HappyFresh Racik Ulang Strategi Bisnis

HappyFresh dikabarkan tengah melakukan restrukturisasi bisnis guna menyusun strategi bisnis berkelanjutan. Seperti diberitakan Bloomberg, perusahaan merekrut firma konsultan Alvarez & Marsal untuk melakukan peninjauan terhadap kondisi finansialnya [Manas Tamotia menjabat sebagai Managing Director Alvarez & Marsal untuk; sebelumnya ia adalah CSO di HappyFresh hingga Juli 2022].

Di sisi lain, HappyFresh juga tengah berjuang untuk menghimpun pendanaan tahap selanjutnya. Sumber lain dari DealStreetAsia mengatakan, penggalangan dana tersebut akan difokuskan untuk melunasi kewajiban pembayaran kepada para mitranya — termasuk pemilik supermarket, mitra logistik, dan lainnya.

Bersamaan dengan ini, sumber mengatakan bahwa sejumlah pegawai HappyFresh mengalami PHK – kendati tidak disebutkan jumlah persentasenya. Bahkan beberapa eksekutif senior tengah berhenti untuk menangani pekerjaan hariannya [beberapa mengundurkan diri] sembari menunggu kejelasan tentang nasib perusahaan berikutnya. Operasional layanan di sejumlah wilayah di Jakarta juga dikabarkan terhenti — pelanggan tidak bisa memesan slot waktu pengiriman dan melakukan pembayaran via aplikasi.

Jelas ini mengindikasikan bahwa startup online grocery tersebut sedang tidak baik-baik saja. Sayangnya ini tidak hanya menimpa HappyFresh, di kancah regional sejumlah startup sejenis tengah meracik ulang strategi mereka untuk menjadi bisnis berkelanjutan. Startup food delivery & grocery Foodpanda salah satunya, mereka melakukan layoff ke sejumlah besar karyawan untuk menyesuaikan rencana induknya, Delivery Hero, untuk mencapai  EBITDA positif dengan mereduksi biaya operasional.

Foodpanda sempat hadir di Indonesia, lalu pada tahun 2016 memutuskan untuk menutup layanannya di wilayah ini.

Primadona saat pandemi

Dalam sebuah temu media di tahun 2021, Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini mengataka bahwa perubahan perilaku pelanggan selama pandemi telah berdampak pada pertumbuhan bisnis mereka secara menyeluruh 10-20x lipat.

Demi menunjang akselerasi bisnis, Juli 2021 HappyFresh mengumumkan perolehan pendanaan seri D senilai $65 juta  oleh Naver Financial Corporation dan Gafina B.V., sebelumnya mereka telah mengumpulkan pendanaan $20 juta. Investasi tersebut sempat melambungkan valuasi perusahaan di angka $200 juta.

Di vertikal ini juga terdapat sejumlah kompetitor langsung, startup online grocery yang fokus ke model B2C. Di antaranya HappyFresh, Sayurbox, KedaiSayur, PasarNow, Titipku, AlloFresh, Astro, Bananas, dan lainnya. Konsep quick commerce juga mulai populer, menjanjikan proses pengiriman dalam hitungan menit.

Ketika disinggung apakah HappyFresh akan beradaptasi dengan model quick commerce, Filippo mengatakan, “Berdasarkan pengalaman kami dalam pengamatan terhadap perilaku konsumen online grocery, kami mengetahui bahwa sebagian besar konsumen merencanakan pembelanjaan dengan memilih beragam produk dari berbagai kategori dan menyimpannya di keranjang belanja.”

Dari hipotesis tersebut, HappyFresh meyakini bahwa model yang diusung adalah yang paling relevan dengan kebutuhan pasar. Dan pada akhirnya fokus ke kualitas produk akan menjadi kunci utama kebertahanan layanan online grocery. Dengan kata lain, HappyFresh tidak akan turut andil dalam hingar-bingar quick commerce dulu.

Peritel tradisional seperti Indomaret juga telah bertransisi dengan strategi O2O. Memanfaatkan jaringannya yang sangat luas, kini masyarakat juga diberikan kemudahan untuk melakukan pemesanan dan pembayaran melalui aplikasi.

Menata ulang konsep online grocery

Model bisnis HappyFresh menjadi perantara antara konsumen dan modern trade seperti supermarket. Di tengah tingginya permintaan, tahun lalu mereka juga memperkenalkan “HappyFresh Supermarket“, tujuannya untuk memperluas akses terhadap produk kebutuhan harian dengan meningkatkan kehadiran toko virtual.

Langkah ini turut dijadikan sebagai salah satu strategi HappyFresh untuk mempererat kolaborasinya dengan jaringan supermarket nasional dan regional yang sejauh ini telah membantu menyediakan ragam produk.

“Dalam hanya beberapa bulan setelah peluncuran, kami melihat ketertarikan pelanggan yang luar biasa, melalui pertumbuhan pengguna sebesar 300% setiap bulannya,” ujar Co-founder & CEO HappyFresh Guillem Segarra.

Namun demikian jika melihat data, sebenarnya kanal penjualan produk grocery terbesar di Indonesia masih berada di ritel tradisional. Kendati toko modern juga terus memperluas cakupan wilayahnya.

Modern vs Traditional Trade in Indonesia / L.E.K Consulting
Modern vs Traditional Trade in Indonesia / L.E.K Consulting

Sementara itu laporan e-Conomy SEA 2021 mengatakan bahwa di tengah penetrasi e-commerce di Asia Tenggara, digitalisasi sektor grocery baru mencapai 2% saja. Jelas ini menjadi PR besar bagi ekosistem industri terkait untuk bisa meningkatkan cakupan pasarnya — termasuk melalui peningkatan infrastruktur supply chain, edukasi pasar, dan ekspansi bisnis di skala nasional.

Penetrasi grocery commerce di Asia Tenggara / e-Conomy SEA 2021
Penetrasi grocery commerce di Asia Tenggara / e-Conomy SEA 2021

Pandemi Covid-19 relatif bisa dikendalikan, seiring vaksinasi yang sudah merata di seantero nusantara. Hal ini berdampak pada pulihnya aktivitas offline, termasuk di sektor ritel. Pusat perbelanjaan mulai ramai, bebarengan dengan aturan bepergian yang sudah semakin longgar.

Dari survei yang dilakukan Katadata terhadap 2022 responden, menyatakan bahwa untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari mayoritas masih mengandalkan pembelian secara langsung di ritel terdekat, baik itu supermarket, pasar tradisional, warung kelontong, ataupun swalayan. Platform e-commerce mendapati peringkat terbawah.

