Tips Pinjaman Modal Cepat Cair dan Cepat Lunas, UMKM Wajib Tahu!

Bagi pelaku usaha, termasuk UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) kesempatan mendapat pinjaman modal, kini makin terbuka luas. Pemerintah mendukung ini, melalui dorongannya kepada berbagai lembaga keuangan untuk dapat saling bekerja sama.

Lembaga keuangan seperti perbankan maupun platform financial technology atau fintech, banyak menawarkan pinjaman modal bagi pelaku UMKM. Kesempatan ini dapat jadi peluang bagi UMKM untuk mempercepat pertumbuhan bisnisnya.

Meski begitu, lembaga keuangan tentu tak sembarang dalam menyalurkan dananya. Ada kriteria-kriteria tertentu bagi pelaku UMKM yang ingin mendapatkan pinjaman modal. Sehingga, dana dapat tersalurkan tepat sasaran dan tepat guna.

Lantas, apa saja kriteria pelaku UMKM yang dapat dikatakan layak untuk mendapatkan pinjaman modal? Lalu, bagaimana pelaku UMKM mengolah pinjaman modal sampai untung dan cepat lunas? Berikut penjelasannya.

Panduan Agar Pinjaman Modal UMKM Disetujui

Gabriel Frans, CEO dan Co-Founder layanan pembukuan digital CrediBook memaparkan, hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pelaku UMKM, guna memperbesar peluang pinjaman modalnya disetujui oleh pemberi pinjaman.

“Setiap lembaga pemberi pinjaman memiliki kriteria tertentu. Pelaku UMKM perlu menampilkan profil usaha yang kredibel lewat laporan keuangan usaha yang baik,” ungkap Gabriel.

Selain itu, Gabriel menambahkan, terdapat beberapa poin lainnya yang dapat dilakukan pelaku UMKM, agar pinjaman modal yang diajukannya disetujui dan cepat cair. Di antaranya, sebagai berikut:

  • Mengurus Perizinan Usaha

Pertama-tama, pelaku UMKM perlu memastikan usahanya telah memiliki legalitas. Misalnya, surat izin usaha mikro dan kecil (IUMK) atau jenis surat izin usaha lainnya. Selain penting untuk mengajukan pinjaman, perizinan usaha juga dapat memperluas potensi bisnis.

“(Perizinan usaha) dapat meningkatkan kredibilitas usaha dalam menjalin kerja sama dengan pihak lain dan mendapatkan sertifikasi. Maka dari itu, pelaku UMKM perlu segera mengurus legalitas usaha untuk mengembangkan bisnis yang lebih berdaya saing” kata Gabriel.

Dengan kata lain, perizinan usaha dapat membangun kepercayaan publik, juga meningkatkan daya saing usaha. Selain mengurus perizinan, pelaku UMKM juga perlu melengkapi seluruh dokumen persayaratan lainnya, sesuai dengan yang diminta oleh pihak pemberi pinjaman.

  • Pisahkan Keuangan Pribadi dan Usaha

Menurut Gabriel, memisahkan keuangan pribadi dengan usaha, menunjukkan profesionalitas pelaku usaha dalam mengelola cashflow atau arus kas. Apalagi, pemberi pinjaman biasanya akan menganalisa riwayat transaksi dan kredit dari setiap calon peminjam.

“Memiliki rekening yang terpisah antara usaha dan pribadi direkomendasikan. Ini akan memudahkan proses pengajuan pinjaman. Penelusuran riwayat transaksi dan kredit langsung berfokus pada kegiatan bisnis, tanpa tercampur dengan urusan pribadi,” tambahnya.

Lalu, Gabriel juga menyarankan pemasukan bisnis sebaiknya tidak digunakan untuk membeli kebutuhan pribadi. Sebagai alternatif, sebagian dari keuntungan usaha dapat disisihkan untuk keperluan pribadi.

“Kemudian, pisahkan pencatatan keuangan pribadi dan usaha. Dengan begitu, pelaku UMKM bisa memantau pertumbuhan bisnisnya karena pengelolaan keuangannya lebih tertata,” jelas Gabriel

  • Pencatatan Keuangan Rapi

Faktor yang membuat pengajuan pinjaman cepat cair lainnya adalah memiliki laporan keuangan usaha yang rapi. Laporan keuangan dapat digunakan sebagai dokumen pendukung, yang menjadi nilai plus di mata pemberi pinjaman.

“Untuk memiliki laporan keuangan yang rapi, pelaku UMKM perlu membangun kebiasaan mencatat keuangan setiap harinya. Agar lebih praktis, pelaku UMKM dapat memanfaatan pembukuan digital,” saran Gabriel.

Gabriel berkata, pengelolaan pinjaman modal perlu dibarengi dengan strategi alokasi dana yang baik, setelah pengajuan diterima. Tujuannya, agar pelaku UMKM semakin produktif meningkatkan bisnis, sehingga pinjaman modal lancar dibayar dan cepat dilunasi.

Cara Kelola Pinjaman Agar Untung dan Cepat Lunas

Pinjaman modal atau hutang sering kali dianggap hal yang pantang. Namun, sebenarnya pinjaman modal membawa keuntungan bagi bisnis, jika digunakan untuk kebutuhan produktif seperti mengembangkan bisnis.

Keuntungan meminjam modal bagi pelaku UMKM adalah dapat meningkatkan kapasitas produksi, untuk mengejar penghasilan yang optimal. Selain itu, dapat mendorong pelaku UMKM untuk terus berinovasi dalam usahanya.

“Di antaranya seperti dapat menambah variasi produk, melakukan promosi, menambah sumber daya manusia, dan lainnya. Maka tambahan modal tersebut akan meningkatkan potensi pelaku UMKM untuk memperoleh keuntungan lebih,” kata Gabriel.

Namun, Gabriel menyarankan, pelaku UMKM perlu bijaksana dalam mengelola pinjaman. Caranya, dapat dimulai dengan cermat dalam mengatur perputaran uang, agar bisa memenuhi pengembalian pinjaman.

Ada pun cara lainnya dapat dilakukan dengan melakukan hal-hal berikut ini:

  • Waktu Berhutang yang Pas

Pelaku UMKM direkomendasikan untuk mengajukan pinjaman pada saat permintaan konsumen meningkat, namun modal sangat terbatas. Pinjaman modal dapat dialokasikan untuk memenuhi stok dagangan.

