Kini DROP ingin menjadi platform yang memberikan layanan laundry secara terpadu. Mulai dari sistem, konsultasi dan kesempatan bagi pengusaha baru yang tertarik untuk memiliki bisnis laundry. Ke depannya perusahaan juga ingin mengembangkan teknologi IoT ke dalam sistem mereka.

Application Information Will Show Up Here

D-Laundry Secures Seed Funding, Preparing for Expansion

Begin with the objective to accelerate business growth, online laundry service D-Laundry (PT Drop Global Tech) has just finalized its seed round. The value was not further detailed along with the investors involved. Ridhwan Basalamah, Co-Founder & CEO of Drop Global Tech, told DailySocial that there is an institution and an angel investor involved.

“Our future plan with this fresh fund is to expand D-Laundry products from Greater Jakarta to the national level. At the same time, we have also moved to Tebet, South Jakarta, from our previous office located in Depok,” Ridhwan said.

With various expansion plans being prepared, D-Laundry expects to further assist laundry business owners to go-online and together move forward to improve service standards to the community.

Funding obtained from investors will be used to develop D-Laundry features on the application. One of those is the D-Laundry Store, a website-based platform that provides various equipment and professional laundry business packages.

“Our purpose with the D-Laundry Store is to simplify the laundry equipment chain to make it easier for new entrepreneurs. Through the D-Laundry Store they can get equipment, systems, and training to staff,” Ridhwan said.

D-Laundry is an on-demand laundry application that combines the needs of people with business owners, therefore, they can access other’s services online. From 2016 until now, D-Laundry has partnered with hundreds of laundry entrepreneurs and thousands of users spread across Jabodetabek.

In addition, there are several other local startups that also venture into the same service. One of them is Smartlink, a service that helps laundry entrepreneurs digitize business governance. Currently, it is used by around 4 thousand outlets in Java and Bali. Then there is also KliknKlin, they recently integrated services in the Bukalapak application to get bigger potential users.

Pandemic and business growth

Even though the laundry business is one of the sectors most significantly affected by the pandemic, D-Laundry claims to be able to grow its business. In order to help the partners run their business, they have performed various activities such as training and community development. Among other things, by holding an online seminar event to discuss financial management and funding for a laundry business in facing a pandemic.

During the pandemic, the company also ensures that all partners implement procedures to always clean rooms and laundry facilities with disinfectants, use standardized chemical materials and liquids, ensure worker health, provide handwashing facilities and masks, and implement contactless delivery.

“The laundry industry has indeed been affected by Covid-19. Not a few laundry entrepreneurs have had to go down for losing their customers and purchasing power of the public to use laundry services. However, we are very grateful, especially for D-Laundry partners who are still fighting hard and trusting us,” Ridhwan said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Tahap Awal, D-Laundry Siap Lancarkan Ekspansi

Bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, layanan laundry online D-Laundry (PT Drop Global Tech) baru saja merampungkan putaran pendanaan tahapan awal. Tidak disebutkan lebih lanjut berapa nilai investasi yang diterima dan siapa investor yang memberikan pendanaan. Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Drop Global Tech Ridhwan Basalamah mengungkapkan ada satu institusi dan angel investor yang terlibat.

“Rencana kita ke depannya dengan dana segar ini adalah untuk melakukan ekspansi produk D-Laundry dari Jabodetabek ke nasional. Di saat yang sama kami juga sudah pindah kantor di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, setelah sebelumnya bertempat di Depok,” kata Ridhwan.

Dengan berbagai rencana ekspansi yang disiapkan, D-Laundry berharap dapat semakin membantu pemilik usaha laundry untuk go-online dan maju bersama-sama meningkatkan standar layanan kepada masyarakat.

Pendanaan yang didapatkan dari investor nantinya juga akan digunakan untuk mengembangkan fitur dari aplikasi D-Laundry. Salah satunya adalah D-Laundry Store, yaitu platform berbasis website yang menyediakan berbagai perlengkapan dan paket usaha laundry profesional.

“Target kami dengan menghadirkan D-Laundry Store adalah untuk memudahkan chain perlengkapan laundry hingga memudahkan pengusaha baru. Melalui D-Laundry Store mereka bisa mendapat peralatan, sistem, hingga training ke staf,” kata Ridhwan.