Survei pemenuhan kebutuhan sehari-hari / Katadata
Survei pemenuhan kebutuhan sehari-hari / Katadata

Di titik ini mulai bisa ditarik kesimpulan, bahwa kebiasaan yang terbentuk selama pandemi ternyata tidak sepenuhnya bertahan pasca-pandemi. Khususnya dalam hal belanja, pengalaman datang ke toko tetap menjadi pilihan favorit — kendati ada beberapa aspek yang bisa diefisienkan dengan belanja online.

Pemain online grocery perlu menata ulang model bisnisnya, memberikan pengalaman pengguna yang lebih relevan dengan kondisi yang ada saat ini. Termasuk menata ulang kategori produk yang ada di rak belanja, sehingga menjadi relevan untuk dipenuhi secara online — di saat kecepatan saja belum sepenuhnya menjadi proposisi nilai yang membuat semua orang tertarik turut andil menjadi bagian dari basis konsumen.

Application Information Will Show Up Here

HappyFresh Hadirkan Inovasi Produk; Tanggapi Tren “Quick Commerce”

Layanan online grocery tampak mendapatkan penerimaan kalangan pengguna yang semakin luas. Hal tersebut ditangkap baik oleh HappyFresh sebagai salah satu platform yang menyediakan layanan terkait. Baru-baru ini, mereka meresmikan inovasi terbaru berjuluk “HappyFresh Supermarket”, untuk memperluas akses terhadap produk kebutuhan harian dengan meningkatkan kehadiran toko virtual.

Langkah ini turut dijadikan sebagai salah satu strategi HappyFresh untuk mempererat kolaborasinya dengan jaringan supermarket nasional dan regional yang sejauh ini telah membantu menyediakan ragam produk. Saat ini HappyFresh Supermarket sudah diluncurkan di kota-kota besar di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Di dalamnya menyediakan lebih dari 15.000 SKU yang terdiri dari produk segar, kering, dan beku yang disimpan dalam tiga zona suhu yang dipantau secara ketat.

“Dalam hanya beberapa bulan setelah peluncuran, kami melihat ketertarikan pelanggan yang luar biasa, melalui pertumbuhan pengguna sebesar 300% setiap bulannya. Untuk memenuhi permintaan ini, kami mendirikan lebih banyak fasilitas untuk meningkatkan area jangkauan kami dan menyediakan aksesibilitas yang jauh lebih besar. Produk kebutuhan harian ada dalam DNA kami,” ujar Co-founder & CEO HappyFresh Guillem Segarra.

Kepada DailySocial.id, ia juga menyampaikan saat ini platformnya telah melayani total pesanan dalam skala jutaan per tahun. Mereka juga telah bermitra dengan hampir banyak supermarket besar di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Sampai saat ini perusahaan juga telah memiliki lebih dari 50 mitra jaringan supermarket dan ratusan toko khusus.

“Kami telah meluncurkan 15 fasilitas HappyFresh Supermarket di tiga negara. Di Indonesia, kami sudah menjangkau sebagian besar area Jabodetabek, dan beberapa dark store (toko virtual) lainnya akan segera siap,” imbuhnya.

Tanggapan tentang tren quick commerce

Filippo Candrini (Managing Director Happy Fresh) & Fajar Budiprasetyo (Co-Founder & CTO Happy Fresh) dalam sesi wawancara dan temu media

Seperti diketahui, fokus dari layanan quick commerce yang baru-baru ini banyak bermunculan juga pada pemenuhan grocery. Bedanya, mereka menjanjikan pengiriman instan dalam hitungan 10-15 menit — dua pemain lokal yang baru-baru ini mendapatkan sorotan adalah Bananas dan Astro. Sementara di negara lain sebenarnya model quick commerce juga sudah mulai populer, seperti Gorillas di Eropa dan Zepto di India.

Menanggapi hal ini Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini mengatakan, “Berdasarkan pengalaman kami dalam pengamatan terhadap perilaku konsumen online grocery, kami mengetahui bahwa sebagian besar konsumen merencanakan pembelanjaan dengan memilih beragam produk dari berbagai kategori dan menyimpannya di keranjang belanja.”

Hal tersebut juga yang menjadikan alasan utama mereka membangun HappyFresh Supermarket sebagai online grocery. Melalui pemanfaatan teknologi dan fasilitas yang tersedia, HappyFresh dapat menampung lebih banyak SKU di toko virtual. Jumlah ini cenderung lebih besar dari kapasitas dark store quick commerce – dengan waktu pengiriman hanya dalam 30 menit atau pada jam-jam tertentu sesuai preferensi pengguna (untuk layanan full-weekly grocery basket).

“Dengan demikian, kami mencegah risiko kerusakan bahan makanan atau membahayakan keselamatan mitra pengemudi pengiriman kami,” tambah Filippo.

Dari hipotesis tersebut, HappyFresh masih meyakini bahwa model yang diusung sekarang adalah yang paling relevan dengan kebutuhan pasar. Dan pada akhirnya fokus ke kualitas produk akan menjadi kunci utama kebertahanan layanan online grocery. Dengan kata lain, HappyFresh tidak akan turut andil dalam hingar-bingar quick commerce dulu.

Pisah kongsi dengan Grab

Kabar lainnya yang disampaikan dalam sesi wawancara adalah layanan GrabFresh yang sudah dihentikan sejak awal 2021. Hal ini disampaikan oleh Co-Founder & CTO HappyFresh Fajar Budiprasetyo, menurutnya layanan tersebut sudah tidak relevan lagi untuk diteruskan — dengan artian saat ini pihaknya sudah mantap untuk memperluas layanannya secara standalone. Pun untuk inovasi produk, difokuskan untuk meningkatkan kapabilitas layanan HappyFresh, baik di mobile dan website.

Terlepas dari kabar tersebut, HappyFresh juga memiliki keyakinan bahwa sektor online grocery di Indonesia masih berada pada tahap pertumbuhan, masih banyak hal yang bisa dieksplorasi. Di platformnya, mereka melihat banyak pengguna yang tumbuh menjadi pelanggan grosir online secara berulang, dengan frekuensi pembelian bulanan dan total pengeluaran yang semakin meningkat. Hal ini merupakan sebuah pertanda bahwa mereka lebih banyak membeli kebutuhan bahan makanan secara online.