Selain itu, pelaku UMKM juga dapat memanfaatkannya agar memiliki kapasitas lebih untuk terus memenuhi permintaan pelanggan, meningkatkan omzet, dan semakin meningkatkan usahanya.

  • Tentukan Besaran Hutang yang Ideal

Gabriel menilai, porsi ideal pinjaman modal bagi UMKM, sebaiknya tidak lebih dari 30%, dari jumlah keseluruhan modal. Tujuannya untuk memastikan agar bisnis tetap bisa beroperasi, meski ada tanggungan cicilan pinjaman.

“Oleh karena itu, sebelum mengajukan pinjaman, pelaku UMKM perlu memperhitungkan kebutuhan dan kemampuan finansialnya. Di antaranya menghitung kebutuhan bisnis, pengeluaran harian, serta mempersiapkan dana darurat untuk bisnis,” ujar Gabriel.

  • Berhutang ke Tempat yang Tepat

Selanjutnya, pelaku UMKM harus memastikan untuk mengajukan pinjaman ke tempat yang tepat. Paling aman, pelaku UMKM dapat mengajukan pinjaman ke institusi keuangan yang resmi terdaftar dan dilindungi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Salah satunya bisa memanfaatkan bantuan pinjaman dari pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR). Karena proses pengajuannya terbilang cepat dan bunga yang dikenakan juga ringan,” saran Gabriel.

  • Hindari Potensi Kredit Macet

Di tengah masa cicilan, sering kali terjadi permasalahan yang dialami peminjam, salah satunya kredit macet. Kredit macet adalah sebuah kondisi di mana peminjam kesulitan hingga tidak mampu membayar hutang. Mulai dari pemangkiran, penundaan serta permintaan perpanjangan masa cicilan.

Gabriel pun memaparkan hal-hal yang dapat dilakukan guna terhindar dari potensi kredit macet, antara lain sebagai berikut:

  • Pastikan biaya pinjaman termasuk bunga atau bagi hasil, lebih kecil dari potensi tambahan penghasilan dari pinjaman.

Misalnya, tambahan pinjaman sebesar 10 juta rupiah, bisa memberikan tambahan penghasilan 1 juta rupiah, dengan biaya pinjaman 300 ribu rupiah (keuntungan bersih Rp 700 ribu). Dengan begitu, pelaku usaha bisa membayar cicilan melalui penghasilan tambahan dari pinjaman tersebut.

  • Bayar pinjaman tepat waktu.

Jumlah pinjaman biasanya diberikan berdasarkan tingkat kepercayaan pemberi pinjaman kepada peminjam. Dengan selalu membayar tepat waktu, pelaku UMKM menunjukkan bahwa dirinya layak dipercaya mendapat pinjaman lagi di masa mendatang.

  • Cermat dalam mengatur arus kas.

Perputaran uang yang kurang cermat bisa berpotensi kepada ketidakmampuan membayar pinjaman tepat waktu. Dengan mengatur arus kas, pelaku UMKM dapat menghindari kondisi kekurangan dana, ketika hendak membayar pinjaman yang jatuh tempo.

Begitulah serangkaian tips dari Gabriel Frans, terkait pinjaman modal bagi pelaku UMKM. Menurutnya, jika dikelola dengan baik, pinjaman modal dapat menjadi pendorong keberlanjutan UMKM di tengah pandemi, sehingga dapat jadi solusi bagi pelaku UMKM.

Platform Perencanaan Digital Fasilitasi Literasi dan Kemandirian Finansial

Dewasa ini, kemandirian finansial kerap menjadi perbincangan khalayak, terutama generasi muda di Indonesia.  Kemandirian finansial sendiri diartikan sebagai kondisi di mana seseorang tidak terbebani dengan hutang konsumtif serta memiliki sumber penghasilan pasif yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan sehari-hari.

Setiap orang memiliki tolok ukur berbeda dalam hal kemandirian finansial. Satu hal yang pasti, untuk mencapai tujuan tersebut, perencanaan keuangan yang baik sangat dibutuhkan. Penggunaan teknologi seperti pencatatan keuangan dan platform investasi bertujuan mempermudah orang mencapai tujuan finansial, namun tidak sedikit yang masih belum paham mengenai perencanaan keuangan yang efektif.

COO dan Co-Founder Sribuu Nadia Fadila mengungkapkan fenomena di industri fintech lima tahun ke belakang adalah fokus pada inklusi. Perusahaan fintech berlomba mengajak masyarakat menggunakan platform digital seperti uang elektronik, memperkenalkan bank online, dan mempermudah akses investasi.

“Menurut data OJK, 80% orang indonesia sudah punya akses ke perbankan. Namun, tingkat literasi keuangan masih 30%. Masih ada masalah yang bisa kita tackle ke depannya sebagai [platform] fintech. Bagaimana orang bisa menggunakan berbagai akses sesuai dengan kecerdasan finansial mereka,” ujar perempuan yang kerap disapa Dila ini.

Berangkat dari fenomena ini, Sribuu ingin memfasilitasi dan membantu mengarahkan para generasi muda untuk bisa memiliki perencanaan keuangan yang baik demi mencapai tujuan-tujuan finansial mereka, tentunya dibantu dengan pemanfaatan teknologi terkini.

Literasi seiring inklusi

Sebelum masuk ke era teknologi, masyarakat melakukan perencanaan keuangan secara manual dengan mencatat di buku. Lalu, seiring kemajuan zaman, mereka beralih menggunakan aplikasi Spreadsheet. Saat ini pengguna semakin dimudahkan dengan kehadiran platform pencatatan keuangan berbasis AI yang bisa memberi rekomendasi terpersonalisasi berdasarkan rekam jejak dan preferensi pengguna. Rekomendasi ini tak luput dari tinjauan para penasihat keuangan yang bersertifikasi.

Di samping mempermudah proses perencanaan keuangan, platform teknologi juga berkontribusi dalam meningkatkan literasi keuangan di tengah masyarakat. Sribuu, misalnya, aktif memberi edukasi terkait literasi keuangan melalui media sosial dan artikel yang ada dalam aplikasi.

Untuk jangkauan luar jaringan, perusahaan mulai dari sebuah komunitas dan ingin memperluas jangkauan. Salah satunya melalui kerja sama dengan lebih dari 30 kampus di lebih dari 10 kota dengan program kampus ambasador Sribuu.