D-Laundry merupakan aplikasi laundry on-demand yang memadukan kebutuhan masyarakat dengan kebutuhan pemilik usaha agar dapat saling mengakses layanan secara online. Sejak 2016 hingga saat ini, D-Laundry telah bermitra dengan ratusan pengusaha Laundry dan ribuan pengguna yang tersebar di Jabodetabek.

Selain itu, ada beberapa startup lokal lainnya yang juga merambah ke layanan yang sama. Salah satunya Smartlink, layanannya membantu pengusaha laundry mendigitalkan tata kelola bisnis. Saat ini mereka telah digunakan oleh sekitar 4 ribu outlet di Jawa dan Bali. Lalu ada KliknKlin, terbaru mereka mengintegrasikan layanan di aplikasi Bukalapak untuk mendapatkan potensi pengguna yang lebih besar.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis

Meskipun bisnis laundry termasuk sektor yang paling terdampak secara signifikan oleh pandemi, namun D-Laundry mengklaim tetap dapat mengembangkan bisnisnya. Untuk membantu para mitra menjalankan bisnis selama, mereka telah melakukan berbagai kegiatan seperti training dan pengembangan komunitas. Di antaranya dengan menyelenggarakan event seminar online membahas tentang pengelolaan keuangan dan pendanaan usaha laundry menghadapi masa pandemi.

Selama pandemi perusahaan juga memastikan semua mitra menerapkan prosedur untuk selalu membersihkan ruang dan fasilitas laundry dengan desinfektan, menggunakan bahan dan cairan kimia terstandardisasi, memastikan kesehatan pekerja, menyediakan fasilitas cuci tangan dan masker, dan menerapkan contactless delivery.

“Tentunya industri laundry kena dampak juga dari Covid-19, tidak sedikit pengusaha laundry yang harus gulung karena berkurangnya minat dan daya beli masyarakat untuk menggunakan jasa laundry. Tapi kami sangat bersyukur dan berterima kasih, terutama untuk para mitra D-Laundry yang tetap berjuang keras dan tetap mempercayai kami,” kata Ridhwan.

Application Information Will Show Up Here

Smartlink Ingin Modernkan Pengusaha Laundry dengan Tata Kelola Digital

Jasa laundry seringkali terpinggirkan di dalam gempita digitalisasi, meski tingkat permintaannya selalu tinggi di hampir seluruh lapisan masyarakat. Bila dipantau, sejauh ini jasa laundry yang sudah didigitalkan baru berbentuk layanan on demand untuk memudahkan masyarakat mencari jasa terdekat.

Hal lainnya yang belum tergarap maksimal di bisnis laundry adalah manajemen itu sendiri. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh Fredo Prima Yudha, Hery Kuswandy, Shidqon Alkaaf, dan Iqbal Firmansyah untuk merintis Smartlink mulai pada pertengahan 2016.

Kepada DailySocial, Yudha menerangkan, Smartlink berdiri karena belum ada aplikasi SaaS yang bisa memanajemenkan usaha laundry. “Sebenarnya ada aplikasi untuk bisnis laundry, namun hanya berbentuk aplikasi desktop yang tidak memberikan solusi secara fundamental ke pengusaha laundry,” katanya.

Dengan kata lain, sambungnya, belum ada aplikasi yang menyediakan layanan untuk mengelola seluruh siklus bisnis laundry, mulai dari barang masuk hingga keluar. Sebab kebanyakan hanya di bagian aplikasi kasirnya saja.

Yudha sendiri sebelumnya adalah pelaku usaha laundry. Dibantu oleh Heri yang memiliki kemampuan sebagai software engineering, Smartlink pun mulai dirintis dari awalnya berbentuk web based application hingga menjadi aplikasi untuk Android pada 2017.

“Pada saat itu eranya sudah menginjak ke era aplikasi Android dan akhirnya bertemu dengan co-founder lainnya, Alkaaf dan Iqbal yang latar belakangnya juga seorang software engineering.”

Aplikasi Smartlink mulai resmi dirilis pada awal 2018 dengan fitur yang masih mendasar. Yudha menuturkan saat itu perusahaan sempat kehabisan dana untuk mengembangkan aplikasi untuk Android, namun tetap dipaksakan launching dalam kondisi masih banyak bug.