“Di HappyFresh kami juga berkomitmen pada keberlanjutan, yang merupakan inti komitmen kami – tidak hanya untuk masa depan, tetapi juga saat ini. Kami terus mencari cara untuk mengurangi jejak ekologis dengan mengurangi kemasan plastik. Salah satu terobosan terbaru pada HappyFresh Supermarket adalah kerja sama dengan food bank FoodCycle untuk mendistribusikan kembali kelebihan makanan yang tidak terjual kepada komunitas yang kurang mampu dan membutuhkan,” imbuh Filippo.

Rencana penggalangan dana

Kendati tidak memberikan tanggapan secara spesifik, Filippo mengatakan bahwa penggalangan dana lanjutan juga akan menjadi agenda ke depannya. Apalagi melihat iklim bisnis online grocery yang bertumbuh pesat di pasar regional.

“Industri online grocery di Asia Tenggara tidak diragukan lagi menerima banyak perhatian berkat peluang yang muncul saat ini. HappyFresh terbuka untuk berdiskusi dengan investor yang dapat memahami semangat kami dalam membentuk kembali industri grosir, menambah nilai strategis, dan membantu kami mempercepat pencapaian kami berikutnya,” ujarnya

Ke depan, bukan tidak mungkin HappyFresh akan hadir di negara-negara baru lainnya di Asia Tenggara. Namun ditekankan, untuk saat ini mereka masih ingin meningkatkan pengalaman untuk basis pengguna yang sudah ada dulu..

“Industri produk kebutuhan harian sedang mengalami transformasi signifikan yang didorong oleh perubahan dalam kebiasaan berbelanja konsumen. Asia Tenggara berada di puncak perubahan tersebut. Ini adalah industri senilai $300 miliar, maka fokus utama kami sebagai sebuah perusahaan adalah untuk menentukan fondasi bangunan fundamental untuk bagaimana 100 juta orang berikutnya akan berbelanja produk kebutuhan harian,” tambah Segarra.

Pasang Surut Industri “Online Grocery” di Masa Pandemi

Ketika Presiden RI Joko Widodo mengumumkan kasus pertama seorang warga yang terpapar SARS-CoV-2 pada 2 Maret 2020, masyarakat dihantam berbagai kekhawatiran salah satunya isu lockdown yang akan membatasi aktivitas mereka di luar rumah. Kondisi ini kemudian menyebabkan reaksi panic buying yang membuat mereka tanpa pikir panjang memborong bahan kebutuhan pokok serta produk kesehatan dalam jumlah besar.

Tepat pada tanggal 3 April 2020, ditetapkan Peraturan Pemerintah terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah sebagai upaya untuk memutus rantai penularan Covid-19 di Indonesia. Sejumlah fasilitas umum pun ditutup, kegiatan sekolah dan perkantoran dilakukan dari rumah, pembatasan transportasi, dan hanya mengizinkan 11 sektor untuk beroperasi selama PSBB.

Dengan ditutupnya berbagai gerai offline, bahkan kebutuhan paling dasar kita– makanan dan air–beralih ke sektor online. Sektor online grocery Indonesia telah menjadi salah satu yang diuntungkan dari pandemi COVID-19 karena berhasil mendorong para pelanggan urban membeli kebutuhan sehari-hari mereka secara online demi membatasi interaksi dan aktivitas sosial.

Rama Notowidigdo, Co-Founder dan CTO Sayurbox, mengaku bahwa pandemi telah mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan tiga kali lipat dalam waktu sangat singkat. Perusahaan bahkan harus menghentikan operasional selama sekitar satu minggu untuk bisa menyesuaikan layanan dan kembali dengan strategi yang tepat.

Seperti ungkapan “mempertahankan lebih sulit daripada mendapatkan”, lonjakan permintaan yang signifikan di awal pandemi tidak serta merta membuat bisnis menjadi lebih mudah. Di balik angka pertumbuhan yang terus meningkat, banyak penyesuaian yang harus dilakukan serta tantangan yang membayangi industri ini.

Ekosistem online grocery di Indonesia

Berbeda dengan di Tiongkok maupun Amerika Serikat (AS), ekosistem online grocery di Indonesia masih tergolong “bayi”. Di Tiongkok, situasinya sangat berbeda—pada tahun 2018, belanja daring menyumbang 32,5% dari semua transaksi bahan makanan, naik dari 1,4% pada tahun 2010.

Sementara di AS, hampir sepertiga total rumah tangga sudah berbelanja bahan makanan online. Menurut riset Brick Meets Click/Mercatus Grocery Shopping Survey, pasar bahan makanan online AS berhasil mencapai $8,4 miliar pada April 2021, dengan 67,8 juta rumah tangga menempatkan rata-rata 2,73 pesanan bahan makanan online selama sebulan.

Dalam laporan InMobi bertajuk “Marketing in the Era of Mobile”, online grocery menjadi sektor bisnis digital kedua setelah e-commerce yang meningkat selama pandemi Covid-19. Survei PwC “Indonesia Consumer Insights” juga menunjukkan 69% responden Indonesia menyatakan mereka membeli lebih banyak bahan baku makanan secara online setelah penerapan pembatasan jarak.

Rama mengungkapkan, salah satu tantangan terbesar di Indonesia adalah pasar yang masih dikuasai offline channel. Sementara di Tiongkok dan AS, modern channel sudah menjadi pilihan utama. Sayurbox sendiri sedang fokus mengonversi pemain offline menuju online melalui digitalisasi supply chain dan membantu petani untuk bisa menjangkau konsumen yang lebih luas.

“Saat ini Indonesia masih terpaku pada digitalisasi dengan banyaknya proses yang masih manual. Sulit untuk mengumpulkan data yang lengkap dengan jumlah populasi yang sangat besar. Perjalanan masih sangat panjang.” tambahnya.

Pasar offline masih mendominasi

Di balik angka penetrasi belanja online yang meningkat, pasar offline masih mendominasi industri bahan makanan. Tidak sedikit masyarakat yang lebih memilih berbelanja ke pasar tradisional daripada memesan bahan makanan online karena perbandingan harga atau kualitas produk yang bisa dipilih sendiri.

Untuk mengantisipasi hal ini, pemain e-grocery seperti HappyFresh mencoba meningkatkan pengalaman pengguna dengan menyediakan personal shopper yang bertugas memilihkan bahan makanan dengan kualitas terbaik. Selain itu, banyak juga pemain lain yang menawarkan berbagai promosi untuk menjangkau pengguna baru.

Masyarakat Indonesia sendiri dikenal kental dengan budaya ramah tamah dan tawar menawar. Hal ini menjadi alasan utama rakyat Indonesia tidak bisa lepas dari pasar tradisional yang memungkinkan berbagai interaksi sosial. Namun, pandemi yang belum kunjung reda telah memaksa masyarakat untuk berdamai dengan situasi dan mengesampingkan kultur ini sejenak.