Ketika pandemi pertama kali mencuat, banyak orang yang mulai peduli dengan kesehatan finansial mereka. Semakin banyak orang yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh terkait investasi, asuransi diiringi meningkatnya traksi pada banyak instrumen keuangan. Namun, dengan latar belakang, tanggung jawab, dan penghasilan yang berbeda pada tiap orang, tidak ada satu formula khusus yang bisa diaplikasikan untuk semua. Di sini, literasi finansial sangat dibutuhkan dalam memutuskan instrumen yang cocok untuk perencanaan keuangan yang efektif.

Siklus perencanaan keuangan

Di diskusi #SelasaStartup yang mengambil topik “Road to Financial Freedom: Mendalami Peran Teknologi Dalam Mencapai Kebebasan Finansial”, Business Development Sribuu Achmad Farhan Noor memaparkan tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam usaha mencapai tujuan finansial. Hal pertama yang harus ditentukan adalah target jangka waktu untuk mencapai kemandirian finansial dan berapa banyak yang dibutuhkan untuk sampai pada titik tersebut.

Setelah menetapkan tujuan, maka siklusnya dimulai dengan menentukan budget yang dibagi dalam kategori. Salah satunya adalah alokasi untuk tabungan, di sini bisa mulai melihat kalau ada instrumen investasi sesuai profil risiko yang bisa digunakan untuk bisa mencapai tujuan lebih cepat. Lalu, mulai melaksanakan pencatatan transaksi harian. Untuk kemandirian finansial, biasanya memiliki jangka waktu yang lama, maka dari itu dibutuhkan evaluasi selang beberapa waktu untuk memastikan tetap berada di jalur yang tepat.

Dalam menjalankan siklus ini, dibutuhkan komitmen yang tidak sedikit. Selain harus tekun mencatat pengeluaran, harus bisa menahan diri untuk tidak menghabiskan lebih dari budget yang sudah ditetapkan. Sebagai platform teknologi, fokusnya adalah membantu mempermudah prosesnya, juga mengingatkan, namun komitmen datang dari masing-masing individu.

Farhan menambahkan, “Rata-rata anak muda sekarang memiliki pengeluaran sekitar 10-20 persen lebih besar dari pendapatannya. Hanya sekitar 10% yang bisa membeli salah satu akses paling penting, yaitu rumah.”

Berbagai platform digital menawarkan kemudahan untuk akses layanan perbankan. Di satu sisi, hal ini memberi dampak positif dalam mendorong inklusi, namun jika tidak digunakan dengan baik juga bisa menjerumuskan. Salah satu yang jadi penghalang dalam mencapai kemandirian finansial adalah utang. “Rumus singkatnya, utang tidak boleh lebih besar dari 30% jumlah pendapatan,” ujar Dila.

Satu hal yang menarik adalah perencanaan keuangan bisa diterapkan oleh semua orang, terlepas memiliki penghasilan tetap atau tidak. Dila mengungkapkan, pengguna Sribu juga ada yang pekerja lepas (freelancer). Menurutnya, sangat penting untuk memiliki dana darurat paling tidak 6-12 bulan pengeluaran bulanan untuk kondisi yang tidak bisa diprediksi.

Proteksi sebelum investasi

Karena literasi yang masih minim, Farhan juga menyebutkan sering terjadinya miskonsepsi. Sebelum menetapkan tujuan keuangan, ada dua hal yang tidak kalah penting untuk dimiliki terlebih dahulu, yaitu asuransi dan dana darurat. Dua hal ini adalah untuk proteksi, ketika hal itu sudah terpenuhi, maka baru bisa pakai instrumen investasi.

“Banyak kondisi di mana belum ada proteksi langsung terjun investasi. Ketika ada dalam situasi genting, tanpa dana darurat, investasi terpaksa harus dicairkan,” ujarnya.

Salah satu topik yang sering muncul pada bahasan terkait perencanaan keuangan untuk generasi muda adalah eksistensi generasi sandwich. Generasi ini diartikan sebagai kondisi ketika seseorang harus memenuhi kebutuhan tidak hanya untukdiri sendiri, tetapi juga dua (atau lebih) generasi — di atas dan di bawah. Pilihannya adalah bagaimana menetapkan alokasi yang baik untuk kebutuhan maupun keinginan. Jika ada kekurangan, maka harus ada kesadaran untuk mencari pemasukan tambahan.

Terkait instrumen investasi, saat ini Sribuu sedang mengembangkan komunitas dalam mengakomodasi tujuan finansial tertentu, seiring dengan usaha edukasi dari sisi investasi. Namun integrasi dengan instrumen investasi belum tersedia dalam aplikasi.

Beberapa waktu lalu, Sribuu berhasil mengantongi pendanaan tahap awal dari Beenext dan beberapa angel investor. Pendanaan ini disebut akan fokus pada pengembangan rekomendasi keuangan yang lebih terpersonalisasi serta teknologi advisory membantu pengguna meraih tujuan-tujuan finansial.

Sejak beroperasi penuh di awal tahun 2021 lalu, Dila mengungkapkan, tantangan terbesar, selain literasi keuangan, adalah belum adanya sistem open banking yang diregulasi OJK.

Selain Sribuu, aplikasi sejenis yang juga sudah populer di Indonesia, termasuk Finansialku, Pay Ok, PINA, Finoo, Moni, Xettle, Finku, Neu (Fazz Financial Group). Sebagian dari mereka sudah mengantongi kepercayaan dari investor dalam bentuk perolehan dana segar.

“Jangan takut untuk mulai bermimpi mencapai kemandirian finansial. Pahami realita, lalu tentukan tujuan. Bangun komitmen yang kuat untuk merencanakan keuangan. Banyak yang takut ketika berbicara mengenai perencanaan keuangan. Namun, ketika sudah mengerti kondisinya, masalah keuangan jadi tidak seberat yang dipikirkan di awal. Mulai dari yang kecil, yang penting mulai dulu,” tutup Dila.

Application Information Will Show Up Here

Alternatif Menuju Kemandirian Finansial Lewat Aplikasi Pencatatan Keuangan Pribadi

Pengetahuan mengelola keuangan dulu memang tidak diajarkan di sekolah, namun memiliki pengetahuan dasar keuangan pribadi, seperti perencanaan keuangan, tabungan dan investasi, dan manajemen utang adalah rangkaian penting menuju keuangan sehat. Setiap orang punya ambisi untuk mencapai hal tersebut, apalagi setiap momentum awal tahun.

Belakangan perangkat berbasis digital membantu pengetahuan dasar tersebut makin banyak bermunculan, seiring meningkatnya penetrasi internet dan literasi finansial. Jumlah pengguna aplikasi wealthtech terus meningkat semenjak pandemi melanda dan berhasil melontarkan Ajaib sebagai startup unicorn.