“Akhirnya pada pertengahan Agustus 2018, baru terlihat pertumbuhan konsumen Smartlink dengan jumlah 400 outlet.”

Model bisnis dan rencana Smartlink berikutnya

Diterangkan lebih jauh, Smartlink memiliki tiga modul aplikasi yang digunakan oleh kasir (Smartlink Kasir), produksi (Smartlink Produksi), dan owner (Smartlink Bos) dilengkapi dengan fitur yang berbeda. Smartlink Bos misalnya, berbentuk website yang digunakan pemilik usaha untuk mengatur dan membaca laporan kegiatan usaha laundry.

Sementara, Smartlink Kasir berbentuk aplikasi yang digunakan oleh kasir untuk melakukan kegiatan operasional transaksi di outlet. Adapun fitur yang disiapkan dari masing-masing modul fokus mendukung empat kegiatan laundry, seperti operasional, manajamen keuangan, performa usaha, dan manajemen konsumen (CRM).

Yudha menuturkan, model bisnis yang digunakan Smartlink adalah berlangganan tapi berdasarkan pemakaian saja, bukan dengan membayar setiap bulan. Dengan demikian, setiap fitur di Smartlink akan di-split, kalau tidak ingin menggunakan fitur tersebut maka tidak perlu membayar.

Biaya terendah yang dibayar pengguna Smartlink adalah biaya per transaksi sebesar Rp100. “Biaya yang sangat murah ini karena tujuan kita saat ini hanya membangun member Smartlink dan mengejar target operasional. Jadi supaya outlet laundry bisa tumbuh dan kita [Smartlink] bisa tetap operasional.”

Pengguna Smartlink diklaim telah tembus ke angka 4 ribu outlet, yang tersebar di sekitar Jawa dan Bali. Ia berencana untuk mengembangkan produk baru, dinamai Londi Loker yang berbentuk keagenan. Produk ini akan membuat loker yang tersebar di beberapa titik dan dikelola oleh beberapa vendor. Loker tersebut membantu pemilik laundry memiliki tambahan transaksi.

“Konsumen datang ke loker, melakukan scan untuk menaruh barang yang akan di laundry ke dalam loker. Kemudian barang tersebut akan diambil oleh vendor dan dikirim kembali oleh vendor dalam waktu 24 jam, nanti konsumen ambil sendiri ke loker dan outlet Londi Loker ini dibuka selama 24 jam.”

Setelah Smartlink, Yudha berencana untuk memosisikan ulang perusahaannya untuk fokus ke aplikasi jasa sehingga tidak bermain di bisnis laundry saja. Ia juga mengklaim sejauh ini Smartlink masih mengandalkan dana sendiri untuk mengembangkan perusahaan.

“Kita enggak pernah buka investasi dan tidak pernah mendapatkan dana dari investor, jadi bisnis murni hidup dan berkembang dari kegiatan usaha kita saja sampai di posisi sekarang ini,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

D-Laundry Hadir sebagai Aplikasi Marketplace Jasa Cuci Pakaian

Bukan hanya menawarkan konsep seamless memanfaatkan aplikasi dan situs web, layanan laundry on-demand alias jasa cuci pakaian berbasis aplikasi umumnya juga memberikan pilihan pembayaran non-tunai melalui dompet elektronik. Salah satunya adalah D-Laundry, berdiri sejak tahun 2016 startup ini mengklaim telah memiliki ratusan mitra dan ribuan pengguna. Layanan mereka telah hadir di kawasan Jabodetabek.

Kepada DailySocial CEO D-Laundry Ridhwan Basalamah mengungkapkan, sejak awal di samping memberikan solusi kepada pengguna jasa laundry, tujuan bisnisnya adalah untuk mengembangkan ekonomi lokal, dalam hal ini UKM jasa laundry.

“Kami mengedepankan peningkatan kapabilitas dan kualitas layanan dari mitra Kami dengan menerapkan program pengembangan bisnis dan standardisasi layanan laundry dari proses penjemputan hingga pengembalian cucian. Di samping itu, kami memberikan jaminan untuk pakaian sehingga pengguna D-Laundry dapat merasakan pengalaman mencuci yang terbaik dan bebas khawatir,” kata Ridhwan.