Meskipun penetrasi internet di Indonesia pada awal tahun 2021 sudah di angka 73,7 persen atau mencapai 202 juta penduduk, pangsa pasar online grocery sendiri masih terbatas. Meskipun statistik menunjukkan bahwa industri online grocery mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, segmentasi pasar dan layanannya sendiri masih terpusat di kota-kota besar seperti Jabodetabek.

Rama mengakui, pada awalnya, Sayurbox sendiri fokus menawarkan produk sehat dan organik dengan pangsa pasar menengah ke atas. Seiring berjalannya waktu, mereka menemukan fakta bahwa pasar ini tidak cukup besar. Lalu, mereka mulai mengembangkan layanan ke b2b dan menyasar lebih banyak kalangan menengah.

HappyFresh memiliki target serupa, khususnya kalangan retail. Tidak hanya untuk segmen menengah ke atas, tetapi juga mass market. Demografi perusahaan juga menunjukkan sekitar 80% konsumennya adalah perempuan berusia 25-40 tahun. Orang tua bekerja dan lajang profesional juga turut mewakili sekelompok besar pelanggannya.

Studi terbaru Alpha JWC Ventures dan Kearney memprediksi bahwa kota-kota tingkat dua dan tiga akan menyumbang 48 persen dari aktivitas e-commerce di Indonesia pada tahun 2025, naik dari 30 persen pada tahun 2020.

Dalam hal ini, beberapa pemain di industri semakin gencar menyasar kota tier 2 dan 3. Salah satunya adalah HappyFresh yang baru saja melakukan ekspansi ke Bogor dan Makassar. Melalui perluasan wilayah jangkauan ini, diharapkan masyarakat semakin mengenal dan memahami layanan online grocery di Indonesia.

Kemunculan pemain baru

Keterbatasan aktivitas offline telah menggeser pola konsumsi masyarakat ke ranah online. Begitu pula dalam berbelanja kebutuhan sehari-hari, banyak orang yang lebih memilih untuk menggunakan layanan pesan-antar guna mengurangi kontak fisik dan resiko terpapar virus. Hal ini dilihat sebagai kesempatan emas bagi banyak pihak untuk mencoba masuk dan menjangkau pasar online grocery.

Beberapa pemain mencoba melebarkan bisnis ke ranah online grocery, seperti Travelio menggunakan merk Traveliomart, juga Ubiklan dengan layanan Ubifresh. Di satu sisi, ini menjadi diferensiasi bisnis yang baik untuk menambah revenue stream perusahaan di tengah pandemi, namun juga menciptakan tantangan tersendiri untuk bisa menskalakan bisnis.

Selain itu, startup besar seperti Gojek dan Blibli juga sudah lebih dulu meluncurkan layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan berbelanja pengguna. Dengan basis pengguna yang sudah besar, GoMart dan BlibliMart dinilai akan lebih mudah untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Persamaan dari beberapa pemain yang sebelumnya disebut adalah, online grocery bukanlah bisnis inti mereka. Perusahaan yang memutuskan untuk ekspansi lini bisnis ke ranah yang cukup berbeda harus siap dengan berbagai risiko, termasuk bersaing dengan pemain yang memiliki core business yang sama.

Dalam wawancara dengan DailySocial, Filippo Candrini, Managing Partner HappyFresh Indonesia, menyampaikan, banyaknya pemain baru yang menyasar industri online grocery di Indonesia tidak serta merta menjadi hal yang mengkhawatirkan. Malahan, hal ini bisa memacu timnya untuk bekerja lebih keras dalam menelurkan inovasi baru.

It’s more like a marathon, not a race“, ungkapnya.

Terkait potensi Indonesia untuk memanfaatkan teknologi sepenuhnya dalam distribusi bahan makanan, Rama meyakini industri online grocery Indonesia akan bisa mencapai tahap itu. “Dengan pemain baru yang semakin banyak dan modern channel yang tentunya akan semakin berkembang, kita sudah dalam lajur yang tepat untuk sampai pada tahap itu,” ungkapnya.

Cita-cita HappyFresh Menjadi Marketplace Serba Ada untuk Grocery, Fokus pada Kemitraan dan Pengalaman Pengguna

Pandemi telah menyebabkan peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya di beberapa layanan online, termasuk e-grocery, didorong oleh pembatasan mobilitas dan masalah keamanan belanja offline. Filippo Candrini, Managing Director HappyFresh Indonesia, marketplace terkemuka di Indonesia untuk bahan makanan mengkonfirmasi pernyataan ini dan menguraikan beberapa mekanisme sebagai reaksi atas transisi ini.

“Pandemi ini telah mengubah cara banyak bisnis beroperasi. HappyFresh sebagai salah satu perusahaan digital pertama yang beroperasi di industri grosir online Indonesia mengalami lonjakan penggunaan layanan. Ini jelas menjadi tren yang berkembang sejak pandemi dimulai,” katanya.

Setelah satu tahun pandemi, HappyFresh berhasil beroperasi lebih baik. Dalam waktu yang sangat singkat, perusahaan telah menggandakan jumlah armadanya, memperoleh konsumen baru, dan meningkatkan produktivitas layanan. Namun, penting untuk menyoroti fakta bahwa pandemi tampaknya belum akan mereda.

“Apa yang telah kami lakukan, tahun lalu kami meningkatkan backend dan front-facing dalam platform untuk membantu akomodasi yang lebih baik, menambah fitur yang membatasi produk tertentu dalam jumlah massal untuk menghindari pembelian retorika, pengiriman tanpa kontak, menyediakan lebih banyak metode pembayaran, menguji armada kami, semua hal-hal yang telah kami lakukan dan terus kami lakukan pada dasarnya telah masuk dalam daftar rencana kami,” tambah Candrini.

Marketplace serba ada untuk grocery

HappyFresh memposisikan platformnya sebagai bahan makanan untuk mingguan atau bulanan. Perusahaan mengaku fokus pada grocery dan tidak merambah vertikal lainnya. Platform ini berfokus untuk menyediakan portofolio supermarket terbesar di Indonesia dengan pilihan toko khusus serta berbagai hal pelengkap bahan makanan.

“Kami tidak berniat untuk menjadi super app, namun kami ingin menjadi aplikasi super dalam grocery untuk pelanggan dan mitra kami,” tambah Candrini.