Kepopuleran wealthtech mendorong kemunculan tren kehadiran aplikasi pencatatan keuangan pribadi. Istilah lain yang sering digunakan untuk mengategorikannya adalah manajemen keuangan pribadi (personal finance) atau budget tracking. Esensinya tetap sama.

Sebelumnya, fitur ini umum hadir sebagai nilai tambah aplikasi wealthtech atau keuangan digital untuk mengatur alokasi investasi dalam mencapai tujuan tertentu, misalnya dana pensiun, dana pendidikan, dana pernikahan, dan sebagainya.

Pendekatan yang diambil para pengembang aplikasi semacam ini adalah mempermudah pengguna melacak pengeluaran dan memantau keuangan mereka di beberapa akun secara sekaligus dengan menautkan akun keuangan. Berikutnya informasi tersebu akan dikategorikan untuk menunjukkan dengan tepat ke mana uang pengguna pergi.

Aplikasi ini juga dikenal sebagai agregator keuangan karena mereka menggabungkan atau menyatukan laporan keuangan, mulai dari tagihan, rekening bank, dan kartu kredit dalam satu tempat. Di tahap lebih lanjut, aplikasi ini dapat mencakup perencanaan keuangan, pajak, analisis portofolio investasi, pemantauan kredit, dan masih banyak lagi.

Contoh terdekat yang populer di pasar global adalah Money Lover, Mint, Goodbudget, YNAB (You Need a Budget), PocketGuard, dan masih banyak lagi. Aplikasi tersebut bahkan sudah merambah untuk kebutuhan yang lebih spesifik, misalnya pengelolaan keuangan untuk melacak pengeluaran, menjaga anggaran, permudah berhemat, keluar dari utang, dan untuk pekerja lepas.

Meski banyak variasi istilah, golnya hanya satu: membantu mengarahkan pengguna menuju kemandirian finansial.

Aplikasi jenis ini mulai bermunculan di Indonesia, di antaranya Finansialku, Sribuu, Pay Ok, PINA, Finoo, Moni, Xettle, Finku, Neu (Fazz Financial Group). Sebagian dari mereka sudah mengantongi kepercayaan dari investor dalam bentuk perolehan dana segar.

Tidak hanya aplikasi pencatatan keuangan UMKM saja yang marak hadir karena menyimpan potensi digitalisasi yang besar. Aplikasi sejenis yang menargetkan perorangan juga punya potensi yang tak bisa dianggap remeh.

Mengutip data OJK, berdasarkan hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan di 2016, baru sekitar 29,7% masyarakat yang paham mengenai keuangan. Sementara itu, hanya 12,6% masyarakat yang telah memiliki perencanaan keuangan. Lebih lanjut, terdapat 67,8% masyarakat yang menggunakan produk dan layanan keuangan, namun hanya 29,7% masyarakat yang well literate.

Hal ini menunjukkan banyak masyarakat yang telah menggunakan produk dan layanan keuangan tanpa dibekali pemahaman keuangan yang memadai. Survei tersebut juga menunjukkan tujuan keuangan masyarakat didominasi dengan tujuan jangka pendek untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Hanya 12,6% yang telah mempersiapkan pendidikan anak dan hanya 6,3% yang memiliki tujuan keuangan untuk persiapan pensiun.

Co-founder dan CEO Moni Ahmad Faiz Nasshor (Faiz) menjelaskan, ada dua hal yang menjadikan aplikasi pengelolaan keuangan pribadi menjadi booming di Indonesia. Pertama, karena pandemi yang mengakibatkan orang semakin mawas diri terhadap pentingnya mengatur keuangan pribadi.

“Hal ini bisa dilihat dengan semakin banyaknya jumlah investor ritel kita dan juga semakin banyaknya jumlah akun-akun di media sosial yang berbagi tentang keuangan pribadi,” ucapnya Faiz saat dihubungi DailySocial.id.

Kedua, didukung adopsi transaksi digital yang meningkat. Dia bilang, lima tahun lalu mayoritas pengeluaran kemungkinan masih menggunakan uang tunai, tetapi hal tersebut mulai bergeser ke transaksi digital seiring dengan munculnya platform digital seperti e-commerce, ride hailing, dan yang paling terpenting adalah e-wallet.

“Adanya pergeseran ini mengakibatkan munculnya potensi untuk pencatatan otomatis, yang sebelumnya masih sangat sulit untuk dilakukan karena pengeluaran masih menggunakan metode cash.”

Moni dirintis untuk memudahkan proses pencatatan keuangan, dengan fitur utama berupa pencatatan transaksi secara otomatis. Agar proses pencatatan otomatis dapat dilakukan, Moni menggunakan tiga sumber data, yakni notifikasi ponsel, notifikasi email, dan sambungan langsung ke akun bank/e-wallet.

Sejauh ini ada 25 daftar produk yang telah Moni dukung beserta dengan sumber data yang digunakan, sebagian besar dari aplikasi perbankan, e-money, dan e-commerce. Beberapa di antaranya adalah BCA Internet Banking (akun bank dan e-wallet), Jenius (notifikasi email), GoPay (akun bank dan e-wallet), Grab (notifikasi email), dan Tokopedia (notifikasi email).

Fitur lainnya yang tersedia di Moni adalah Transfer (permudah top up/tarik tunai/transfer untuk pencatatan yang jadi lebih akurat) dan Saldo (monitor berbagai saldo e-wallet dari aplikasi Moni). Sejauh ini Moni belum melakukan monetisasi. Seluruh fiturnya dapat digunakan secara gratis.

Diklaim Moni memiliki ribuan pengguna dengan pertumbuhan pengguna baru hingga tiga kali per bulan dan jumlah transaksi yang tercatat lebih dari 10 kali lipat.

Di situsnya, pihak Moni mengklaim tidak menyimpan data password akun bank dan e-wallet pengguna. Perusahaan hanya menyimpan data email dari aplikasi yang telah disetujui pengguna. Untuk perlindungan data sensitif, layanannya diklaim terenkripsi dengan menggunakan enkripsi AES 256-bit yang biasa digunakan di perbankan dan militer.  Moni telah terdaftar di PSE Kominfo.