Sementara untuk strategi monetisasi, mereka menerapkan profit sharing untuk setiap pemesanan melalui aplikasi.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa platform yang tawarkan jasa serupa, misalnya KliknKlin, LaundryTaxi, Seekmi, Taptopick, dll.

Memiliki pilihan pembayaran “D-Pay”

Selain menawarkan pilihan pembayaran melalui virtual account dan LinkAja, D-Laundry juga memiliki pilihan pembayaran melalui D-Pay. Pilihan pembayaran ini dihadirkan untuk memberikan kemudahan pelanggan melakukan pembayaran.

“D-Pay sendiri itu bukan e-money tapi platform penunjang sistem pembayaran dari D-laundry. Terkait izin, kami terdaftar sebagai Penyelenggara Teknologi Finansial oleh Bank Indonesia sejak bulan April tahun 2020 lalu,” kata Ridhwan.

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh perusahaan, di antaranya adalah pemenuhan wilayah layanan di area Jabodetabek dengan menambah mitra D-Laundry. Serta terus menambahkan fitur-fitur yang dapat dirasakan manfaatnya bagi mitra dan pengguna.

“Tahun ini kami juga berencana melakukan penggalangan dana. Sampai saat ini, kami masih melakukan model bootstrap untuk mendanai operasional D-Laundry. Kami yakin potensi D-Laundry begitu besar melihat industri laundry yang terus berjalan dan berkembang.”

Bisnis saat pandemi

Selama pandemi tidak ada perubahan yang signifikan dari sisi jumlah pelanggan yang memanfaatkan aplikasi D-laundry. Perusahaan juga memastikan semua mitra menerapkan prosedur untuk selalu membersihkan ruang dan fasilitas laundry dengan desinfektan, menggunakan bahan dan cairan kimia terstandardisasi, memastikan kesehatan pekerja, menyediakan fasilitas cuci tangan dan masker, dan menerapkan contactless delivery.

“Kekhawatiran akan infeksi Covid-19 membuat banyak orang kini lebih telaten memperhatikan kebersihan, salah satunya pakaian, hal ini harus dimanfaatkan oleh pebisnis laundry sebagai momentum untuk mempromosikan jasa yang aman dan nyaman kepada masyarakat. ” kata Ridhwan.

Untuk membantu para mitra menjalankan bisnis selama pandemi, D-Laudry telah melakukan berbagai kegiatan seperti training dan pengembangan komunitas. Salah satunya, dalam waktu dekat akan menyelenggarakan event seminar online membahas tentang pengelolaan keuangan dan pendanaan usaha laundry menghadapi masa pandemi.

Application Information Will Show Up Here

Platform “Laundry On-Demand” Spanyol Mr Jeff Hadir di Indonesia Desember Mendatang

Platform laundry on-demand yang menawarkan konsep waralaba dari Valencia, Spanyol, Mr Jeff mengumumkan kehadirannya secara resmi bulan Desember 2019 mendatang. Indonesia rencananya menjadi kantor pusat regional di Asia. Selain di Indonesia, perusahaan berencana membuka waralaba di Filipina dan Singapura hingga akhir tahun.

Kepada DailySocial, VP of Expansion Mr Jeff Christakis Theodorou Villalta mengungkapkan, Indonesia sengaja dipilih melihat dari populasi yang besar dan pesatnya tingkat penetrasi smartphone dan internet.

“Akhir tahun ini bisa kami pastikan Mr Jeff akan resmi hadir di Indonesia dan secara langsung aplikasi bisa langsung digunakan. Kami juga telah menggandeng 12 mitra yang nantinya akan memiliki [gerai] waralaba.”

Tahun ini perusahaan telah menerima pendanaan Seri A senilai $12 juta yang dipimpin All Iron Ventures untuk meningkatkan ekspansi internasionalnya.

Konsep waralaba

Berbeda dengan layanan laundry on-demand yang lebih dulu hadir, yang rata-rata menggandeng laundry independen, struktur yang diterapkan Mr Jeff adalah eksklusivitas jaringan waralaba. Mitra waralaba harus memiliki kendaraan untuk melakukan penerimaan dan pengiriman hasil laundry ke rumah pelanggan.