Dalam hal target pasar, platform bermaksud untuk menjadi layanan yang dapat melayani setiap pelanggan. Tidak hanya untuk segmen menengah ke atas, tetapi juga mass market. Demografi perusahaan juga menunjukkan sekitar 80% konsumennya adalah wanita berusia 25-40 tahun. Orang tua yang bekerja serta profesional lajang juga turut mewakili sekelompok besar pelanggannya.

“Banyak pelanggan kami berbelanja online pada tahun 2020 untuk pertama kalinya, dan mereka terus melakukan belanja mingguan atau bulanan karena merasa nyaman: Mitra Personal Shopper dan Rider kami yang terlatih akan memilih dan mengantarkan bahan makanan ke rumah mereka selagi mereka dapat mendedikasikan waktu untuk hal yang paling lebih penting, melupakan sejenak kemacetan lalu lintas, mengantri atau membawa tas berat, dan menikmati promosi online yang unik,” kata Candrini kepada DailySocial di wawancara terpisah.

Kenyamanan hadir dalam bentuk yang berbeda pada setiap individu, dapat berupa kecepatan pengiriman, harga, atau informasi terperinci. Namun, selama pandemi, hal itu juga berarti keamanan dalam hal kesehatan. Dari semua spektrum ini, HappyFresh berfokus untuk menghadirkan produk berkualitas tinggi dan pengalaman konsumen yang lebih baik. Termasuk menyediakan personal shopper dan kemasan khusus untuk memastikan kesegaran produk.

HappyFresh sangat ketat dalam memastikan kualitas produk yang mereka kirimkan. Oleh karena itu, sebagian besar pengiriman dilakukan oleh armada sendiri. Mereka hanya meneruskan pesanan yang memenuhi syarat ke pihak ketiga dan porsinya hanya sekitar 5% dari total volume. Dalam hal pengiriman produk, saat ini mereka bermitra dengan Grab dan Lalamove.

“Kami mencoba untuk bisa sangat personal melalui produk kami, oleh karena itu penting untuk membuat alur yang sangat sesuai dan sudah dipersonalisasi untuk setiap pengguna,” ujar Candrini.

Ada dua sumber utama monetisasi dalam platform ini, biaya layanan dari mitra dan biaya pengiriman dari konsumen. Dalam hal ini, perusahaan berusaha menghasilkan proposisi nilai yang setara bagi mitra dan konsumen.

Di awal tahun ini, HappyFresh juga meluncurkan program reward baru. Sistemnya cukup sederhana: dapatkan poin untuk setiap pesanan yang dikirim dan tukarkan dengan diskon untuk pembelian berikutnya. Setiap pesanan akan membuat pengguna semakin dekat menjadi anggota Gold untuk mendapatkan lebih banyak manfaat eksklusif. April lalu, platform tersebut juga menyertakan OVO sebagai metode pembayaran baru.

Selain HappyFresh, ada juga beberapa platform yang menyediakan layanan grosir online dengan proposisi nilai yang berbeda, termasuk SayurBox dan TaniHub.

Strategi Ekspansi

Selain di Indonesia, HappyFresh juga sudah tersedia di Malaysia dan Thailand. Dengan misi menyediakan layanan pengiriman online untuk kebutuhan rumah tangga bagi seluruh keluarga di Asia Tenggara, serta mempermudah hidup banyak orang, platform ini berusaha menjangkau pasar yang lebih luas dengan menggencarkan ekspansi lokal.

Studi terbaru dari Alpha JWC Ventures dan Kearney memprediksi bahwa kota-kota tingkat dua dan tiga akan menyumbang 48 persen dari aktivitas e-commerce di Indonesia pada tahun 2025, naik dari 30 persen pada tahun 2020. Candrini mengatakan ini sejalan dengan komitmen HappyFresh untuk terus meningkatkan layanan yang tersedia untuk seluruh rumah tangga Indonesia.

“Setiap kota dan wilayah layanan membutuhkan pendekatan khusus. Kami telah menjalin kemitraan dengan supermarket lokal dan perusahaan ritel nasional, serta mengadakan program untuk meningkatkan kesadaran akan manfaat dan kenyamanan belanja online untuk kebutuhan rumah tangga (kepada masyarakat dan pengguna baru),” tambahnya.

Di Makassar, HappyFresh telah menjalin kerjasama dengan beberapa supermarket, seperti Lotte Mart, Hero, dan Giant. Selama di Bogor, HappyFresh telah bermitra dengan Giant dan Tip Top. Secara total, platform ini telah bermitra dengan 400+ supermarket dan tersedia di 11 kota di seluruh Indonesia, termasuk Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Malang, Semarang, Makassar, dan Bali.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

HappyFresh Aims to be All-in-One Marketplace for Grocery, Focusing on Partnerships and Consumer Experience

The pandemic has led to an unprecedented increase in several online services, including e-grocery, driven by mobility restrictions and offline shopping security concerns. Filippo Candrini, the Managing Director of HappyFresh Indonesia, the country’s leading marketplace for groceries confirmed this statement and break down some of the mechanisms in reaction to this transition.

“This pandemic has shifted the way many businesses operated. HappyFresh, as one of the first digital companies operating in the online grocery industry, has experienced a surge in service usage. It obviously becomes a growing trend since the pandemic started,” he said.

After one year of pandemic, HappyFresh managed to operate without stressful conditions. In a very short time, the company has doubled its fleet numbers, gained new consumers, and improved services. However, it is important to highlight the fact that the pandemic does not seem to fade away.

What we’ve done, last year we did improve the backend and front-facing to help accommodate better, a feature that limited certain products in a mass quantity to avoid rhetoric purchases, contactless delivery, more payment methods, tested our fleet, all the things we’ve done and left continuing to do are basically have been stacked up on our plan,” Candrini added.

All-in-one marketplace for groceries

HappyFresh positioned its platform as the weekly or monthly groceries. The company declared to focus on groceries and not venturing in different verticals. The platform focused on catering to the largest portfolio of supermarkets in Indonesia with a nutritious selection of specialty stores and anything complementary to groceries.

“We don’t have any intention to become the super app, instead we want to be super at doing groceries for customers and our partners,” Candrini added.

In terms of target market, the platform intends to be a service that can cater to any customers. Not only for the middle to upper segment, but also the mass market. The demography also shows around 80% of its consumers are women aged 25-40 years. Working parents and single professionals also represent a large group of its customers. 

“Many of our customers shopped online in 2020 for the first time, and they continue to do their weekly or monthly shopping today because they feel comfortable: our trained Personal Shopper and Rider partners will select and deliver groceries to their homes while they can dedicate time. for what they love most, forgetting the hassle of traffic, queuing or carrying heavy bags, and also enjoying unique online promotions,” Candrini told DailySocial in different occasion.