Fitur-fitur yang disediakan aplikasi perencanaan keuangan / DailySocial

Tidak geser peran perencana keuangan

Kendati aplikasi sejenis Moni ramai bermunculan, muncul pertanyaan apakah aplikasi saja cukup untuk menemani perjalanan keuangan pribadi seseorang. Co-founder dan CEO Halofina Adjie Wicaksana menuturkan, kondisi tersebut justru menambah alternatif bagi konsumen dalam mengelola keuangannya.

“Mungkin ada area [aplikasi] budgeting, financial planning, investment, dan sebagainya yang sebenarnya satu sama lain itu saling melengkapi, sebab ada yang kurang atau lebih. Lalu apakah tetap butuh financial planner? Enggak semua orang butuh yang kehadiran personal based [financial planner], yang terpenting adalah implementasi dari financial planning itu sendiri,” terangnya.

Dia melanjutkan, dalam mengimplementasikan perencanaan keuangan itu banyak caranya. Ada yang butuh penasihat, baca-baca dari artikel, atau pakai tools tertentu yang dapat membantu konsumen.

“Jadi secara umum kegiatan managing cash flow, doing financial planning, investment planning, portofolio management adalah unsur-unsur yang tidak hanya di-provide oleh satu perusahaan saja, tapi bisa jadi satu user pakai multiple product at the same time.”

Halofina merupakan salah satu startup yang menyediakan perencanaan keuangan, investasi, dan konsultasi berbasis aplikasi. Terdapat FINADVISOR untuk kemudahan perencanaan keuangan dan investasi dengan pilihan produk investasi terbaik yang telah dikurasi oleh pakar keuangan berpengalaman. Underlying kelas aset yang terdapat di Halofina adalah reksa dana (kerja sama dengan Tanamduit) dan emas dari Indogold.

Kemudian, FINACONSULT untuk konsultasi keuangan langsung dengan konsultan keuangan bersertifikat seputar perencanaan keuangan, pengelolaan uang, pengelolaan utang, atau perencanaan investasi untuk tujuan keuangan jangka panjang. Fitur ini hadir berkat kerja sama dengan ZAP Finance.

Founder dan CEO Finansialku Melvin Mumpuni juga mengutarakan hal yang sama. Ia bilang aplikasi perencanaan keuangan justru membuka segmen pengguna baru, yang masalahnya cukup terselesaikan lewat aplikasi. “Beberapa kasus memang bisa diselesaikan dengan aplikasi, namun kasus-kasus yang cukup complicated, perlu penangan khusus dari financial planner,” kata Melvin.

Untuk menggarap segmen baru tersebut, kini aplikasi Finansialku ditenagai dengan fitur teranyar Brangkas. Fitur ini bertugas membantu pengguna agar semakin disiplin mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran dari transaksi bank. Dengan demikian, pengguna dapat rutin melakukan evaluasi setiap bulannya dan mengetahui setiap kebocoran-kebocoran keuangannya. Brangkas hadir berkat kerja sama dengan startup open finance Brankas.

Terhitung, ada empat bank yang telah terintegrasi dengan fitur Brangkas, yakni BCA, BRI, Bank Mandiri, dan BNI. Tak hanya itu, terdapat fitur pendukung lainnya, yakni Financial Check Up dan Perencanaan Keuangan. “Sebagai bukti komitmen Finansialku terhadap perlindungan konsumen, maka Finansialku sudah melakukan sertifikasi ISO27001 yang berkaitan dengan keamanan data,” tambah CTO Finansialku Alvin Augusto Saputra.

Untuk memperkuat pernyataan Adjie dan Melvin, Faiz menambahkan sebenarnya perjalanan dalam merencanaan keuangan bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dalam semalam, karena ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi kondisi seseorang. Seorang perencana keuangan dapat memberikan saran yang sangat detail untuk setiap pengguna.

Kehadiran Moni, sambungnya, tidak untuk menggantikan peran perencana keuangan. Justru sebagai pelengkap dan membantu mereka. Aplikasi pencatatan keuangan pribadi dapat membantu pengguna dalam memantau pengeluaran dan aset yang mereka miliki secara lebih mudah untuk mencapai tujuan finansial yang diinginkan.

“Moni saat ini masuk di tahap awal perencanaan keuangan, di mana sebelum melakukan perencanaan keuangan, user seharusnya mengetahui cashflow keuangan mereka. Dengan proses pencatatan keuangan otomatis yang dilakukan Moni, cashflow dapat diketahui dengan lebih mudah, sehingga user dapat mengetahui langkah apa saja yang selanjutnya dapat mereka lanjutkan,” kata Faiz.

Sumber diolah / DailySocial

Sebagai bagian perjalanan edukasi keuangan, perjalanan aplikasi perencanaan keuangan ini masih baru. Adjie bilang, semakin banyaknya pemain di berbagai sektor fintech membuat awareness terhadap alternatif produk keuangan menjadi terus bertumbuh, terutama anak muda yang cenderung eksploratif.

“Tantangannya justru bagaimana meningkatkan literasi dan edukasi itu sendiri agar penggunaan produk-produk tersebut bisa disertai dengan pemahaman terkait fundamental perencanaan keuangan, sehingga mereka bisa mendapat manfaat yang maksimal dari produk tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing,” ujar Adjie.

Faiz meyakini Moni dapat menyandingi aplikasi sejenis dari luar negeri yang bisa digunakan di Indonesia, bahkan mampu lebih baik. Tantangannya tinggal bagaimana mengubah persepsi orang mengenai hal tersebut.

“Visi kami masih sama, yakni membantu pengguna untuk mengelola keuangan dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Untuk itu kami terus menambah produk-produk yang terintegrasi dengan Moni. Selain itu, kami juga sedang melakukan beberapa eksperimen sebagai sumber revenue,” tutupnya.

Finansialku Luncurkan Ulang Situs Web, Utamakan Peningkatan Literasi Keuangan

Startup perencanaan keuangan Finansialku memperkenalkan kembali tampilan situs dengan tambahan fitur yang memiliki objektif utama meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Seperti diketahui, berdasarkan survei OJK, tingkat literasi masyarakat pada tahun lalu sebesar 40% dan indeks inklusi sebesar 61,7%.

“Visi kami dari 2016 adalah selalu fokus ingin bantu masyarakat Indonesia mewujudkan tujuan keuangan dengan perencanaan, inklusi, dan literasi keuangan. Situs Finansialku menjadi bagian dari visi tersebut,” ucap Founder Finansialku Melvin Mumpuni dalam konferensi pers virtual, Kamis (30/9).