“Kami memastikan tim Mr Jeff akan memberikan pelatihan, konsultasi bisnis dan pemilihan lokasi yang relevan memanfaatkan data dan sumber daya yang kami miliki. Dengan demikian bisa meningkatkan bisnis mereka dengan bergabung menjadi mitra di Mr Jeff,” kata Christakis.

Menurut penelitian perusahaan, layanan laundry populer di kalangan generasi muda dan dianggap sebagai pekerjaan rumah tangga yang paling tidak disukai. Mr Jeff mencatat kawasan seperti apartemen dan perkantoran menjadi sasaran ideal layanannya.

Skema bisnis berlangganan

Belum mencakup semua wilayah, Mr Jeff akan hadir di kawasan tertentu di Jakarta, Tangerang, Bandung, dan Banjarmasin.

“Kami melihat yang memutuskan untuk bergabung dengan waralaba Mr. Jeff tidak hanya pemilik bisnis laundry, namun juga masyarakat umum yang tertarik untuk memiliki bisnis laundry. Dengan pendekatan digital, kami ingin memberikan layanan yang terpadu untuk mereka yang tertarik bergabung dengan Mr Jeff,” kata Christakis.

Aplikasi Mr Jeff memungkinkan pengguna memesan layanan laundry sesuai permintaan melalui model berlangganan. Menggunakan aplikasi, web, atau jaringan waralaba, pelanggan dapat memilih lokasi, waktu dan hari yang diharapkan untuk mengumpulkan dan mengirimkan cucian mereka.

Pengemudi nantinya akan mengunjungi rumah atau kantor pengguna, mengumpulkan pakaian dan mengembalikannya setelah pakaian dibersihkan dan disetrika.

Saat ini pilihan pembayaran yang disediakan Mr. Jeff adalah melalui transfer bank, kartu kredit, dan uang tunai. Rencananya Mr Jeff akan menggandeng layanan dompet digital sebagai pelengkap.

“Tentunya semua masih dalam tahap penjajakan. Jika nantinya sudah final kami harapkan bisa mempermudah pelanggan di Indonesia untuk melakukan pembayaran,” kata Christakis.

Application Information Will Show Up Here

Menilik Rencana Bisnis KliknKlin, Pengembang Bisnis “Laundry On-demand”

Penyedia bisnis laundry on demand KliknKlin tengah berusaha memperluas bisnisnya. Salah satu fokusnya dengan membuat skema kemitraan dan bergabung dalam brand LaundryKlin. Perusahaan juga tengah menyiapkan aplikasi untuk memudahkan pemilik usaha laundry dalam mengelola bisnisnya.

CEO KliknKlin Raka Destama menceritakan, “Kami saat ini sedang fokus mengembangkan chain store laundry dengan skema kemitraan. Sudah ada sekitar seratus mitra yang bergabung dalam brand LaundryKlin. Untuk Aplikasi KliknKlin, kami juga akan merilis fitur baru untuk memudahkan pemilik usaha mengelola bisnis dan pesanan dari pelanggan.”

Sudah berjalan selama tiga tahun, KliknKlin merasa saat ini pasar telah mengalami perubahan. Infrastruktur lebih baik dan pasar yang semakin matang. Oleh karenanya, mereka pun sempat merilis fitur marketplace laundry yang memungkinkan konsumen dengan leluasa memilih gerai laundry langganan mereka.

“Tantangan laundry on demand di fase awal dulu cukup sulit karena infrastruktur, khususnya di bidang logistik dan pembayaran. Untuk saat ini sudah banyak startup yang mendukung operasional kami,” imbuh Raka.

Tahun ini KliknKlin akan terus gencar memperluas jaringan dengan membuka lebih banyak gerai, termasuk melakukan akuisisi mitra laundry yang sudah ada untuk dijadikan outlet yang memiliki standar LaundryKlin. Target yang ingin dicapai adalah memiliki minimal seribu outlet dalam dua tahun ke depan.

“Dalam satu sampai dua tahun ke depan mungkin saat yang pas untuk ekspansi bisnis secara masif. Pertama, karena market awal sudah terbentuk dan kami sudah menemukan model bisnis yang tepat serta jumlah pengguna yang repeat di atas 60% setiap bulannya. Harapannya dalam satu sampai dua tahun ke depan layanan kami sudah bisa dinikmati secara luas,” ujar Raka.