Convenience works different with each individuals, it can be delivery speed, price tag or detailed information. However, during pandemic it also means health security. Across all these spectrums, HappyFresh focused on delivering high-quality products and better consumer experience. It includes providing personal shopper and special packaging to ensure the product’s freshness.

HappyFresh is very strict on the quality of products they delivered. Therefore, most of the deliveries are made by its own fleet. They only pass the eligible order to trivial partners and it is said less than 5% of the total volume. In terms of product delivery, they currently partnered with Grab and Lalamove.

“We tried to be very personal with our products, therefore it’s important to create a very customized and personalized flow for each user,” Candrini added.

There are two main sources of monetization in this platform, service fees from partners and delivery fees from consumers. In that regard, the company will try to generate equal value for partnerships and consumers. 

Earlier this year HappyFresh also launched a new rewards program. The system is quite simple: earn points for every order delivered and exchange it for a discount on the next purchase. Every order will get you closer to becoming a Gold member to get more exclusive benefits. Last April, the platform also includes OVO as a new payment method.

Aside from HappyFresh, there are also several platforms providing online grocery services with different value propositions, including SayurBox and TaniHub. 

Expansion strategy

Aside from Indonesia, HappyFresh has also available in Malaysia and Thailand. With a mission to provide an online delivery service for household needs for all families in Southeast Asia, also to make life easier for many people, the platform is trying to reach a wider market by intensifying local expansion.

A recent study from Alpha JWC Ventures and Kearney predicts that tier two and three cities will account for 48 percent of e-commerce activity in Indonesia by 2025, up from 30 percent in 2020. Candrini said this is in line with HappyFresh’s commitment to continuously improve services that is available for all Indonesian households.

“Each city and service area requires a special approach. We have formed partnerships with local supermarkets and national retail companies, as well as held programs to raise awareness of the benefits and convenience of online shopping for the household needs (to the public and new users),” he added.

In Makassar, HappyFresh has established partnerships with several supermarkets, such as Lotte Mart, Hero, and Giant. While in Bogor, HappyFresh has partnered with Giant and Tip Top. In total, the platform has partnered with 400+ supermarket and available in 11 cities across Indonesia, including Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Malang, Semarang, Makassar and Bali.

Application Information Will Show Up Here

Perluas Area Layanan, HappyFresh Ekspansi ke Bali

Platform belanja kebutuhan rumah tangga online HappyFresh mengumumkan ekspansi area layanan ke bulan November ini. Kepada DailySocial Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini mengungkapkan, pulau Bali menjadi penting bagi HappyFresh untuk meng-cater ukuran pasar yang luas, sarat dengan populasi yang digital savvy dan memiliki pilihan supermarket yang beragam.

“Terlebih lagi, waktu tempuh rata-rata dari rumah ke supermarket lebih tinggi dibandingkan dengan kota lain, karena jalan yang lebih kecil, jarak yang lebih jauh dan peningkatan lalu lintas dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini kami melayani wilayah Kuta, Seminyak, Kerobokan, Canggu, dan kami berharap dapat memperluas ke lebih banyak wilayah dalam beberapa bulan mendatang,” kata Filippo.

Di Bali, HappyFresh menggandeng beberapa mitra supermarket dan toko-toko khusus seperti Grand Lucky, Papaya Fresh Gallery, The FoodHall, Giant Ekspres, Frestive, Vines, Re.juve, Natural Farm, dan Red & White. Ke depannya perusahaan juga akan menambah beberapa mitra dalam beberapa bulan mendatang.

Sebelumnya, HappyFresh sudah beroperasi di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya, dan Malang. Ekspansi ke Bali merupakan langkah strategis yang dilakukan HappyFresh tahun ini.

Disinggung seperti apa strategi HappyFresh untuk bersaing dengan platform serupa lainnya yang juga telah hadir di Bali, Filippo menegaskan, aplikasi HappyFresh dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan belanja bahan makanan online, mulai dari berbagai macam kategori produk hingga berbagai macam supermarket dan tempat berbelanja.

“Didukung dengan personal shopper dan mitra pengemudi kami yang terlatih dalam menangani bahan makanan dan semua pesanan yang dikirim dalam kotak berinsulasi termal untuk menjaga produk tetap segar atau beku,” kata Filippo.

Rencana dan target HappyFresh

Selama pandemi permintaan dari pengguna akan layanan HappyFresh cukup tinggi, seiring dengan aturan PSBB dari pemerintah dan WFH. Sejumlah kemitraan juga telah dilancarkan oleh perusahaan, seperti dengan Bukalapak. Sementara itu kerja sama strategis dengan Grab melalui GrabFresh juga masih berjalan.

Dari sisi jumlah pengguna HappyFresh juga mengalami pertumbuhan positif, meskipun enggan disebutkan lebih lanjut berapa jumlah pengguna HappyFresh hingga saat ini.

“Saya tidak dapat mengungkapkan jumlahnya, tetapi yang dapat saya informasikan adalah bahwa kami telah menyaksikan peningkatan permintaan secara organik. Mayoritas pelanggan yang memesan di Bali beberapa hari terakhir ini adalah pelanggan baru, tetapi kami juga melihat pesanan dari pelanggan HappyFresh lama yang dulunya sudah berbelanja di kota lain, seperti Jakarta dan Surabaya,” kata Filippo.

Tahun depan HappyFresh memiliki rencana dan target yang ingin dicapai, di antaranya adalah mempercepat pertumbuhan dan memberikan kepuasan pelanggan, baik di kota yang sudah ada maupun kota yang baru. Perusahaan juga ingin berfokus pada kualitas layanan, menambahkan fitur baru yang menarik, mitra supermarket, opsi pembayaran, dan penawaran eksklusif.

Application Information Will Show Up Here

HappyFresh Hadir di Aplikasi Bukalapak, Lengkapi Fitur “Online Groceries” [UPDATED]

Bukalapak menggaet HappyFresh untuk perilisan fitur baru online groceries yang sudah bisa diakses melalui aplikasi Bukalapak. Perilisan ini merupakan dalam rangka mendongkrak bisnis online groceries di Bukalapak yang meningkat semenjak pandemi Covid-19.

Sebelum hadir di aplikasi Bukalapak, layanan HappyFresh dapat diakses melalui Grab (untuk fitur Groceries) dan Line (untuk fitur LINE MAN) yang baru hadir di Thailand per awal tahun ini. Rencana tersebut sudah dipersiapkan perusahaan pada tahun lalu berdasarkan wawancara terakhir bersama DailySocial.