Founder Finansialku Melvin Mumpuni / Finansialku

Dalam paparannya, ada tiga fitur baru yang dihadirkan dalam situs Finansialku. Pertama, Web Stories yang berisi storytelling keuangan berdasarkan kisah nyata dengan persetujuan klien Finansialku sebelum naik tayang. Cerita yang diangkat dalam fitur ini difokuskan pada topik yang relevan, berempati, dan dilengkapi dengan solusi.

Berikutnya, artikel Financial Planning dan Analisis Investasi berbasis riset. Penulisan artikel dan analisis ini ditulis oleh perencana keuangan Finansialku yang berkompeten, berpengalaman, berorientasi pada klien, dan objektif. Fitur ini juga dapat membantu investor dengan tampilan data-data IHSG dan kurs terkini setiap minggunya.

Terakhir, Panduan Belajar atau Guide yang berisi langkah-langkah perencanaan keuangan. Fitur ketiga ini dapat membantu pembaca untuk merencanakan keuangan dari nol. Panduan cara menambah pemasukan dan investasi juga turut disediakan dalam fitur ini. “Seluruh fitur ini semuanya dapat diakses secara gratis oleh pembaca,” tambahnya.

Melengkapi keberadaan aplikasi

Selain memiliki situs, Finansialku juga memiliki aplikasi perencanaan keuangan yang sudah diluncurkan sejak 2017. Menurut Melvin, kedua produk ini saling melengkapi tujuan Finansialku yang ingin meningkatkan literasi keuangan. Situs lebih mengarah pada informasi-informasi yang dibutuhkan untuk pemula.

“Sementara, dalam perencanaan keuangan itu tidak hanya literasi yang dibutuhkan, tetapi praktiknya. Aplikasi mengakomodasi kebutuhan tersebut karena dilengkapi dengan tools yang lengkap.”

Aplikasi Finansialku ini memiliki fitur premium yang mewajibkan pengguna perlu membayar biaya berlangganan sebesar Rp350 ribu per tahun atau Rp35 ribu per bulan. Menurut Melvin, biaya ini dikenakan karena bagian dari komitmen perusahaan dalam melindungi data nasabah dengan standar internasional.

Saat ini Finansialku sudah tersertifikasi ISO 27001: 2013 terkait keamanan dan kerahasiaan data. Perusahaan telah tercatat sebagai Certified Financial Planner, juga tercatat sebagai penyelenggara IKD di OJK, dan menjadi anggota dari Asosiasi Fintech Indonesia.

Perusahaan juga memiliki channel monetisasi lainnya, yakni menyediakan jasa konsultasi dengan tenaga perencana keuangannya. Diklaim perusahaan telah melayani hampir ribuan klien, tak hanya dari individu maupun korporasi.

Melvin menargetkan relaunch situs ini dapat mendongkrak tingkat kunjungan situs antara 9-10 juta kunjungan dalam setahun. Adapun untuk pengguna aplikasi diklaim telah mencapai lebih dari 350 ribu orang dan diharapkan dapat meningkat jadi 500 ribu orang hingga akhir tahun ini.

Dalam waktu dekat, perusahaan berencana untuk menambah fitur pencatatan keuangan dari berbagai bank terangkum ke dalam aplikasi Finansialku. “Fitur ini akan segera kami rilis pada November 2021 mendatang,” pungkasnya.

Lima pemain tercatat di IKD OJK

Finansialku menjadi salah satu dari lima penyelenggara IKD yang tercatat di OJK di cluster financial planner per Juni 2021. Empat pemain lainnya adalah Arkana Finance, Halofina, Fundtastic, PayOk, dan Savio. Belum ada pemain yang sudah mengantongi status berizin.

Menurut terminologi OJK, Financial Planner adalah sebuah platform yang membantu individu dalam merencanakan keuangan, memberikan advise terkait pilihan produk investasi yang ditawarkan oleh LJK yang terdaftar dan/atau berizin dan diawasi OJK sesuai risk profile masing-masing individu untuk tercapainya sebuah tujuan tertentu.

Sumber OJK
Application Information Will Show Up Here

Portal Pengelola Keuangan Finansialku Rambah Perluasan Akses Produk Keuangan

Portal pengelola keuangan Finansialku akan segera menambah berbagai produk keuangan yang berada di bawah OJK, sebagai langkah perusahaan dalam memperluas inklusi dan literasi keuangan masyarakat Indonesia.

“Tahun ini kami ingin fokus pada literasi keuangan [pendidikan keuangan] dan inklusi keuangan [akses terhadap produk-produk keuangan]. Kami ingin menambahkan produk-produk keuangan dalam aplikasi Finansialku. Tentu saja produk-produk tersebut yang sudah berada di bawah OJK,” ucap CEO dan Founder Finansialku Melvin Mumpuni kepada DailySocial.

Kehadiran produk tersebut diharapkan dapat melengkapi layanan yang sudah lebih dahulu hadir di Finansialku. Seperti aplikasi untuk untuk bantu pengguna mengelola cashflow dan merencanakan keuangan untuk beli rumah, kendaraan, menikah, berlibur, dan pensiun.

Sementara itu, layanan konsultasi dengan perencana keuangan Finansialku diklaim sudah mengantongi lisensi CFP® (Certified Financial Planner).

Di operasionalnya, sambungnya, Finansialku sudah menerapkan prinsip berbayar untuk upgrade layanan dalam aplikasinya. Biayanya sebesar Rp350 ribu per tahun dan akan mendapat bonus kursus online perencanaan keuangan. Selain itu, seminar dan pelatihan untuk kelas umum dan in-house training.

Pelatihan yang dibawakan terkait keuangan individu dan keluarga, seperti investasi, mengelola keuangan, asuransi, persiapan pensiun, dan sebagainya.

“Kami banyak bantu klien kami dalam merencanakan keuangan secara aplikatif dan mempermudah akses terhadap produk keuangan.”

Perlu edukasi yang konsisten

Berangkat dari semangat awal mendirikan Finansialku,  langkah edukasi yang konsisten dinilai harus ditempuh mulai dini. Untuk itu, Melvin dan tim melakukan kolaborasi dengan berbagai pelaku bisnis yang bergerak di perusahaan sekuritas, fintech, co-working space, media, dan lainnya mengadakan event untuk berbagi ilmu tentang pengelolaan keuangan.

Tak berhenti disitu, perusahaan juga rutin mengadakan event online dengan memanfaatkan platform media sosial Finansialku.