Application Information Will Show Up Here

Gandeng Ibu Rumah Tangga, LaundryTaxi Hadirkan Layanan “Laundry On-Demand”

Mengusung konsep “sharing economy“, layanan laundry on demand LaundryTaxi hadir menjawab kebutuhan masyarakat di Jakarta dan sekitarnya. Berbeda dengan layanan laundry on-demand lainnya yang kebanyakan bermitra dengan gerai cuci kiloan hingga gerai laundry, LaundryTaxi justru menggandeng ibu-ibu rumah tangga yang berminat untuk menjadi merchant memanfaatkan mesin pencuci pakaian di rumah masing-masing.

Kepada DailySocial Co-Founder LaundryTaxi, Muhamad Yulianto menyebutkan, saat ini permintaan dari masyarakat terkait dengan jasa laundry on demand makin bertambah, namun layanan yang disediakan oleh perusahaan startup kurang mencakup permintaan pelanggan. Beberapa hal yang bisa dioptimalkan misalnya terkait biaya antar jemput, jarak antara jasa laundry, dan harga jasa per kilo.

“Maka dari itu LaundryTaxi mempunyai solusinya, dengan sistem sharing economy, maka jangkauan pelanggan ke jasa laundry terdekat akan semakin banyak. Ditambah lagi gratis antar jemput oleh kurir dan harga jasa yang relatif murah. Karena jasa LaundryTaxi tidak membutuhkan biaya sewa gedung, modal mesin cuci dan bayar pegawai. Semua peralatan telah disiapkan oleh merchant kami sendiri,” jelas Yulianto.

Memiliki rencana untuk melayani seluruh kawasan Jabodetabek, saat ini LaundryTaxi baru memiliki tiga merchant di wilayah Cipondoh, Poris, Green Lake Tangerang dan sekitarnya. Sementara jumlah pengguna aktif LaundryTaxi berjumlah 80 orang.

“Standar harga untuk jasa cuci gosok adalah Rp6.000/kg. Kami akan memberikan Rp3.500/kg untuk merchant, Rp1.500/kg untuk jasa kurir, dan Rp1.000 untuk komisi LaundryTaxi,” ujar Yulianto.

Pelanggan yang ingin menggunakan jasa LaundryTaxi bisa mengakses langsung di situs. Dengan proses yang mudah tanpa harus mendaftar terlebih dulu, cukup mengisi nama, nomor telepon, dan lokasi pick-up, pelanggan sudah bisa mulai memesan jasa LaundryTaxi.

“Nantinya kurir kami akan segera menjemput pakaian dan menimbang langsung di tempat pelanggan. Lalu kurir akan mengirim pakaian ke merchant terdekat untuk segera dikerjakan. Dalam waktu dua hari pakaian bersih sudah siap diantarkan kembali oleh kurir ke tempat pelanggan,” kata Yulianto.

Saat ini sudah ada layanan laundry on demand yang beroperasi di kawasan Jakarta. Pada umumnya menawarkan proses antar-jemput dengan pilihan harga menengah hingga premium. Kualitas cucian pun bisa disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Di antaranya Taptopic dan KliknKlin.

Menjalankan bisnis secara bootstrap

LaundryTaxi belum melakukan penggalangan dana, bisnis dijalankan sepenuhnya menggunakan pendapatan yang diperoleh dari komisi dari setiap transaksi yang dilakukan. Namun demikian untuk mempercepat pertumbuhan, LaundryTaxi berencana untuk segera melakukan fundraising.

Hingga akhir tahun 2018, LaundryTaxi memiliki target yang ingin dicapai, di antaranya mendapatkan 200 merchant di wilayah Jabodetabek, melancarkan kegiatan pemasaran yang lebih masif seperti memberikan promo untuk mengakuisisi lebih banyak pelanggan baru.

“LaundryTaxi mempunyai keunggulan, di antaranya lebih scalable untuk mencari membuka cabang dan menambah merchant, karena banyak sekali ibu-ibu rumah tangga yang ingin mendapatkan penghasilan sendiri di rumah. Dan dari sisi bisnis, LaundryTaxi bisa lebih efisien untuk segi operasional, karena seluruh pekerjaan jasa laundry dikerjakan oleh merchant,” kata Muhamad.