Dalam keterangan resmi, Bukalapak mencatat sejak awal Maret ini ada kenaikan transaksi bahan pokok hingga 3,5 kali lipat dari bulan sebelumnya. Hingga saat ini, kategori tersebut menjadi paling banyak dicari konsumen.

“Agar terus dapat memenuhi kebutuhan ini dengan baik, kami terdorong untuk terus mengembangkan produk dan layanan Bukalapak. Hal inilah yang melatarbelakangi kerja sama kami dengan HappyFresh, di mana seluruh pengguna kami sekarang dapat berbelanja di grocery stores pilihan mereka sambil tetap menjalankan protokol physical distancing,” ucap Director of Fintech, Payment, and Virtual Products Bukalapak Victor Lesmana, Senin (13/7).

Bukalapak sendiri sebelumnya merilis fitur online groceries berkonsep O2O BukaMart sejak tahun lalu. Sasaran tujuan dan pengguna dari layanan ini berbeda dengan Groceries HappyFresh. Secara terpisah, kepada DailySocial, Victor menerangkan BukaMart diinisiasi untuk menciptakan ekonomi yang adil untuk semua lapisan masyarakat melalui platform online.

BukaMart adalah fitur yang diluncurkan untuk menyediakan berbagai kebutuhan barang sehari-hari melalui kerjasama dengan sejumlah penyedia barang yang resmi dan terpercaya. BukaMart juga bekerjasama dengan warung Mitra Bukalapak untuk melayani kebutuhan masyarakat.

Mitra BukaMart ini tersebar di beragam lokasi di kota besar dan kecil, di antaranya Balikpapan, Ngawi, Blitar, Madiun, Jember dan sebagainya. Produk yang dijual berasal dari penyuplai resmi dan dapat dikirim di hari yang sama dengan mitra kurir logistik.

Pengalaman berbelanja di HappyFresh melalui Bukalapak, tidak jauh berbeda dengan GrabFresh, misalnya. Di halaman utama, pengguna akan disuguhkan dengan supermarket yang terdekat dari lokasi mereka sebelum mulai berbelanja.

Di aplikasi HappyFresh sendiri, telah terintegrasi dengan Dana untuk pilihan metode pembayarannya. Mereka telah bekerja sama dengan lebih dari 150 supermarket dan toko-toko khusus yang tersebar di Jadetabek, Bandung, Surabaya, dan Malang. Di samping itu di tiap lokasi, HappyFresh memiliki tim internal diberi nama Personal Shoppers yang telah dilatih dan diantarkan oleh kurir sendiri.

“Kami senang dapat bermitra dengan Bukalapak [..] Pengguna Bukalapak sekarang dapat berbelanja bahan makanan dan kebutuhan sehari yang praktis dan aman, dengan tetap menjaga norma social distancing [..],” imbuh Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini.

Industri paling “hijau”

Bisa dikatakan online groceries menjadi salah satu industri yang tumbuh paling “hijau” di tengah pandemi Covid-19. Oleh karenanya, industri ini menjadi ajang bagi perusahaan lain untuk melirik dan mencari peruntungan di sana dan meramaikan peta persaingan online groceries.

Dalam pantauan DailySocial, sejumlah perusahaan tersebut antara lain startup solusi iklan berjalan Ubiklan yang merilis UbiFresh; startup proptech Travelio masuk dengan TravelioMart; startup pemberdayaan UKM Titipku; startup logistik Deliveree; startup logistik last mile Paxel; hingga perusahaan penyedia ISP Greenet merilis NetBli.

Upaya dari startup di atas adalah bagian dari pilihan agar tetap relevan dengan situasi dengan keadaan agar perusahaan tetap hidup. Besar kemungkinan bisnis tersebut akan dilanjutkan karena saat new normal, kebutuhan belanja sehari-hari bakal tetap ada peminatnya.

 

*Update: Kami menambahkan penjelasan mengenai BukaMart

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Rayakan Hari Jadi Kedua, HappyFresh Rombak Tampilan Aplikasi dan Rambah Segmen Korporat

Salah satu pionir aplikasi grocery shopping HappyFresh kemarin (23/3) merayakan hari jadinya yang kedua beroperasi di Indonesia. Momentum tersebut menegaskan kehadiran HappyFresh untuk senantiasa fokus pada peningkatan pelayanan kepada para pelanggannya.

Sekadar informasi, HappyFresh didirikan pada Oktober 2014 dan berkantor pusat di Jakarta, namun baru diresmikan pada 23 Maret 2015. Di Indonesia sendiri, HappyFresh telah meluaskan ekspansinya, termasuk ke wilayah Tangerang, Bekasi, Bandung dan Surabaya.

Untuk merayakan hari jadinya tersebut, HappyFresh mengumumkan sejumlah strategi baru. Di antaranya, pembaruan aplikasi HappyFresh versi 2.0 dengan tampilan antarmuka dan home screen baru, serta fitur promo untuk kartu kredit sehingga pelanggan yang melakukan pembayaran lewat kartu kredit dapat langsung menikmati promosi tersebut.

[Baca juga: CEO HappyFresh: “2017 adalah Tahun Kami Berkembang”]

Tak hanya itu, dalam pembaruan aplikasi turut dihadirkan fitur baru lainnya, seperti My Items yang memungkinkan pelanggan untuk melakukan pengecekan terhadap produk yang dibeli; Delivery Checker untuk melacak pesanan pelanggan; Shopper Notes yang menyediakan kolom agar pelanggan dapat memberi pesan kepada Personal Shopper melalui aplikasi terkait spesifikasi barang yang ingin dibeli; dan peta serta kolom notifikasi baru.

“Tampilan antarmuka adalah salah satu elemen penting yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, terutama untuk bisnis berbasis aplikasi dan website seperti HappyFresh. Oleh karenanya, kami terus menerus melakukan inovasi berdasarkan kebutuhan dan gaya hidup pelanggan, agar mereka semakin nyaman dan mudah,” ucap Co-Founder dan CTO HappyFresh Grup Fajar Budiprasetyo dalam keterangan resmi.

Selain memperbarui aplikasi, HappyFresh juga siap menggarap sektor korporat yang dinamai HappyCorporate. Layanan yang disediakan adalah kebutuhan belanja rutin perusahaan (pantry supplies) seperti tisu, kopi, gula, teh, buah, dan makanan ringan. HappyCorporate diklaim mendapat sambutan positif dan sementara ini sudah menjadi 14 perusahaan sebagai pelanggan.