“Tantangan di Indonesia adalah mengenalkan/mengedukasi keuangan. Kami menghadapi tantangan tersebut dengan cara kolaboratif, tapi juga konsisten.”

Melvin juga mengungkapkan sedang proses penggalangan dana dan sudah berkomunikasi dengan beberapa investor. Tujuan pendanaan ini untuk perkuat TI dan mempercepat progress monetisasi. Sebelumnya, Finansialku sudah mendapat investasi dari angel investor dengan nominal dan identitas yang tidak disebutkan.

“Kami mengejar 50 ribu sampai 100 ribu pengguna aplikasi dan 5 juta orang untuk jumlah pengunjung situs bulanan,” pungkasnya.

Strategi Mengelola Keuangan sebelum Mendirikan Startup

Menciptakan perusahaan dengan tata kelola keuangan yang efisien adalah impian bagi setiap perusahaan, terutama startup. Akan tetapi mengelola uang itu bukan perkara mudah. Bagi startup dengan keuangan yang terbatas, artikel ini akan membahas beberapa tips mengelola keuangan yang perlu diperhatikan sebelum mendirikan startup.

1. Mengelola arus kas perusahaan adalah kunci utama

Ada berbagai alasan di balik gagalnya sebuah startup, salah satunya yang biasa terjadi adalah kehabisan nafas untuk pendanaannya. Oleh karena itu, Anda harus tahu detail ke mana gerak keluar masuknya uang. Jika tidak, sama saja dengan membahayakan posisi perusahaan Anda sendiri.

Tidak masalah seberapa bagus ide yang dimiliki, yang pasti saat Anda kehabisan uang, Anda tidak bisa bergerak mau bagaimanapun juga. Solusi yang tepat untuk hal ini, buatlah estimasi pendanaan yang cukup dan disiplin saat menerapkannya.

2. Pantau seluruh pengeluaran

Saat mendirikan startup, ada banyak pengeluaran yang mau tak mau harus Anda lakukan. Merekrut tenaga kerja baru untuk tahap awal startup baru berdiri, bukan solusi yang tepat karena bakal memakan banyak biaya. Oleh karena itu, gunakan semacam software akuntansi agar pengeluaran Anda tetap terkendali.

Menggunakan software seperti ini, tidak hanya efisien namun juga dapat membantu Anda saat harus berhadapan dengan urusan pajak. Seiring perusahaan tumbuh, ilmu akuntansi yang dipakai pun akan semakin rumit, di sanalah saat yang tepat bagi Anda untuk merekrut tenaga profesional.

3. Tetap optimis meski tetap bersiap untuk yang terburuk

Anda tidak pernah tahu apa yang bakal terjadi saat memulai bisnis, jadi solusi terbaik yang perlu Anda siapkan adalah membekali diri dengan segala persiapan sebelum situasi terburuk. Jangan tiba-tiba memutus sumber penghasilan Anda, sebelum Anda yakin dengan bisnis yang baru secara nominal dapat menggantikan penghasilan lama.

Buatlah rekening tabungan yang berfungsi sebagai dana simpanan darurat pribadi dan perusahaan. Dana tersebut hanya bisa dipakai bila Anda benar-benar dalam kondisi terjepit dan tidak memiliki dana lain yang bisa digunakan.

4. Menetapkan tujuan perusahaan

Alih-alih mengatakan, “Saya ingin bangun perusahaan bernilai miliaran rupiah,” sebaiknya Anda alihkan dengan membuat rencana keuangan yang terukur, sehingga cukup realistis untuk dicapai.

Buatlah catatan target secara bulanan, mingguan, bahkan harian untuk membuat Anda tetap berada di jalur yang tepat dan tumbuh secara konstan. Anda pun dapat memprediksi kapan pencapaian tertinggi dapat terealisasi, setelah beberapa target kecil berhasil dilampaui.

Apabila berhasil melewati target-target skala kecil yang Anda buat sendiri, bakal timbul rasa percaya diri yang membuat Anda terus yakin untuk melaju sebagai seorang wirausaha sejati.


Andriansyah Agustian turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Lima Kesalahan Millennial saat Mengatur Finansial di Dunia Startup

Membangun perusahaan startup itu bukan perkara mudah. Hanya sebagian kecil startup yang didirikan tiap tahunnya bisa bertahan maksimal lima tahun. Sedikit pula jumlah startup yang dirintis oleh anak muda. Pengusaha yang sudah banyak makan asam garam cenderung lebih mudah mengelola manajemen startup daripada anak muda, terutama kalangan millennial.

Meski demikian, ada beberapa keuntungan yang bisa didapat kalangan milenial ketika mereka merintis startup, misalnya, ide yang lebih kaya, bersemangat, dan sangat inovatif. Ketiga contoh tersebut adalah beberapa faktor yang dibutuhkan dalam membangun perusahaan yang sukses. Hanya saja, millennial perlu pahami bahwa sekitar 24% startup gagal berdiri karena kehabisan uang.

Artikel ini akan membahas lebih jauh mengenai kesalahan millenial dalam mengatur finansial di dunia startup. Tujuannya agar startup Anda tidak menjadi korban berikutnya. Berikut detilnya:

1. Kelola manajemen yang buruk

Uang tunai yang masuk dan keluar dari catatan kas perusahaan perlu dikelola dengan sangat baik, terutama sejak perusahaan baru berdiri. Menurut hasil riset, sebanyak 82% bisnis gagal karena tidak memperhatikan arus kas. Hal ini terjadi di kalangan milenial yang tidak paham dengan dunia manajemen finansial.

Untuk menghindari kesalahan, Anda hanya perlu memperhatikan apa yang terjadi dengan keuangan perusahaan. Lihat dari mana asal semua pendapatan dan bagaimana habisnya. Kemudian siapkan sistem sederhana akuntasi seperti Excel untuk melacak semuanya.

Jika tidak melakukan ini, Anda menutup diri terhadap isu-isu seperti asal margin keuntungan, tidak ada catatan yang diperlukan untuk mendapatkan investor, bahkan potensi pencurian tanpa disadari.

2. Penggalangan dana terlalu banyak dan cepat

Bagi perusahaan startup, sangat mudah menghabiskan waktu untuk merencanakan bagaimana mengumpulkan uang dari investor dan perusahaan modal ventura. Banyak pengusaha muda menganggap jumlah kebutuhan dana yang dinaikkan setiap penggalangan dana adalah ukuran dari kesuksesan. Pola pikir demikian sangat berbahaya dan berdampak buruk bagi bisnis.