Layanan teranyar ini dinilai sesuai dengan misi perusahaan yang ingin menyediakan lebih banyak pilihan produk dan melayani lebih banyak pelanggan.

Untuk ketersediaan supply barang, HappyFresh juga terus menambah kemitraan dengan perusahaan Fast Moving Consumer Good (FMCG) salah satunya PT Unilever Indonesia, supermarket seperti Transmart Carrefour.

Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini menjelaskan kemitraan dengan Transmart Carrefour sebenarnya sudah dijajaki sejak tahun lalu. Namun baru bisa diwujudkan pada awal tahun ini, opsi gerai Transmart Carrefour pun belum berlaku untuk luar Jabodetabek.

Gerai Transmart Carrefour yang sudah bekerja sama dengan HappyFresh diantaranya berlokasi di MT Haryono, Blok M, Lebak Bulus, Kalimalang, Puri Indah, BSD, dan Depok.

“Banyak pengguna HappyFresh yang request untuk menghadirkan Transmart Carrefour di aplikasi. Kami coba dengarkan permintaan mereka,” ucap Candrini dikutip dari detikINET.

Selain Transmart Carrefour, HappyFresh juga telah bermitra dengan Ranch Market, Farmers Market, Grand Lucky, Lotte Mart, Red & White, Super Indo Supermarket dan LOKA Lifestyle Supermaret.

Kemitraan lainnya, dengan Bank Standard Chartered Indonesia. Pelanggan mendapat program promosi dan reward khusus untuk pengguna kartu kredit Standard Chartered. Bagi yang belum memiliki kartu kredit, pelanggan dapat mengajukan aplikasinya lewat HappyFresh.

“Kami percaya pencapaian selama dua tahun ini akan terus berkembang dengan adanya teknologi anyar yang kami sediakan, serta kerja sama dengan mitra baru. Tahun ini kami optimis dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan melayani lebih banyak pelanggan dibandingkan tahun lalu,” tandas Candrini.

Application Information Will Show Up Here

CEO HappyFresh: “2017 adalah Tahun Kami Berkembang”

Di penghujung tahun 2016, Guillem Segarra didapuk menjadi CEO baru HappyFresh, menggantikan Markus Bihler yang kini menjadi Vice Chairman. Bersama dengan Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini, DailySocial berbincang soal update dan fokus HappyFresh tahun ini.

Salah satu langkah strategis yang dilakukan HappyFresh di awal tahun adalah menggandeng Transmart Carrefour. Transmart Carrefour adalah pemain besar, bahkan terbesar terbesar di industri grocery Indonesia, dan kemitraan ini dirasa penting ini meningkatkan kredibilitas HappyFresh.

Awalnya HappyFresh menjalin kemitraan dengan 2 gerai di Jakarta dan rencananya terus mengembangkannya untuk menjangkau lebih banyak gerai di Jabodetabek.

Filippo menegaskan kawasan Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya tetap menjadi fokus HappyFresh tahun ini dan mereka belum berencana menambah kota-kota baru. Ekspansi bakal diutamakan untuk menambah gerai dan kemitraan dengan ritel di kota-kota tersebut sehingga area cakupannya menjadi semakin luas.

Ketika disinggung soal mitra ritel HappyFresh yang mulai mengembangkan layanan online grocery sendiri, misalnya Ranch Market dengan KeSupermarket, Guillem mengatakan pihaknya tidak merasa khawatir. Menurutnya hubungan mereka bukan sebagai kompetitor, tetapi lebih sebagai sinergi.

Memang pasar online grocery di Indonesia bisa dibilang belum besar. Jangkauannya masih fokus ke kota-kota besar yang banyak dihuni digital adopter yang memiliki sedikit waktu untuk berbelanja barang-barang kebutuhan sehari-hari.

Sinergi antara pemain ritel dan pemain online bisa mendorong perubahan budaya dan mereka optimis bahwa kuenya masih cukup besar untuk dibagi-bagi para pemain di sektor ini, bahkan antara pemain online dan offline sekalipun. Selain HappyFresh dan KeSupermarket, pemain di sektor ini adalah Honestbee dan Go-Mart. Yang terakhir adalah salah satu lini layanan on-demand Go-Jek.

Menariknya, Guillem mengatakan secara bisnis sebenarnya HappyFresh sudah mulai mengarah ke arah profit per akhir tahun lalu. Meskipun demikian, pendanaan masih dibutuhkan perusahaan untuk berekspansi. HappyFresh secara total sudah 3 kali mendapatkan pendanaan, terakhir adalah pendanaan Seri B di bulan Agustus 2016.

Fokus tahun 2017

Guillem menyebutkan tahun 2017 adalah waktu yang tepat bagi pihaknya untuk berkembang setelah 2 tahun pertama memperkenalkan layanan ke masyarakat. Menurutnya, skeptisisme masyarakat telah berubah dan konsumen sudah mulai nyaman berbelanja secara online, terima kasih kepada layanan e-commerce yang sudah membantu membentuk budaya ini.

“[Menurut kami] customer journey tidak hanya soal pengalaman. Fokus [kami] adalah soal pengalaman, mendorong pertumbuhan, dan meningkatkan partisipasi dan keaktifan konsumen,” ujar Guillem.

Selain di Indonesia, HappyFresh juga beroperasi di Malaysia dan Thailand.

Terhadap usaha menjaga kualitas layanan yang menjanjikan pengiriman barang dalam waktu kurang dari satu jam, Guillem menyebutkan HappyFresh memiliki tiga pilar utama sebagai filosofi. Yang pertama mencakup sisi manusia, termasuk dalam pelatihan dan pendelegasian. Hal kedua adalah keunggulan teknologi. Yang terakhir adalah integrasi dan kolaborasi yang erat dengan mitra soal supply chain.

Sebagai pemain lama, pihaknya berharap hadirnya pemain raksasa (misalnya grup Amazon dan Alibaba) ke pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia, bakal mendorong potensi bisnis yang lebih baik. Para raksasa tersebut bakal membantu memperkenalkan bisnis online grocery secara lebih luas dan HappyFresh bisa memetik hasil investasi awalnya untuk membangun bisnis yang berkelanjutan dan berkembang (scale up).

Disinggung soal tren pembayaran di Indonesia, yang penetrasi kartu kreditnya masih terbatas, Guillem menjawab pihaknya terbuka dengan berbagai metode pembayaran yang lain. Guillem melihat ada tren menuju masyarakat non-tunai (cashless), meskipun demikian opsi Cash On Delivery (COD) tetap tersedia.

Application Information Will Show Up Here