Menghabiskan waktu demi menggalang dana segar secara lambat laun akan mengalihkan fokus Anda pada tugas penting lainnya. Misalnya, menyiapkan strategi bisnis yang solid, merencanakan rencana pemasaran secara menyeluruh, dan lainnya.

Pola pikir yang seharusnya Anda tanamkan adalah dengan perencanaan yang tepat, maka bisnis akan menghasilkan uang. Jika bisnis sudah menghasilkan uang, Anda bisa menjalankan startup tanpa kontrol yang maksimal. Hal ini tentunya jauh lebih berharga daripada mendapat uang tunai di saku celana Anda saat perusahaan baru berdiri.

3. Mengontrol terlalu banyak isu

Sangat umum bagi pengusaha startup usia muda yang mencoba untuk mengendalikan semua hal dalam perusahaannya. Sebab, mereka merasa satu-satunya orang yang mengetahui produk, layanan, dan rencana bisnis perusahaan secara luar dan dalam.

Maka dari itu, solusi yang bisa dilakukan adalah memberikan kepercayaan kepada orang yang lebih ahli dari kapasitas kemampuan Anda. Misal, meminta saran dan masukan mengenai strategi keuangan dari seorang akuntan, perencana keuangan, atau pelaku tetangga yang paham dengan finansial. Langkah ini untuk meminimalisir potensi kesalahan keputusan keuangan yang tidak disarankan bagi startup Anda.

4. Salah rekrut orang

Penting untuk merekrut tim yang akan menjadi tulang punggung perusahaan Anda. Namun salah rekrut orang justru hanya akan menghabiskan uang Anda untuk membayar gaji mereka, sekaligus merusak perusahaan. Untuk itu, Anda harus sadar siapa yang Anda rekrut, apa saja aset dan kewajiban yang mereka bawa.

Terlalu banyak biaya yang harus dikeluarkan ketika Anda salah merekrut orang. Investasi yang Anda tuangkan untuk mereka akan jadi sia-sia ketika mereka tidak bisa menghasilkan apa yang perusahaan butuhkan.

Dengan adanya risiko ini, jangan pernah Anda tergoda untuk merekrut orang yang rela di gaji murah dan mempekerjakan konsultan yang palsu.

5. Menghabiskan uang di tempat yang salah

Milenial itu adalah generasi yang idealis. Secara negatif hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan, misalnya terlalu banyak menghabiskan uang untuk mengembangkan produk atau layana baru. Akibatnya dana untuk pemasaran jadi tidak cukup, hasilnya jadi kurang maksimal dengan ekspektasi.

Jika Anda menghabiskan uang dan waktu untuk menyempurnakan prototipe tanpa keluar lapangan untuk menjualnya, Anda akan kehilangan kesempatan untuk bertemu calon pelanggan, pengguna, dan akuisisi. Tujuannya menciptakan interaksi dan mempelajari apa yang sebenarnya orang-orang inginkan.

Tips Mengelola Keuangan di Awal Berdirinya Startup

Mendirikan startup merupakan sebuah perjuangan. Mulai dari berjuang mencari produk terbaik untuk segmen pasar tertentu hingga berjuang mempertahankan bisnis itu sendiri. Tidak mudah untuk berjuang menumbuhkan dan mempertahankan startup secara bersamaan, ada beberapa strategi yang harus diambil dan yang paling penting adalah strategi pengelolaan uang. Terlebih untuk startup dengan modal awal dari pribadi dengan jumlahnya tidak banyak. Berikut beberapa tips bagi startup baru untuk mengelola keuangannya.

Jangan membeli kantor yang mewah

Tentu ini menjadi hal yang penting. Jika kebanyakan startup sekarang terlihat memiliki kantor-kantor yang mewah dan terkonsep itu tidak langsung terjadi seketika. Ada proses yang akhirnya bisa mengantarkan mereka ke kondisi tersebut. Bagi startup yang baru diluncurkan fokus pada produk, layanan, dan pengguna menjadi hal utama. Hindari untuk merenovasi kantor agar terlihat mewah. Cukup kantor yang mampu menampung semua tim dan cukup nyaman untuk bekerja.

Hindari menggunakan layanan berbayar

Penting untuk startup memikirkan bagaimana bisa mereka mendapatkan pengguna. Tapi untuk startup yang baru saja didirikan sebisa mungkin hindari menggunakan layanan-layanan berbayar, kecuali layanan tersebut sudah benar-benar membawa dampak positif bagi startup, seperti bisa meningkatkan produktivitas.

Jangan terburu-buru berinvestasi pada peralatan mahal

Sebagai startup baru penting untuk memenuhi kebutuhan kantor seperti printer, proyektor, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kebutuhan kantor. Tapi alangkah baiknya tidak perlu berinvestasi pada benda-benda tersebut terlalu besar. Cukup penuhi kebutuhan kantor dengan perangkat yang baik dan bisa digunakan.

Cari pekerja outsourcing atau pekerjaan anak magang

Dari perspektif penghematan mempekerjakan karyawan secara permanen lebih membutuhkan biaya tinggi dibanding dengan mempekerjakan outsourcing. Bahkan bila perlu cari seseorang untuk magang. Para pegawai magang memang tidak sehebat pegawai profesional meski demikian dengan semangat mencari pengalaman dan dengan sedikit pelatihan pekerja magang bisa dioptimalkan sebagai alternatif pegawai tetap dengan bayaran yang relatif tinggi.

Hindari pengeluaran biaya berlebih untuk mencetak dan perjalanan bisnis

Hal lain yang bisa dihemat adalah biaya cetak, seperti kartu nama, brosur, dan media marketing lainnya dan biaya perjalanan dinas. Khusus untuk biaya cetak, ini bisa diantisipasi dengan mengoptimalkan media-media digital yang relatif lebih murah. Untuk perjalanan bisnis, ini mutlak keputusan pendiri. Hindari perjalanan luar kota atau pertemuan bisnis yang sekiranya tidak memberikan dampak pada akselerasi bisnis.

Pelajari mengelola keuangan sendiri

Sebagai founder, yang ingin berhemat di awal perjalanan startup skill mengelola keuangan merupakan hal krusial yang harus dimiliki. Hal Ini sekaligus bisa menekan pembiayaan untuk menyewa seorang akuntan. Jadilah founder yang mempertimbangkan pengeluaran di depan agar startup tidak ‘kehabisan bensin’ di tengah jalan.